Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN KEPERAWATAN ONKOLOGI

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies, 1989).
Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua ditentukan pada kegiatan yang
perlu dilakukan dala rangka mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat
admistrasi.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gilles, 1989). Pekerjaan keperawatan
harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai.

Jadi dapat disimpulkan, manajemen keperawatan onkologi adalah pengaturan sumber daya baik
perawat, asuhan keperawatan, dan proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
menyelesaikan masalah dengan kasus onkologi.
TUJUAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan

2. Mencegah dan mengatasi permasalahan manajerial

3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efsien dengan melibatkab seluruh
komponen (Perawat, Asuhan, dan Proses Keperawatan)

4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perswatan bekerja lebih sefektif
dan efisein, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya.
TERAPI RADIASI

Radiasi merupakan perpindahan energi dari sumber radiasi terhadap medium lain, dan
transmisi ini dapat berupa partikel (radiasi partikel) maupun berupa gelombang atau cahaya
(radiasi elektromagnetik). Beberapa jenis radiasi yang dihasilkan dari atom, seperti radiasi
sinar tampak, sinar-X dan sinar-ɣ, dikelompokkan dalam gelombang elektomagnetik atau
dikenal dengan istilah spektrum elektromagnetik.

Terapi radiasi menggunakan radiasi tingkat tinggi yang bertujuan untuk membunuh sel
kanker serta mengecilkan ukuran tumor.
TUJUAN RADIASI
A. Kuratif

Tujuannya untuk memusnahkan semua sel ganas yakni menghilangkan atau eradikasi tumor pada
daerah lokal dan kelenjar getah bening regional. Tujuan ini dapat dicapai pada perluasan tumor minimal atau
dini tanpa ditemukan metastasis, misalnya pada karsinoma nasofaring, kanker mulut rahim.

B. Paliatif

Tujuannya untuk menghilangkan atau mengurangi gejala sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien. Diberikan pada kanker dalam stadium lanjut, baik lokal maupun dengan metastasis misalnya
pada kasus keganasan keluhan nyeri karena metastasis tulang dengan ancaman fraktur dan kasus pendarahan
akibat keganasan (R. Susworo, 2007).
PROSEDUR TINDAKAN RADIASI

Persiapan penderita sebelum pelaksanaan terapi radiasi:

1. Pemeriksaan fisik dan ginekologi (Untuk Ca Cerviks pemeriksaan biopsi)

2. Pemeriksaan laboratorium: DL, Hb, Leukosit, Trombosit. KK: SGOT, SGPT, Albumin, BUN,
Kreatinin, BSN 2JPP.

3. Pemeriksaan Rongten: Photo Thorax, Colonnilop, IVP-BNO, USG Abdomen atas atau bawah atau
CT Scan Abdomen.
4. Setelah semua pemeriksaan lengkap dalam batas normal. Semua hasil seperti hasil biopsi
dan papsmear, gambar sraging, hasil foto-foto, hasil laboratorium dan surat konsultasi di
fotocopy dalam rangkap satu.

5. Setelah hasil semua di foto copy sebelum penderita dikonsulkan ke radioterapi blanko
disusun sebagai berikut: serat konsultasi disusun diatas, bawahnya lagi gambara staging.
Hasil biopsi atau papsmear, kemudian hasil-laboratorium dan foto-foto.

6. Penderita dikonsulkan ke radioterapi.


JENIS RADIOTERAPI
1. Radioterapi Eksternal

Radioterapi eksternal adalah tipe yang paling umum dari radioterapi. Sebuah mesin akan
memancarkan radiasi, biasanya X-ray intensitas tinggi. Radiasi akan diarahkan pada bagian tubuh yang
terkena kanker. Tiap sesi biasanya membutuhkan waktu sekitar 10-30 menit. Anda tidak akan merasa sakit
atau kepanasan selama terapi.

