Anda di halaman 1dari 23

GANGGUAN

HALUSINASI
Oleh kelompok 2 :
Anggi Oktama
Cici Paramida
Dian Lestari
Lala Rindiasari
Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat,
(2011) dalam Zelika, (2015).
Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
b. Faktor neurobiologis
2. Faktor Presipitasi
a. Berlebihannya proses
informasi pada sistem saraf
yang menerima dan
memproses informasi di
thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran
listrik di
syaraf terganggu.Kondisi
kesehatan
Rentang Respon
Halusinasi
Halusinasi merupakan
salah satu respon maldaptive
individual yang berbeda rentang
respon neurobiologi (Stuart and
Laraia, 2005). Jika klien yang
sehat persepsinya akurat,
mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan
perabaan) klien halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus
panca indera walaupun stimulus
tersebut tidak ada.
Jenis Halusinasi

1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %


2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
4. Halusinasi peraba (tactile)
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
6. Halusinasi cenesthetik
7. Halusinasi kinesthetic
Tanda
Gejala
1. tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai
2. menggerakkan bibir tanpa suara
3. Bicarasendiri
4. pergerakan mata cepat
5. Diam
6. asyik dengan pengalaman sensori
7. kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan
8. realitas rentang perhatian yang
menyempit hanya beberapa detik
atau menit
9. kesukaran berhubungan dengan
orang lain
10. tidak mampu merawat diri.
Fase Halusinasi
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien

Fase 1 : Comforting- Klien mengalami Menyeringai atau


ansietas tingkat sedang, keadaan emosi seperti tertawa yang tidak
secara umum, halusinasi ansietas, kesepian, rasa sesuai, menggerakkan
bersifat menyenangkan bersalah, dan takut serta bibir tanpa menimbulkan
mencoba untuk berfokus suara, pergerakan mata
pada penenangan pikiran yang cepat, respon
untuk mengurangi verbal yang lambat, diam
ansietas. dan dipenuhi oleh
sesuatu yang
mengasyikkan.
Fase II: Condemning- Pengalaman sensori Peningkatan sistem syaraf
ansietas tingkat berat, bersifat menjijikkan dan otonom yang
secara umum, halusinasi menakutkan, klien mulai menunjukkan ansietas,
menjadi menjijikkan lepas kendali dan seperti peningkatan nadi,
mungkin mencoba untuk pernafasan, dan tekanan
menjauhkan dirinya darah; penyempitan
dengan sumber yang kemampuan konsentrasi,
dipersepsikan. dipenuhi dengan
pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan realita.
Fase III: Controlling- Klien berhenti Cenderung mengikuti
ansietas tingkat berat, menghentikan petunjuk yang diberikan
pengalaman sensori perlawanan terhadap halusinasinya dari pada
menjadi berkuasa halusinasi dan menyerah menolaknya, kesukaran
pada halusinasi tersebut. berhubungan dengan
Isi halusinasi menjadi orang lain, rentang
menarik, dapat berupa perhatian hanya
permohonan. beberapa detik atau
menit, adanya tanda-
tanda fisik ansietas berat
: berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti
petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori Perilaku menyerang-teror
Panik, umumnya halusinasi menjadi mengancam dan seperti panik, berpotensi
menjadi lebih rumit, menakutkan jika klien kuat melakukan bunuh diri
melebur dalam tidak mengikuti perintah. atau membunuh orang
halusinasinya lain, Aktivitas fisik yang
merefleksikan isi halusinasi
seperti amuk, agitasi,
menarik diri, atau
katatonia, tidak mampu
berespon terhadap
perintah yang kompleks,
tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang.
Menurut Keliat (2011) dalam
Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi
halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya sangat penting
dijalin sebelum mengintervensi klien lebih
lanjut. Setelah hubungan saling percaya
terjalin, intervensi keperawatan selanjutnya
adalah membantu klien mengenali Penatalaksanaan
halusinasinya (tentang isi halusinasi,
waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, Medis
situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi, dan perasaan klien saat
halusinasi muncul).

1. Menghardik halusinasi.
2. Menggunakan obat.
3. Berinteraksi dengan orang lain.
4. Beraktivitas secara teratur dengan
menyusun kegiatan harian.
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S dibawa keluarga pada
tanggal 10 Oktober 2016 ke RSJ
karena pasien sering teriak-teriak dan
kluyuran. Pasien sering marah-
marahsambil memukul tembok dan
orang yang disekitarnya. Semenjak
Ny.S anaknya meninggal pasien
sering mendengar suara atau bisikan
Kasus: yang menyuruh pasien untuk sholat
Pasien juga mengatakan bahwa
keluarga tidak ada yang mengalami
sakit seperti klien.setiap harinya Ny.S
sebagai Ibu rumah tangga yang hanya
mengasuh kedua anaknya.
Alasan Masuk dan
Identitas Klien
Faktor Presipitasi
1. Nama : Ny. Keluarga pasien
S mengatakan satu minggu
2. Umur : 43 sebelum masuk rumah RSJ
th pasien merasa mendengar
3. Alamat : suara atau bisikan yang
Ponorogo menyuruh pasien untuk selalu
4. Pekerjaan : Ibu Rumah sholat. Serimg melamun dan
Tangga berbicara sendiri. Pasien
5. Tgl Pengkajian : 10 Oktober sering keleyuran dan
2016 berteriak-teriak saat
6. Dx Medis : Depresi berat mendengar bisikan. Pasien
dengan gangguan psikotik
marah-marah sambil
memukul tembok dan orang
yang disekitarnya.
N Data Masalah
o.
1. DS: Gangguan persepsi
Pasien mengatakan sering mendengar sensori: halusinasi
bisikan suara saat ingin tidur dan sholat, isi pendengaran
suara tersebut yaitu menyuruh untuk sholat,
suara tersebut kadang muncul kadang tidak,
suara itu muncul lamanya biasa 5 detik
DO:
Klien saat interaksi kadang ketawa sendiri
dan sering mondar-mandir, kadang bicara
sendiri.
2. DS: Isolasi sosial
Pasien mengatakan tidak suka bergaul, di
rumah pasien sering melamun, berdiam diri
dan tidak mau bergaul dengan orang lain.
DO:
Kontak mata kurang saat diajak berinteraksi
3. DS: Resiko mencederai diri,
Pasien mengatakan kadang saat mendengar orang lain, dan lingkungan
bisikan “cepat sholat” rasanya ingin marah dan sekitar
saat tidak terkontrol langsung memukul tembok
DO:
Klien tampak gelisah, tangan klien kadang tampak
mengepal dan ingin memukul sesuatu
Pohon Masalah

