Anda di halaman 1dari 63

Konservasi Sumber

Daya Air (03)


Tata Guna Perairan
Pengendalian pencemaran
Institusi pengelola
Tata Guna Perairan
 Penggunaan Perairan:
 Air baku untuk air minum
 Air irigasi lahan pertanian
 Perikanan dan budidaya tambak
 Air baku untuk irigasi
 Bendungan dan pembangkit listrik
 Sarana olah raga dan rekreasi
 Pelayaran dan lalu lintas
 Navigasi dan hankam
 Pengendali banjir dan penggelontor saluran kota
 Tempat pembuangan limbah,
 Dalam penggunaan perlu ada pengaturan agar dpt
memberi manfaat yg sebesar besarnya kepada
semua pemakai tanpa saling merugikan kepentingan
satu dengan lainnya
 Di Indonesia:
 UU No 11/74 ; 23/97 ; 5/90
 Per. Pem. No. 82/01 ; 35/91 ; 27/99
 Kepres No. 32/90
 Berbagai peraturan dan Kepmen
 Berbagai Perda dan Keputusan dan Instruksi Gubernur
Perbedaan Persyaratan Kualitas Air
 Pengelola perairan/sungai perlu mengupayakan penggunaan
sungai sesuai dengan urutan prioritas:
 Air Minum
 - Rumah tangga
- Pertahanan dan keamanan nasional
- Perkotaan
- Pertanian
- Peternakan
- Perikanan
- Ketenagaan
- Industri
- Pertambangan
- Lalu lintas air
- Rekreasi
Peranan Pengaturan Tata Ruang

 Pengaturan tata ruang yang tidak


memperhatikan dampak lingkungan dapat
menimbulkan masalah persyaratan kualitas
air
 Misal : peletakan/lokasi kawasan industri
sebelah hulu IPA
 Upaya :
 Pengaturan tata ruang/pemindahan lokasi
 Memberlakukak standar kualitas air agar daya
dukung tidak terlampoi
Persyaratan Pemakaian Air Domestik
 Persyaratan Kualitas Air Minum
Kep Men RI NO. 97/MENKES/SK/VII/2002,
tanggal 29 Juli 2002
pasal 2 ; 3 ; 4 ; 5 & 9
 Persyaratan Kualitas Air Baku
PP 82/2001 perairan kelas satu
 Kemampuan Pengolahan Air Konvensional
- Meningkatkan kemampuan IPA
- Mengurangi beban limbah yg masuk ke
sungai
Persyaratan Pemakaian Air utk
Irigasi
 Kriteria Kualitas Air Irigasi
Berdasarkan konsentrasi
- Salinity
- Sodium
- Boron
- Bicarbonat dan Carbonat

 Pemakaian Air Buangan Kota utk Irigasi


 Pertimbangan aspek kesehatan masyarakat
 Metoda Aplikasi :
Sistem sprinkler
- Sistem flooding
- Sistem ridge and furrow
 Penampungan Air irigasi
Persyaratan Pemakaian Air Lainnya
 Industri : tergantung dari jenis industri
Parameter umum yang disyaratkan:
- kekeruhan
- warna
- kesadahan
- alkalinity
- pH , TDS , Fe dan Mn

 Rekreasi
 Pemandian, berenang, olah raga air, mancing dll.
 Kriteria umum kualitas air
- Suspensi/material terapung
- Warna, bau
- Substansi pathogen
Persyaratan Pemakaian Air Lainnya
 Ternak dan burung liar
Persyaratan Kualitas:
polutan yang bersifat toxic
- pestisida
- nitrat
- minyak
- kadar garam tinggi
- racun dari blue green alge
 Kehidupan Air
- Salinitas
- Temperatur
- Radionuclida
- Phenol, chlorphenol dan komponen serupa dr limbah industri
Pencemaran Air Sungai
 Air buangan domestik
 Air buangan pertanian
 Air buangan industri
 Perubahan Kualitas Akibat Aktivitas Manusia

 Pembuangan air limbah domestik ke perairan


meningkatkan kadar bahan organik

 Pembuangan air limbah industri ke perairan


meningkatkan kadar bahan organik dan anorganik

 Pembuangan air limbah pertanian ke perairan


meningkatkan kadar garam dan pestisida
 AIR BUANGAN DOMESTIK :
 buangan manusia ( organik, nitrogen, bakteri
coliform dan bakteri patogen )