2. Brakiterapi Karsinoma Serviks

Brakiterapi adalah radiasi dalam jarak yang dekat. Sumber radiasi berbentuk kabel, lempengan yang
dimasukkan ke dalam tumor untuk menyalurkan radiasi dengan dosis tinggi. Sumber radioaktif ini adalah
cesium, iridium dan iodine. Pengobatan tipe ini sangat efektif untuk beberapa jenis kanker, seperti kanker
serviks, beberapa kasus kanker leher dan kepala serta kanker paru-paru.
3. Radioterapi Radikal

Radioterapi radikal diindikasikan untuk kasus-kasus nonoperable. Pengobatan terdiri


dari radioterapi eksternal (24 kali pengobatan selama 5 minggu) dilanjutkan dengan
pengobatan intrakavitas selama 3 kali. Terapi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemberian kemoterapi dengansisplatin. Radioterapi ajuvan diindikasikan sebagai pengobatan
lanjutan pada pasien post operasi histerektomi radikal dimana didapatkan sel ganas
pada limfonodi pelvis dengan batas yang tertutup (25 kali pengobatan selama 5 minggu).
EFEK SAMPING RADIOTERAPI

Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek samping
tersebut tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Beberapa efek
samping berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan
ulserasi), penurunan sel-sel darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa
terjadi pada setiap pengobatan radioterapi.

Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau keempat dari pengobatan dan
hilang dua minggu setelah pengobatan selesai.
KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah metode terapi sistemik terhadap kanker sistemik (misal leukimia, mieloma,
limfoma, tumor trofoblas getasional dll) dan kanker dengan metastasis klinis ataupun subklinis. Pada
kanker stadium lanjut lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya pilihan metode terapi efektif.

Dalam pelaksanaannya, kemoterapi menggunakan obat-obatan sitostatika. Sitostatika adalah


kelompok obat (bersifat sitotoksik) yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat
sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-sel propaganda. Obat ini termasuk
obat-obat berbahaya (OB), yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik, dan teratogenik, dan atau
menyebabkan kerusakan fertilisasi.
TUJUAN DAN KLASIFIKASI KEMOTERAPI
a. Kemoterapi kuratif

Terhadap tumor sensitif yang kurabel, misalnya leukimia limfositik akut, limfoma maligna, kanker testes,
karsinoma sel kecil paru, dd dapat dilakukan kemoterapi kuratif. Skipper melalui penelitian atas galur tumor L1210 dari
leukimia mencit menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti aturan 'kinetika orde pertama', yaitu dengan dosis
tertentu obat antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai konstan tertentu sel kanker.

b. Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian
dari operasi kuratif.. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan semakin tinggi, terhadap
kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu,
terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi obat berkurang,
peluang kesembuhan bertambah.
c. Kemoterapi neonadjuvan

Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi. Kanker

terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi 2-3

siklusdapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna. Bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi

selanjutnya.

d. Kemoterapi paliatif

Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll.

hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat

paliatif, hanya dapat berfperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus

mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang

terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun at au memperparah perkembangan penyakitnya.
e. Kemoterapi investigatif

Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau obat baru
yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas
rendah, penelitian memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, raneangan
pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti
prinsip etika kedokteran. Kinisudah terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical practice'
(GCP)
PRINSIP KEMOTERAPI

• Jumlah sel. Kanker baru dapat dideteksi bila jumlah sel kanker kira-kira 109. Jumlah yang dapat dibasmi
diperkirakan 99,9%, jadi sel kanker yang tersisa sekuramg-kurangnya 106 sel. Jelas sulit mencapai
pembasmian total, karena itu diperlukan pengobatan jangka panjang.

• Adanya hubungan dosis-respon yang jelas. Berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus dengan dosis.
Pertimbangan untung rugi harus dilakukan secara sangat cermat.

• Diperlukan jadwal pengobatan yang tepat. Untuk dosis total yang sama, pemberian dosis dasar secara
intermiten memberikan hasil yang lebih baik dan imunosupresi yang lebih ringan dibandingkan dengan
pemberian dosis kecil setiap hari.
• Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa pada keadaan
dini jumlah sel kanker lebih sedikit dan fraksi sel kanker yang dalam pertumbuhan (yang sensitif
terhadap obat) lebih besar.

