Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

SEPTEMBER 2015

ATONIA UTERI
Oleh :
Gabriella Simona Rering 2009-83-002

Pembimbing :
dr. Rahmat Saptono, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RS TK. II PROF. DR. J. A. LATUMETTEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2015
Pendahuluan
• Atonia uteri menyumbangkan 50-60 % angka
kejadian perdarahan postpartum.
• Perdarahan postpartum dini  satu dari tiga
penyebab terbesar kematian maternal di
negara berkembang dan maju.
• Pencegahan, diagnosis dini, dan manajemen
yang benar merupakan kunci untuk
mengurangi dampak tersebut.
Definisi

Atonia Lemahnya tonus atau kontraksi rahim 


uterus tidak mampu menutup perdarahan
Uteri terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.

Akibat dari atonia uteri adalah terjadinya


perdarahan yang cepat dan parah serta
shock hypovolemik.
Gambar Atonia Uteri
Pencegahan
• Melakukan secara rutin manajemen aktif kala
III.
• Pemberian misoprostol per oral 2-3 tablet
(400-600 µg) segera setelah bayi lahir.
Faktor Predisposisi
• Regangan rahim berlebihan : kehamilan gemeli,
polihidroamnion, atau bayi terlalu besar.
• Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
• Persalinan terlalu cepat (partus presipatus).
• Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin.
• Kehamilan grande-multipara.
• Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau
menderita penyakit menahun.
• Mioma uteri.
• Infeksi intrauterine (korioamnionitis).
• Riwayat atonia uteri sebelumnya.
• Salah penanganan kala III persalinan.
Patofisiologi

Perdarahan terjadi karena pembuluh


darah di dalam uterus masih terbuka
akibat kegagalan mekanisme kontraksi
uterus.
Diagnosis

Palpasi uterus
Setelah bayi dan plasenta lahir
ternyata perdarahan masih aktif dan Memeriksa plasenta dan ketuban
banyak, bergumpal dan palpasi apakah lengkap atau tidak.
didapatkan fundus uteri masih Lakukan eksplorasi cavum uteri
setinggi pusat atau lebih dengan Inspekulo
kontraksi yang lembek.
Pemeriksaan Laboratorium.
Diagnosis Banding
• Robekan jalan lahir.
• Retensio plasenta.
• Tertinggalnya sebagian dari plasenta.
• Inversio uteri.
• Perdarahan terlambat.
• Ruptur uteri.
Tatalaksana
• Sikap trendelenburg, memasang venous line,
dapat memberikan oksigen.
• Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan
cara :
Masase fundus uteri atau merangsang
putting susu
Tatalaksana
• Pemberian oksitosin dan metilergovonin melalui
suntikan secara IM, IV atau SC  Oksitosin 20 IU/L RL
metilergovonin 0,25 mg IM bisa diulangi setiap 5
menit (MD : 1,25 mg).
• Memberikan derivate prostaglandin F2α (carboprost
tromethamine)  IM 0,25 mg ulangi setiap 15 menit
(MD: 2 mg).
• Misoprostol 800-1000 µg per rektal.
Tatalaksana
• Kompresi bimanual eksterna dan/atau
internal.
Tatalaksana
• Kompresi aorta abdominalis
Tatalaksana
• Tampon kondom.

• Ligasi arteri ovarika dan uterina


Tatalaksana
• Operasi ransel B-Linch

• Histerektomi
Komplikasi
• Infeksi peurpeal.
• Perdarahan banyak  sindroma Sheehan.
Gejala-gejala :
hipotensi, anemia, turunnya berat badan 
kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan
atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut
pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dan
hipotensi, amenorea dan kehilangan fungsi
laktasi.
TERIMA KASIH   

Anda mungkin juga menyukai