 AIR BUANGAN PERTANIAN :


 garam dan ion
 nutrien
 insektisida dan herbisida, dll

 AIR BUANGAN INDUSTRI :


 bahan organik
 zat zat berbahaya
 zat zat penyebab kekeruhan, peningkatan suhu,
warna, bau dll.
Sarana Pembuangan Air Limbah Yang Ada
di DPS dan Kuta (Data tahun 1998)
 Pembuangan Air Bekas Mandi, Cuci dan Dapur
- 62 % ke saluran/kali
- 26 % melalui Septik Tank/Leaching Pit
- 12 % dibuang ke halaman

 Pembuangan Limbah WC
- 56 % menggunakan WC dan Septik Tank
- 42 % melalui WC dan Leaching Pit
- Sisanya 2 % tidak mempunyai fasilitas

 Hanya 30 – 40 % Hotel Bintang dan Hotel Melati


Yang mempunyai STP (Sewage Treatment Plant), sisanya
masih menggunakan Septik Tank
Pembuangan limbah
Pencemaran dari Drainase
Menuju Pantai
Pemulihan Kualitas
 Proses purifikasi alami
 Proses yg terjadi :
 fisik,
 kimia dan
 biologi
 Tergantung karakteristik hidrolis badan air :
volume, laju, turbulensi, karakteristik fisik
dasar dan tebing sungai, cahaya matahari
dan suhu
Karakteristik Kurva Oxygen Sag
 4 Tahap (zona) selama proses self purifikasi:

 Zona Degradasi, penurunan DO secara


drastis akibat dekomposisi bahan organik

 Zona Dekomposisi Aktif, DO minimum


dan dapat mencapai nol

 Zona Pemulihan, DO meningkat karena


reaerasi lebih besar dari deoxigenasi

 Zona Air Bersih, kehidupan air seperti


semula dan DO kembali normal
Proses Fisik
 Pengenceran
 Sedimentasi dan Resuspensi
 Filtrasi
 Gas transfer
 Heat transfer
Proses Kimia
 Proses biokimia
 Kesetimbangan Kelarutan Oksigen
Perhitungan self purifikasi
 Manual, untuk beban pencemaran yg
inputnya tidak terlalu banyak
 Bantuan komputer, untuk input beban
pencemaran cukup banyak
Model
Kesetimbangan Kelarutan Oksigen

 Oksigen terlarut  ptg utk biota air


 Minimum 2 mg/l
 Ikan tertentu min 4 mg/l
 Oksigen mempertahankan kondisi tidak
anaerobik  warna, bau, rasa
 Bahan organik biodegradable dibuang
ke badan air  proses metabolisme
mikroorganisma
 Penentuan konstanta K1 dan K2
 K1 (konstanta deoksigenasi), diperoleh dari
percobaan laboratorium dg air sampel dari
sungai yg bersangkutan

 K2 (konstanta reaerasi), dengan


menggunakan rumus dan memanfaatkan
data sungai yang ada
 k2 tergantung dari :
- area permukaan
- kedalaman air
- suhu  O = 1,016
Nilai k2
Jenis Badan Air k2 pada suhu
20oC
Waduk kecil 0,1 – 0,23
Danau besar 0,23 – 0,35
Sungai besar aliran lambat 0,35 – 0,46
Sungai besar aliran normal 0,46 – 0,69
Aliran berbelok arah 0,69 – 1,15
Aliran cepat dan air terjun > 1,15
Bahan organik
Biodegradable dan Non biodegradable

Biodegradable
 bahan organik yg dapat dikonsumsi
mikroorganisma dalam waktu tertentu
 Aktivitas mikroorganisme berlangsung
secara oksidasi atau reduksi  lebih
efisien oksidasi
 Jumlah oksigen yg dikonsumsi  BOD
Laju mengkonsumsi bahan organik
oleh mikroorganisma

 Orde satu
 dLt/dt = - kLo  Lt = Lo e –kt

di mana :
Lo = jlh oksigen/organik pd wkt 0
Lt = jlh sisa pada wkt t
 Selisih Lo dan Lt  oksigen yg
dikonsumsi
 Y t = L o – Lt

Yt = Lo (1 – e-kt)
 Nilai k tgt suhu  kt = k20Ө T – 20
di mana Ө = 1,047 (pd umumnya)
Tipikal nilai k dan yu
Jenis Air K, d-1 Yu, mg/l