• Kemoterapi harus tertuju kepada sel kanker. Tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jaringan
normal. Obat kanker yang ada pada saat ini umumnya bersifat sitotoksik, baik terhadap sel normal
maupun sel kanker.
• Sifat pertumbuhan tumor ganas. Harus menjadi pertimbangan, pertumbuhan tumor

mengikuti fungsi Gompertzian (mula-mula bersifat eksponensial kemudian bersifat lambat).

• Efek selektif relatif. Beberapa sitostatik dan hormon memperlihatkan efek selektif relatif

terhadap sel dengan tipe histologik tertentu.

• Terapi kombinasi. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker ialah untuk mendapatkan

sinergisme tanpa menambah toksisitas.


CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI

Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja yaitu:

1. Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi.

2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus
karsinoma stadium lanjut.

3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau radiasi.

4. Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus
kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan limfoma).
PERSYARATAN PASIEN YANG LAYAK DIBERI
KEMOTERAPI
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi dapat
terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb :

• Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)

• Jumlah leukosit (>3000/ml)

• Jumlah trombosit (?120.000/ul)

• Cadangan sumsum tulang masih adekuat missal Hb >10

• Creatinin clearance diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam, test faal ginjal)

• Bilirubin <2 mg/dl. SGOT dan SPGT dalam batas normal (test faal hepar)

• Elektrolit dalam batas normal

• Meningat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun
EFEK SAMPING KEMOTERAPI
Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membelah secara cepat seperti
sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi
sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia
dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut.

Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung, yang dapat dievaluasi
dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering
terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah satu efek
samping pemberian kemoterapi.

Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah sakit sebaiknya dosis obat
dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan
(kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :

• Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.

• Dosis.

• Jadwal pemberian.

• Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).

• Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ tertentu.
SURGERY/ OPRASI/ PEMBEDAHAN
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan
pembedahan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan, dan komplikasi (Daru Eko S Dkk,
2016). Pembedahan merupakan salah satu modalitas yang masih digunakan dalam menangani penderita kanker.

Pada umumnya pembedahan dilakukan pada penderita dengan tumor primer yang masih dini atau
pengobatan paliatif dekompresif. Tetapi untuk semua penderita kanker yang termasuk keganasan hematologi
(seperti leukemia, keganasan kelenjar getah bening, Multiple Myeloma), seharusnya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan ahli onkologi medik sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, karena keganasan ini termasuk
penyakit sistemik. (Asharianti, 2013).

Tujuan operasi yang dilakukan dapat mengangkat tumor yang tumbuh atau memperbaiki bagian tubuh,
di mana kanker telah menyebar.
KLASIFIKASI
BERDASARKAN PENGANKATAN
TUMORNYA:

• Operasi Kuratif

Tujuan dari operasi ini adalah mengangkat tumor secara tuntas dengan tujuan kuratif. Setiap tumor yang
terlokalisir di lokasi primer dan kelenjar limfe regional dekatnya, atau tumor walaupun sudah menginvasi organ sekitarnya
tapi masih dapat diangkat en blok bersama lesi primernya harus dilakukan operasi kuratif.
• Operasi Paliatif

Operasi paliatif meliputi reksisi tumor paliatif dan reseksi simtomatik. Reseksi tumor
paliatoif adalah reseksi yang tidak tuntas (secara visual tidak bersih atau tampak sisa tumor)
namun tidak dapat dilakukan operasi radikal terhadap lesi primer ataupun metastasisnya.
Reseksi simtomatik sama sekali tidak mereseksi lesi tetapi hanya melakukan operasi untuk
membebaskan gejala terkait tumor. Tujuan operasi paliatif adalah untuk dipadukan dengan
radioterapi, kemoterapi, dan terapi kombinasi lainnya atau hanya untuk mengurangi gejala
meningkatkan kualitas hidup, misalnya mengurangi nyeri, perdarahan, mengatasi sesak napas.
OPERASI ONKOLOGI ATAU KANKER, DIKATEGORIKAN
BERDASARKAN TUJUANNYA, YAITU:
• Operasi Pencegahan

Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kanker berkembang dari awal. Operasi onkologi jenis ini,
mengangkat jaringan atau organ yang rentan terhadap jenis kanker yang mungkin berkembang pada tubuh
orang tersebut.

