Anda di halaman 1dari 37

MATA KULIAH

PROTEKSI TENAGA LISTRIK


2.1. Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Yang dimaksud dengan sistem proteksi tenaga listrik adalah suatu
sistem pengamanan untuk peralatan – peralatan sisten tenaga listrik
dan saluran terhadap kondisi abnormal (gangguan).

Dua fungsi utama proteksi pada sistem tenaga listrik, adalah :


 Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya
pada bagian sistem yang diamankannya.
 Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian
sistem lainnya yang tidak mengalami gangguan dapat terus
beroperasi.
2.2. Peralatan Proteksi

Suatu sistem proteksi terdiri dari beberapa komponen yang


membentuk satu rangkaian dan masing-masing komponen
mempunyai tugas sesuai dengan fungsinya.

Komponen peralatan pada sistem pengaman adalah sebagai berikut :


Circuit Breaker/Pemutus tenaga
Relay/Rele
Trafo Arus (CT)
Trafo Tegangan (PT)
Kabel Kontrol
Baterai
Pada gambar 1, memperlihatakan sistem pengaman pada sistem
tenaga listrik. Bila terjadi gangguan pada saluran maka CT dan PT
akan memberikan indikasi adanya gangguan kepada relai dan
relai akan merasakan adanya gangguan tersebut. Kemudian relai
akan bekerja sehingga kontak relai menutup dan menghubungkan
Triping coil dengan batere kemudian Circuit Breaker membuka.
CT CB (Circuit Breaker)

PT TC (Tripping Coil)

Relai
proteksi

Batere

Gambar 1. Komponen perlatan pada sistem pengaman


2.2.1. Circuit Breaker
Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu
peralatan listrik yang dapat menghubungkan atau memutuskan
rangkaian listrik dalam keadaan normal (tidak ada gangguan) atau
tidak normal (terjadi gangguan) yang dilengkapi dengan alat
pemadam busur api.

Dalam keadaan tidak normal ( terjadi gangguan ) CB adalah


merupakan saklar otomatis yang dapat memisahkan bagian yang
terganggu dengan bagian yang tidak terganggu, dimana untuk
mengerjakan/mengoperasikan CB dalam keadaan tidak normal ini
umumnya digunakan suatu rangkaian trip ( tripping coil ) yang
mendapat sinyal dari suatu rangkaian relai pengaman.

Jenis CB pada umumnya dibedakan berdasarkan bahan yang


dipakai untuk memadamkan busur api yang terjadi di antara
kontak-kontak CB pada waktu kontak-kontak tersebut membuka
karena adanya gangguan.
Jenis-jenis Circuit Breaker adalah sebagai berikut :
1. Air Circuit Breaker : a. Air Natural Circuit Breaker
b. Air Blast Circuit Breaker
2. Oil Circuit Breaker : a. Minimum Oil Circui Breaker
b. Bulk Oil Circuit Breaker
3. Sulphur Hexaflouride Circuit Breaker ( SF6 CB ).
4. Vacum Circuit Breaker.

Media pemadam busur api pada Air Circuit Breaker menggunakan


udara, baik udara alami (udara sekitar) maupun udara yang
dihembuskan secara paksa. Oil Circuit Breaker menggunakan
minyak sebagai media pemadam busr api, dan pada SF6 Circuit
Breaker menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur
api. Sedangkan pada Vacum Circuit Breaker medianya hampa
udara (kontak-kontak CB berada dalam tabung hampa udara).
Circuit Breaker harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Bila kontak dalam keadaan tertutup harus sanggup dialiri arus


beban penuh untuk waktu yang panjang.
b. Bila kontak dalam keadaan terbuka, celah udara antar kontak
harus tahan terhadap tegangan rangkaian.
c. Harus dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban maupun
dalam keadaan tidak berbeban.
d. Harus dapat memutus secara cepat bila terjadi gangguan .
e. Harus tahan terhadap arus hubung singkat untuk beberapa saat
f. Harus tahan terhadap efek pembusuran pada kontak-kontaknya,
yang timbul pada waktu terjadi hubung singkat.
2.2.2. Relai Proteksi
Definifi Relai pengaman menurut The Institute Of Electrical And
Electronic Engineering (IEEE) adalah peralatan yang dirancang
untuk dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau
mulai merasakan adanya ketidak normalan pada peralatan atau
bagian sistem tenaga listrik dan secara otomatis membuka Circuit
Breaker untuk memisahkan peralatan atau bagian dari sistem yang
terganggu dan memberi isyarat berupa lampu atau alarm.

Relai pengaman dapat merasakan atau melihat adanya gangguan


pada peralatan yang diamankan dengan mengukur atau
membandingkan besaran-besaran yang diterimanya misalnya arus,
tegangan, daya, sudut fase, frekuensi, impedansi dan sebagainya
dengan besaran yang telah ditentukan, kemudian mengambil
keputusan untuk seketika ataupun dengan perlambatan waktu
membuka Circuit Breaker.
Fungsi relai proteksi

Relai pengaman pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk :


* Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang
terganggu serta memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya
tidak terganggu dan dapat beroperasi secara normal.
* Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan atau
bagian sistem yang terganggu.
* Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang
lain yang tidak terganggu di dalam sistem tersebut serta
mencegah meluasnya gangguan.
* Memperkecil bahaya bagi manusia.
A. Tipe Relay Proteksi
a. Berdasarkan prinsip kerjanya :
- relay elektro-magnetis
- relay termis
- relay elektronis
b. Berdasarkan kontruksinya :
- tipe angker tarikan
- tipe batang seimbang
- tipe cakram induksi
- tipe kumparan bergerak
c. Berdasarkan besaran yang diukur :
- relay tegangan
- relay arus
- relay impedans
- relay frekuensi
d. Berdasarkan cara kerja kontrol elemen :
- direct acting; kontrol elemen bekerja langsung
memutuskan aliran
- indirect acting; kontrol elemen hanya digunakan untuk
menutup kontak suatu peralatan lain digunakan memutus
rangkaian / aliran

e. Berdasarkan karakteristiknya :
- instantaneous
- definitte time delay, yaitu relay yang bekerjanya dengan
kelambatan waktu
- inverse
 Elektromagnetis

• Saat terjadi gangguan hubung singkat arus


dari CT masuk ke kumparan Rele.
• Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi

Setelan magnit dan kontak akan ditarik kebawah.


waktu
• lamanya kontak menyentuh switch tergantung
setting waktunya

107
Relay Thermal
Relay elektronis/Didgital
Relai digital mempunyai :
• Pemprograman input
• Pemprogrman output (alarm dan trip)
• Pemprograman logic (boolean logic-AND, OR, NOT)
• Pemprograman Kurva Waktu-Arus
Rect Kontak

I Set timer Output
CT
Comp

Set I (arus)

 Arus gangguan hubung singkat masuk ke CT.


 Arus ini di searah kan di Rectifier dan arus searah di teruskan
ke comp.
 Kapasitor digunakan menambah arus yang masuk coil tripping.
Relay tipe Cakram Induksi
Type Cakram Induksi
• Rele inverse menyetel waktu & arus

• Saat terjadi gangguan hubung singkat arus

dari CT masuk ke kumparan Rele

• Selenoid yang dililit kumparan akan mem

bentuk , fluks terpotong oleh piringan,

piringan berputar.

• Lamanya kontak menyentuh switch


tergantung setting waktunya
B. Syarat-syarat relai proteksi

a) Dapat diandalkan ( Realiable ).


Keandalan relai pengaman dikatakan baik bila mempunyai harga :
90 s/d 99 %. Misalnya dalam satu tahun terjadi gangguan
sebanyak 25x dan relai dapat bekerja dengan sempurna sebanyak
23x, maka :
23
 92%
Keandalan relai pengaman = 25

b) Selektif.
Yang dimaksud selektif adalah kecermatan pemilihan dalam
melakukan pengamanan, dalam hal ini menyangkut kordinasi
pengamanan dari sistem keseluruhan. Relai pengaman yang
bekerja adalah pengaman yang paling dekat dengan gangguan,
bila relai tersebut gagal bekerja maka relai pada seksi berikutnya
akan bekerja sebagai back-up (pengaman cadangan).
c) Waktu Kerja Relai Cepat.
Relai harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami
gangguan, dengan waktu operasi sbb :

top  t p  tcb
top = total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan
hubungan/rangkaian yang terganggu.
tp = waktu bereaksinya relai pengaman
tcb = waktu yang dipergunakan untuk pelepasan CB
Pada umumnya untuk top sekitar 0,1 detik.

d) Peka ( sensitif ).
Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi,
artinya harus cukup sensiitif terhadap gangguan didaerahnya
meskipun gangguan tersebut minimum.
e) Ekonomis dan sederhana.
Dalam menentukan relai pengaman yang akan digunakan harus
ditinjau segi tekno-ekonomisnya. Misalnya untuk sistem
distribusi tegangan menengah yang radial tidak diperlukan relai
yang rumit dan sangat cepat bekerjanya, atau misalnya trafo
distribusi yang hanya 10 kVA tidak perlu menggunakan relai
diferensial cukup dengan Bucholz Relay. Namun misalnya
pengaman untuk sistem tegangan extra tinggi, tidak boleh hanya
dengan pengaman yang sederhana, misalnya hanya dengan
relai arus lebih saja, tetapi juga harus menggunakan relai jarak.
2.2.3. Trafo Arus

Trafo arus berfungsi untuk menurunkan arus pada tegangan


tinggi/menengah menjadi arus kecil yang biasanya disebut arus
sekunder. Pada umumnya arus nominal sekunder trafo arus adalah
5A atau 1A.

Trafo arus dalam sistem tenaga listrik digunakan untuk keperluan


pengukuran dan proteksi. Perbedaan mendasar pada kedua
pemakaian di atas adalah pada kurva magnetisasinya.
Pada gambar 2 terlihat bahwa level kejenuhan trafo arus untuk
proteksi lebih tinggi dari pada trafo arus untuk pengukuran.
B
Untuk Proteksi

Untuk Pengukuran

Gambar 2. Kurva magnetisasi transformator arus


untuk proteksi dan pengukuran
A. Pengenal Trafo Arus

a) Trafo Arus dengan dua arus pengenal primer

P1 a b P2 P1 a b P2
P1 P2

S1 S2 S1 S2
S1 S2 S3
a) Rangkaian primer paralel b) Rangkaian primer seri

Gambar 3. Trafo arus dengan dua buah lilitan Gambar 4. Sekunder CT di Tap
Primer Contoh : 500/1-5A
Contoh : 150-300/5A ; 250-500/5A ; 500 – 1000/5 A

P1 P2 P1 a b P2
a b

S1 S2 S3 S1 S2 S3

Gambar 5. Primer dan Sekunder CT di Tap


b) Multi Rasio

P1 P2

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

Gambar 1.6 Sekunder CT di Tap dengan multi rasio


Trafo arus dengan inti lebih dari satu

Trafo arus ini digunakan untuk keperluan yang berbeda


seperti untuk kebutuhan pengukuran dan proteksi.

1) CT dengan dua inti

a) CT dengan dua lilitan sekunder

Penandaan primer P1 – P2
Penadaan sekunder inti ke 1 == 1S1 – 1S2 untuk pengukuran
Penadaan sekunder inti ke 2 === 2S1 – 2S2 untuk relai arus lebih
P1 P2

Contoh : 50/5-5A ; 200/5-5A ; 300/5-5A ; 500/5A-5A

1S1 1S2 2S1 2S2

Gambar .7. CT dengan 2 lilitan sekunder


b) CT dengan 2 lilitan primer dan 2 lilitan sekunder

Hubungan ini terdiri dari dua buah lilitan primer yang sama
dan dapat dihubungkan seri atau paralel sedangkan masing-
masing lilitan sekundernya terpisah. Bila lilitanprimernya
dihubungkan seri terminal a dan b dihubungkan sehingga
didapat batas ukur yang lebih rendah. Kalau lilitan primernya
dihubungkan paralel P1 dengan a dan P2 dengan b
dihubungkan sehingga didapat batas ukur yang besar. (Lihat
gambar 8).
Contoh : 150-300/5-5A ; 250-500/5-5A ; 500-1000/5-5A

P1 a b P2

1S1 1S2 1S2 2S2

Gambar 8. CT dengan 2 lilitan primer dan 2 lilitan sekunder


2) CT dengan 4 inti

Penandaan primer P1 – P2
 Penandaan sekunder inti ke 1 === 1S1 -1S2 untuk pengukuran
 Penandaan sekunder inti ke 2 === 2S1 – 2S2 untuk relai arus lebih
 Penandaan sekunder inti ke 3 === 3S1 – 3S2 untuk relai jarak
 Penandaan sekunder inti ke 4 === 4S1 – 4S2 untuk relai diferensial
Masing-masing inti dapat mempunyai klas atau beban sama atau berbeda.
B. Rating trafo arus
a) Rating beban :
- Rating dari beban dimana akurasi masih bisa dicapai
- Dinyatakan dalam VA
- Umumnya bernilai 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 15 ; 30 VA

b) Rating arus kontinu :


- Biasanya pada batas arus primer
- Nilai arus yang diijinkan mengalir secara kontinu di sisi primer
dengan sekunder dibebani nominal.

c) Rating arus sesaat :


- Biasanya dalam batas waktu 0,5 ; 1 ; 2 ; atau 3 detik
- Tidak merusak CT
- Ditentukan denga sekunder dihubung singkat

d) Rating arus sekunder : - Umumnya bernilai 1 ; 2 ; atau 5 ampere

Accuracy Limit Faktor (ALF)


ALF disebut juga faktor kejenuhan inti
Contoh : Transformator arus 200/1A dengan ALF 5
Maka batas akurasi < 5 x 200A = 1000A.

Kelas Trafo arus (kelas pengukuran dan kelas proteksi


C. Trafo arus klas pengukuran

Demi keamanan dan ketelitian, trafo arus untuk pengukuran


• Harus punya ketelitian tinggi pada daerah arus pengukuran beban
nomonal.

• Harus jenuh pada arus gangguan yang besar, untuk keamanan alat
ukur.

Klas trafo arus untuk pengukuran :


• Untuk kebutuhan industri : CL2 or CL1
• Untuk kWh meter di pelanggan : CL0.5
• Untuk memperkecil kesalahan : CL0.2S
• Untuk kebutuhan laboratorium : CL0.1
• Untuk kebutuhan instrument : CL3 or CL5
Akurasi burden pengenal: 2,5 VA; 5 VA; 7,5 VA; 10 VA; 15 VA ;
20 VA; 30 VA

Tabel 1. Spesifikasi klas Trafo arus untuk pengukuran Sesuai IEC 60044-1

Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari
ketelitian pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians)

5 20 100 120 5 20 100 120

0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5


0,2 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10
0,5 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30
1,0 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60

Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari
ketelitian pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians)
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120

0,2S 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10


0,5S 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30
D. Trafo arus kelas proteksi

Demi keamanan dan ketelitian, trafo arus untuk proteksi

• Harus punya ketelitian tinggi pada daerah arus gangguan hubung


singkat besar.

• Tidan jenuh pada arus gangguan yang besar, untuk keandalan alat
proteksi.

Tabel 2. Spesifikasi klas Trafo arus untuk proteksi Sesuai IEC 60044-1

Kelas +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal


ketelitian

50 100

3 3 3

5 5 5

10 10 10
2.2.4. Trafo Tegangan
Trafo tegangan berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
tegangan tinggi/menengah menjadi tegangan rendah untuk
keperluan pengukuran dan proteksi.

R
S
T
Primer
20.000/3

Sekunder
100/3

r s t

Gambar 9. Rangkaian ekivalen trafo tegangan


Tegangan pengenal trafo tegangan :

Tegangan pengenal primer : kV (150 kV, 20 kV atau 150 kV/3 , 20 kV/3)


Tegangan pengenal sekunder : volt (110 V , 110 V atau 110 V/3 ,
100 V/3)

Tipe trafo tegangan:


 Inductive voltage transformers
 Capacitive voltage transformers

Jenis Induktif (PT)


Terdiri dari belitan Primer dan belitan sekunder, Belitan primer akan
menginduksikannya ke belitan sekunder melalui core.

Jenis Kapasitif (CVT)


Terdiri dari rangkaian kondensor yang berfungsi sebagai pembagi
tegangan tinggi dari trafo pada tegangan menengah yang
menginduksikan tegangan ke belitan sekunder melalui media capasitor.
Trafo tegangan jenis induktif

Keterangan gambar :
1. Kertas/Isolasi Minyak Mineral/Quartz filling.
2. Belitan Primer: vernis ganda-isolasi kawat
tembaga, tahan pada suhu tinggi.
3. Inti: bukan orientasi listrik baja memperkecil
resiko resonansi besi
4. Belitan Sekunder
5. Isolator Keramik
6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
8. Terminal Sekunder

Gambar 10. Trafo tegangan jenis induktif


Trafo tegangan jenis kapasitif

1). HV.T adalah terminal tegangan tinggi

2) kapasitor C1 & C2 pembagi tegangan


(capacitive voltage divider) yang
berfungsi sebagai pembagi tegangan
tinggi untuk diubah oleh trafo
tegangan menjadi tegangan
pengukuran yang lebih rendah

3). L0 adalah induktor penyesuai


tegangan (medium voltage choke)
yang berfungsi untuk
mengatur/menyesuaikan supaya tidak
terjadi pergeseran fasa antara
tegangan masukan ( V in ) dengan
tegangan keluaran ( V out ) pada
frekuensi dasar.

4) Belitan primer

5) Isolator keramik

7) Terminal sekunder

Gambar 11. Trafo tegangan jenis kapasitif


2.2.5. Kabel Kontrol
Kabel kontrol pada sistem proteksi adalah kabel yang
menghubungkan alat-alat kontrol yaitu alat kontrol motor untuk CB,
signalling dan alarm, relai proteksi yaitu mulai baterai ke rangkaian
trip (tripping coil) pada circuit breaker melalui kontak relai
pengaman. Kabel kontrol yang digunakan adalah kabel fleksibel.
Kabel kontrol ini tidak termasuk peralatan proteksi akan tetapi
sangat berpengaruh pada kinerja sistem proteksi.
2.2.6. BATERE

Di gardu-gardu induk maupun di pusat-pusat pembangkit tenaga


listrik baterai ini berfungsi sebagai :
• Sumber tenaga untuk alat kontrol, pengawasan, tanda-tanda
isyarat(signalling and alarm)
•Sumber tenaga motor-motor untuk PMT, PMS, tap charging trafo
tenaga dan sebagainya
•Sumber tenaga untuk penerangan darurat
•Sumber tenaga untuk relai proteksi
•Sumber tenaga untuk peralatan telekomunikasi

Anda mungkin juga menyukai