Air Keran <0,1 0-1


Air Permukaan 0,1 – 0,23 1-30
Air limbah lemah 0,35 150
Air limbah kuat 0,40 250
Efluen hsl pengolahan 0,12 – 0,23 10-30
Contoh Soal
 BOD5 = 150 mg/l, pada suhu 20oC. k =
0,23 per hari. Berapa BOD8 pada suhu
15oC?
 Jawab:
Tentukan BOD ultimate.
yu = y5/(1 – e-kt )
= 150/(1 – e –0,23 x 5)
= 220 mg/l
Koreksi nilai k:
kT = k20 Ө T-20
k15 = 0,23 (1,047-5)
= 0,18
Hitung y8
Yt = yu (1 – e-kt )
y8 = 220 ( 1- e –0,18 x 8)
Laju Perubahan defisit
Persamaan Streeter dan Phelps (1925) dalam
Numerow (1974):
dD/dt = K1L – K2D
D = K1 LA (10-K1t – 10-K2t) + DA. 10-K2t

Dimana:
K1–K2D = oksigen defisit pd waktu t, ppm
t = waktu pengaliran, hari
L = BOD ultimate, ppm
LA= BOD mula2, ppm
DA= Oksigen defisit mula2, ppm
Peningkatan Kemampuan
Self Purifikasi
 Peningkatan Nilai Konstanta k1, k2
 Peningkatan Kapasitas Daya Dukung
 Peranan Aspek Teknologi
- pengolahan limbah
 Pengaturan Debit Sungai
- pengenceran
Perlindungan dan pelestarian
sumber air
 Pengelolaan sumber daya air:
 Visi:
 Mewujudkan kemanfaatan SDA bagi kesejahteraan seluruh rakyat
 Misi:
 Konservasi SDA yg berkelanjutan
 Pendayagunaan SDA yg adil untuk berbagai kebutuhan
masyarakat yg memenuhi kualitas dan kuantitas
 Pengendalian daya rusak air
 Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta dan
pemerintah dalam pengelolaan SDA
 Peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi
dalam pengelolaan SDA
 Prinsip:
Dilakukan berdasar satuan wilayah hidrologis, yaitu wilayah
sungai
 Wilayah sungai: kesatuan wilayah pengelolaan SDA
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-
pulau kecil yg luasnya kurang dari atau sama dg 2000 km2
(di Ind ada 90 SWS ; 15 SWS dibawah Menteri PU; 72 WS
dilimpahkan kpd Pemda dan 2 SWS dilimpahkan pd badan
hukum)

 Daerah aliran sungai: suatu wilayah daratan yg


merupakan satu kesatuan dg sungai dan anak anak sungai
nya yg berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yg berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami (di Ind ada 5590 DAS)

 Di darat batasnya merupakan pemisah topografis, di laut


batasnya sampai daerah perairan yg masih terpengaruh
aktivitas daratan
Klasifikasi Sungai Berdasar Ukuran DAS
Luas DAS (dalam 1000 km2)
Jumla
Pulau
>10 5-10 1-4,9 0,5-0,9 <0,5 h

Jawa dan Madura 2 14 13 585 611


Kalimantan 11 3 24 16 460 514
Sumatera 10 4 28 25 651 728
Sulawesi   5 15 1.621 1681
Bali, NTT dan
  2 2 1.478
NTB 1491
Maluku dan
   
Papua 565
Indonesia 23 12 93 56 4.841 5590
Prosen 0,41 0,21 1,66 1,00 86,60  
Klasifikasi Sungai Berdasar
Panjang Sungai
Panjang (dalam km)
Pulau 200- 100- Jumlah
>400 50-99 <50
399 199
Jawa dan Madura 1 4 14 46 564 611
Kalimantan 7 7 20 24 456 514
Sumatera 6 10 23 47 642 728

Sulawesi   13 44 1.621 1681


Bali, NTT dan
  1 10 1.480
NTB 1491
Maluku dan
  9,000 37,000 515
Papua 565
Indonesia 14 17 93 208 5.260 5590
Prosen 0,25 0,30 1,66 3,72 94,10  
 Yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kelestarian air, sumber2 air dan prasarana SDA
 Pengelolaan daerah tangkapan hujan (watershed
management)
 Pengelolaan kuantitas air (water quantity
management)
 Pengelolaan qualitas air (water quality management)
 Pengendalian banjir (flood control management)
 Pengelolaan lingkungan sungai (river environment
management)
 Pengelolaan prasarana pengairan (infrustructure
management)
 Penelitian dan pengembangan (research and
development)
 Pengelolaan daerah tangkapan hujan
(watershed management)
Untuk menjaga fungsi daerah resapan air yg
dilakukan melalui
 Konservasi SDA (penghijauan dan
terasering)
 Pengendalian erosi dan sedimentasi serta
pengendalian tata guna lahan (laju erosi yg
diperbolehkan di indonesia 25 ton/ha/thn setara
dg 2,5 mm/thn utk daerah relatif miring, 10
ton/ha/thn (1mm/thn) untuk kemiringan datar
hingga landai ; laju pembentukan tanah 0,01-
7,7mm/thn)
 Strategi konservasi lahan
 Lahan pertanian/non pertanian (penggembalaan):
agronomis, pengelolaan tanah, mekanis
 Lahan hutan
 Lahan diperuntukan sbg hutan (kawasan lindung, kawasan
penyangga)
 Lahan diluar kawasan hutan, penghijauan
 Lahan terjal, sangat peka terhadap pembangunan
 Lahan perkotaan – RUTRK, penataan yg
mengutamakan keseimbangan kawasan komersil,
kawasan penyangga kehidupan dan kawasan
produksi
 Pencegahan dan penanggulangan erosi
harus disesuaikan dg perencanaan
penggunaan lahan sesuai peruntukan
(kawasan pelindung, penyangga, budi
daya tanaman, permukiman)
 Pengelolaan kuantitas air (water quantity
management)
 Untuk menyediakan air secara adil dan
transparan melalui kegiatan penetapan
perizinan penggunaan air dan alokasi air
serta pengendalian distribusi air

 Dalam musim kemarau yg berkepanjangan


dan kekeringan maka dilakukan upaya
efisiensi air secara maksimal dg
memperhatikan prioritas pengguna air
 Pengelolaan qualitas air (water quality
management)
Menjaga kualitas air pada sumber-
sumber air sesuai peruntukan yg
ditetapkan melalui:
 Pengendalian kualitas air
 Penetapan ijin pembuangan limbah cair
 Pengendalian pencemaran air
 Pengendalian banjir (flood control
management)
Untuk menghindari ancaman bencana
banjir melalui:
 Prediksi banjir
 Pengendalian banjir

 Penanggulangan banjir
 Pengelolaan lingkungan sungai (river
environment management)
Untuk menjaga fungsi sumber air
melalui:
 Pengendalian penggunaan lahan daerah
sempadan sungai
 Peningkatan biota air, wisata, dan olahraga
air
 Manajemen lingkungan sungai:
 Menyusun ketetapan garis sempadan sungai
dan rencana peruntukan bagi penggunaan
lahan daerah sempadan sungai sebagai
pengamanan langsung terhadap fungsi
sungai

 Melakukan penertiban penggunaan lahan


(terutama di daerah sempadan sungai)
bersama instansi terkait
 Pengelolaan prasarana pengairan
(infrustructure management)
 Untuk menjaga fungsi sarana dan
prasarana pengairan sesuai dg tujuan dan
umur yg direncanakan, melalui preventif,
korektif, dan darurat serta pengamatan
instrumen keamanan bendungan
Manajemen prasarana pengairan
 Kegiatan operasi prasaran pengairan (pengoperasian
fasilitas untuk mendukung kegiatan pendistribusian
air, pengendalian banjir, pengendalian kualitas air,
pengamatan instrumen keamanan bendungan dsb.
 Pemeliharaan prasarana pengairan:
 Preventif berupa pemeliharaan rutin, berkaladan perbaikan
kecil pada prasarana pengairan
 Pemeliharaan korektif, mencakup perbaikan besar,
rehabilitasi dalam rangka mengembalikan meningkatkan
fungsi prsarana pengairan sesuai kemampuan finansial
 Pemeliharaan darurat sbg perbaikan sementara
karena kondisi mendesak (mis. Ancaman banjir)
Institusi Pengelola
 Pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan
dan bangunan sungai dilakukan oleh
pemerintah atau BUMN (PP no. 35 thn 1991
ttg Sungai)
 Pengelolaan oleh instansi pemerintah dapat
melalui:
 Dinas Pengairan Propinsi
 Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat atau
daerah
 BUMN, dapat berupa perum, pd, perusahaan
jawatan atau persero
Badan Pengelola:
 PERUM JASA TIRTA I:
 Kali Brantas dg DAS 12.000km2
 Total panjang sungai 320km
 Potensi air permukaan 12 miliar m3 per thn
 Potensi yg termanfaatkan 2,6-3,0 miliar m3:
 Industri, rata2 150 juta m3/thn
 Domestik, rata2 200 juta m3/thn
 Pembangkit listrik, 1.000 juta kh/thn
 Pariwisata di waduk Selorejo dan Karangkates
 PERUM JASA TIRTA II
 Perum Otorita Jatiluhur (pada thn 1970-1999)
 Meliputi DAS Citarum, khususnya Waduk
Jatiluhur
 Potensi air tersedia: 12,9 miliar m3/thn, yg
dapat dikendalikan 7,65 miliar/thn
 Dimanfaatkan: 5,25 miliar m3/thn
 Penyediaan air baku air minum
 Pembangkit tenaga listrik 900-1000juta kWh/thn
 Irigasi, 5,75 miliar m3/thn
 Pariwisata , perikanan
 Bengawan Solo
 Wewenang pengelolaan masih berada pada
Menteri Pekerjaan Umum, karena
wilayah sungai melintas lebih dari satu
propinsi yaitu jawa tengan dan jawa timur
Peran stakeholders
 Pemerintah/Pemda (pemilik/pengatur):
 Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota
 Developer (pengembang):
 Proyek, investor
 Perusahaan pengelola (operator-penyedia
jasa)
 Badan pengelola WS
 Masyarakat (pemanfaat-pengguna)
 Petani, kota, industri, perkebunan, pakar, LSM
 Tugas Pemerintah Pusat dan Daerah:
 Bersama2 menetapkan RJP (rencana
jangka panjang) dan RKAP (rencana kerja
anggaran perusahaan) tahunan serta
melakukan pengawasan pelaksanaan nya

