Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS FISIK

KUALITAS AIR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Air


Kelas S1 Non-Reg
Dosen: Novi Fitria, M.Si, S.T
SEKOLAH TINGGI ANALIS BHAKTI ASIH
2019
Kelompok 2
1. Ainah Pasrah 1911C2004
2. Desi Ratna Sari 1912C2016
3. Herold G.R. Rumkabu 1911C20
4. Rika Sitorus 1911C20
5. Vita Anthoneta Haay 1911C2018
Apa itu Analisis Fisik Kualitas Air?
Analisis kualitas air secara fisik meliputi beberapa parameter, yakni warna, bau,
temperature/suhu dan TSS.
Parameter Analisis Fisik Air
1. Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan an-organik: karena keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam (misalnya: Besi dan Mangan,
serta bahan-bahan lain) (Peavy at al.,1985, dalam Hefni Effendi, 2003)
2. Bau merupakan petunjuk adanya pembusukkan air limbah. Limbah cair industry berpotensi mengandungsenyawa berbau ataupun senyawa yang potensial
menghasilkan bau selama proses pengolahan limbah cair (Asmadi dan Suharno, 2012)
3. Temperature/ suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. (Hefni Effendi, 2003)
4. Kekeruhan
5. Padatan Tersuspensi Total /TSS merupakan jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membrane berukuran 0,45µ (Sugiharto, 1987)
6. Salinitas
7. Konduktifitas (DHL)
WARNA
Warna perairan disebabkan oleh partikel koloid bermuatan
negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan
dengan penambahan koagulan bermuatan positif, misal aluminium.
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan
bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion
logam (misalnya besi, dan mangan), serta bahan-bahan lainnya.
WARNA PERAIRAN
Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan skala platinum kobalt (dinyatakan
dengan satuan PtCo), dengan membandingkan warna air sampel dan warna standar.

1. Warna Sesungguhnya (True Colour)


Disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut
2. Warna Tampak ( Aparent colour)
Disebabkan bahan terlarut dan bahan tersuspensi
BAU
• Beberapa sumber utama bau adalah hidrogen sulfida dan senyawa
organik yang dihasilkan oleh dekomposisi anaerob.
• Selain menyebabkan keluhan, bau mungkin merupakan salah satu
tanda dari adanya gas beracun atau kondisi anaerob pada unit yang
dapat memiliki efek merugikan bagi kesehatan atau dampak
lingkungan
Pengukuran Bau
• Pengukuran bau dilakukan untuk menunjukkan bau yang tidak
normal.
• Cara kerja pengukuran yaitu diuji secara organoleptic secara langsung
yaitu dengan cara membandingkan bau tiap sampel, dimana ada dua
indikator bau sebagai batas penilaian. Indikator pertama adalah air
murni (aquades), dan indikator kedua adalah air asam.
• Prinsip pengukuran yaitu dengan membandingkan bau sampel
dengan air baku standar (aquades). Sampel dipantau selama 6 (enam
hari) dalam wadah tertutup untuk mengetahui adanya indikator
perubahan bau. Pengecekan bau pada sampel dipantau pada hari
pertama dan hari keenam.
Temperatur dan Suhu
• Dipengaruhi oleh musim, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari,
sirkulasi udara dan kedalaman air. Suhu meningkat akibat penurunan
viskositas, peningkatan reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi. Jika Suhu
meningkat akan terjadi penurunan kelarutan gas dalam air contohnya gas
O2 dan CO2.
• Jika Suhu naik Maka kadar oksigen terlarut (DO) turun sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk
melakukan proses metabolisme dan respirasi.

Pengukuran suhu dikedalaman tertentu dapat menggunakan reserving thermometer, thermophone, atau
thermistor. Untuk analisis suhu didalam air dan air limbah menggunakan metode SNI 06-6989.23-2005.
PROSEDUR PENENTUAN ANALISIS SUHU PADA AIR DAN AIR LIMBAH
Berdasarkan SNI 06-6989.23-2005

Air Permukaan Air Kedalaman Tertentu

• Termometer langsung dicelupkan • Pasang termometer pada alat


kedalam air tunggu 2-5 menit pengambil contoh
• Catat pembacaan skala tanpa • Masukan alat pengambil sampel
mengangkat lebih dahulu kedalam air pada kedalaman
thermometer pada air. tertentu untuk mengambil sampel
• Tarik alat pengambil sampel
sampai permukaan
• Catat skala sebelum sampel
dikelurkan dari alat pengambil
sampel
Kekeruhan
• Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun
bahan anorganik dan organik (plankton dan mikroorganisme lain). Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit
turbiditas (1 mg/L SiO2).
• Alat yang digunakan untuk analisis kekeruhan yaitu Jackson Candler Turbidimetri bersifat visual, yaitu
membandingkan air sampel dengan air standar, satuan nya JTU. Metode lain yaitu Nephelometric dimana
sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab
kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar, satuan nya NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). Konversi satuan JTU dan NTU setara/ sebanding.
• Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi, nilai kekeruhan semakin tinggi. Tapi, tingginya padatan
terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Kekeruhan yang tinggi
dapat menyebabkan terganggunya system osmoregulasi serta dapat menghambat
penetrasi cahaya kedalam air. Prosedur untuk analisis kekeruhan menggunakan
metode SNI 06-6989.25-2005.
PROSEDUR PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR DAN AIR LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN
METODE NEFELOMETER
Berdasarkan SNI 06-6989.25-2005

• Prinsip:
Intensitas cahaya contoh uji yang diserap dan dibiaskan,
dibandingkan terhadap intensitas cahaya suspensi baku
Padatan Total
• Padatan Total adalah bahan (residu) yang
tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu
tertentu (APHA, 1976).
• Residu dianggap sebagai kandungan total Klasifikasi Padatan di Perairan
bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Berdasarkan Ukuran Diameter
• Dalam penentuan residu, Bikarbonat sebagai
anion utama di perairan mengalami
transformasi menjadi CO2. CO2 dan gas-gas
lain yang menghilang pada saat pemanasan
tidak tercakup dalam nilai padatan total.
PADATAN TERSUSPENSI TOTAL/ TSS
• Padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1
µm) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µm.
• TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air

• KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK KEPENTINGAN PERIKANAN


BERDASARKAN NILAI PADATAN TERSUSPENSI (TSS)
Salinitas
• Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam dalam air.
• Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua
karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan
oleh klorida.
• Salinitas dinyatakan dalam satuan g/Kg atau promil (o/oo)
• Terminologi yang mirip dengan salinitas adalah klorinitas, yang hanya
mencakup klorida, bromide dan iodide, dan memiliki nilai yang lebih kecil
daripada Salinitas.
• Hubungan antara salinitas dan klorinitas dinyatakan dengan persamaan
• Salinitas (o/oo) = 0,03 + 1,805 Klorinitas (o/oo)
• Standar Acuan Salinitas yaitu SNI 06-2413-1991
Parameter Baku mutu
ditetap berdasarkan:
1. PP 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas iar dan pencemaran air dan
pengendalian air
2. KepMen LH No: Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair industry
3. MENKES RI No:416/MENKES/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan kualitas air
pH

Anda mungkin juga menyukai