Akibat Resiko menyiderai diri dan orang lain

Core Perubahan persepsi


(masalah utama) sensori

Penyebab Isolasi sosial


Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan persepsi
sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko tinggi perilaku
kekerasan
Perencanaan
Intervensi
Tujuan Kriteria hasil
Perubahan persepsi sensori: Klien mampu membina hubungan 1. Bina hubungan saling
halusinasi saling percaya dengan perawat, percaya
dengan kriteria hasil: 2. Beri kesempatan klien
Tujuan umum : klien tidak 1. Membalas sapaan perawat untuk mengungkapkan
menciderai diri sendiri atau orang 2. ekspresi wajah bersahabat dan perasaan
lain atau pun lingkungan. senang 3. Dengarkan ungkapan
3. ada kontak mata klien dengan empati
Tujuan khusus 1 : 4. Mau berjabat tangan
Klien dapat membina hubungan 5. Mau menyebutkan nama
saling percaya dengan perawat 6. Palayan mau duduk
berdampingan dengan perawat
Tujuan khusus 2 : 7. Klien mau mengutarakan
Klien dapat mengenali masalah yang dihadapi
halusinasinya.

Tujuan khusus 3:
Klien dapat mengontrol
halusinasinya.
perencanaan
intervensi
tujuan Kriteria hasil
Isolasi sosial klien menunjukkan 1. Bina hubungan saling percaya
tanda-tanda percaya 2. Tanyakan pada klien tentang:
TUM: Klien dapat berinteraksi kepada / terhadap 1) Orang yang tinggal serumah / teman
dengan orang lain perawat: sekamar klien
1. Wajah cerah, 2) Orang yang paling dekat dengan
TUK: tersenyum klien di rumah/ di ruang perawatan
1. Klien dapat membina 2. Mau berkenalan 3) Apa yang membuat klien dekat
hubungan saling percaya 3. Ada kontak mata dengan orang tersebut
4. Bersedia
2. Klien mampu menyebutkan menceritakan 3. Diskusikan bersama klien tentang
penyebab menarik diri perasaan manfaat berhubungan sosial dan
5. Bersedia kerugian menarik diri.
3. Klien mampu menyebutkan mengungkapkan 4. Beri pujian terhadap kemampuan
keuntungan berhubungan sosial masalahnya klien mengungkapkan perasaannya.
dan kerugian menarik diri. 6. Bersedia 5. Observasi perilaku klien saat
mengungkapkan berhubungan sosial .
masalahnya
perencanaan
intervensi
Tujuan Kriteria Hasil
Resiko tinggi perilaku kekerasan klien menunjukkan tanda-tanda 1. Bina hubungan
percaya kepada perawat: saling percaya
TUM: Klien dapat mengontrol 1. Wajah cerah, tersenyum 2. Bantu klien
perilaku kekerasan 2. Mau berkenalan mengungkapkan
TUK: 3. Ada kontak mata perasaan marahnya
1. Klien dapat membina hubungan 4. Bersedia menceritakan perasaan 3. Bantu klien
saling percaya 5. Menceritakan penyebab perasaan mengungkapkan
2. Klien dapat mengidentifikasi jengkel/kesal baik dari diri tanda-tanda perilaku
penyebab perilaku kekerasan sendiri maupun lingkungannya kekerasan yang
yang dilakukannya 6. Tanda fisik : mata merah, tangan dialaminya
3. Klien dapat mengidentifikasi mengepal, ekspresi tegang, dan 4. Diskusikan dengan
tanda-tanda perilaku kekerasan lain-lain. klien perilaku
4. Klien dapat mengidentifikasi 7. Tanda emosional : perasaan kekerasan yang
jenis perilaku kekerasan yang marah, jengkel, bicara kasar. dilakukannya selama
pernah dilakukannya 8. Perasaannya saat melakukan ini
5. Klien dapat mengidentifikasi kekerasan
akibat perilaku kekerasan
Sp 1 :
1. Mengidengtifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
pasien SP (Strategi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi pasien Pelaksanaan)
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dan jadwal kegiatan
harian
Sp 2:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien jalan jadwal kegiatan sehari hari

Sp 3:
1. Mengevalusi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa di
lakukan pasien
Sp 4:
1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (Sp 1,2,3)
2. Menanyakan pengobatan sebelumnya
3. Menjelaskan tentang pengobatan
4. Melatih pasien minum obat
5. Masukkan jadwal kegiatan pasien

Anda mungkin juga menyukai