Anda di halaman 1dari 18

Postanesthesia Care

Fatimah Cheisya Lolyta (G1A218064)

Pembimbing:
Dr. Widuri Astuti, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ANESTESI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PENDAHULUAN

Tujuan : Pengawasan/perawatan secara ketat setelah anestesi umum/regional

• Prosedur operasi meningkat dan semakin kompleks


• Komplikasi anestesi/bedah
• Kematian 24 jam pasca bedah mencapai 50%

Pulih dari anestesi umum atau dari anelgesia regional secara rutin di
kelola di kamar pulih atau unit perawatan pasca anestesi (RR atau PACU).
3 tahap dalam keperawatan perioperatif:

Ketika pasien Ketika pasien Ketika pasien

Fase Intra Operatif

Fase Post Operatif


Fase Pre Operatif
diterima masuk di masuk atau diterima di ruang
ruang terima dipindahkan ke pemulihan pasca
pasien dan ruang operasi dan anaestesi dan
berakhir ketika berakhir saat berakhir sampai
pasien pasien evaluasi tindak
dipindahkan ke dipindahkan ke lanjut pada tatanan
meja operasi untuk ruang pemulihan. klinik atau di
dilakukan tindakan rumah.
pembedahan
Resiko pasca anestesi dapat di bedakan berdasarkan masalah-masalah yang akan dijumpai
pasca anestesia/bedah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

Kelompok I: Pasien yang mempunyai risiko tinggi gagal napas dan gangguan hemodinamik
pasca anestesia/bedah, sehingga perlu napas kendali pasca anestesia/bedah.

Kelompok II: Sebagian besar pasien pasca anestesia/bedah termasuk dalam kelompok ini, tujuan
perawatan pasca anestesia/bedah adalah menjamin agar pasien secepatnya mampu menjaga
keadekuatan respirasinya dan kestabilan kardiovascular.

Kelompok III: Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien pada
kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya tetapi harus bebas dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri
dan kelemahan otot, sehingga pasien bisa pulang.
Postanesthesia Care Unit (PACU)

• Terletak di dekat ruang operasi


• Area yang digunakan pertempat tidur sekurang-kurangnya 15 m2. Jarak antara tempat tidur
pemulihan sekurang-kurangnya 1,50 m.
• Memiliki pintu lebar, penerangan cahaya cukup, dan jumlah tempat tidur sesuai dengan jumlah
ruang operasi.
• Mudah dijangkau oleh dokter ahli anestesi atau ahli bedah
• Mempunyai peralatan yang lengkap, seperti: sumber oksigen, suction, stetoskop, tensimeter,
termometer, monitor EKG dan saturasi, resusitasi set serta obat-obatan emergency
• Dikelola oleh perawat khusus terlatih dalam perawatan pasien post anestesi
Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi

• Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesia, posisi kepala diatur sedemikian
rupa agar kelapangan jalan napas tetap adekuat sehingga ventilasi terjamin.
• Gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menambah rasa nyeri akibat tindakan
pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi.
• Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi.
• Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa agar aliran darah dari daerah
tungkai ke proksimal lancar.
• Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi dengan baik atau tidak lepas.
• Tidak perlu mendorong tempat tidur tergesa-gesa karena hal tersebut dapat mengakibatkan rasa nyeri dari
daerah bekas operasi, perubahan posisi kepala, sehingga dapat menimbulkan masalah ventilasi, muntah
atau regurgitasi gangguan sirkulasi.
Serah Terima Pasien di Ruang Pulih

Ada 3 langkah dasar:


• Identifikasi pasien
O2
• Pemberian obat-obatan
Vital sign
• Prosedur anestesi
Monitoring
• Prosedur operasi
• Keseimbangan cairan
• Instruksi khusus
KOMPLIKASI SAAT PERJALANAN
DARI OK » RR :
MONITORING YANG KURANG
OVERDOSIS OBAT
ALAT RESUSITASI ( - )

PERSYARATAN PASIEN TAK STABIL


DARI OK » RR :
TERPASANG ET
MONITOR PORTABLE
OBAT – OBAT EMERGENCY ( + )
Pemulihan Rutin

Kontrol Nyeri
Nyeri ringan sampai sedang dapat diobati secara oral dengan acetaminophen ditambah codeine.
Untuk nyeri sedang sampai berat pasca operasi di PACU dapat dikelola dengan opioid parenteral,
anestesi regional atau blok saraf tertentu. Ketika opioid digunakan, titrasi dosis intravena kecil
umumnya paling aman.