 Melaksanakan pembinaan, pengaturan dan


penegakan hukum serta menetapkan dan
menyediakan sumber pembiayaan utk
pengembangan dan rehabilitasi SDA
 Wewenang dan Tanggung Jawab
 Menetapkan kebijakan pengelolaan SDA,
pola pengelolaan SDA, sekaligus mengelola
kawasan lindung SA dan SDA pada wilayah
sungai sesuai dg kewenangannya
 Badan Pengelola Wilayah Sungai mempunyai
fungsi operator yg bertugas melaksanakan
pengelolaan wilayah sungai secara
profesional dan mengembangkan sistem
pengelolaannya
 Hak Badan Pengelola:
 Memungut biaya jasa pengelolaan wilayah sungai
dari pemanfaatan spesifik komersial dan
semikomersial
 Menerima kontribusi dari pemerintah untuk
membiayai kegiatan yg ditujukan bagi
kepentingan sosial, kesejahteraan dan
keselamatan umum
 Tugas Institusi Pengembang SDA
 Menyelenggarakan pembangunan fisik
sarana dan prasarana pengairan pada
semua fase, dari survey, investigasi,
perencanaan sampai pelaksanaan

 Tujuan tsb utk memenuhi berbagai


kebutuhan (air baku domestik, industri,
pertanian dll.)
 Masyarakat sbg pemanfaat/pengguna SDA:
 Mentaati penetapan penggunaan air disamping
melakukan upaya menghemat penggunaan air
 Memperoleh informasi yg berkaitan dg
pengelolaan SDA, memperoleh pelayanan yg baik
 Menggunakan air secara efisien dan ikut menjaga
kelestarian SDA dan lingkungan
 Memberi kontribusi untuk pembiayaan
pengelolaan wilayah sungai berupa jasa
pengelolaan SDA dan membayar pajak2 lain yg
terkait dg SDA
 Soal
 Suatu kota dengan penduduk 200.000 jiwa
mempunya IPAL kota yang membuang efluen
nya ke sungai
 Diketahui:
 Kontribusi air limbah = 200 l/or.hari
 Effluen IPAl :
 BOD = 30 mg/l
 Temp. = 25,50 C
 DO = 1,8 mg/l
 Sungai:
 BOD = 3,6 mg/l
 Temp. = 240 C
 Q = 4 m3/det
 V = 0.4 m3/det
 H = 2 m
 DO= 8 mg/l

K1 = 0,50 per hari pada 200 C


 Saudara diminta menghitung:
1. Q efluen IPAL
2. DO camp, T camp
3. Defisit Oksigen mula2
4. Minimum DO setelah pembuangan
5. Jarak DO minimum
 Gambarkan kurva defisit oksigen
Nilai k2 hitung dengan menggunakan rumus

Anda mungkin juga menyukai