• Operasi pemeriksaan

Operasi onkologi terkadang dilakukan untuk memastikan tumor yang dicurigai sebagai kanker,
biasanya dengan mengambil sampel kecil dari tumor sehingga dapat dipelajari di bawah mikroskop. Tindakan
ini, disebut sebagai biopsi, dapat dilakukan dengan teknik minimal invasif, dan merupakan cara paling efektif
untuk menentukan, apakah tumor yang ada ganas atau jinak (non-kanker).
• Menentukan stadium kanker

Klasifikasi kanker kadang membutuhkan beberapa kali operasi; ini dilakukan untuk menentukan

stadium kanker, yang merupakan faktor penting dalam membuat rencana pengobatan bagi pasien. Operasi

dalam bentuk ini dijalankan untuk mengevaluasi ukuran tumor dan memeriksa apakah kelenjar getah bening

telah terinfeksi.

• Pengobatan awal

Operasi adalah awal dari pengobatan kanker dengan tingkat kesuksesan yang tinggi, karena tindakan

ini akan mengangkat tumor yang ganas dari tubuh. Jika infeksinya masih bersifat lokal dan belum menyebar ke

bagian tubuh lain, pemoperasian cukup untuk mengobati penyakit. Namun, jika sebaliknya pasien akan

membutuhkan terapi lainnya.


• Menghilangkan beberapa gejala

Operasi kanker adalah tindakan yang dapat juga digunakan untuk menghilangkan beberapa

gejala yang dialami pasien karena panyakit ini, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh tumor yang

menekan saraf atau tumor yang mempersempit saluran usus.


TERAPI GEN

Teknologi terapi gen tidak terlepas dari prinsip rekayasa genetika untuk menghasilkan GMO

(Genetically Modified Organism) atau yang biasa dikenal sebagai organisme transgenik. Ide untuk terapi

gen cukup unik yaitu dengan menambahkan gen yang normal ke bagian genom yang mengalami mutase

ataupun kerusakan sehingga fungsi gen tersebut dapat diperbaiki (Kachroo & Gowder, 2016).

Proses rekayasa genetik pada teknologi terapi gen meliputi tahapan berikut: isolasi gen target,

penyisipan gen target ke vektor transfer, transfer vektor yang telah disisipi gen target ke organisme yang

akan diterapi, transformasi pada sel organisme target. Gen target yang telah disisipkan pada organisme yang

diterapi tersebut diharapkan mampu menggantikan fungsi gen abnormal yang mengakibatkan penyakit pada

penderita.
Terapi gen pada manusia didefinisikan sebagai transfer asam nukleat berupa
DNA ke sel somatik pasien sehingga gen tersebut memiliki efek pengobatan terhadap
penyakit pasien, baik dengan mengoreksi ketidaknormalan gen maupun over ekspresi
protein yang dikode oleh gen tersebut.
STRATEGI TERAPI GEN
• Gene replacement

Strategi ini dilakukan dengan melihat kemungkinan menggantikan gen yang termutasi dengan
gen yang normal melalui rekombinasi homolog insitu. Ini merupakan cara yang lebih baik untuk
mengobati atau bahkan menyembuhkan penyakit monogenik, tetapi jarang digunakan untuk terapi gen
kanker karena keterbatasan teknis dan perubahan genetic yang kompleks pada kanker.

• Modifikasi Gen

Strategi ini dilakukan dengan langsung mengubah gen termutasi dan merehabilitasi fungsi sel
target. Ini merupakan cara yang ideal untuk terapi gen tetapi memiliki kesulitan besar. Jarang
ditemukan penelitian dengan strategi ini.
• Augmentasi Gen

Augmentasi Gen dilakukan dengan mentransfer gen terapeutik eksogen ke dalam sel yang
kekurangan dan membiarkan produk hasil ekspresi menggantikan kekurangan tersebut. Ini adalah
strategi yang paling umum digunakan dalam terapi gen. Titik utama teknologi ini adalah pemilihan gen
terapi dan sistem pengiriman gen. Banyak system pengiriman yang efisien telah dikembangkan untuk
memperkenalkan materi genetik ke dalam sel eukariotik dan membuat mereka diekspresikan.
• Blokade Gen

Strategi ini bertujuan untuk mencegah transkripsi dan translasi gen terkait kanker tertentu
dengan menggunakan urutan nukleotida pendek yang mengikat DNA atau RNA secara komplementer,
yang dapat memblokir sinyal jalur transduksi yang menyimpang dan menginduksi diferensiasi tumor
dan apoptosis pada akhirnya. Hal ini juga dikenal sebagai terapi gen antisense. Bahan yang umum
digunakan dalam strategi ini mencakup oligonukleotida antisense, ribozymes dan small interfering
RNAs (siRNAs).
METODE TERAPI GEN

a. Penghantaran Ex vivo

Dalam sistem ini, sel-sel penerima yang sebelumnya diambil dari jaringan target atau Sumsum

tulang dikultur secara in vitro dan kemudian dimasukkan kembali kedalam tubuh pasien setelah transfer gen

terapeutik. Untuk meningkatkan keberhasilan terapi, sel yang telah ditransfeksi secara positif diseleksi dari

total sel untuk implantasi, yang merupakan kelebihan dari pemberian secara ex vivo. Namun, kekurangan

dari sistem penghantara ex vivo adalah prosesnya kompleks dan kelangsungan hidup sel yang dimasukkan

kembali rendah.
b. Penghantaran Invivo

Dalam sistem ini, vektor gen yang membawa gen terapeutik secara langsung

dimasukkan ke jaringan target atau organ, melalui injeksi sistemik, injeksi in situ, obat

oral atau semprot, dimana teknik injeksi in situ lokal pada jaringan tumor paling sering

dilakukan. Hampir semua uji klinis in vivo pada terapi gen kanker didasarkan pada

metode ini, yang meliputi injeksi intratumoral yang dimediasi oleh CT atau USG.
c. Vector dalam Terapi Gen

Sistem vektor ini dapat dibagi menjadi dua kategori: sistem vektor nonviral dan viral.
Keduanya telah diteliti dan masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan yang berbeda.

1. Metode Viral

Metode ini biasanya menawarkan efisiensi transduksi yang lebih tinggi dan ekspresi gen
jangka panjang, tetapi mungkin dapat terkait dengan toksisitas, imunogenisitas, mutagenisitas,
ketidakmampuan untuk mentransfer gen ukuran besar dan biaya tinggi. Vektor virus yang paling
umum dalam terapi gen pada penyakit kanker adalah adenovirus (Adv), retrovirus (RV), virus
adenoassociated (AAV), lentivirus, herpes simplex virus (HSV), virus influenza, virus penyakit
Newcastle, virus cacar, dan virus Epstein- Barr (EBV).
2. Metode non-viral

Metode ini memberikan keuntungan relatif aman, kemampuan untuk mentransfer gen
ukuran besar, toksisitas kurang dan persiapan mudah, mereka juga dapat dimodifikasi dengan
ligan untuk jaringan atau target spesifik sel. Namun, metode non-viral menunjukkan
keterbatasan efisiensi transfeksi rendah dan ekspresi transgen yang rendah.

Vektor non-viral terdiri dari vektor kimia, vektor biologi dan metode fisik transfer Gen
untuk memperkenalkan DNA telanjang (DNA plasmid), molekul RNA, atau oligonukleotida
ke sel penerima.
EFEK SAMPING TERAPI GEN
Efek samping yang paling sering dalam terapi gen f. Anemia transient ringan
adalah: g. Toksisitas, mutagenisitas dan imunogenisitas
a. Demam sementara terkait dengan terapi dengan vektor virus.

b. Gejala flu h. Masalah lain yang besar dalam terapi gen adalah

c. Reaksi hipersensivitas tipe 3 resistensi terhadap pengobatan dengan rekurensi


tumor berikutnya.
d. Leukocytopenia

e. Limfopenia dan khususnya limfopenia, dapat


terjadi menunjukkan redistribusi sel sel darah
putih untuk menargetkan jaringan seperti tumor

Anda mungkin juga menyukai