Agitasi
Ketika gangguan fisiologis yang serius, kedatangan keluarga atau orang tua (jika mereka diizinkan
dalam PACU) sering menenangkan pasien. Faktor penyebab lainnya termasuk kecemasan dan
ketakutan pra operasi serta efek samping obat.
Nausea dan Vomitus
Persiapan tablet oral disintegrasi (ODT) ondansetron mungkin berguna untuk pengobatan
dan profilaksis terhadap mual dan muntah postdischarge. Pasien yang diidentifikasi
berisiko mengalami PONV harus diberikan antiemetik sebelum bangun dari anestesia
karena seringkali lebih mudah untuk mencegah muntah dibandingkan menghentikannya
begitu sudah terjadi.

Hipotermia dan Menggigil


Hipotermia harus ditangani dengan perangkat pemanas udara (forced-air warming
device) atau dengan lampu atau selimut penghangat, untuk meningkatkan suhu tubuh
normal.
Manajemen Komplikasi
Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas pada pasien tidak sadar adalah paling umum karena lidah jatuh ke belakang dan menutup
faring posterior. Penyebab lainnya adalah spasme laring, edema glotis, sekresi muntahan atau darah dalam
saluran napas atau tekanan eksternal pada trakea (paling sering dari hematoma leher).

Hipoventilasi

Tanda-tandanya bervariasi termasuk mengantuk yang berkepanjangan, obstruksi jalan napas, frekuensi
pernapasan lambat, tachypnea dengan pernapasan dangkal atau sesak napas. Biasanya nalokson digunakan
untuk meningkatkan respirasi, titrasi sedikit demi sedikit (0,04 mg pada orang dewasa)

Hipoksemia
Oksigen terapi adalah dasar pengobatan. Pemberian rutin oksigen 30-60% biasanya cukup untuk mencegah
hipoksemia bahkan dengan hipoventilasi . Pasien dengan hipoksemia berat atau persisten harus diberikan
oksigen 100% melalui masker nonrebreathing atau endotracheal tube sampai penyebabnya diidentifikasi dan
terapi lain diberikan.
Hipotensi
Hipotensi ringan selama pemulihan dari anestesi biasanya menggambarkan penurunan tonus simpatik biasanya
terkait dengan tidur atau efek residual dari agen anestesi, biasanya tidak memerlukan pengobatan.
Pada hipotensi berat, vasopressor atau inotropic (dopamin atau epinefrin) mungkin diperlukan untuk
meningkatkan tekanan darah arteri sampai defisit volume intravaskular setidaknya sebagian dikoreksi.

Hipertensi
Peningkatan tekanan darah ringan sampai moderat dapat diobati dengan blocker adrenergik intravena seperti
labetalol, esmolol, atau propranolol; kalsium channel blocker nicardipine, atau nitrogliserin. Nifedipine
sublingual dan hydralazine juga efektif tetapi sering menyebabkan refleks takikardia dan dikaitkan dengan iskemia
dan infark miokard.

Aritmia
Bradikardia sering mewakili efek residual dari inhibitor cholinesterase (neostigmine), sintetis opioid ampuh
(sufentanil), atau β-adrenergik bloker (propranolol). Takikardia mungkin merupakan efek dari agen antikolinergik
(atropin), obat vagolytic (pancuronium atau meperidin), β-agonis (albuterol).
Kriteria Discharge

HEMODINAMIK STABIL

VENTILASI SPONTAN ADEKUAT

NYERI TERKONTROL.

SUHU NORMAL.

MUAL/MUNTAH MINIMAL
Kriteria yang digunakan dan umumnya dinilai
pada saat observasi diruang puliah adalah warna
kulit, kesadaran, sirkulasi, pernafasan dan
aktivitas motorik. Idealnya pasien baru boleh
dikeluarkan bila jumlah skor adalah 10. Namun,
bila skor total telah diatas 8, pasien boleh keluar
ruang pemulihan.
Untuk pasein dengan spinal anestesi digunakan kriteria Skor
Bromage yang dinilai adalah pergerakan kaki, lutut dan
tungkai. Apabila total skor diatas 2, pasien boleh
dipindahkan ke ruang rawat.
Untuk pasien anak-anak, kriteria pemulihan yang digunakan adalah
Skor Steward, yang dinilai antara lain pergerakan, pernafasan dan
kesadaran. Bila skor total diatas 5, pasien diperbolehkan keluar
dari ruang pemulihan.
KESIMPULAN

Ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut juga Post Anesthesia Care Unit (PACU) adalah
ruangan tempat pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja
menjalani operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil.
Dalam syarat ruang pemulihan harus memiliki pintu lebar, penerangan cahaya cukup, dan
jumlah tempat tidur sesuai dengan jumlah ruang operasi.
Ruang pemulihan minimal mempunyai kapasitas tempat tidur 1,5 kali jumlah ruang operasi.
Area yang digunakan pertempat tidur sekurang-kurangnya 15 m2. Jarak antara tempat tidur
pemulihan sekurang-kurangnya 1,50 m. Pasca anestesia merupakan periode kritis, yang
segera dimulai setelah pembedahan dan anestesia diakhiri sampai pasien pulih dari pengaruh
anestesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai