Disusun Oleh :
Drs. Sofian Yahya SST., MT
NIP : 19591226 198603 1 004
Ming Kemampuan Bahan Kajian Bentuk Waktu Pengalaman Kriteria Penilaian dan Indikator Bobot Refere
gu ke Akhir Yang Pembelajaran Belajar Kelulusan nsi
Diharapkan Mahasiswa Kriteria Indikator
Penilaian
1 2 3 4 6 7 8 9 10
1-4 Mampu BK 110 : Tatap Muka 4x100 TM: Menyimak Mahasiswa Indikator: 25%
mengidentifikasi Transformator ; (TM) : Ceramah menit materi dan aktif mendeskripsi memahami apa
parameter prinsip kerja, & Diskusi diskusi di kelas kan dengan yang harus
,rangkaian benar regulasi dipelajari dan
regulasi
ekivalen,regulasi PT: Mengerjakan 4x120 PT: mencari tegangan, dilakukan
dan efesiensi tegangan, menit Jawaban SOAL; effisiensi,
tugas SOAL;
Transformator effisiensi, regulasi dari Trafo Dpt memberi
regulasi
transformator 1 tegangan, tegangan, contoh
phasa dan 3 effisiensi, effisiensi, persoalan Trafo
phasa, parallel
transformator Mandiri (M) 4x120 Mandiri (M): Kriteria: paham
Mencari contoh menit mengaitkan apa yg harus
dan hubungan
SOAL; yang materi dg bhn dilakukan,
jam. kajian atau lain
berhubungan materi
regulasi Mencari sumber pendukung
tegangan, informasi ilmiah terkumpul
effisiensi, (referensi, karya
ilmiah) yg
disarankan
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 3 dari 5
5-8 Mampu BK 111 : Motor Tatap Muka (TM) 4x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan DC dan : Ceramah & menit materi dan aktif mendeskripsi Kebenaran dan
prinsip kerja, Generator DC; Diskusi diskusi di kelas kan dengan kejelasan dalam
jenis-jenis, Mengenai : benar mendeskripsika
prinsip kerja,
karakteristik, prinsip kerja, starting,rugi- n starting,rugi-
jenis-jenis,
rangkaian jenis-jenis, 4x120 PT: Mengerjakan rugi ,efesiensi rugi ,efesiensi
pengganti. karakteristik, karakteristik, menit tugas soal dan dan
Motor DC dan rangkaian rangkaian starting,rugi-rugi karakteristik karakteristik
Generator DC pengganti. pengganti dan ,efesiensi dan
efesiensi karakteristik
10-12 Mampu BK 112 : Motor Tatap Muka 3x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan induksi dan (TM) : Ceramah menit materi dan aktif mendeskripsika Kebenaran dan
prinsip kerj motor sinkron; & Diskusi diskusi di kelas n dengan benar kejelasan dalam
Motor induksi prinsip kerja, mendeskripsi
prinsip kerja,
dan motor PT: Mengerjakan karakteristik, starting,rugi-
karakteristik,
sinkron; a, tugas prinsip 3x120 PT: Mengerjakan rangkaian rugi,torsi,efesie
karakteristik, rangkaian menit tugas soal pengganti, nsi dan
kerja,
rangkaian pengganti, karakteristik, starting,rugi-rugi analisa daya karakteristik
pengganti, analisa daya rangkaian ,efesiensi dan dan torsi,
analisa daya dan dan torsi, pengganti, karakteristik effisiensi,
torsi, effisiensi, effisiensi, analisa daya dan pengaturan
torsi, effisiensi, kecepatan,
pengaturan
kecepatan, 3x120 Mandiri (M):
Mandiri (M)
diagram menit mengaitkan
Mencari contoh
lingkaran materi dg bhn
dari lingkungan,
kajian atau lain.
Motor induksi
dan motor
sinkron
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 5 dari 5
13-15 Mampu BK 113 : Tatap Muka 3x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan dan Generator (TM) : Ceramah menit materi dan aktifmendeskripsika Kebenaran
memahami Induksi dan & Diskusi diskusi di kelasn dengan benar perhitungan dan
Generator aspek teknis kejelasan hasil
generator
Induksi dan PT: tugas, Generator analisis
sinkron ; prinsip
generator karakteristik, 3x120 PT: Mengerjakan Induksi dan
sinkron kerja, menit tugas generator Kualitatif :
rangkaian
karakteristik, pengganti, menjelaskan sinkron Kualitas
rangkaian pengaturan Generator deskripsi dan
pengganti, tegangan, Induksi dan analisa
pengaturan frekuensi dan generator
daya, regulasi sinkron
tegangan,
tegangan,
frekuensi dan
effisiensi dan
daya, regulasi kerja parallel
tegangan, 3x120 Mandiri (M):
effisiensi dan Mandiri (M) menit mengaitkan
kerja parallel materi dg bhn
Mencari contoh
kajian atau lain,
dari Generator
terkait aspek
Induksi dan
Generator
generator
Induksi dan
sinkron
generator
sinkron
16 Ujian Akhir Semester
BAB I
PENDAHULUAN
Memahami prinsip konversi energi elektromekanik sebagai prinsip dasar dari mesin
listrik.
Lembar Informasi :
Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu
konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik ke
energi listrik. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi mekanik ke energi
listrik disebut generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu
dari energi listrik ke energi mekanik disebut motor.
Selain generator dan motor, transformator ju-
ga termasuk alat listrik yang menjadi bahasan
pada saat mempelajari mesin listrik, meski-
pun energi yang masuk dan yang keluar dari
transformator sama yaitu energi listrik. Pada
transformator energi listrik yang diberikan
pada lilitan akan mengakibatkan timbulnya
medan magnet pada inti besi dan selanjutnya
diubah kembali menjadi energi listrik.
Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831
dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik
Gambar 1.1 Pembangkit Tenaga Listrik
yang menjadi prinsip kerja motor listrik.
Percobaan mengenai konsep mesin listrik di
laboratorium-laboratorium terus dilakukan
sampai tahun 1870 saat Thomas Alfa Edison
memulai pengembangan generator arus searah
secara komersial untuk mendukung distribusi
tenaga listrik yang berguna bagi penerangan
listrik di rumah-rumah.
Mesin Listrik 1- 1
Kejadian yang penting dalam sejarah mesin listrik adalah dengan dipantenkannya
motor induksi tiga fasa oleh Nikola Tesla pada tahun 1888. Konsep Tesla mengenai
arus bolak-balik selanjutnya dikembangkan oleh Charles Steinmetz pada dekade beri-
kutnya, sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan, sekaligus menjadi
pembuka jalan untuk melakukan transmisi daya listrik jarak jauh.
Transformator merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan pada bidang
tenaga listrik dan bidang elektronika. Pada bidang tenaga listrik, transformator digu-
nakan mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke rumah-rumah (Gambar 1.5).
Mesin Listrik 1- 2
Gambar 1.5 Penggunaan Transformator pada Bidang Tenaga Listrik
Kemudian sebelum digunakan oleh konsumen tegangan akan diturunkan lagi secara
bertahap dengan menggunakan transformator distribusi (Gambar 1.7 ), sesuai dengan
peruntukkannya seperti kawasan industri, komersial, atau perumahan.
Gambar 1.6 Transformator Daya Gambar 1.7 Transformator Distribusi Tipe Tiang
Transformator dengan ukuran yang lebih kecil lagi biasanya digunakan pada perangkat
elektronik seperti radio, televisi, dan sebagainya (Gambar 1.8).
Mesin Listrik 1- 3
Gambar 1.8 Transformator pada peralatan elektronik
Rangkuman
1. Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu
konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik
ke energi listrik.
2. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi mekanik ke energi listrik disebut
generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu dari
energi listrik ke energi mekanik disebut motor.
3. Pada transformator energi listrik yang diberikan pada lilitan akan mengakibatkan
timbulnya medan magnet pada inti besi dan selanjutnya diubah kembali menjadi
energi listrik.
4. Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831 dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik yang menjadi prinsip kerja motor lis-
trik.
5. Motor induksi tiga fasa dipantenkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1888.
6. Konsep Tesla mengenai arus bolak-balik dikembangkan oleh Charles Steinmetz,
sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan.
7. Pengembangan bahan ferromagnetic dan isolasi terus dilakukan untuk meningkat-
kan kemampuan daya yang lebih besar dibandingkan dengan mesin listrik yang di-
gunakan sekarang ini.
8. Ada tiga katagori utama untuk mesin putar (rotating machines) atau mesin dinamis
yaitu mesin arus searah, mesin induksi, dan mesin sinkron.
9. Transformator termasuk katagori mesin statis, dan berdasarkan fasanya dibagi atas
transformator satu fasa dan tiga fasa.
Mesin Listrik 1- 4
BAB II
Transformator Satu Fasa
Mesin Listrik I 2- 1
Lembar Informasi :
Jadi yang terjadi dalam percobaan itu adalah apa yang disebut arus imbas yang dihasilkan
oleh tegangan gerak listrik imbas.
Dalam percobaan lainnya Michael Faraday mencobakan sebuah cincin yang terbuat
dari besi lunak, kemudian cincin besi lunak tersebut dililit dengan kawat tembaga
berisolasi (Gambar 2.2 ).
Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi rangkaian tertutup pada sisi primer, demikian
arus I1 akan mengalir pada rangkaian sisi primer tersebut, sedangkan pada lilitan
sekunder tidak ada arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) ditutup dan dibuka secara
bergantian maka jarum galvanometer akan memperlihatkan adanya penyimpangan yang
arahnya berubah-ubah kekiri dan kekanan. Perubahan arah penunjukkan jarum galva-
nometer ini disebabkan adanya tegangan induksi pada lilitan sekunder, sehingga I 2 me-
ngalir melalui galvanometer.
Mesin Listrik I 2- 2
Dari percobaan seperti telah dijelaskan diatas Michael Faraday dapat menyimpulkan
bahwa tegangan gerak listrik imbas e didalam sebuah rangkaian listrik adalah sama
dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-rangkaian tersebut.
Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam weber/detik, maka tegangan gerak
listrik e dinyatakan dalam Volt, yang dalam bentuk persamaannya adalah :
d
e ……………………….………………… (2- 1)
dt
pers (2 - 1) ini dikenal dengan hukum Induksi Faraday, tanda negatif menunjukkan
bahwa arus induksi akan selalu mengadakan perlawanan terhadap yang meng-
hasilkan arus induksi tersebut. Bila coil terdiri dari N Lilitan, maka tegangan gerak
listrik imbas yang dihasilkan merupakan jumlah dari tiap lilitan, dalam bentuk persa-
maan :
d
e N …………………………………………………(2 – 2)
dt
dan Nd dinamakan tautan fluksi (Flux Linkages) didalam alat tersebut.
Definisi Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan fre-
kuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet.
Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan sekun-
der. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka
fluks bolak-balik akan terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian fluks tersebut akan
mengalir pada inti transformator, dan selanjutnya fluks ini akan mengimbas pada kum-
paran yang ada pada sisi sekunder yang mengakibatkan timbulnya fluks magnet di sisi
sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul tegangan (Gambar 2.3 ).
Mesin Listrik I 2- 3
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transformator, yaitu
tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type).
Pada transformator tipe inti (Gambar 2.4), kumparan mengelilingi inti, dan pada
umumnya inti transformator L atau U. Peletakkan kumparan pada inti diatur secara
berhimpitan antara kumparan primer dengan sekunder. Dengan pertimbangan komplek-
sitas cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di
sebelah luar.
Gambar 2.4 Transformator Tipe Inti Gambar 2.5 Tranformator Tipe Cangkang
Sedangkan pada transformator tipe cangkang (Gambar 2.5) kumparan dikelilingi oleh
inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.
Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
transformator yang berbentuk huruf tersebut disusun secara berlapis-lapis (laminasi),
jadi bukan berupa besi pejal.
Mesin Listrik I 2- 4
2.2 Transformator Ideal
Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidak ada
kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat resis-
tansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah trans-
formator tanpa beban (Gambar 2.7 ), kumparan primernya dihubungkan dengan dengan
sumber tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid V1 , maka akan mengalir arus primer
I 0 yang juga mempunyai bentuk gelombang sinusoidal, bila diasumsikan kumparan
0
N1 merupakan reaktif murni, maka I 0 akan tertinggal 90 dari V1 . Arus primer ini
akan menimbulkan fluks sinusoidal yang sefasa,
Gambar 2.7 Transformator Tanpa Beban Gambar 2.8 Arus Tanpa Beban
Mesin Listrik I 2- 5
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya tegangan E 2 .
d
e2 N2 Volt
dt
e 2 N 2 maks cos t Volt
E 2 4,44N 2fmaks Volt ……………………………………..…………………..(2 – 5)
Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder tanpa beban, bukan me-
upakan arus induktif murni, tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu arus mag-
netisasi ( I m ) dan arus rugi tembaga ( I C ). Arus magnetisasi ini menghasilkan fluks (Φ).
Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 2.8) yang berbentuk sinusoidal akan ber-
ubah bentuk akibat pengaruh sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga bentuk gelom-
bang berubah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.9.
Mesin Listrik I 2- 6
V V
1 2. 2 sin t , efektifnya V1 2
K K
sedangkan untuk arus :
i1 2.I 2 .K sin(t )
= 2I1 . sin( t )
Pada sub bab terdahulu telah dijelaskan bagaimana keadaan transformator secara ideal
baik saat tanpa beban maupun berbeban. Dalam prakteknya apabila sisi kumparan
sekunder transformator diberi beban (Gambar 2.11) maka besar tegangan yang di induk-
sikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi karena
adanya kerugian pada kumparan transformator.
Apabila transformator diberi beban Z L maka arus I 2 akan mengalir pada beban terse-
but, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya gerak magnet (ggm)
N 2 I 2 yang mana arahnya cenderung melawan arah fluks bersama yang telah ada dise-
babkan arus magnetisasi I m .
Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya,
maka pada sisi kumparan primer arus mengalir arus I '2 yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I '2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi kumparan pri-
mer menjadi :
Mesin Listrik I 2- 7
I1 I 0 I 2 dimana I 0 I C Im , apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka nilai I 0 =
I m , sehingga I1 I m I 2 . Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti
transformator tetap nilainya, maka :
Untuk memudahkan dalam menganalisa sebuah transsformator maka kita perlu me-
ngetahui bagaimana rangkaian ekuivalen (model rangkaian) dari transformator tersebut .
Model rangkaian transformator dikembangkan oleh Steintmetz , dengan model ini me-
mungkinkan kita untuk menganalisa sebuah rangkaian dari peralatan yang sangat non-
linear dapat dianalisa dengan teori rangkaian linear .
Ø
+
i1
• •+ i2
1 N1 l 1 l 2 N2 2 ZL
-
- Resistansi Resistansi
Kumparan = r1 Kumparan = r2
Kedua kumparan bisa dianggap sumber tegangan yang mempunyai tegangan didalam-
nya, masing-masing e1' dan e 2' dan mempunyai resistansi r1 dan r2 , lihat gambar 2.13.
•+
r1 Ø
i1 r2
+•
•+ i2
+
•
1 e1
'
l 1 l 2 e2
'
2 ZL
- - -•
-• N1 N2
Mesin Listrik I 2- 8
2.3.1.2 Reaktansi Bocor
Selanjutnya efek reaktansi bocor bisa ditunjukkan secara terpisah dari fluks bersama
dan tegangan yang melalui kedua koil menunjukkan akibat bocor pada sisi primer dan
sekunder .
l 1
N1 N2
l 2
•+
r1 Ø
r2
•
i1
+ • el + •
i2
+
1
el
1 e1 ! e1 e2 2
e2 ! ZL 2
- - - -
Gambar 2.14 Induktansi atau Reaktansi Bocor Transformator
di1 di 2
el1 Ll1 dan el L
2 l2
…………………………………………(2 – 8)
dt dt
kemudian : i 2 2 I 2 sin t
dimana I 2 arus efektif dari sekunder , maka tegangan jatuh akibat reaktansi bocor
adalah :
di
el 2 Ll 2 2
dt
d
Ll 2 ( 2 I 2 sin t
dt
Ll ( 2 I 2 cos t
2
sehingga El max 2Ll I2 dan nilai efektif dan El Ll I 2 .
2 2 2 2
Perlu diperhatikan arus adalah fungsi sinus , lagging tegangan cosinus sebesar 900 .
Dalam phasor efektif
El j(Ll )I2
2 2
untuk primer
El j(Ll )I1
1 1
maka resistansi bocor dari primer dan sekunder adalah :
x1 Ll1 N12l1 ……………………………………..(2 – 9)
Besarnya fluks yang terjadi pada inti sebuah transformator bisa kita peroleh ber-
dasarkan hukum Faraday :
d
e1 N1
dt
Mesin Listrik I 2- 9
1
e1dt
N1
2E1
maka cos(t )
N1
2E1 1 V1
dan ……………………………………………….(2 – 12)
N1 2f N1
persamaan diatas juga menyatakan jika tegangan sinusoidal (juga fluks) , tetapi lagging
dari tegangan sebesar 90 .
Inti transformator merupakan elemen yang bersifat nonlinear. Seperti yang dijelaskan
pada sub bab sebelumnya bahwa pada inti akan timbul rugi histerisis, ditambah ber-
ubah-ubahnya fluks inti oleh tegangan induksi didalam inti itu sendiri .
Tegangan ini menyebabkan “ eddy like currents” bersirkulasi didalam inti. “ Eddy
Currents” menyebabkan rugi-rugi I 2 R didalam inti .
F1 F2 N1i1 N 2i 2 A.t
kemudian bagi kedua sisi persamaan dengan N1
i1 i 2 K i ex
N1
N1i ex
N1(i i h e )
dimana N1i magnetisasi inti dan N1i h e untuk mengetahui histerisis dan menyeim-
bangkan ggm yang diakibatkan oleh “Eddy Currents” .
i ex i i h e
E E1
Xm 1 dan R c ………………………………….(2 – 13)
I Ih e
Rugi inti dalam watt
E 2
Pc E1.I h e I h e 2 R c 1 Watt …………………………..(2 -14)
Rc
Mesin Listrik I 2 - 10
Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
1 1
R1 X1 X2 R2 I 2K
+ K 2
K2
+ I ex •
Ih e I
E ZL V2
V1 E 2
Rc Xm 1 K K 2 K
- -•
Gambar 2.15 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
- -•
Gambar 2.16 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan
Yang dimaksud dengan acuan sisi primer adalah apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer dan harganya perlu dikalikan dengan faktor
1
(Gambar 2.15). Untuk memudahkan dalam menganalisis, rangkaian ekuivalen pa-
K 2
da gambar 2.15 dapat disederhanakan lagi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.16.
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat menentukan nilai parameter yang ada pada
transformator tersebut berdasarkan persamaan-persamaan berikut ini.
Mesin Listrik I 2 - 11
E2 N2 E
K atau E1 2 ………….………………...(2 -20)
E1 N1 K
maka :
1
E1 (I 2 .Z L I 2 .R 2 I 2 .X 2 )
K
I 2' N 2 I 2'
sedangkan K atau I 2
I2 N1 K
sehingga
1 I 2' I ' I '
E1 ( Z L 2 R 2 2 X 2 ) ……………………..(2 – 21)
K K K K
V
dan V1 2 I1 (R eq1 jX eq1 ) ………………………….…(2 – 22)
K
V1K R cK 2 Xm K 2 ZL V2
E 2 E1 K
- -•
Gambar 2.17 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder
I1
R eq 2 X eq 2
K +
+
I ex •
K
Z
V1K E 2 E1 K
eq 2 Z L V2
R cK 2 Xm K 2
- -•
Gambar 2.18 Rangkaian Ekuivalen Transformator dengan Acuan Sisi Sekunder
yang disederhanakan
Mesin Listrik I 2 - 12
V1K
I 2 Z eq 2
I 2 X eq 2
V2
I 2 R eq 2
I2
R eq 2 jX eq 2 ) ……………………….…………………..(2-23)
X eq 2 X1K 2 X 2 ……………………………………………….(2-25)
K.V1 (I 2 .K 2 .R1 I 2 .K 2 .X1)……………………..…….(2-28)
dan V2 E 2 (I 2 .R 2 I 2 .X2 )
KV1 (I 2 .K 2 .R1 I 2 .K 2 .X1) (I 2 .R 2 I 2 .X 2 )
K.V1 I 2 (R eq 2 jX eq 2) …………………………………(2-29)
Saat sebuah transformator dalam keadaan tanpa beban V1 kira-kira sama nilainya de-
ngan E1 , sehingga E 2 E1K . Juga E 2 oV2 , dimana oV2 adalah terminal tegangan
sekunder pada keadaan tanpa beban atau oV2 K.V1 . Perbedaan keduanya adalah se-
besar I 2 .Zeq 2 , sedangkan perkiraan tegangan jatuh pada sebuah transformator dengan
acuan tegangan sekunder.
Tegangan jatuh pada sebuah transformator dipengaruhi oleh nilai beban dan faktor daya
yang terhubung pada transformator tersebut.
Mesin Listrik I 2 - 13
AG = AD + DG
I 2 .R eq 2 .Cos I 2 .X eq 2 .Sin ………………………………………………(2 -30)
dengan asumsi 1 2
C
V1K oV2 I 2 X eq 2
I2 I 2 Z eq 2
2 I 2 R eq 2
O
V2
Gambar 2.21 Transformator dengan Faktor Daya “ Leading”
I 2 Zeq 2
I 2 X eq 2
V1K oV2
A B
O
I2 V2 I 2 R eq 2
Mesin Listrik I 2 - 14
= I1.R eq1.Cos I1.X eq1.Sin .........................................................................(2 – 33)
Prosentase tegangan jatuh dilihat dari sisi sekunder :
I 2 .R eq 2 .Cos I 2 .X eq 2 .Sin
x100%
oV2
100%xI 2 .R eq 2 100%xI 2 .X eq 2
Cos Sin
oV2 oV2
Daya Keluar
Efisiensi = =
Daya Masuk
Daya _ Keluar
Daya _ Keluar Rugi 2
I1.R eq1 Pi
1 ......................................(2 – 36)
V1.Cos1 V1.I1.Cos1
d R eq1 Pi
0
dI1 V1.Cos1 V .I 2 .Cos
1 1 1
Mesin Listrik I 2 - 15
d
untuk mendapatkan maksimum , = 0 , sehingga persamaan menjadi :
dI1
R eq1 Pi
atau
V1.Cos1 V1.I12 .Cos1
dari persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan , untuk beban tertentu , efisiensi mak-
simum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti .
Ada dua macam pengaturan tegangan yaitu, Regulation Down (Reg Down) dan
Regulation Up (Reg Up) :
oV2 V2
% Reg Down x100% ………………………………………………..(2 – 38)
oV2
oV2 V2
% Reg Up x100% ………………………………………………..(2 – 39)
V2
Tegangan sisi sekunder tanpa beban sebagai referensi (acuan) adalah :
E
E 2 ' 2 E1 V1
K
dan jika tegangan terminal sekunder beban penuh sebagai referensi primer
V
V2 ' 2
K
V1 V2 '
% Pengaturan (Regulation) x100%
V1
I1 .R eq1 .Cos I1 .X eq1 .Sin
x100%
V1
Vr Cos Vx .Sin …………………………….(2 – 40)
Mesin Listrik I 2 - 16
2.4 Pengaruh Perubahan Faktor Daya Beban terhadap Efisiensi
0,99
EFISIENSI
0,98
0,97
0,96
0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50
BEBAN PENUH
Gambar 2.23 Pengaruh Perubahan Faktor Daya
Rugi
1
V2 .I 2 .Cos Rugi
Rugi / V2 .I 2
1 ………………………………………(2 -41)
Cos Rugi / V2 .I 2
Dua macam percobaan yang terpenting adalah percobaan beban nol (tanpa beban) dan
percobaan hubung singkat. Percobaan beban dilakukan untuk mengetahui rugi inti dari
transformator, sedangkan percobaan hubung singkat dilakukan untuk mengetahui rugi
tembaganya.
Mesin Listrik I 2 - 17
2.5.1 Percobaan Beban Nol
Pada saat sisi sekuder dari transformator tidak diberi beban (Gambar 2.24), tegangan si-
si primer hanya akan mengalirkan arus pada rangkaian primer yang terdiri dari impe-
dansi bocor primer Z1 R1 jX1 dan impedansi penguat-an : Zm R c jX m .Kare-
na umumnya Z1 jauh lebih kecil dari Z m , maka Z1 biasa diabaikan tanpa menim-
bulkan suatu kesalahan yang berarti, rangkaian ekuivalennya (Gambar 2.25).
Ø
A W
Suplai V N1 N2
No
1 Fasa Load
I ex I 0
I ex I Im
Ih e I
V1
Rc Xm
0
Ihe Ic
Gambar 2.25 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Beban Nol
Pada umumnya percobaan beban nol dilakukan dengan alat ukur diletakkan di sisi tega-
ngan rendah dengan besarnya tegangan yang diberikan sama dengan tegangan nominal-
nya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih berbahaya ;
b) Alat-lat ukur tegangan rendah lebih mudah didapat.
Dari hasil penunjukkan alat –alat ukur didapat nilai sebagai berikut :
I 0 I c 2 I m 2 ……………………………………..…….(2 – 43)
P0 V1.I 0 .Cos0 ..................................................................(2 – 44)
I c I 0 .Cos0 dan Im I 0 .Sin 0
V0 V0 2
Rc ……………………………………………(2 – 45)
Ic P0
V
X m 0 ..............................................................................(2 – 46)
Im
Mesin Listrik I 2 - 18
2.5.2 Percobaan Hubung Singkat
Pada saat melakukan percobaan hubung singkat, sisi tegangan rendah transformator di
hubung singkat (Gambar 2.26), alat ukur diletakkan di sisi tegangan tinggi dengan nilai
arus dan tegangan yang telah direduksi (dikurangi), tegangan yang diberikan 5%-
10% dari harga nominalnya.
Nilai arus yang melalui kumparan yang dihubung singkat sama dengan arus nomi-
nalnya, oleh karena besarnya V2 sama dengan nol, maka besarnya E 2 adalah sama
dengan rugi tegangan pada belitan sekundernya.
Ø
A W
Suplai V A Hub
1 Fasa
Singkat
Z
eq
V
Mesin Listrik I 2 - 19
jika resistansi ekuivalen diperoleh dari percobaan hubung singkat tersebut akan diguna-
kan untuk memperhitungkan efisiensi , maka resistasni ini harus dikoreksi pada tempe-
ratur kerja yaitu 75C , sehingga :
234,5 75
R 75 R. ……………………………………………..(2 -48)
234,5 t
V
Zeq1 HS .................................................................................(2 -49)
I1
PHS
CosHS ………………………………………………...(2 -51)
VHS.I1
Cara melilit kumparan transformator sangat menentukan tegangan induksi yang dibang-
kitkan dan polaritas dari transformator tersebut (Gambar 2.28). Bila sisi primer diberi
tegangan, akan menghasilkan arah tegangan induksi seperti ditunjukkan arah panah.
Terminal H1 mempunyai polaritas yang sama dengan L1 yaitu positif (+), sedangkan
H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).
Posisi polaritas seperti tersebut diatas disebut dengan polaritas pengurangan, sebalik-
nya jika polaritas H1 (+) = L2 (+) dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit kumparan
sekunder sebaliknya dari kondisi pertama, maka disebut polaritas penjumlahan.
Penentuan polaritas seperti tersebut dijelaskan diatas bisa diketahui dengan cara
melakukan pengukuran tegangan sebagai berikut, bila :
Mesin Listrik I 2 - 20
2.6 Paralel Transformator
Penambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel diantara trans-
formator. Tujuan utama kerja paralel ialah supaya beban yang dipikul sebanding dengan
kemampuan KVA masing-masing transformator, sehingga tidak terjadi pembebanan
yang berlebihan.
V1 • • V2
Busbar Sekunder
Busbar Primer
• •
Keadaan ideal dari dua transformator mempunyai perbandingan tegangan sama dan
mempunyai segitiga tegangan impedansi yang sama dalam ukuran dan bentuk. Segitiga
ABC menunjukkan segitiga tegangan impedansi yang sama dari kedua transformator.
Arus I A dan I B dari masing-masing transformator sefasa dengan arus beban I dan
berbanding terbalik terhadap masing-masing impedansinya,
Mesin Listrik I 2 - 21
ZA
IA
I I A IB
IB
ZB
V1 E E V2 Beban=ZL
E I .Z
I .X
V2 A
I .R
IA
B
IB
I
b. Diagram Vektor Paralel dua Transformator
Gambar 2.30 Paralel dua buah Transformator dalam Keadaan Ideal
I IA IB
V2 E I A .ZA E I B .ZB E I.ZAB
IA I
I A .ZA I B .ZB atau B
ZB ZA
I.Z B
IA .........................................................................(2 – 52)
(Z A Z B )
I.Z A
dan IB .........................................................................(2 – 53)
(ZA Z B )
Diasumsikan tegangan tanpa beban dari kedua transformator dari kedua sekunder sama
E A E B E , tidak ada perbedaan fasa antara E A dan E B , hal ini dapat dilakukan ji-
ka arus magnetisasi dari kedua transformator tidak terlampau jauh berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Dibawah kondisi ini, kedua sisi primer dan sekunder dari ke-
dua transformator dapat dihubungkan secara paralel dan tidak ada arus sirkulasi antara
keduanya saat tanpa beban. Bila admitansi magnetisasi diabaikan, kedua transformator
Mesin Listrik I 2 - 22
dapat dihubungkan dengan rangkaian ekuivalen seperti diperlihatkan pada Gambar 2.31,
dan vektor diagramnya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.32
ZA
IA
I I A IB
IB
ZB
V1 E E V2 Beban = ZL
IA
I I A IB
IB
ZB
V2 Beban= ZL
EA
EB
.Z B
IB
A
X
.Z A
A.
IB .X
IA
I
B V2
IB
A I A .R A I B .R B
IA
Gambar 2.32 Vektor Diagram Paralel Transformator Tegangan Sama
Mesin Listrik I 2 - 23
2.7 Autotransformator
Autotransformator adalah transformator yang hanya terdiri dari satu kumparan yang ha-
nya berfungsi sebagai sisi primer dan sekunder (Gambar 2.39).
Bila tegangan pada sisi primer V1 dan arus I1, tegangan pada sisi sekunder V2 dan
arus I2. Daya semu bisa mencermikan banyaknya bahan yang digunakan untuk pem-
buatan transformator tersebut. Besaran tegangan merupakan ukuran mengenai banyak-
nya inti yang dipakai, sedangkan arus berbanding lurus dengan banyaknya kawat tem-
baga yang dipakai dalam pembuatan transformator tersebut.
Pada transformator “biasa” yang terdiri dari dua kumparan yang terpisah secara listrik,
banyaknya bahan yang digunakan untuk primer dan sekunder bisa diperkirakan dengan
persamaan :
Stb V1.I1 V2 .I 2 ........................................................................(2 – 55)
Bila kerugian-kerugian didalam transformator dapat diabaikan, maka untuk pendekatan,
persamaan untuk transformator biasa adalah :
Stb 2.V1.I1 2.V2 .I 2 …………………………………………...(2 – 56)
untuk autotransformator pendekatannya adalah :
StA V1.I V3.I 2 ………………………………………………(2 – 57)
sedangkan :
I1 I I 2 ,maka I I1 I 2 ……………………………………..(2 – 58)
maka :
S tA V1 (I1 I 2 ) (V2 V1 )I 2
V1.I1 V1.I 2 V2 .I 2 V1.I 2
V1.I1 V2 .I 2 2.V1.I 2
Mesin Listrik I 2 - 24
bila rugi-rugi dibaikan maka dapat ditulis :
StA 2.V1.I1 2V1.I 2 2.V2 .I 2 2.V1.I 2
dari persamaan diatas dapat dilihat untuk nilai V1 dab V2 yang tidak jauh berbeda,
S
misalnya V1:V2 = 0,9, maka perbandingan tA 10,9 0,1 ini menunjukkan dengan
Stb
menggunakan autotransformator diperlukan bahan 10% lebih hemat daripada trans-
formator biasa.
Untuk melakukan pengukuran tegangan atau arus yang berada di gardu-gardu listrik
atau pusat pembangkit tenaga listrik biasanya tidak dilakukan secara langsung karena
karena nilai arus/tegangan yang harus diukur pada umumnya tinggi. Apabila pe-
ngukuran besaran-besaran listrik ini dilakukan secara langsung, maka alat-alat ukur
yang harus disediakan akan menjadi sangat mahal karena baik dari ukuran fisik maupun
ratingnya memerlukan perancangan secara khusus.
Untuk mengatasi hal tersebut maka yang dibuat secara khusus bukan alat ukurnya,
melainkan transformatornya, dengan cara ini harganyapun relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan pembuatan alat ukur khusus.
Transformator khusus ini disebut transformator pengukuran (instrumen). Ada dua jenis
transformator pengukuran, yaitu :
Transformator arus (Gambar 2.40) digunakan untuk mengukur arus beban pada sebuah
rangkaian. Dengan penggunaan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat
diukur hanya dengan menggunakan Ampermeter yang rangenya tidak terlalu besar.
Mesin Listrik I 2 - 25
Gambar 2.34 Transformator Arus
Misalnya pada sebuah Gardu distribusi yang mempunyai tegangan 20 KV dengan trans-
formator tegangan diturunkan menjadi 200 Volt yang digunakan untuk pengukuran.
Untuk mencegah terjadinya perbedaan tegangan yang besar antara kumparan primer
dengan sekunder, karena adanya kerusakan isolasi pada kumparan primer, maka pada
sisi sekunder perlu dipasang pembumian.
Mesin Listrik I 2 - 26
Latihan :
1. Sebuah transformator satu fasa menyerap arus 0,75 Ampere saat sisi primer dihu-
bungkan dengan tegangan suplai 220 volt, 50 Hz, sisi sekunder dalam keadaan
terbuka. Daya yang diserap 64 Watt . Hitung besarnya arus inti ( I c ) dan arus
magnetisasi ( I m ) .
2. Sebuah transformator satu fasa ideal mempunyai lilitan primer 525 dan sekunder 70
lilit. Sisi primer dihubungkan dengan tegangan suplai 3.300 Volt, bila rugi-rugi dia-
baikan, hitung besarnya tegangan sekunder dan berapa arus primer jika arus
sekunder 250 Ampere .
3. Sebuah transformator satu fasa 50 Hz mempunyai lilitan primer 20 dan sekunder 273
lilit. Luas penampang inti transformator 400 Cm 2 . Bila kumparan primer dihubung-
kan dengan tegangan 220 Volt . Hitung nilai kerapatan flux dalam inti dan besarnya
tegangan yang diinduksikan pada sisi sekunder .
4. Sebuah transformator satu fasa mempunyai lilitan primer 400 . Luas penampang inti
60 Cm 2 dan panjang jalur magnetik 0,8 m . Tegangan sisi primer 500 Volt, 50 Hz.
Hitung besarnya kerapatan flux di dalam inti dan arus magnetisasi, bila diasumsikan
permeabilitas relatif bahan inti 2000 .
5. Sebuah transformator satu fasa 30 KVA , 2400/120 Volt, resistansi sisi tegangan
tinggi 0,1 Ohm dan reaktansinya 0,22 Ohm. Sisi tegangan rendah mempunyai
resistansi 0,035 Ohm dan reaktansi 0,012 Ohm . Hitung :
a. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi sekunder
Mesin Listrik I 2 - 27
8. Sebuah transformator satu fasa 230/460 Volt , sisi primer mempunyai resistansi 0,2
Ohm dan reaktansi 0,5 Ohm, sedangkan sisi sekunder mempunyai resistansi 0,75
Ohm dan reaktansi 1,8 Ohm. Hitung besarnya tegangan terminal sekunder saat
menyalurkan arus 10 Ampere dengan faktor daya 0,8 lagging .
10. Parameter Transformator satu fasa 2300/230 Volt, 50 Hz adalah sebagai berikut :
R1 0,286 Ohm R 2' 0,319 Ohm R C 250 Ohm
X1 0,73 Ohm X 2' 0,73 Ohm Xm 1250 Ohm
Impedansi beban pada sisi sekunder Z L 0,387 j0,29 Ohm
Hitung besarnya Daya input di sisi primer dan daya ouput di sisi sekunder,
penyelesaian dengan menggunakan rangkaian ekuivalen .
11. Saat Transformator satu fasa dihubungkan dengan tegangan 1.000 Volt, 50 Hz, rugi
intinya adalah 1.000 Watt, yang terbagi atas 650 Watt akibat rugi Histeris dan 350
Watt akibat rugi arus pusar (Eddy Current losss) . Apabila tegangan yang diberikan
pada transformator dinaikkan menjadi 2.000 Volt dan frekuensinya 100 Hz , hitung
rugi inti yang terjadi pada tegangan 2.000 Volt dan frekuensi 100 Hz tersebut .
12. Untuk memperoleh rangkaian ekuivalen dari sebuah transformator satu fasa 200/400
Volt, 50 Hz dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut
diperoleh data sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan Arus (A) Daya Keterangan
(Volt) (Watt)
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 85 Alat Ukur di Teg Tinggi
13. Untuk memperoleh nilai R eq1 , X eq1 , R c , X m seperti diperlihatkan pada gambar
rangkaian ekuivalen sebuah transformator satu fasa 4 KVA, 200/400 Volt , 50 Hz
dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut diperoleh data
sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan Arus (A) Daya (Watt) Keterangan
(Volt)
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 80 Alat Ukur di Teg Tinggi
Mesin Listrik I 2 - 28
Selain menentukan nilai parameter rangkaian, tentukan juga prosentase regulasi
tegangan saat beban penuh dengan faktor daya a.) 0,8 Lagging dan b ) 0,8
Leading.
R eq1 X eq1
I ex •
Ih e I
V1
Rc Xm V2'
Mesin Listrik I 2 - 29
BAB III
Transformator Tiga Fasa
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari transformator tiga fasa
dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan hubungan antara belitan
transformator dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang macam-macam hubungan belitan transfor-
mator Bintang, Segitiga, T - T, V - V, Zigzag dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang standard kode hubungan transformator
tiga fasa dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan kerja paralel transformator 3
fasa dengan benar.
Lembar Informasi :
Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah transformator satu
fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada sistem kelistrikannya yaitu sistem
satu fasa dan tiga fasa. Sehingga sebuah transformator tiga fasa bisa dihubung bintang,
segi-tiga, atau zig-zag.
Transformator tiga fasa banyak digunakan pada sistem transmisi dan distribusi tenaga
listrik karena pertimbangan ekonomis. Transformator tiga fasa banyak sekali me-
ngurangi berat dan lebar kerangka, sehingga harganya dapat dikurangi bila diban-
dingkan dengan penggabungan tiga buah transformator satu fasa dengan “rating” daya
yang sama.
Tetapi transformator tiga fasa juga mempunyai kekurangan, diantaranya bila salah satu
fasa mengalami kerusakan, maka seluruh transformator harus dipindahkan (diganti), te-
tapi bila transformator terdiri dari tiga buah transformator satu fasa, bila salah satu fasa
transformator mengalami kerusakan. Sistem masih bisa dioperasikan dengan sistem “
open delta “.
Secara umum sebuah transformator tiga fasa mempunyai konstruksi hampir sama, yang
membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung pada letak pe-
masangan, sistem pendinginan, pengoperasian, fungsi dan pemakaiannya. Bagian uta-
ma, alat bantu, dan sistem pengaman yang ada pada sebuah transformator daya (Gambar
3.1), adalah :
Seperti telah dijelaskan pada pembahasan transformator satu fasa inti besi berfungsi se-
bagai tempat mengalirnya fluks dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Sama
seperti transformator satu fasa, berdasarkan cara melilit kumparanya ada dua jenis, yaitu
tipe inti (Gambar 3.2) dan tipe cangkang (Gambar 3.3).
Gambar 3.2 Transformator Tipe Inti Gambar 3.3 Transformator Tipe Cangkang
Kumparan transformator terdiri dari lilitan kawat berisolasi dan membentuk kumparan.
Kawat yang dipakai adalah kawat tembaga berisolasi yang berbentuk bulat atau plat.
Kumparan-kumparan transformator diberi isolasi baik terhadap kumparan lain maupun
inti besinya. Bahan isolasi berbentuk padat seperti kertas prespan, pertinak, dan lain-
nya.
MinyakTransformator
Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti transfor-
mator direndam di dalam minyak transformator, minyak juga berfungsi sebagai isolasi.
Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
Mempunyai kekuatan isolasi (Die-lectric Strength);
Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
kecil dapat mengendap dengan cepat;
Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersikulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik;
Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap;
Sifat kimia yang stabil.
Tangki Transformator
Konservator Transformator
Sistem pendinginan pada transformator dibutuhkan supaya panas yang timbul pada inti
besi dan kumparan dapat disalurkan keluar sehingga tidak merusak isolasi didalam
transformator. Media yang digunakan pada sistem pendinginan dapat berupa : udara/
gas, minyak dan air. Sirkulasinya dilakukan secara : alamiah (natural) dan atau
paksaan (forced).
Bushing Transformator
Alat Pernapasan
Naik turunnya beban transformator dan suhu udara sekeliling transformator, mengaki-
batkan suhu minyak berubah-ubah mengikuti perubahan tersebut. Bila suhu minyak
naik, minyak memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki
dan bila suhu turun sebaliknya udara akan masuk. Keadaan ini merupakan proses per-
napasan transformator. Tetapi udara luar yang lembab akan menurunkan nilai tegangan
tembus minyak. Untuk mencegah hal itu transformator dilengkapi dengan alat perna-
fasan (Gambar 3.5) yang berupa tabung berisi zat hygros-kopis,seperti kristal silikagel.
Tap Changer
Tap changer (Gambar 3.6) adalah alat yang berfungsi untuk mengubah perbandingan
lilitan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder sesuai
yang dibutuhkan oleh tegangan jaringan (beban) atau karena tegangan sisi primer yang
berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban
(on load) atau keadaan tidak berbeban(off load). Untuk tranformator distribusi peru-
bahan tap changer dilakukan dalam keadaan tanpa beban.
Berfungsi untuk memperluas daerah pendinginan, yaitu daerah yang berhubungan lang-
sung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.
Alat Indikator
Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media bantu
yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :
suhu minyak ;
permukaan minyak ;
sistem pendinginan ;
posisi tap.
Plat Nama
Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat pema-
sangan maupun perbaikan. Data-data yang dicantumkan seperti : Phasa dan frekuensi,
daya nominal, tegangan primer/sekunder,kelompok hubungan, arus nominal, % arus hu-
bung singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lain-lain.
Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambung rangkaian listrik sebuah transfor-
mator tiga fasa, yaitu hubungan bintang, hubungan segitiga, dan hubu-ngan Zig-zag.
Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, transformator
tegangan tinggi (Gambar 3.9). Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah isolasi minimum
1
karena tegangan fasa tegangan jala-jala (Line), juga tidak ada perubahan fasa
3
antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi sekunder dari transfor-
mator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban akan berubah kecuali titik
bintang dibumikan.
Primer:
VL1
Vph1 Volt dan I L1 I ph1 …………………………………………………….……(3-1)
3
Sekunder:
Vph 2
VL2
Volt dan IL2 Iph 2Amp K Vph 2 ………………………………………………(3-2)
3 Vph1
Hubungan ini umumnya digunakan dalam sistem yang menyalurkan arus besar pada te-
gangan rendah dan terutama saat kesinambungan dari pelayanan harus dipelihara mes-
kipun satu fasa me-ngalami kegagalan (Gambar 3.10). Adapun beberapa keuntungan
dari hubungan ini adalah :
Sekunder:
VL2 Vph 2 dan I L2 3I ph 2 …………………………………………………..(3-4)
Vph 2
K
Vph1
Hubungan transformator tipe ini pada prinsipnya digunakan, dimana tegangan diturun-
kan (Step - Down), seperti pada jaringan transmisi. Pada hubungan ini, perbandingan te-
Primer :
Vph1 L1 Volt dan I L1 I ph1 Amp …………………………………………………………(3-5)
V
3
Sekunder :
I
Vph2 VL2 Volt dan I ph2 L2 Amp ....................................................................................(3-6)
3
Vph2
K
Vph1
Primer
VL1 Vph1 Volt dan I ph1 L1 A ………………………………………………….….(3-7)
I
3
Sekunder:
Vph2 L2 Volt dan I L2 I ph2 A ……………………………………………………(3-8)
V
3
Vph2
K
Vph1
Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga fasanya harus diusahakan
seimbang. Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik
bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang digunakan pemakai
akan berbeda-beda.
Untuk menghindari terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya adalah dengan meng-
hubungkan sisi sekunder dalam hubungan Zig-zag. Dalam hubungan Zig-zag sisi se-
kunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara khusus (Gambar 3.13) .
e Z1 e1 e 2 ;
e Z 2 e 2 e3
e Z3 e3 _ e1 ……………………………..…………………………(3-12)
_____________
e Z1 e Z2 e Z3 0 3e b ,
Selain hubungan transforamator seperti telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, ada
transformator tiga fasa dengan dua kumparan. Tiga jenis hubungan yang umum diguna-
kan adalah :
V - V atau “ Open “
“ Open Y - Open “
Hubungan T – T
Gambar 3.15 Hubungan V-V atau Open Gambar 3.16 Hubungan Open Y -Open
Misal tiga buah transformator satu fasa masing-masing mempunyai daya sebesar 10
KVA, bila dihubungkan V - V (Gambar 3.15) karena salah satu dilepas (sebelumnya
dihubungkan segitiga) maka dayanya tidak 2 x 10 KVA = 20 KVA, tetapi hanya 0,866
x 20 KVA = 17,32 KVA.
Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut :
Mesin Listrik I 3 - 10
Daya S saat dihubungkan
= 3.VL .I L VA ……………………………………………………………(3-15)
I
I ph 2 L menjadi arus jala jala
3
I
Daya S saat dihubungkan V - V = 3.VL . L VL .I L VA …………..……(3-16)
3
Perbandingan daya saat Hubungan dengan V -V adalah :
Ssaat V V VL .I L 1
x100% 57,7%
Ssaat 3.VL .I L 3
Hubungan ini merupakan transformasi tiga fasa ke tiga fasa dengan bantuan dua buah
transformator (Kumparan). Satu dari transformator mempunyai “ Centre Taps “ pada si-
si primer dan sekundernya dan disebut “Main Transformer“. Transformator yang lain-
nya mempunyai “0,866 Tap “ dan disebut “Teaser Transformer “. Salah satu ujung
dari sisi primer dan sekunder “teaser Transformer” disatukan ke “ Centre Taps” dari
“ main transformer “. “ Teaser Transformer” beroperasi hanya 0,866 dari kemampuan
tegangannya dan kumparan “ main trnsformer “ beroperasi pada Cos 30 = 0,866 p.f,
yang ekuivalen dengan “ main transformer “ bekerja pada 86,6 % dari kemampuan daya
semunya.
Mesin Listrik I 3 - 11
3.3 Pengujian Transformator Tiga Fasa
Pengujian yang harus dilakukan pada sebuah transformator tiga fasa biasanya disesuai-
kan dengan kebutuhannya (pengujian rutin, pengujian awal, dan pengujian akhir), jenis
pengujiannya juga cukup beragam, seperti :
Pengujian tahanan isolasi biasanya dilaksanakan pada awal pengujian dengan tujuan un-
tuk mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, untuk menghindari kegagalan
yang bisa berakibat fatal, sebelum pengujian selanjutnya dilakukan. Pengujian dilak-
sanakan dengan menggunakan Megger. Tahanan isolasi yang diukur diantaranya :
Sisi Primer dan Sekunder
Sisi Primer dan pembumian
Sisi Sekunder dan pembumian
Pengujian Karakteristik Beban Nol atau Tanpa Beban dilakukan untuk mengetahui
besarnya kerugian daya yang disebabkan oleh rugi hysterisis dan eddy current pada inti
transformator dan besarnya arus yang pada daya tersebut. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi transformator dan sisi lainnya dibiar-
kan dalam keaadaan tanpa beban. Contoh untuk menghitung parameter-parameter
transformator tiga fasa dari hasil percobaan beban nol bisa dilihat pada tabel 5.1.
Persamaan yang terlihat pada tabel menandakan dimana alat ukur diletakkan.
Mesin Listrik I 3 - 12
Tabel 3.1 Parameter Pengujian Beban Nol
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan arus nominal pada salah satu sisi trans-
formator dan sisi yang lain dihubung singkat, dengan demikian akan dibangkitkan juga
arus nominal pada sisi yang di hubung singkat. Adapun tujuan dari pengujian ini adalah
untuk mengetahui besarnya rugi daya yang hilang akibat dari tembaga dari trans-
formator saat beroperasi.
Contoh untuk menghitung parameter-parameter transformator tiga fasa dari hasil per-
cobaan hubung singkat bisa dilihat pada tabel 5.2 dengan asumsi sisi tegangan rendah
di hubung singkat dan alat ukur ada di sisi tegangan tinggi, persamaan yang terlihat
pada tabel menunjukan dimana alat ukur diletakan.
Mesin Listrik I 3 - 13
Tabel 3.2 Parameter Pengujian Hub Singkat
Pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dilakukan untuk menguji kekuatan isolasi
antara kumparan dan rangka tangki. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tega-
ngan uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada :
Sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan rangka tangki yang dibu-
mikan.
Sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan rangka tangki yang dibu-
mikan.
Tujuan pengujian tegangan induksi adalah untuk mengetahui kekuatan isolasi antara la-
pisan dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antar belitan transformator. Pengujian
dilakukan dengan cara memberi tegangan suplai dua kali tegangan nominal pada salah
satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan pada inti
transformator maka frekuensi yang digunakan harus dinaikan sesuai dengan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu.
Vektor tegangan primer dan sekunder sebuah transformator sangat tergantung pada cara
melilit kumparannya. Pada transformator Tiga Fasa arah tegangan menimbulkan per-
Mesin Listrik I 3 - 14
bedaan fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut menyebabkan adanya berbagai
kelompok hubungan pada transformator.
Untuk penentuan kelompok hubungan ini dipergunakan tiga jenis tanda atau kode,
yaitu :
Tanda Kelompok sisi tegangan tinggi terdiri atas kode D, Y, dan Z.
Tanda Kelompok sisi tegangan rendah terdiri atas kode d, y , dan z.
Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi terhadap sisi
tegangan rendah.
Jarum jam panjang dibuat selalu menunjuk angka 12 dan berimpit dengan Vektor TT
tegangan tinggi. Letak Vektor tegangan rendah TH menunjukkan arah jarum jam pen-
dek. Sudut antara jarum jam panjang dan pendek adalah pegeseran antara vektor tega-
ngan tinggi dengan tegangan rendah (V dan v).
Mesin Listrik I 3 - 15
Tabel 3.3 Kelompok Hubungan Menurut Standar VDE 0532
Mesin Listrik I 3 - 16
3.4 Penentuan Angka Jam
Angka jam ( Kelompok Hubungan ) sebuah transformator dapat ditentukan berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil pengukuran pada transformator tersebut. Ada dua cara
yang bisa dilakukan untuk penentuan kelompok jam berdasarkan hasil pengukuran
tersebut.
Berdasarkan tabel Kelompok jam.
Berdasarkan Diagram Vektor.
Untuk penentuan berdasarkan kelompok jam, perhatikan tabel dibawah ini :
Latihan :
2. Sebuah Transformator tiga fasa , 10.000 KVA, 230 KV/4160 Volt, 50 Hz bila rans-
formator dihubungkan a . - b. - Y c. -
Tentukan nilai I ph1, I ph2 , Vph1,, Vph2 , dan K dari masing-masing hubungan dia-
tas.
Mesin Listrik I 3 - 17
3. Sebuah transformator Tiga fasa yang terdiri dari tiga buah transformator satu fasa
digunakan untuk menurunkan tegangan tegangan tiga fasa jala-jala ( line) transmisi
6000 Volt, jika arus jala-jala 10 A. Tentukan tegangan jala-jala pada sisi sekunder,
arus jala-jala sekunder dan daya keluar (output) transformator untuk hubungan :
a. - b. - Y
bila perbandingan tranformasi 1/12 dan rugi-rugi diabaikan.
5. Sebuah Transformator Tiga fasa, 100 KVA, 50 HZ, 3300 V/400 V, hubungan / Y .
Resistansi kumparan tegangan tinggi 3,5 Ohm/fasa dan kumparan sisi tegangan
rendah 0,02 Ohm /fasa.
Tentukan rugi besi dari transformator pada tegangan dan frekuensi normal, bila
efisiensi beban penuhnya 95% dengan faktor daya 0,8 Lagging.
6. Sebuah Transformator 100 KVA, 6600 V/220 Volt, hubungan Y / Y, tiga fasa 50
Hz, transformator mempunyai rugi inti 1200 Watt. Efisiensi maximum terjadi saat
3/4 beban penuh. Tentukan Efisiensi transformator saat :
a. Beban penuh dengan P.f = 0,8 Lagging.
b. 1/2 beban penuh dengan P.f = 0,866 Lagging
c. 3/4 beban penuh dengan p.f = 1 (Unity ).
7. Pengujian Tanpa beban dan hubung singkat dari sebuah transformator Tiga fasa, 50
KVA , 7200 Volt /208 V, 60 Hz ,hubungan / Y , hasilnya sebagai berikut:
Test tanpa beban : Poc = 500 W ; Ioc = 8 A ; Voc = 208 V
Test Hubung Singkat : Psc = 600 W ; Isc = 4,01 A ; Vsc = 370 V
Tentukan :
a) Rc , Xm , Req2 , adan Xeq2
b) Regulasi tegangan saat beban penuh dengan faktor daya 0,8 lagging.
8. Suatu beban 500 KVA dengan P.f 0,8 lagging akan dibagi dengan dua buah trans-
formator Tiga Fasa A dan B dengan rating sama . Bila ekuivalen impedansi
segitiga sebagai refrensi sekunder ( 2 + j 6) Ohm untuk transformator A dan (2 + j
5) Ohm untuk transformator B. Hitung beban yang disuplai oleh masing-masing
transformator tersebut.
Mesin Listrik I 3 - 18
BAB IV
Generator Arus Searah
Memahami tentang konstruksi, prinsip kerja, lilitan jangkar, sistem penguatan, efisiensi,
dan karakteristik generator arus searah.
Lembar Informasi :
Mesin Listrik 4- 1
Gambar 4.1 Konstruksi Mesin Arus Searah
Bagian Stator :
Rangka generator atau Motor
Inti kutub magnet dan Lilitan Pe-nguat Magnet
Sikat Komutator
Bagian Rotor
Komutator
Jangkar
Lilitan Jangkar
Fungsi utama dari rangka mesin adalah sebagai bagian dari tempat mengalirnya fluks
magnet. Karena itu rangka mesin dibuat dari bahan ferromagnetik. Seiain itu rangkapun
befungsi untuk meletakkan alat-alat tertentu dan melindungi bagian-bagian mesin
lainnya. Mesin-mesin yang kecil rangkanya dibuat dari besi tuang, sedangkan mesin-
mesin yang besar rangkanya dibuat dari plat campuran baja yang berbentuk selinder.
Mesin Listrik 4- 2
4.1.3 Sikat Komutator
Fungsi utama sikat adalah sebagai penghubung untuk aliran arus dari lilitan jangkar ke
terminal luar (generator) atau dari terminal luar ke lilitan jangkar (Motor). Karena itu
sikat sikat dibuat dari bahan konduktor. Disamping itu sikat juga berfungsi untuk
terjadinya komutasi, berrsama-sama dengan komutator, bahan sikat harus lebih lunak
dari bahan komutator.
4.1.4 Komutator
Seperti diketahui komutator berfungsi sebagai alat penyearah mekanik, yang ber -sama-lama
dengan sikat memben-tuk suatu kerjasama yang disebut komutasi.
Supaya menghasilkan penyearah yang lebih baik, maka komutator yang diguna-kan jumlahnya
banyak. Karena itu tiap belahan/segmen komutator tidak lagi merupakan bentuk sebagian
selinder, tetapi sudah berbentuk lempeng-lempeng. Diantara setiap lempeng/ segmen komutator
terdapat bahan isolator. Iso-lator yang digunakan menentukan kelas dari mesin berdasarkan
kemampuan suhu yang timbul dalam mesin tersebut.
Jadi disamping sebagai isolator terha-dap listrik isolator yang digunakan harus mampu terhadap
panas tersebut. Berda-sarkan jenis isolator yang digunakan terhadap kemampuan panas ini maka
mesin DC dikenal atas :
• Kelas A : Maks 700 C
• Kelas B : Maks 1100 C
Mesin Listrik 4- 3
Gambar 2.3 Proses Terbentuknya Ggl pada Sisi Kumparan Generator
Tegangan yang dibangkitkan pada sisi kumparan sebuah generator arus searah, sebenarnya
adalah dalam bentuk gelombang arus bolak balik, selanjutnya komutator akan mengubah
menjadi arus searah. Proses perubahan arus bolak-balik menjadi arus searah oleh komutator
bisa dijelaskan sebagai berikut :
Mesin Listrik 4- 4
4.1.5 Jangkar
Jangkar yang umum digunakan dalam mesin arus searah adalah yang berbentuk silinder, yang
diberi alur pada bagian permukaannya untuk melilitkan kumparan-kumparan tempat terbentuk-
nya Ggl imbas. Jangkar dibuat dari bahan yang kuat yang mempunyai sifat ferromagnetik
dengan permeabilitas yang cukup besar, dengan maksud agar kumparan lilitan jangkar terletak
dalam daerah yang imbas magnetnya besar sehingga ggl yang terbentuk dapat bertambah besar.
Lilitan Jangkar
Lilitan jangkar berfungsi sebagai tempat terbentuknya Ggl imbas. Lilitan jangkar terdiri atas
beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap kumparan dapat tediri atas
lilitan kawat atau lilitan batang.
Tiap-tiap kumparan mempunyai dua sisi kumparan dan jumlahnya harus genap. Pada
tiap-tiap alur bisa dipasang dua sisi kumparan atau lebih dalam dua lapisan bertumpuk
(Gambar 4.7). Dalam tiap-tiap alur terdapat 2U sisi kumparan, maka jumlah alur G
Mesin Listrik 4- 5
adalah :
S
G
2U
G = (8 – 18) 2p
Z
2. k
ZS
Z
k
2. Z S
Bila dalam tiap-tiap alur terdapat dua sisi kumparan (U = 1) maka jumlah lamel juga sama
dengan jumlah alur
S 2. k
G k=U.G
2 .U 2 .u
Lilitan Gelung
Jika kumparan dihubungkan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga setiap kumparan
menggelung kembali ke sisi kumparan berikutnya maka hubungan itu disebut lilitan
gelung. Perhatikan gambar 4.8 Prinsip Lilitan gelung.
Y = kisar lilitan, yang menyatakan jarak antara lamel permulaan dan lamel
berikutnya melalui kumparan.
YC = kisar komutator, jumlah lamel yang melalui komutator.
Y1, Y2 = kisar bagian.
Mesin Listrik 4- 6
Y = Y1 + Y2 = 2.YC
Pada lilitan gelung kisar bagian Y2 mundur atau negatif. Tiap kumparan mempunyai
satu sisi benomor ganjil dan satu sisi bernomor genap, karena itu Y 1 dan Y2 selamanya
harus merupakan bilangan ganjil.
Kisar bagian Y1 ditetapkan oleh Iebar kumparan, diperkirakan sama dengan jarak
kutub-kutub . Bila lebar kumparan dinyatakan dengan jumlah alur, biasanya dinyatakan
dengan kisar Yg .
G G
Yg = Yg
2p 2p
Kisar bagian Y1 biasanya dinyatakan dengan sejumlah sisi kumparan yang harus dilalui
supaya dari sisi yang satu sampai pada sisi berikutnya. Di dalam tiap-tiap alur
dimasukkan sisi kumparan 2U dan secera serempak beralih dari lapisan atas ke lapisan
bawah karena itu
Y1 = 2 . U . Y g + 1
Kisar bagian Y1 menentukkan cara menghubungkan ujung kumparan yang satu dengan
kumparan berikutnya melalui lamel komutator, kisar Y 2 biasa disebut juga kisar
hubung.
Y2 = 2 . YC – Y1
Contoh :
Tabel 4.1
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel
Lilitan Gelung
Mesin Listrik 4- 7
Gambar 4.9 Lilitan Gelung Tunggal
Lilitan Gelung Majemuk terdiri dari dua lilitan gelung tunggal atau lebih yang dililit
secara simetris antara yang satu dengan yang lainnya. Pada lilitan gelung tunggal
banyaknya cabang paralel sama dengan banyaknya jumlah kutub (2p) dari mesin
tersebut, sedangkan pada lilitan gelung majemuk yang mempunyai m gelung tunggal,
banyaknya cabang paralel adalah:
a=m.p.
Yc = m
Y2 = 2 . m – Y1
sedangkan untuk menentukan Y1 sama seperti pada lilitan gelung tunggal. Untuk
mendapatkan lilitan gelung majemuk tertutup ujung lilitan terakhir harus kembali lagi
ke lamel permulaan.
Lilitan Gelombang
Pada lilitan gelombang kisar komutator Yc lebih besar bila dibandingkan dengan Yc
pada lilitan gelung .
Mesin Listrik 4- 8
Gambar 4.10 Prinsip Lilitan Gelombang
Contoh :
2p = 4 ; S = 42 ; G = k = 21 ; u = 1
21 1
Yc Yc = 10 atau 11,
2
kita ambil Yc = 10
G 21 1
YG 5 ,
2p 4 4
Y1 2 . u . YG + 1 = 2 .1.5 + 1 = 11
dan
Y2 = 2 . Yc – Y1 = 2 . 10 – 11 = 9
Tabel 4.2
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel Lilitan Gelombang
Mesin Listrik 4- 9
LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL
16 31 - 42 5
5 9 - 20 15
15 29 - 40 4
4 7 - 18 14
14 27 - 38 3
3 5 - 16 13
13 25 - 36 2
2 3 - 14 12
12 23 - 34 1
Pada lilitan gelombang tunggal banyaknya sikat yang dibutuhkan hanya dua buah, tidak
tergantung pada jumlah kutubnya.
Apabila nilai arus atau tegangan yang diperlukan tidak bisa dipenuhi dengan lilitan
gelung atau gelombang tunggal, maka diatasi dengan lilitan gelombang majemuk.
Lilitan gelombang majemuk terdiri dari dua lilitan gelombang tunggal atau lebih. Tiap-
dap lilitan gelombang tunggal terdiri dari dua cabang paralel, untuk gelombang
majemuk a = 2 . m
k m
Yc
p
Mesin Listrik 4 - 10
Lilitan Gelung
1. Untuk generator bertegangan rendah, arus besar.
2. Ujung-ujung kumparan disambung pada lamel yang berdekatan.
3. Pada lilitan gelung tunggal, arus yang mengalir pada jangkar terbagi sesuai dengan
jumlah kutub.
4. Pada lilitan gelung majemuk, arus yang mengalir terbagi sesuai dengan rumusan a =
m . p.
5. Sisi kumparan terbagi pada dua bagian, yaitu terletak dihadapan kutub utara dan
kutub selatan.
Lilitan Gelombang
Mesin Listrik 4 - 11
Untuk Lilitan Gelombang
Fluks ini memotong belitan jangkar sehingga timbul tegangan induksi, bila generator
dibebani maka pada peng-hantar jangkar timbul arus jangkar. arus jangkar ini
menyebabkan timbulnya fluks pada penghantar jangkar tersebut dan biasa disebut
FIuks Medan Jangkar (Gambar 4.13).
Selanjutnya perhatikan gambar 4.14, disini terlihat fluks medan utama disebelah kiri
kutub utara dilemahkan oleh sebagian fluks medan lintang (jangkar) dan disebelah
kanan diperkuat. Sedangkan pada kutub selatan fluks medan utama disebelah kanan
diperlemah dan disebelah kiri diperkuat oleh fluks medan lintang. Pengaruh adanya
interaksi ini disebut reaksi jangkar.
Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak tegak lurus pada garis netral
teoritis AB, tetapi bergeser sebesar sudut sehingga tegak lurus pada garis netral
teoritis A' B'.
Sikat yang diletakkan pada permukaan komutator yang terletak pada garis netral AB
harus digeser letaknya supaya tidak timbul bunga api. Sikat harus digeser sesuai
dengan pergeseran garis netral. Bila sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek,
sebab sikat terhubung dengan penghantar yang mengandung tegangan.
Mesin Listrik 4 - 12
Gambar 4.12 Fluks Medan Utama Gambar 4.13 Fluks Medan Jangkar
Generator dengan Penguat Terpisah, jika arus untuk lilitan kutub magnit berasal dari
sumber arus searah yang terletak di luar generator.
Generator dengan Penguat Sendiri, jika arus untuk lilitan kutub magnit berasal dari
generator itu sendiri.
Dengan terpisahnya sumber arus searah untuk lilitan medan dan generator, berarti besar
kecilnya arus medan tidak terpengaruh oleh nilai-nilai arus atau-pun tegangan pada
generator (Gambar 4.15).
Mesin Listrik 4 - 13
Gambar 4.15 Generator Penguat Terpisah
Em
Persamaan arus: Im
Rm
Ia = IL
Persamaan Tegangan :
E = V +Ia . Ra + 2e
V = IL . RL
Pj =E. la Watt
PL = V . IL Watt
Keterangan :
Im = Arus penguat magnit
Em = Tegangan sumber penguat magnit
Rm = Tahanan lilitan penguat magnit
Ia = Arus jangkar
IL = Arus beban
Pj = Daya jangkar
V = Tegangan terminal jangkar
e = Kerugian tegangan pada sikat
Ra = Tahanan lilitan jangkar
RL = Tahanan beban
PL = Daya keluar (beban)
Karena generator jenis ini memperoleh arus untuk lilitan medan dari dalam generator itu
sendiri, maka dengan sendirinya besarnya arus medan akan terpengaruh oleh nilai-nilai
tegangan dan arus yang terdapat pada generator. Hal ini akan tergantung pada cara
hubungan Iilitan penguat magnit dengan lilitan jangkar.
Mesin Listrik 4 - 14
a. Generator Shunt
Persamaan arus :
Ia = IL + Ish
V
Ish
Rsh
Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + 2e
V = IL . RL
b. Generator Seri
Persamaan arus :
Ia = Is = IL
Mesin Listrik 4 - 15
Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + Is . Rs + 2e
= V + Ia (Ra + Rs) + 2e
c. Generator Kompon
Pada generator kompon lilitan medan penguat yang terdapat pada inti kutub magnit
terdapat 2 (dua), yaitu untuk seri dan shunt. Berdasarkan cara meletakkan lilitan
tersebut maka dapat dibentuk hubungan. Generator kompon panjang dan generator
kompon pendek.
Is = Ia
Ia = IL + Ish
Persamaan Tegangan :
E = V . Ia (Ra + Rs) + 2c
Mesin Listrik 4 - 16
2.5 Efisiensi
Rugi – rugi yang terjadi dalam sebuah generator arus searah dapat dibagi sebagai
berikut:
Rugi Tembaga
a. Rugi Tembaga jangkar = Ia2 .Ra Watt
b. Rugi Tembaga Medan Shunt = Ish2. Rsh Watt
c. Rugi Tembaga Medan Seri = Is2 . Rs Watt
Rugi Inti
a. Rugi Hysterisis , Ph B max1.6 . f
b. Eddy Currents , Pe B max2 . f2
Rugi Mekanis
a. Rugi gesekan pada poros
b. Rugi angin akibat putaran jangkar.
c. Rugi gesekan akibat gesekan sikat dengan komutator.
Mesin Listrik 4 - 17
Diagram aliran daya dari sebuah generator dc bias diilustrasikan seperti diperlihatkan
pada gambar 4.21.
Rugi Besi dan Gesekan = Daya Masuk Mekanis (Pm) - Daya Jangkar (Pj)
Rugi Tembaga Total = Daya Jangkar (Pj) - Daya Keluar Generator (Pout)
DayaKeluar Generator
Efisiensi Listrik I x 100%
Dayadibangkitk an jangkar
DayaKeluar Generator
Efisiensi Total t x 100%
DayaMasukMekanis
Mesin Listrik 4 - 18
Rangkaian untuk memperoleh data yang diperlukan untuk membuat kurva beban nol
diperlihatkan pada gambar 4.22.
Bila arus medan dinaikkan secara ber-tahap dengan menggunakan rheostat dan nilai
perubahan arusnva dibaca dengan Ampermeter yang dihubungkan pada rangkaian
.Z.N P
medan. Persamaan Tegangan untuk Generator DC adalah : E x Volt, bila
60 a
kecepatan dijaga konstan maka : E = c . .
Penambahan arus medan akan mengakibatkan kenaikkan tegangan yang didistribusikan
sampai mencapai daerah saturasi.
b. Karakteristik Berbeban
Perhatikan kembali gambar 4.24, pada waktu generator dibebani maka timbul penu-
runan tegangan akibat reaksi jangkar dan resistansi jangkar.
Apabila penururtan tegangan akibat reaksi jangkar dikurangkan dengan Eo, maka akan
diperoleh E (kurva II) yang menunjukkan tegangan yang sebenarnya yang terjadi pada
jangkar saat generator dibebani.
Selanjutnya bila kerugian tegangan akibat resistansi jangkar Ia.Ra dikurangkan terhadap
E maka akan diperoleh tegangan terminal V (kurva III). Kurva II memperlihatkan
Karakteristik Dalam dan Kurva III Karakteristik Luar.
Mesin Listrik 4 - 19
Gambar 4.24 Kurva Generator Arus Searah saat Dibebani
Kurva beban nol dari generator penguat sendiri (Generator Shunt dan Seri) bisa didapat
dengan cara melepaskan kumparan medan dari generator dan dihubungkan dengan
sumber tegangan arus searah dari luar .
Mesin Listrik 4 - 20
Seperti halnya pengambilan data untuk generator dengan penguat terpisah, pada penguat
sendiripun arus medan ini diatur secara bertahap dengan rheostat pada kecepatan
konstan. Sebagai akibat adanya magnet sisa pada kutub magnet, walaupun Im = 0 sudah
terjadi sedikit Ggl sehingga kurva akan dimulai diatas 0 (nol) .
Kurva beban nol dengan kecepatan yang berbeda, digambarkan dengan kurva N1 dan
N2 (Gambar 4.27). Karena perubahan tegangan E sebanding dengan perubahan N pada
nilai Im yang sama, maka :
E2 N 2 N
atau E2 = E1 2
E1 N1 N1
E1 = HC bila N1
Mesin Listrik 4 - 21
untuk lm = OH , E1 = HC bila N1
Im = OH , E2 = HD Bila N2
N2
E2 = HC x
N1
c. Kecepatan Kritis
Kecepatan kritis dari sebuah generator shunt adalah kecepatan dimana resistansi kum-
paran medan magnet yang ada menunjukkan resistansi kritis. Pada gambar 4.28 kurva 2
memperlihatkan kecepatan kritis sebab garis Rsh merupakan resistansi kritis.
Contoh : Karakteristik beban nol dari sebuah generator arus searah shunt yang berputar
pada kecepatan 1000 Rpm adalah sebagai berikut :
E0(V) 52,5 107,5 155 196,5 231 256,5 275 287,5 298 308 312
Im(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mesin Listrik 4 - 22
Perkiraan tegangan beban nol (E0) yang akan terjadi bila putaran 800 Rpm dan
resistansi medan 30 Ohm .
Jawab :
Untuk mendapatkan ggl induksi saat N= 800 Rpm, harus dibuat kurva baru dengan
menganggap ggl sebanding dengan perubahan kecepatan. Semua nilai tegangan pada
800
1000 Rpm dikalikan dengan = 0,8 dan kurva untuk N = 800 Rpm dibuat:
1000
d. Karakteristik Luar
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tegangan terminal generator akan turun
apabila terjadi penambahan beban. Ada tiga penyebab pokok yang mengakibatkan turun
Mesin Listrik 4 - 23
tegangan terminal generator shunt saat berbeban
(1) Kerugian tegangan pada resistansi jangkar ;
(2) Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar ;
(3) Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya me-
ngakibatkan turunnya suplai arus penguat ke medan magnet sehingga Ggl induksi
menjadi kecil .
Rangkuman
1. Ada tiga hal pokok yang menjadi dasar kerja sebuah mesin listrik, yaitu :
Adanya fluks magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnit.
Adanya kawat penghantar listrik, yang merupakan tempat terbentuknya gaya
gerak listrik (Ggl) atau aliran arus listrik.
Gerakan relatif antara fluk magnet dengan kawat penghantar listrik. Dalam hal ini
boleh magnitnya tetap, sedangkan kawat penghantarnya yang bergerak atau
sebaliknya.
2. Konstruksi sebuah Mesin Arus Searah dapat dibagi atas :
Bagian Stator :
Rangka generator atau Motor
Inti kutub magnet dan Lilitan Pe-nguat Magnet
Sikat Komutator
Bagian Rotor
Komutator
Jangkar
Lilitan Jangkar
Mesin Listrik 4 - 24
3. Lilitan jangkar berfungsi sebagai tempat terbentuknya Ggl imbas. Lilitan jangkar
terdiri atas beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap
kumparan dapat tediri atas lilitan kawat atau lilitan batang.
4. Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah generator saat
tanpa beban disebut Fluks Medan Utama.
5. Berdasarkan sumber arus kemagnitan untuk lilitan kutub magnit, maka dapat
dibedakan atas :
Generator dengan Penguat Terpisah, jika arus untuk lilitan kutub magnit
berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar generator.
Generator dengan Penguat Sendiri, jika arus untuk lilitan kutub magnit berasal
dari generator itu sendiri.
Soal Latihan
1. Sebuah mesin arus searah mempunyai data-data sebagai berikut jumlah kutub
P=2p=2, jumlah lamel = jumlah alur = 8, kisar komutator (Yc) = 1 dengan U=1.
Buat tabel dan bagan arus hubungan sisi kumparan dengan lamel lilitan gelung
tunggal.
3. Sebuah motor DC shunt 220 Volt menyerap arus dari jala-jala 80 Ampere pada
kecepatan 800 Rpm. Resistansi medan shunt 50 Ohm dan resistansi jangkar 0,1
Ohm. Bila rugi besi dan gesekan 1.000 Watt. Tentukan :
a. Ggl Lawan ( Eb) b. Daya Input motor
c. Daya Output motor d. Efisiensi total
4. Sebuah Generator DC Shunt menyalurkan arus 195 A pada tegangan terminal 250
Volt . Resistansi jangkar 0,02 Ohm dan resistansi medan shunt 50 Ohm . Rugi besi
dan gesekan 950 Watt .
Tentukan : a. Ggl yang dibangkitkan c. Daya Penggerak Mula
b. Rugi Tembaga Total d. ή total , ή mekanis, ή listrik
5. Sebuah generator kompon pendek menyalurkan arus 100 A pada tegangan 220
Volt. Resistansi medan shunt 50 Ohm, resistansi medan seri 0,025 Ohm, dan
resistansi jangkar 0,05 Ohm. Rugi besi dan gesekan 1 KW.
Tentukan : a. Ggl yang dibangkitkan c. Daya Penggerak mula (HP)
b. Rugi Tembaga total d. Efisiensi Total
6. Sebuah generator kompon panjang diputar dengan kecepatan 1.000 Rpm , daya
output 22 Kw pada tegangan terminal (V) 220 Volt. Resistansi jangkar 0,05 Ohm ,
Mesin Listrik 4 - 25
resistansi medan shunt 110 Ohm , dan resistansi medan seri 0,06 Ohm . Efisisensi
Total 88 % .
Tentukan : a. Rugi tembaga total ( Watt) b. Rugi besi dan gesekan ( Watt)
c. Torsi Penggerak Mula
7. Sebuah generator kompon pendek menyalurkan arus 100 Ampere pada tegangan
220 Volt . Resistansi medan shunt 50 Ohm , resistansi medan seri 0,025 Ohm ,
resistansi jangkar 0,05 Ohm , sedangkan rugi besi dan gesekan 1 KW.
Tentukan : a. Ggl yang dibangkit oleh generator d. Efisiensi total .
b. Rugi tembaga total
c. Daya penggerak mula dalam HP
8. Karakteristik beban nol dari generator dc shunt yang diputar pada kecepatan 400
Rpm datanya sbb :
Tabel Hasil Pengukuran Tanpa Beban (Beban Nol)
Im (Amp) 2 3 4 5 6 7 8 9
Eo (Volt) 110 155 186 212 230 246 260 271
Tentukan :
a. Tegangan maksimum generator shunt bila diputar N = 400 Rpm dgn Rsh = 34
Ohm
b. Resitansi medan shunt untuk mengurangi tegangan tanpa beban menjadi 220 Volt
c. Nilai resistansi kritis dari medan shunt
d. Kecepatan kritis saat resistansi medan shunt 34 Ohm
e. Kecepatan terendah yang mungkin terjadi saat tegangan beban nol 225 Volt
Mesin Listrik 4 - 26
BAB V
Motor Arus Searah
Memahami tentang konstruksi, prinsip kerja, lilitan jangkar, sistem penguatan, efisiensi,
dan karakteristik motor arus searah.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja motor arus searah dengan
benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang persamaan tegangan motor arus searah
dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan persamaan daya motor arus searah dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang torsi motor arus searah dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang rugi daya dan efisiensi motor arus searah
dengan benar.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat terpisah motor arus searah dengan
benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri shunt motor arus searah
dengan benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri seri motor arus searah de-
ngan benar.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri kompon motor arus searah
dengan benar.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang karakteristik motor arus searah dengan
benar.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pengaturan motor arus searah dengan
benar.
Lembar Informasi :
Sebuah motor listrik adalah suatu mesin yang mengubah energi masukan listrik menjadi
energi keluaran mekanik, jadi pada dasarnva sebuah mesin arus searah bisa difungsikan
sebagai motor atau generator.
Bila suatu penghantar yang dialiri arus ditempatkan dalam suatu medan magnet, maka
akan timbul gaya yang besarnya F = B . I . L (Nm). Arah gaya F dapat ditentukan
berdasarkan hukum tangan kiri Flemming.
Mesin Listrik 5- 1
5.2 Persamaan Tegangan dan Daya
Gaya yang terjadi pada motor arus searah tergantung pada besarnya arus yang melewati
jangkar dan fluks magnit dari medan magnit (penguat).
Bila belitan (jangkar) telah berputar, maka dalam belitan itu akan timbul suatu tegangan
yang arahnya berlawanan dengan tegangan yang disuplai dari luar, dan ini disebut Ggl
lawan.
Besarnya Ggl Lawan yang dibangkitkan :
.Z . N P
E x Volt ...............(1)
60 A
V = E + Ia . Ra Volt .................(2)
V E
Ia Ampere …………(3)
Ra
E.la tidak semuanya ada pada poros, karena sebagian digunakan untuk mengatasi keru-
gian mekanis atau kerugian gesekan dari motor.
Mesin Listrik 5- 2
Daya Mekanis (Pm)
Pm = E la = V.Ia – Ia2. Ra
dPm
Differentialkan kedua sisi dengan Ia, maka : = V – 2Ia . Ra
dIa
dPm
Daya mekanik yang dibangkitkan akan maksimum bila sama dengan nol.
dIa
V – 2 . la . Ra = 0
V
la . Ra =
2
V
E = V – Ia . Ra =
2
Jadi Ia harus cukup besar supaya E setengah dari V, tetapi ini sulit untuk dicapai karena
la akan terlampau besar yang menyebabkan panas, efisiensi akan dibawah 50%.
5.3 Torsi
Torsi adalah putaran suatu gaya pada sebuah poros, dan diukur dengan hasil perkalian
gaya dengan jari-jari lingkaran dimana gaya tersebut terjadi(bekerja).
Torsi T = F . r (N-m)
Gaya yang bekerja pada satu putaran penuh akan menimbulkan energi sebesar :
F . 2 . n Joule.
Ta adalah torsi vang dibangkitkan oleh jangkar motor yang berputar dengan kecepatan
per detik (n), maka daya yang dibangkitkan adalah :
= Ta x 2 . .n Watt .
Pm = E . Ia Watt
Tax2 . n = E . Ia Watt
.Z . N P
Tax2 . n = x x la
60 A
1 Ia
Ta = . Z . P x Nm
2. A
Ia
= 0,159 . Z.P x Nm
A
5.5 Torsi Poros
Tidak seluruh torsi yang dihasilkan pada jangkar bisa dimanfaatkan oleh beban yang
Mesin Listrik 5- 3
dihubungkan pada poros, karena sebagian akan hilang karena rugi-rugi besi dan gesekan
pada motor. Torsi yang yang bisa dimanfaatkan ini disehut Torsi Poros (Tsh)
Tsh = Torsi Jangkar (Ta) - Torsi yang hilang karena rugi besi dan gesekan (Tf)
Eb . Ia Rugi besi dan gesekan
Tsh =
2 . . n
HP x 746
= Nm
2 . . n
Rugi-rugi daya yang terjadi pada sebuah motor arus searah dapat dibagi kedalam :
Rugi- rugi tembaga atau listrik.
Rugi-rugi besi atau magnet.
Rugi-rugi mekanis.
Daya yang hilang dalam panas lilitan medan dan rangkaian jangkar
Rugi tembaga dari lilitan dibagi atas:
Rugi tembaga jangkar Ia2 . Ra Watt
Rugi tembaga medan terdiri dari:
- Rugi histerisis
Ph = .Bmax X f . V Watt
= Steinmetz hysterisis coefficient
Bmax = Kerapatan fluks
Wb
maksimum 2
m
f = Frekuensi dlm Hertz
V = Volume inti (m3)
nilai x = antara 1,6 s/d 2
Rugi Mekanis
Rugi mekanis yang terjadi pada motor disebabkan oleh adanya gesekan dan angin,
seperti pada bagian poros motor.
Mesin Listrik 5- 4
Efisiensi
Efisiensi adalah prosentase perban-dingan daya keluar dan daya masuk yang terjadi
pada motor.
Daya Keluar
= x 100%
Daya Masuk
Daya Keluar
= x 100%
Daya Keluar rugi
Seperti pada generator arus searah berdasarkan sumber arus kemagnetan untuk kutub
magnit, maka dapat dibedakan atas :
Motor arus searah dengan peguat terpisah, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar motor.
Motor arus searah dengan penguat sendiri, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari motor itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan hubungan lilitan penguat magnit terhadap lilitan jangkar untuk
motor dengan pennguat sendiri dapat dikelompokkan atas :
Motor Shunt
Motor Seri
Panjang
Motor Kompon
Pendek
Mesin Listrik 5- 5
Persamaan Arus,Tegangan dan Daya
Em
Im = Amp
Rm
la = IL
E = V – la . Ra - 2e Volt .
Pin = V.IL Watt
Pj = Pm = E .la Watt
Pout = Pm - Rugi besi&gesekan
a. Motor Shunt
b. Motor Seri
Mesin Listrik 5- 6
Persamaan Arus dan Tegangan
IL = Is = la
E = V - IL (Rs + Ra)
c. Motor Kompon
c.1 Motor Kompon Panjang
IL = la + Ish
Vab
Ish =
Rsh
V = Vab + lL . Rs
Mesin Listrik 5- 7
5.6 Karakteristik Motor Arus Searah
Karakteristik sebuah motor arus searah dapat kita tentukan berdasarkan persamaan
kecepatan dan torsi.
Persamaan Kecepatan
V Ia . Ra
N = Rpm
C
Persamaan Torsi
T = C . Ia . Nm
a. Karakteristik Putaran
Putaran pada motor dengan penguat terpisah relatif konstan, penurunan kecepatan
akibat perubahan beban sangat kecil. Hal ini disebabkan karena fluks medan pada motor
relatif konstan dan tahanan jangkar Ra sangat kecil, sehingga penurunan kecepatan
antara tanpa beban dan beban penuh adalah kecil sehingga motor bisa dikatagorikan
sebagai motor yang mempunyai kecepatan tetap.
b. Karakteristik Torsi
c. Karakteristik Mekanis
Dengan merujuk pada persamaan T=C.Ia. salah satu faktor yang mengakibatkan ke-
naikkan Torsi adalah naiknya arus jangkar la, dan akibat naiknya arus jangkar maka
V Ia . Ra
berdasarkan persamaan N = Rpm, kecepatan akan turun dengan asumsi
C
konstan. Khusus untuk motor dengan penguat terpisah yang memiliki Ra kecil
penurunan kecepatan tidak terlalu besar.
Mesin Listrik 5- 8
5.6.2 Karakteristik Motor Arus Searah Penguat Sendiri
Karakteristik Putaran, Torsi, dan Mekanis untuk motor shunt dengan penguat sendiri
hampir sama dengan motor dengan penguat terpisah, sedangkan untuk motor seri dan
kompon bisa dijelaskan sbb :
a. Karakteristik Putaran
Motor Seri :
Dengan memperhatikan kembali rang-kaian listrik motor seri, besarnya arus jangkar (Ia)
sama dengan arus pengua-tan (Is) dengan demikian :
= f(Ia) = f(Is), dan berdasarkan persa-maan :
V Ia . Ra
N= Rpm
C
V Ia . Ra
maka N= Rpm
C.Ia
Motor Kompon
Karakteristik motor kompon berada diantara karakteristik motor seri dan motor shunt,
sedangkan berdasarkan arah melilit penguat medannya motor kompon bisa dibagi atas
Kompon Lawan dan Kompon Bantu.
b. Karakteristik Torsi
Motor Seri :
Berdasarkan persamaan :
Ia
Ta = 0,159 . Z . P x Nm, atau
A
Ta Ia, sebelum titik jenuh If dan Ia, karena Ia = If oleh karena itu pada beban
ringan Ta Ia2. Sesudah titikk jenuh hampir berdiri sendiri maka Ta la, bentuk
karakteristik menjadi lurus.
Motor Kompon :
Akibat adanya fluks medan seri dan shunt pada motor kompon yang saling
mempengaruhi, maka karakteristik Torsi yang terjadi merupakan gabungan dari
karakteristik motor seri dan shunt. Pada saat beban normal dengan naiknya la, maka
pertambahan Torsi motor shunt lebih besar bila dibandingkan motor seri dan karakte-
ristik motor kompon berada diantara kedua karakteristik tersebut, demikian juga pada
saat beban besar.
Mesin Listrik 5- 9
c. Karakteristik Mekanis
Motor Seri
Dengan naiknva Torsi, akan mengakibatkan naiknya la dan if (), dari persamaan : N =
V Ia . Ra
Rpm, pada saat Ia = 0, maka harga N men-dekati tak terhingga, sedangkan
C.
pada saat Ia (Ta) besar, kecepatan turun mendekati nol.
Motor Kompon
Untuk motor kompon karakteristiknya berada diantara karakteristik motor seri dan
motor shunt.
Rangkuman
1. Sebuah motor listrik adalah suatu mesin yang mengubah energi masukan listrik
menjadi energi keluaran mekanik, jadi pada dasarnva sebuah mesin arus searah bisa
difungsikan sebagai motor atau generator.
2. Gaya yang terjadi pada motor arus searah tergantung pada besarnya arus yang
melewati jangkar dan fluks magnit dari medan magnit (penguat).
3. Torsi adalah putaran suatu gaya pada sebuah poros, dan diukur dengan hasil
perkalian gaya dengan jari-jari lingkaran dimana gaya tersebut terjadi(bekerja).
4. Ta adalah torsi vang dibangkitkan oleh jangkar motor yang berputar dengan
kecepatan per detik (n)
5. Rugi-rugi daya yang terjadi pada sebuah motor arus searah dapat dibagi kedalam :
Rugi- rugi tembaga atau listrik.
Rugi-rugi besi atau magnet.
Rugi-rugi mekanis.
6. Seperti pada generator arus searah berdasarkan sumber arus kemagnetan untuk
kutub magnit, maka dapat dibedakan atas :
Motor arus searah dengan peguat terpisah, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar motor.
Motor arus searah dengan penguat sendiri, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari motor itu sendiri.
Mesin Listrik 5 - 10
Soal Latihan
1. Sebuah Motor DC Seri menyerap arus jangkar 40 A pada tegangan terminal 220 Volt
dan berputar pada kecepatan 800 Rpm . Resistansi jangkar 0,2 Ohm dan resistansi
medan seri 0,1 Ohm . Rugi besi dan gesekan 0,5 Kw . Tentukan :
a. Torsi pada jangkar b. Daya output motor (HP)
2. Sebuah motor DC Shunt 230 Volt mempunyai resistansi jangkar 0,5 Ohm dan
resistansi medan 115 Ohm . Saat tanpa beban kecepatan motor 1200 Rpm dan arus
jangkar 2,5 A . Saat beban nominal kecepatan turun menjadi 1120 Rpm . Tentukan
arus jala-jala (IL) dan daya input motor saat motor diberi beban nominal .
3. Sebuah motor DC shunt 220 Volt menyerap arus dari jala-jala 80 Ampere pada
kecepatan 800 Rpm. Resistansi medan shunt 50 Ohm dan resistansi jangkar 0,1 Ohm.
Bila rugi besi dan gesekan 1.000 Watt. Tentukan :
a. Ggl Lawan ( Eb) b. Daya Input motor
c. Daya Output motor d. Efisiensi total
4. Sebuah motor DC seri 250 Volt berputar pada kecepatan 500 Rpm. Torsi poros 130
N-m dan efisiensi pada saat beban ini 88%. Hitung arus yang diserap motor.
5. Sebuah Motor DC Shunt, 4 Kutub, 220 Volt mempunyai lilitan gelombang , daya
keluar motor 11,19 KW saat berputar pada kecepatan 1000 Rpm. Menyerap arus
jangkar 50 A dan arus medan 1 A. Jumlah konduktor 540 , resistansi jangkar 0.1
Ohm dan kerugian tegangan per sikat 1 Volt.
Tentukan : a. Torsi Jangkar b. Torsi Poros c. Flux per kutub.
d. Rugi gesekan dan angin e. Efisiensi total
6. Sebuah motor DC shunt 220 Volt menyerap arus dari jala-jala 80 Ampere pada
kecepatan 800 Rpm. Resistansi medan shunt 50 Ohm dan resistansi jangkar 0,1 Ohm.
Bila rugi besi dan gesekan 1.000 Watt. Tentukan :
a. Ggl Lawan ( Eb) b. Daya Input motor
c. Daya Output motor d. Efisiensi total
7. Sebuah motor DC seri , 4 kutub , 240 Volt , mempunyai lilitan jangkar berbentuk
gelombang dengan jumlah lilitan 1254 lilit . Fluk per kutub 20 mWb saat motor
menyerap arus 40 Ampere . Rugi besi dan gesekan 1 KW , resistansi jangkar 0,2
Ohm dan resistansi medan seri 0,2 Ohm . Hitung :
a.Kecepatan Motor b. Daya output (keluaran) motor dalam HP
c. Torsi Poros d. Efisiensi motor saat kondisi beban diatas .
8. Sebuah motor arus searah dengan tahanan jangkar 0,1 ohm, bila dihubungkan
dengan sumber 110 volt dengan arus jangkar 20, putaran 1200 rpm. Hitung
putarannya bila dengan sumber yang sama arus jangkarnya meningkat menjadi 50 A,
dan fluks magnetnya meningkat sebesar 10% dibandingkan keadaan pertama.
Mesin Listrik 5 - 11
BAB VI
Motor Induksi Tiga Fasa
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi dari sebuah motor induksi tiga
fasa dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bagian stator dan jenis-jenis rotor motor
induksi tiga fasa dengan benar
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan besarnya tegangan
induksi yang terjadi pada bagian rotor dengan benar .
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perbedaan kecepatan putar medan stator
dan rotor (slip) dengan benar .
5. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menghitung slip dan frekuensi rotor saat mo-
tor diam dan berputar dengan benar .
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
rotor motor dengan benar .
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung resistansi, reaktansi, dan
impedansi rotor dengan benar .
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
motor induksi tiga fasa dengan benar .
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung impedansi, arus,dan
tegangan berdasarkan rangkaian ekuivalen dengan benar .
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang torsi asut, torsi mekanik, torsi gesekan,
torsi maksimum, dan torsi poros yang ada pada motor induksi tiga fasa dengan
benar
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung besarnya torsi yang ada
pada motor induksi tiga fasa dengan benar.
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagram daya (Aliran daya) motor induksi
tiga fasa dengan benar
Mesin Listrik 6- 1
13. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung besarnya daya masukan,
daya rotor, rugi daya, dan daya keluaran pada sebuah motor induksi tiga fasa
dengan benar .
14. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung torsi dan daya motor
induksi tiga fasa berdasarkan rangkaian ekuivalen dengan benar.
15. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test tanpa
beban pada sebuah motor induksi tiga fasa dengan benar .
16. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter motor induksi
tiga fasa berdasarkan test tanpa beban dengan benar .
17. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test hubung
singkat pada sebuah motor induksi tiga fasa dengan benar
18. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter motor induksi
tiga fasa berdasarkan test hubung singkat dengan benar .
19. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara menggambarkan diagram
lingkaran berdasarkan test beban nol dan test hubung singkat dengan benar .
20. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis karakteristik motor induksi tiga fasa
dengan benar .
21. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode pengasutan motor induksi tiga fasa
dengan cara pengurangan tegangan dengan benar.
22. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode pengasutan motor induksi tiga fasa
dengan sistem “ Solid State Starter” dengan benar
23. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pengaturan kecepatan motor induksi
tiga fasa dengan benar .
Mesin Listrik 6- 2
Lembar Informasi :
Mesin-mesin listrik digunakan untuk mengubah suatu bentuk energi ke energi yang lain,
misalnya mesin yang mengubah energi mekanis ke energi listrik disebut generator, dan
sebaliknya energi listrik menjadi energi mekanis disebut motor. Masing-masing mesin
mempunyai bagian yang diam dan bagian yang bergerak.
Bagian yang bergerak dan diam terdiri dari inti besi, dipisahkan oleh celah udara dan
membentuk rangkaian magnetik dimana fluksi dihasilkan oleh aliran arus melalui kum-
paran/belitan yang terletak didalam kedua bagian tersebut.
Mesin Listrik 6- 3
Inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan baja silikon yang tebalnya berkisar antara
0,35 mm - 1 mm yang tersusun secara rapi dan masing-masing terisolasi secara listrik
dan diikat pada ujung-ujungnya. Celah udara antara stator dan rotor pada motor yg
berukuran kecil 0,25 mm- 0,75 mm, sedangkan pada motor yang berukuran besar bisa
mencapai 10 mm. Celah udara yang besar ini disediakan untuk mengantisipasi terja-
dinya pelengkungan pada sumbu sebagai akibat pembebanan. Tarikan pada pita (belt)
atau beban yang tergantung akan menyebabkan sumbu motor melengkung.
6.1.1 Stator
Pada dasarnya belitan stator motor induksi tiga fasa sama dengan belitan motor sinkron.
Konstruksi statornya belapis-lapis dan mempunyai alur untuk melilitkan kumparan. Sta-
tor mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan kumparan dihubungkan mela-
lui terminal untuk memudahkan penyambungan dengan sumber tegangan. Masing-ma-
sing kumparan stator mempunyai beberapa buah kutub, jumlah kutub ini menentukan
kecepatan motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaran yang terjadi
semakin rendah.
6.1.2 Rotor
Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar dan
rotor lilit.
Rotor Sangkar
Motor induksi jenis rotor sangkar lebih banyak digunakan daripada jenis rotor lilit,
sebab rotor sangkar mempunyai bentuk yang sederhana. Belitan rotor terdiri atas
batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam alur rotor. Batang penghantar ini
terbuat dari tembaga, alloy atau alumunium. Ujung-ujung batang penghantar dihubung
singkat oleh cincin penghubung singkat, sehingga berbentuk sangkar burung. Motor
induksi yang menggunakan rotor ini disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak dibutuhkan
tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada saat awal berputar.
Alur-alur rotor biasanya tidak dihubungkan sejajar dengan sumbu (poros) tetapi sedikit
miring.
Mesin Listrik 6- 4
Gambar 6.3 Rotor Sangkar
Rotor Lilit
Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak, belitan ini dimasukkan ke dalam alur-alur inti
rotor. Belitan ini sama dengan belitan stator, tetapi belitan selalu dihubungkan secara
bintang. Tiga buah ujung-ujung belitan dihubungkan ke terminal-terminal sikat/cincin
seret yang terletak pada poros rotor.
Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur kecepatan motor dengan cara mengatur taha-
nan belitan rotor tersebut. Pada keadaan kerja normal sikat karbon yang berhubungan
dengan cincin seret tadi dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit dikenal dengan se-
butan Motor Induksi Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.
Putaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluk-
si yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini timbul
bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa. Hubungannya
dapat berupa hubungan bintang atau segitiga. Pada gambar 6.4 diperlihatkan bagaimana
terjadinya medan putar pada motor induksi tiga fasa. Perhatikan gambar 6.5 a s/d f .
Mesin Listrik 6- 5
Gambar 6.5 Nilai Arus Sesaat dan Posisi Flux
Pada posisi pertama atau a, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah
fluk yang dihasilkan oleh kumparan a - a.
Pada posisi kedua atau b, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah
fluks yang dihasilkan oleh kumparan c - c.
Pada posisi ketiga atau c, fluks resultannya mempunyai arah yang sama dengan
fluks yang dihasilkan oleh kumparan b - b.
Pada posisi keempat s/d keenam terlihat fluks resultan yang terjadi arahnya akan
berlawanan dengan arah fluks sebelumnya pada masing-masing kumparan.
(a) (b)
Mesin Listrik 6- 6
(c) (d)
(e) (f)
Dari gambar diatas terlihat bahwa fluks resultan akan berputar, dan jumlah putarannya
120.f
bisa ditentukan berdasarkan persamaan : Ns Rpm
P
Prinsip kerja motor induksi atau terjadinya putaran pada motor, bisa dijelaskan sebagai
berikut :
Mesin Listrik 6- 7
Bila kumparan stator diberi suplai tegangan tiga fasa, maka akan terjadi medan pu-
120.f
tar dengan kecepatan Ns
P
Medan putar stator tersebut akan mengimbas penghantar yang ada pada rotor,
sehingga pada rotor timbul tegangan induksi.
Tegangan yang terjadi pada rotor menyebabkan timbulnya arus pada penghantar
rotor.
Selanjutnya arus di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
menanggung kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.
Supaya timbul tegangan induksi pada rotor, maka harus ada perbe-daan relatif
antara kecepatan medan putar stator(Ns) dengan kecepatan putar rotor (Nr).
Perbedaan kecepatan antara Nr dengan Ns disebut Slip (S), dan dinyatakan dengan
Ns Nr
persamaan S x100%
Ns
Bila Nr = Ns tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan
jangkar rotor, se-hingga tidak dihasilkan kopel. Kopel pada motor akan terjadi bila
Nr lebih kecil dari Ns.
Kumparan stator motor induksi tiga fasa bila dihubungkan dengan suplai tegangan tiga
fasa akan mengasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron sesuai
120f
dengan persamaan Ns . Medan putar yang terjadi pada stator ini akan memo-
P
tong penghantar- penghantar yang ada pada bagian rotor, sehingga terinduksi arus, dan
sesuai dengan dengan Hukum Lentz, sehingga rotor akan berputar mengikuti putaran
medan stator.
Perbedaan kecepatan medan putar stator dengan putaran rotor biasa disebut slip. Apabi-
la terjadi penambahan beban, maka akan mengakibatkan naiknya kopel motor dan
selanjutnya akan memperbesar arus induksi pada bagian rotor.
Mesin Listrik 6- 8
Frekuensi rotor saat motor belum berputar nilainya akan sama dengan frekuensi yang
terjadi pada belitan stator, dan apabila sudah berputar frekuensi rotornya akan seban-
ding dengan perubahan slip yang terjadi pada motor tersebut.
Saat rotor belum berputar maka Slip = 1, frekuensi dari ggl rotor nilainya sama dengan
frekuensi yang di suplai ke bagian stator. Nilai tegangan induksi pada rotor saat diam
adalah maksimum, sehingga motor ekuivalen dengan sebuah transformator tiga fasa
yang di hubung singkat pada sisi sekundernya.
Saat rotor mulai berputar, kecepatan relatif antara rotor dengan fluks medan putar stator
akan menurun, sehingga tegangan induksi rotor berbanding langsung dengan kecepatan
relatif, dengan demikian tegangan induksi di rotor akan mengalami penurunan. Jadi
untuk Slip S, tegangan induksi rotor akan S kali tegangan induksi saat diam, oleh
karena itu pada kondisi ber-putar : E 2r SE 2
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran rotor tidak akan sama dengan putaran medan sta-
tor, karena bila rotor berputar sama cepatnya dengan medan stator, tidak akan timbul
perbedaan kecepatan sehingga tidak ada Ggl induksi yang timbul pada rotor, tidak ada
arus dan tidak ada kopel yang mendorong rotor.
Itulah sebabnya rotor selalu berputar pada kecepatan dibawah kecepatan medan putar
stator. Perbedaan kecepatan tergantung pada besarnya beban motor. Slip mutlak me-
nunjukkan kecepatan relatif rotor terhadap medan putar.
Slip (S) merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit atau
prosen oleh hubungan :
Ns Nr
S x100% ………………………………………………….……….(6-2)
Ns
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor ( f 2 ) sama besarnya dengan frekuensi sumber
tegangan, bila rotor berputar frekuensi rotor tergantung pada besarnya kecepatan relatif
atau slip mutlak. Hubungan antara frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :
120.f1 P.Ns
Ns dan f1 ……………….………………………….…..…(6-3)
P 120
dan pada rotor berlaku hubungan :
f2
S f 2 Sxf 1 ………………………………………………….……….(6-4)
f1
Mesin Listrik 6- 9
4.3 Rangkaian Ekuivalen
Dalam beberapa hal mesin Induksi menyerupai mesin sinkron, tetapi pada dasarnya
mesin induksi ini hampir sama dengan transformator, terutama saat belum berputar.
Energi yang “dipindahkan” dari stator ke rotor dilakukan berdasarkan azas imbas elek-
tromagnet(induksi) dengan bantuan fluksi bersama, karena itu rangkaian ekuivalen
motor induksi digambarkan seperti rangkaian ekuivalen transformator. Bagian stator
membentuk sisi primer dan rotor sebagai sisi sekunder.
Pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E2) dan reaktansi bocor rotor (X2)
dipengaruhi oleh Slip, maka arus rotor menjadi :
E 2 .S
I2
R 2 ' (S.X 2 ) 2
E2
=
2
R2
.X 2 2
S
R2 1
= R 2 R 2 ( 1) ……………………………………..….(6-10)
S S
Mesin Listrik 6- 10
6.3.2 Rangkaian Ekuivalen Motor
Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 6.9 bisa disederhanakan lagi dengan meref-
rensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 6.10.
Seperti telah dibahas pada sub bab mengenai konstruksi dan prinsip kerja motor induksi,
tidak ada suplai listrik yang dihubungkan secara langsung ke bagian rotor motor, daya
yang dilewat-kan senjang udara adalah dalam bentuk magnetik dan selanjutnya
diinduksikan ke rotor sehingga menjadi energi listrik. Rata-rata daya yang melewati
senjang udara harus sama dengan jumlah rugi daya yang terjadi pada rotor dan daya
yang dikonversi menjadi energi mekanis.
Daya yang ada pada bagian rotor menghasilkan torsi mekanik, tetapi besarnya torsi
yang terjadi pada poros motor di-mana tempat diletakkannya beban, tidak sama dengan
besarnya torsi mekanik, hal ini disebabkan adanya torsi yang hilang akibat gesekan dan
angin.
Mesin Listrik 6- 11
E2 E2
I2 ………………………………………………...(6-11)
Z2 R 22 X22
R2 R2
Cos ………………………………………………..(6-12)
Z2 R 22 X22
E2 R2
atau Ts k.E 2 . x
R 22 X22 R 22 X22
k.E 2 2 .R 2
= ……………………………………………………………(6-14)
R 22 X22
Torsi saat Rotor(Motor) Berputar
Pada saat motor berputar, maka :
T E 2r .I 2r .Cos2
dimana :
E 2r Tegangan rotor / fasa saat berputar
I 2r Arus rotor/fasa saat berputar
E 2r S.E 2
E 2r S.E 2
I 2r
Z 2r (R 2 ) 2 ( X 2 .S) 2
R2 ……………………………………………(6-15)
Cos 2r
(R 2 ) 2 (S.X 2 ) 2
k.S.E 2 2 .R 2
T
R 2 2 (S.X 2 ) 2
3
k = konstanta, nilainya =
2..Ns
3 S.E 2 2 .R 2
T x ……………………………………………….(6-16)
2..Ns R 2 2 (S.X 2) ) 2
Mesin Listrik 6- 12
k.S.E 2 2 .R 2
T
R 2 2 S2 .X 2 2
U ' .V V ' .U
T'
V2
k.E 2 2
....................................................................................(6 – 17)
2.X 2
k.S.R 2 .E 2 2
Tf
R 2 2 S 2 .X 2 2
k.E 2 2
Tmax ……………………………………..(6-18)
2.X 2
Tf k.S.R 2 .E 2 2 2.X 2
x
Tmax R 2 2 S 2 .X 2 2 k.E 2 2
Mesin Listrik 6- 13
R2
2.S.
X2 2
…………………………………..(6-19)
2 Sm S
R2
S 2 S Sm
X2
Torsi Asut dan Torsi Maksimum
R
2. 2
X2 2.Sm
= …………………………………………....(6-20)
2
R 1 Sm 2
1 2
X2
Torsi pada Rotor Lilit
Untuk menentukan Arus, daya, dan Torsi pada Motor Induksi rotor lilit tidak berbeda
dengan rotor sangkar, hanya pada rotor lilit kita bisa menambahkan tahanan luar
terhadap bagian rotor tersebut.
Saat Pengasutan S = 1
E2
I2 Ampere……………………………….………(6-21)
2 2
(R 2 Rx ) (X 2 )
R 2 Rx
Cos 2 ……………………………………………….….….(6-22)
(R 2 Rx ) 2 (X 2 ) 2
k.E 2 2 .(R 2 Rx )
T N-m …………………………………………..……(6-23)
(R 2 Rx ) 2 (X 2 ) 2
Mesin Listrik 6- 14
Saat Berputar
S.E 2
I2 Ampere ……….…………………………(6-24)
2 2
(R 2 Rx ) (S.X 2 )
R 2 Rx
Cos 2 ……………………………………………(6-25)
(R 2 Rx ) 2 (S.X 2 ) 2
k.S.E 2 2 .(R 2 Rx )
T N-m ..........................................................(6-26)
(R 2 Rx ) 2 (S.X 2 ) 2
6.4.2 Daya Motor Induksi Tiga Fasa
Diagram aliran daya dari sebuah Motor Induksi Tiga Fasa seperti diperlihatkan pada
gambar 6.12
Daya Masuk Stator = Daya Keluar Stator + Rugi Tembaga Stator
Daya Masuk Rotor = Daya Keluar Stator
Daya Keluar Rotor Kotor = Daya Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor
Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan Torsi Tg. Se-
bagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut Torsi
Poros Tsh.
Keterangan :
Daya Keluar Rotor kotor = Pout rotor
Daya Masuk Rotor = Pin rotor
Rugi Tembaga Rotor = Pcu rotor
Mesin Listrik 6- 15
Pout rotor = Tg.2..Nr
Pout rotor
Tg = ……………………………………………………..……..……...(6-27)
2..Nr
Pout rotor
1 S
Pin rotor
Ns Nr
1
Ns
Ns Ns Nr Ns ………………………………………………,,,…….(6-30)
Ns Ns Nr
Ns
Efisiensi Rotor
Nr
Pcu rotor Sx Pin rotor
Juga
Pout rotor (1 S)Pin rotor
S
1 S
Pcu rotor
Pin rotor P2
S
3.S 2 .E 2 2 .R 2 1
x …………………………………………..…….(6-32)
2 2
R 2 S .X 2 2 S
3.S.E 2 2 .R 2
R 2 2 S 2 .X 2 2
Mesin Listrik 6- 16
Daya Mekanik (Pm) atau
Pout rotor =(1 - S) Pin rotor
3.S(1 S)E 2 2 .R 2
= Watt ……………………………………….….…(6-32)
2 2
R 2 S .X 2 2
Pm Pm
Tg
2Nr / 60
Pm
..............................................................(6-33)
2..Ns(1 S) / 60
1 3.S.E 2 2 .R 2
x Nm
2..Ns / 60 R 2 (S.X ) 2
2 2
Menentukan Torsi dan daya pada motor induksi tiga fasa, bisa dilakukan pula berda-
sarkan rangkaian ekuivalen (Gambar 6.14).
2 R '
DayayangDitransferkeRotor 3. I 2 ' . 2 Watt ..........................................(6-36)
S
..........................................(6-37)
Pcu rotor 3.(I 2 ' ) 2 .R 2 ' Watt
Mesin Listrik 6- 17
Tgx Tgx 2.Nr / 60
1 S
3.(I 2 ' ) 2 .R 2 '
S
1 S
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '
Tg S
2.Nr / 60
karena Nr Ns(1 S),maka
R '
3(I 2 ' ) 2 2
Tg S
2.Ns / 60 ...............................................................................(6-39)
V1
I 2' .........................................................................(6-40)
'
R 2 j(X X ' )
R
1 S
1 2
3 V12 R 2'
Tg x. x N m …………………..…(6-41)
2.Ns / 60 R 2' 2 S
(R1 ) (X1 X 2 ' ) 2
S
bila harga Io diabaikan I1 I 2
3.V12 .R L
Pg , k diasumsika n 1
(R eq1 R L )2 Xeq12
Mesin Listrik 6- 18
Daya Keluar Motor akan maksimum,
bila : R L Z eq1
3.V12 .Z eq1
Pg max
(R eq1 Z eq1 ) 2 X eq12
………………………………….………..(6-43)
3.V12
2(R eq1 Z eq1 )
Tes tanpa beban pada motor induksi, seperti tes tanpa beban pada sebuah trans-
formator,yang hasilnya memberikan informasi nilai arus magnetisasi dan rugi gesekan.
Tes ini dilakukan dengan memberikan tegangan tiga fasa seimbang pada belitan stator
pada rating frekuensinya. Bagian rotor pada kondisi pengetesan jangan terhubung de-
ngan beban mekanis, rugi daya yang terukur pada kondisi tes tanpa beban disebabkan
rugi inti, rugi gesekan dan angin.
Tes hubung singkat pada motor induksi, seperti tes hubung singkat pada transformator,
yang hasilnya memberikan informasi kerugian karena impedansi. Pada tes ini rotor
ditahan sehingga motor tidak bisa berputar. Untuk meng-hindari hal-hal yang tidak
ingin selama pengetesan biasanya tegangan yang diberikan hanya 15% - 20% dari
tegangan normal motor, sedangkan untuk mendapatkan nilai parameter motor, tetap
berdasarkan nilai nominalnya dengan melakukan konversi dari hasil pengukuran.
Hasil pengetesan terhadap motor ini selain untuk menentukan parameter, dapat diman-
faatkan juga untuk menggambarkan diagram lingkaran. Rugi-rugi tembaga stator dan
rotor dapat dipisahkan dengan menggambarkan garis torsi.
Test tanpa beban dilakukan pada motor indukasi tiga fasa untuk memproleh data daya
masuk Wo, Io, dan Vo (V) seperti yang diperlihatkan pada gambar 6.15. Pada gambar
6.15 b,kurva Wo terpotong sumbu vertikal pada titik A.
Mesin Listrik 6- 19
(a)
(b)
Besarnya nilai Wo yang terbaca pada saat tes tanpa beban, menunjukkan nilai kerugian
yang diakibatkan oleh adanya :
Rugi tembaga Stator 3.I 0 2 .R1 .
Rugi Inti 3.Go.V 2 .
Rugi disebabkan gesekan dan angin.
W0
Cos0 ..................................................................................................(6-44)
3.V.I0
Mesin Listrik 6- 20
6.5.2 Tes Hubung Singkat
Pada saat test dilakukan rotor ditahan dan untuk jenis rotor belitan, kumparan rotor di-
hubung singkat pada slipring.
Kurangi tegangan suplai ( 5 atau 20 %) dari tegangan normal) dan diatur sampai arus
beban penuh mengalir dalam stator. Pada saat pengetesan dilakukan catat nilai arus,
tegangan, dan daya masuk yang terukur.
V
I hsN I hs x ………………………………………………………………….(6-45)
Vhs
Mesin Listrik 6- 21
3.I hs 2 .R eq1 Whs Wint i
………………………………………………….…(6-47)
Whs Wint i
R eq1
3.I hs
V
Z eq1 hs X eq1 Z eq12 R eq12 ………………………………(6-48)
I hs
6.6 Diagram Lingkaran
Penampilan Karakteristik dari sebuah Motor Induksi dapat diturunkan dari sebuah
“Circular Locus” . Data yang diperlukan untuk menggambarkan diagram lingkaran bisa
diperoleh dari Test Tanpa beban dan Test Hubung Singkat. Rugi-rugi tembaga stator
dan rotor dapat dipisahkan dengan menggambarkan garis Torsi. Parameter dari motor
dalam rangkaian ekuivalen bisa diperoleh dari test diatas.
X R
V V
Z I
V
X
Z R X2
2
V
x
X
X R 2 X2
R
V
Sin
X
Y Y A
I
V A O X
C
X C
I
V
X
X
O
Mesin Listrik 6- 22
6.6.2 Diagram Lingkaran dari Rangkaian Ekuivalen
'
I1 a I2 R eq1 X eq1
Io
Ic Im
G B
V1 R2 1
RL 1
'
K2 S
sifat variabel ( pengaruh slip yang berbeda-beda) , sehingga I 2 ' akan ter- letak pada sisi
V
lingkaran dengan diameter .
X
E
V
B
A '
I 2 I1
2
1 O'
o V
C'
Io X
C
O V
X
Mesin Listrik 6- 23
Ujung vektor arus I 1 juga terletak pada sisi lingkaran lain yang ditempatkan pada
posisi yang berbeda dan dimulai dari ujung vektor Io (O’), tetapi diameter lingkaran
tetap V/X dan paralel dengan sumbu horizontal OC.
Dari gambaran diatas kita bisa melihat, bila sebuah motor induksi di coba pada sifat
beban yang berbeda-beda, locus dari ujung vektor arus adalah lingkaran. Untuk menen-
tukan Konduktansi dan Suseptansi dari Motor Induksi Tiga fasa adalah sbb :
W
W 3.G 0 .V 2 atau G 0
3.V 2
I
I 0 V.Y0 atau Y0 0
V
2
I
B0 Y0 2 G 0 2 0 G 0 2 ..............................................(6 -49)
V
A
E
V Rugi Tembaga
Rotor
an
L ar
e lu
ri sK E
I1 Ga Rugi Tembaga
1 rsi Stator
s To
I2
'
Gari
S M
0 N F D
O' J C Rugi Tetap
Io
O P K G
Gambar 6-21 Diagram Lingkaran
Langkah Pertama :
Dari test tanpa beban, Io dan o dapat dhitung, vektor Io “lagging” sebesar o dari
tegangan suplai V.
Mesin Listrik 6- 24
Langkah Kedua :
Dari test hubung singkat, Arus hubung singkat I hsN saat tegangan normal di- berikan
V
dan hs bisa diketahui. Vektor OA menunjukkan I hsN I hs dalam besaran dan
Vhs
'
fasa. Vektor O’A menunjukkan arus rotor I 2 dengan refrensi stator. Untuk menentukan
titik pusat C dari diagram lingkaran, bagi garis O’A menjadi dua bagian yang sama dan
buat garis tegak lurus sehingga memotong garis O’D pada titik C , dengan titik C
sebagai titik tengah dan CO’ sebagai jari-jari buat lingkaran.
Perlu diperhatikan vektor tegangan harus digambarkan secara vertikal , semua jarak-ja-
rak vertikal menunjukkan komponen aktif , daya, atau komponen-komponen energi dari
arus. Sebagai contoh , komponen vertikal O’P dari arus tanpa beban OO’ menunjukkan
besarnya daya masuk tanpa beban yang diperlukan untuk mengatasi rugi inti, gesekan
dan angin yang terjadi pada motor. Komponen vertikal AG dari arus hubung singkat
OA adalah sebanding dengan besarnya daya masuk motor yang terjadi saat test hubung
singkat.
Langkah Ketiga
Garis yang memisahkan memisahkan rugi tembaga stator dan rugi tembaga rotor
adalah Garis Torsi.
AE Rugi Tembaga Rotor
……………………………………(6 – 50)
EF Rugi Tembaga Stator
Garis O’E disebut sebagai Garis Torsi.
Untuk menentukan titik E pada garis AF bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Untuk motor dengan rotor belitan, resistansi rotor ( R 2 )dan resistansi stator( R 1 )
per fasa bisa dihitung berdasarkan persamaan :
2
AE I 2 2 .R 2 R 2 I 2 I
1 K Perbanding an Transformasi
EF I12 .R1 R1 I1 I2
Nilai K bisa ditentukan dari test hubung singkat itu sendiri dengan menggunakan dua
buah Ampermeter pada masing-masing rangkaian Stator dan Rotor.
Resistansi Stator per fasa bisa diketahui dari test resistansi stator. Besarnya daya masuk
saat test hubung singkat diperkirakan sama dengan besarnya rugi-rugi tembaga secara
total pada motor (rugi inti diabaikan).
Mesin Listrik 6- 25
Rugi Tembaga Stator 3.I hs 2 .R1
Rugi Tembaga Rotor Whs 3.I hs 2 .R1 …………………………………..(4 -51)
AE Whs 3.I hs 2 .R1
EF 3.I hs 2 .R1
Diasumsikan bahwa motor induksi berputar dan menyerap arus dari jala-jala
sebesar OL, kemudian dari titik L tarik garis tegak lurus ke OG dan berhenti pada
titik K .
M L Daya
DayaKeluar
Keluar M
M otor
M L
otor Efisiensi
Efisiensi
LK
LK DayaM asukM otor
Daya M asuk M otor
NM Rugi
Rugi Tembaga
Tembaga Rotor
NM
Rotor Slip
Slip
NL
NL Daya M asukrotor
DayaM asukrotor
M L Daya
DayaKeluar
Keluar Rotor
Rotor 1S NrNr Kecepa
Kecepa tan
tanRotor
M L Rotor
DayaM asukRotor 1S Ns Kecepa tanSinkron
NL
NL DayaM asukRotor Ns Kecepa tanSinkron
LK Daya M asuk M otor
LK
ArusM asukM otor
DayaM asukM otor FaktorDayamotor
FaktorDayamotor
OL
OL ArusM asukM otor
a. Keluaran Maksimum
Titik M pada sisi lingkaran merupakan tangen yang dibuat secara paralel ke garis
keluaran O’A .Titik M ditetapkan dengan cara menggambarkan garis CM yang ditarik
Mesin Listrik 6- 26
dari titik C dan tegak lurus ke garis keluaran O’A. Kemudian dari titik M buat garis
Vertikal yang memotong pada titik P, garis MP menunjukkan Keluaran Maksimum
dari motor.
E
R
N A
Masukan Maximum
Torsi Maximum
M
Keluaran Maximum
V Rugi Tembaga
Rotor
an
ar
K elu E
ris
Ga Rugi Tembaga
rsi Stator
P ar i s To
G
Q
C F D
O' Rugi Tetap
O G
S
Titik N dibuat secara paralel dengan garis torsi O’E, titik N juga bisa diketahui dengan
cara menarik garis dari titik C tegak lurus pada garis torsi sampai pada sisi lingkaran.
Kemudian tarik garis vertikal dari titik N sampai memotong garis torsi pada titik Q.
Titik NQ menunjukkan besarnya Torsi Maksimum yang bisa terjadi pada motor atau
biasa disebut “ Pull -Out Torque”.
Daya masuk Maksimum ditunjukkan dengan titik tertinggi dari lingkaran yaitu titik R ,
dengan menarik garis dari titik R secara vertikal pada garis horizontal OG sampai
memotong pada titik S .Garis RS menunjukkan Daya Masuk Maksimum dari motor.
Namun dalam kenyataannya terutama di industri terkadang dikehendaki juga adanya pe-
ngaturan kecepatan. Pengaturan kecepatan sebuah motor induksi memerlukan biaya
yang relatif mahal. Pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti
dengan mengubah jumlah kutub, mengatur tahanan luar, mengatur tegangan jala-jala,
dan mengatur frekuensi jala-jala.
Mesin Listrik 6- 27
6.7.1 Mengubah Jumlah Kutub
Karena kecepatan operasi motor induksi mendekati kecepatan sinkron, maka kecepatan
motor dapat diubah dengan cara mengubah jumlah kutubnya, sesuai dengan persamaan
120f
: NS
P
Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah hubungan lilitan dari kumparan stator motor.
Normalnya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah
kutub, misalnya dari 2 kutub menjadi 4 kutub. Dengan cara ini perubahan kecepatan
yang dihasilkan hanya dalam “ discrete steps”.
Mesin Listrik 6- 28
(a) Rangkaian Tahanan Rotor
Mesin Listrik 6- 29
d. Pengaturan dengan lup Tertutup
Untuk melakukan pengaturan kecepatan dengan daerah pengaturan yang sempit pada
motor induksi rotor sangkar dapat dilakukan dengan cara menurunkan (mengatur) be-
sarnya tegangan masukan.
Perlu diperhatikan pengaturan kecepatan seperti ini bisa menyebabkan naiknya slip, se-
hingga efisiensi menurun dengan menurunnya kecepatan, dan pemanasan berlebihan
pada motor bisa menimbulkan masalah.
(a)
Mesin Listrik 6- 30
(b)
(c)
Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur nilai frekuensi jala-
jala. Aplikasi metoda pengaturan kecepatan ini memerlukan sebuah pengubah frekuensi.
Gambar 6.26 memperlihatkan blok diagram sistem pengaturan kecepatan umpan
terbuka (open loop), frekuensi suplai ke motor dapat diatur (diubah-ubah). Untuk
menghindari saturasi yang tinggi dalam magnetik, tegangan terminal ke motor harus
bervariasi sebanding dengan frekuensi.
Mesin Listrik 6- 31
Gambar 6.26 Skema Pengaturan Frekuensi
Sebelum menggunakan motor listrik untuk menggerakan suatu beban, maka terlebih da-
hulu kita harus mengetahui karakteristik beban yang akan digerakan tersebut, seperti :
Apakah beban akan terhubung langsung ke poros motor ?
Berapa besarnya daya yang dibutuhkan ?
Bagaimana hubungan torsi beban dengan kecepatan ?
Berapa besar torsi asut, torsi kecepatan, torsi maksimum yang dibutuhkan ?
Dimana motor akan diletakan ?
dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dijadikan acuan sebelum kita memilih motor
listrik, supaya motor dapat menggerakan beban secara optimal dan efisien.
Berikut ini beberapa faktor/standar yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih
motor, supaya sesuai dengan kebutuhan beban.
Motor induksi tersedia dengan berbagai tipe dan ukuran daya, apabila motor mem-
punyai faktor pelayanan (service faktor = SF) 1,15, hal ini menunjukan bahwa motor
dapat beroperasi pada 115% beban secara terus menerus, walaupun beroperasi pada
efisiensi yang lebih rendah dari yang seharusnya. Pengunaan motor dengan beban lebih
sesuai SF untuk jangka waktu tertentu biasanya menjadi alternatif pengguna motor,
daripada harus mem-beli motor dengan daya yang lebih besar.
Penutup Motor
Mesin Listrik 6- 32
dipergunakan. Beberapa jenis penutup yang umum dipergunakan adalah :
ODP (Open Drip-Proof), jenis ODP digunakan pada lingkungan yang bersih dan
memberikan toleransi terhadap tetesan cairan tidak lebih besar 15°secara vertikal.
Pendi-nginan untuk motor memanfaatkan udara sekitarnya.
TEFC(Totally Enclosed Fan Cooled), motor dengan penutup jenis ini digunakan
untuk lingkungan yang ber- debu dan korosif. Motor didinginkan oleh kipas angin
eksternal.
A N N R LT
B N N R N
C T N R N
D T R T T
F R R R R
Motor induksi rotor sangkar adalah motor yang paling sederhana karena dibagian rotor-
nya tidak ada sikat. Motor induksi rotor sangkar (desain B) umumnya dipergunakan
untuk menggerakan kipas, pompa sentrifugal, dan sebagainya.
Motor induksi dengan torsi asut tinggi (desain C) digunakan apabila diperlukan torsi
pengasutan tinggi, seperti elevator dan kerekan yang harus diasut dalam keadaan ber-
beban. Motor jenis ini umumnya mempunyai rotor sangkar ganda.
Motor induksi desain D dirancang untuk mempunyai torsi asut tinggi dengan arus asut
rendah. Motor jenis ini mempunyai tahanan rotor tinggi yang dibuat dari kuningan,
motor bekerja antara 85% s.d 95% dari kecepatan sinkronnya. Motor dengan desain D
biasanya dipergunakan untuk menggerakan beban yang mempunyai kelembaman tinggi,
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai kecepatan penuh.
Mesin Listrik 6- 33
Jenis isolasi motor yang paling umum digunakan adalah klas B.
Mesin Listrik 6- 34
Latihan :
Jawaban :
1. ………………………
2. ………………………
3. ………………………
4. ………………………
3. Sebutkan dan jelaskan fugsi bagian utama dari motor induksi berikut ini :
a. Stator
b. Rotor
4. Jelaskan prinsip kerja dari sebuah motor induksi tiga fasa
5. Bagaimanakah dapat terjadi perbedaan kecepatan sinkron Ns dengan kecepatan
putar rotor Nr
5. Jelaskan apa yang menyebabkan terjadinya slip pada motor
6. Sebuah motor induksi 3 fasa, 4 kutub, 50 Hz , dijalankan pada kecepatan 1455 Rpm .
Tentukan slipnya .
7. Sebuah motor induksi 3 fasa, 4 kutub , di suplai dengan tegangan 380 Volt, dan
frekuensi 50 Hz , hitung :
a. Kecepatan medan putar stator
b. Kecepatan rotor bila slipnya 0,04
c. Frekuensi dalam keadaan diam
8. Sebuah motor induksi 3 fasa, 6 kutub, saat dihubungkan pada frekuensi 50 Hz,
berputar dengan kecepatan 950 Rpm . Tentukan besarnya slip yang terjadi .
Mesin Listrik 6- 35
9. Sebuah motor induksi 3 fasa, 6 kutub mempunyai slip saat beban penuh 3% di sup-
lai oleh sebuah alternator 8 kutub ,yang mempunyai kecepatan 750 Rpm. Tentukan
kecepatan beban penuh dari motor induksi dan frekuensi rotornya .
10. Bila tegangan induksi stator motor induksi 6 kutub, mempunyai frekuensi 50 Hz
dan frekuensi rotornya 1,5 Hz . Berapa kecepatan putar motor dan slipnya .
11. Sebuah motor induksi 3 fasa , 12 kutub , 60 Hz , kecepatan pada beban penuh 570
Rpm . Tentukan : a. Kecepatan sinkronnya
b. Slip pada beban penuh
12. Gambarkan rangkaian ekuivalen dari motor induksi 3 fasa
13. Berdasarkan rangkaian ekuivalen motor induksi, tentukan persamaan untuk menen-
tukan nilai arus rotor ( I2).
14. Sebuah motor induksi 3 fasa, hubung bintang, 115 Volt, 60 Hz, mempunyai sebuah
rangkaian ekuivalen dengan impedansi stator( 0,07 + j 0,3 ) ohm dan impedansi
ekuivalen rotor ( 0,08 + j 0,3 ) ohm, rangkaian magnetisasi Go = 0,022 mho, Bo =
0,158 mho .
Hitunglah besarnya I2’ dan I1
15. Sebuah motor induksi tiga fasa, 230 Volt, 60 Hz, 10 HP, 1138 Rpm mempunyai
rangkaian ekuivalen sbb :
R1 = 0,15 Ohm R2’ = 0,3 Ohm Rc = 225 Ohm
X1 = 0,5 Ohm X2’ = 0,5 ohm Xm= 25 Ohm
Tentukan : a. Nilai impedansi dilihat dari stator
b. besarnya arus input ke stator
16. Sebuah motor induksi tiga fasa 220 Volt, 4 kutub, 50 Hz, 5 HP, dihubung bintang
mempunyai rangkaian ekuivalen sbb :
R1 = 0,45 Ohm R2’ = 0,4 Ohm
X1 = 0,8 Ohm X2’ = 0,8 Ohm
Bo = 1/30 mho
Tentukan : a. Impedansi dilihat dari sisi stator
b. Tegangan fasa dari stator
c. Arus input ke stator
d. Faktor daya
17. Gambarkan karakteristik Torsi sebagai fungsi putaran dari sebuah motor induksi 3
fasa.
18. Sebuah motor induksi 3 fasa , 400 volt, mempunyai rotor terhubung bintang dengan
perbandingan lilitan stator:rotor = 6,5 . Tahanan rotor 0,05 Ohm dan reaktansinya
saat diam 0,25 Ohm . Berapa nilai tahanan luar per fasa yang harus diberikan pada
slipring agar diperoleh torsi maksimum pada saat motor di asut .
19. Sebuah motor induksi , 3 fasa , hubung bintang , 220 volt (tegangan jala-jala) , 10
HP , 60 Hz , 6 Kutub , mempunyai parameter sbb :
R1 = 0,294 Ohm /fasa R2’ = 0,144 Ohm/fasa
X1 = 0,503 Ohm/ fasa X2’ = 0,209 Ohm/fasa
Xm = 13,25 Ohm/fasa Rc = diabaikan
Jumlah rugi gesekan + angin + besi = 403 watt .
Bila slip 0,02 tentukanlah kecepatan rotor, daya mekanik, kopel, arus stator, faktor
daya dan efisiensinya .
Mesin Listrik 6- 36
20. Sebuah motor induksi, 3300 Volt, 24 kutub, 50 Hz, 3 fasa, terhubung bintang mem-
punyai tahanan rotor 0,016 Ohm dan reaktansi 0,265 Ohm/fasa saat belum berputar.
Hitunglah : a. Kecepatan pada torsi maksimum
b. Perbandingan torsi pada beban penuh dan torsi maksimum jika torsi
beban penuh diperoleh pada kecepatan 247 Rpm .
21. Gambarkan karakteristik yang menyatakan hubungan antara Torsi dengan slip .
22.Bila sebuah motor induksi mempunyai slip 0,02 pada tegangan normal. Perkirakan
besarnya nilai slip ( dgn cara pendekatan) yang dihasilkan , supaya menghasilkan
torsi yang sama pada tegangan 10% diatas tegangan normal .
23.Sebuah motor induksi 3 fasa, 400 Volt, terhubung bintang, mempunyai impedansi
stator (0,06 + j 0,2) Ohm dan impedansi rotor (refrensi stator) = (0,06 + j 0,22) Ohm,
arus penguatan diabaikan . Tentukan daya kotor maksimum dan slip yang terjadi .
24.Motor Induksi 3 fasa , 4 kutub , 50 Hz\, 400 Volt berputar 1400 Rpm pada faktor
daya 0,88 dan memberikan daya pada beban penuh 14,8 HP . Rugi-rugi stator 1060
Watt dan rugi gesekan + angin 375 Watt .
Hitung : a. Slip
b. Rugi tembaga rotor
c. Frekuensi rotor
d. Efisiensi
25. Motor induksi 3 fasa rotor belitan, rotornya dihubung bintang, mempunyai im-
pedansi dalam keadaan diam ( 0,4 + j4) Ohm per fasa , dan impedansi rheostat per
fasa (6 + j2)Ohm. Motor mempunyai tegangan induksi antar slipring sebesar 80
Volt pada keadaan diam. Apabila motor dihubungkan dengan tegangan normal ,
hitunglah arus rotor :
a. dalam keadaan mulai di asut dengan rhostat terhubung ke slipring
b. apabila dijalankan dengan slipring terhubung singkat dengan slip 3%.
26. Induksi 3 fasa rotornya dihubung bintang dan mempunyai tegangan induksi 50 Volt
antar cincin slipring , saat motor belum terbuka dan rangkaian terbuka . Ketika
stator dihubungkan dengan tegangan suplai normal , impedansi rotor dalam
keadaan diam (0,5 + j 3,5) Ohm. Hitunglah arus fasa dan faktor daya bila :
a. rotor dihubungkan dengann tahanan luar sebesar 4 Ohm/fasa
b. cincin slipring dihubung singkat .
27. Sebuah motor induksi tiga fasa , 6 kutub , 50 Hz dijalankan dengan beban penuh
pada slip4% menghasilkan torsi 150 Nm . Rugi gesekan + angin 200 watt dan rugi
tembaga dan besi sebesar 1620 Watt .
Hitunglah : a. Daya keluaran motor
b. Rugi tembaga rotor
c. Efisiensi pada beban penuh .
28. Kerugian-kerugian yang terjadi pada motor dapat mengurangi keluaran motor, gam-
barkan diagram aliran daya dari sebuah motor induksi tiga fasa .
29. Jelaskan hubungan antara Efisiensi , daya input , dan daya output secara matematis
30. Sebuah motor induksi , 1000 HP , 2200 Volt , 25 Hz , 12 Kutub , 3 fasa , hubung
bintang , mempunyai data sbb :
R1 0,102Ohm R 21 0,0992Ohm
X1 0,313Ohm X 2 1 0,313Ohm
Mesin Listrik 6- 37
Pengukuran beban nol memberikan P = 15, 2 Kw pada cos phi = 0,053 lagging dan
arus beban nol= 75,1 Ampere. Jika slip = 0,018 tentukan daya keluaran, kecepatan ,
torsi , daya masukan , faktor daya , dan efisiensi .
31. Percobaan/pengetesan apakah yang dilakukan untuk menentukan parameter motor
induksi tiga fasa .
32. Sebuah motor induksi tiga fasa 110 Volt , hubung bintang menyerap arus 25 A dari
tegangan jala-jala 30 Volt saat rotor diblok. Dengan tegangan jala-jala ini daya
masuk ke motor 440 Volt dan rugi inti 40 Watt. Tahanan dc antar terminal stator
0,1 Ohm , bila ratio ac ke dc 1,6 tentukan ekuivalen rugi reaktansi/fasa dari motor
dan resistansi rotor dan stator per fasa .
33. Sebuah motor induksi tiga fasa ,400 Volt diuji dan menghasilkan data sbb :
Tes tanpa beban Vo = 400 Volt , Po = 1250 Watt , Io = 9 A
Tes hub singkat Vhs= 150 Volt , Phs= 4 Kw , Ihs = 38 A
Bila rating normal adalah 14,91 Kw, tentukan dari diagram lingkaran, arus beban
penuh , faktor daya , dan slip .
34. Gambarkan diagram lingkaran dari hasil percobaan beban nol dan hubung singkat
pada sebuah motor induksi tiga fasa 20 HP, 400 Volt , 6 kutub . Data hasil tes
adalah :
Tes tanpa beban : Po = 400 Volt ; Io = 11 A , Cos phi = 0,2
Tes Hub singkat : Phs= 100 Volt ; Ihs= 25 A , Cos Phi = 0,4
Rugi tembaga rotor saat diam adalah setengahnya dari rugi tembaga total .
Dari diagram lingkaran , tentukan :
a. Arus jala-jala , slip , efisiensi , dan faktor daya saat beban penuh
b. Torsi maksimum .
35. Saat motor induksi tiga fasa mulai dijalankan , nilai arus asut yang terjadi sangat
besar , bagaimana cara mengatasinya
36. Sebutkan tiga untuk melakukan pengasutan motor induksi 3 fasa
37. Sebuah motor induksi tiga fasa , 6 kutub , 460 Volt , 60 Hz . Ouput frekuensi
variabel diperoleh dari terminal rotor . Frekuensi diatur dengan range 15 – 120 Hz .
a. Tentukan kecepatan dalam rpm dari sistem untuk mendapatkan frekuensi 15 Hz
dan 120 Hz .
b. Bila tegangan rotor dalam keadaan terbuka adalah 240 Volt saat rotor dalam
keadaan diam , tentukan tegangan rotor yang tersedia pada saat hubungan
terbuka dengan frekuensi 15 Hz dan 120 Hz .
38. Sebuah motor induksi rotor belitan 6 kutub , 50 Hz, mempunyai resistansi rotor 0,2
Ohm /fasa dan berputar pada kecepatan 960 Rpm saat beban penuh. Hitung nilai
resistansi per fasa dari rheostat untuk mengurangi kecepatan motor menjadi 800
Rpm dengan kondisi torsi beban penuh .
Mesin Listrik 6- 38
BAB VII
Motor Sinkron Tiga Fasa
1. Memahami tentang prinsip kerja dan rangkaian ekuivalen motor sinkron tiga fasa.
2. Memahami tentang daya, torsi, karakteristik motor sinkron tiga fasa dan motor sin-
kron sebagai kompensator.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari motor sinkron dengan
benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan rangkaian ekuivalen motor sinkron tiga fasa de-
ngan dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang timbulnya GGL di armatur pada pe-
nguatan konstan dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang timbulnya GGL di armartur pada penguat
kurang dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan timbulnya GGL di armatur pada penguatan ber-
lebihan.dengan benar.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang vektor tegangan saat penguatan berkurang
dan berlebih dengan benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengaruh pembebanan pada sebuah motor
sinkron tiga fasa dengan benar.
Lembar Informasi :
Motor sinkron bekerja dengan dua sumber arus, yaitu arus bolak-balik (AC) dan sumber
arus searah (DC). Motor akan berputar sinkron bila putaran medan putar sama dengan
putaran rotor. Jadi bila stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa (AC), ma-
ka pada stator akan terjadi medan putar dan pada rotor dimasukan tegangan DC.
Sumber DC baru dimasukkan setelah rotor berputar dengan putaran sinkron, karena mo-
tor sinkron akan bekerja bila Ns = Nr, bila hal ini belum tercapai, maka motor tidak
akan bekerja. Gambar 7.1 mengilustrasikan sebuah motor sinkron dua kutub dengan
asumsi rotor dalam keadaan diam.
Mesin Listrik 7- 1
Gambar 7.1 Motor Sinkron dua Kutub
Saat poros motor tidak berbeban, maka poros rotor “dikunci”oleh kutub stator lawan
dan motor akan berputar pada kecepatan sinkron dan sudut Torsi akan nol (Gambar
7.2 a). Bila beban mekanis diberikan pada poros rotor, maka putaran rotor cenderung
menurun (Gambar 7.2 b) tetapi putaran masih sinkron. Ikatan magnetik antara medan
rotor dan stator masih terjadi, tetapi rotor tertinggal oleh sudut Torsi . Torsi yang
dihasilkan Td yang tergantung pada sudut dan ini harus cukup untuk mengatasi Torsi
poros (T.beban) yang terjadi.
Mesin Listrik 7- 2
7.2 Motor Saat Berbeban
Seperti halnya pada jenis motor yang lain, pada motor sinkronpun akan terjadi ggl la-
wan, akibat naiknya arus yang mengalir pada jangkar sebagai kompen-sasi dari kenaik-
kan Torsi dan Daya oleh beban.
Sebagai ilustrasi diperlihatkan pada gambar 7.3 . Apabila ada kenaikan beban pada po-
ros motor, kecepatan rotor akan menurun sesaat karena diperlukan waktu untuk motor
menyerap tambahan daya dari jala-jala. Meskipun masih berputar pada kecepatan
sinkron, rotor tetap akan tertinggal sebesar sudut Torsi dari medan stator. Ggl yang
akan diinduksikan pada posisi rotor yang baru dan mengenai medan stator adalah Eb’.
Saat tanpa beban (beban ringan) Eb dan V hampir berlawanan secara langsung, tetapi
saat beban bertambah kutub rotor tertinggal sebesar sudut Torsi . Seperti diperlihatkan
pada gambar 7.3. Eb saat berbeban bergeser sebesar Torsi dari posisi Eb tanpa beban.
Tegangan Er tergantung pada posisi Eb, dan nilai arus jangkar adalah :
V Eb
I2 4 …………………………………………………….………...(7-1)
Zs
Motor akan menyerap daya dari jala-jala untuk mengkompensasi kenaikan beban poros,
tanpa mengakibatkan perubahan pada kecepatan rata-ratanya. Tetapi bila beban bertam-
bah terus, bisa mengakibatkan motor keluar dari keadaan sinkron dan berhenti berputar.
Gambar 6.4 memperlihatkan vektor diagram sebuah motor sinkron dengan faktor daya
“leading”, dimana :
OA = Tegangan suplai/fasa
AB = Ggl lawan dengan sudut beban
OB = Tegangan resultan Er = I . Zs
= Sudut antara I dengan Eb
Mesin Listrik 7- 3
Tan 1
Xs
.................................................................................................(7-2)
Ra
V Eb
I.Cos Cos( ) Cos .............................................................(7-4)
Zs zs
Substitusikan pers (6-4) ke pers(6-3)
V
Pm/fasa Eb Cos
Eb
Cos
Zs Zs
Eb 2
Cos
Eb . V
Cos …………………………………(7-5)
Zs Zs
Mesin Listrik 7- 4
Untuk menentukan nilai daya maksimum yang dihasilkan motor dapat diperoleh dengan
mendeferensialkan pers(7-5) terhadap sudut beban.
Eb . V Eb 2
Pm(max) Cos
Zs Zs
Eb . V Eb 2
Cos …………………………………….…(7-6)
Zs Zs
Adanya kerugian-kerugian yang terjadi pada motor mengurangi daya masuk listrik
(Pin), semakin kecil kerugian yang terjadi maka semakin tinggi efisiensi motor.
Adapun kerugian-kerugian yang terjadi pada sebuah motor listrik bisa diilustrasikan
seperti pada gambar 7.5.
Pout
Efisiensi x100% ……………………………….(7-7)
Pout Rugi
Pout .Tporos...Watt .......................................................(7-8)
Pin 3.VL.IL.Cos …………………………………….(7-9)
Sehingga persamaan untuk efisiensi dapat ditulis seperti persamaan (6-10),
.Tporos
x100% .(7-10)
.Tporos 3.Ia 2 .Ra If .Vf Pint i Psu
Mesin Listrik 7- 5
7.5 Kurva V Motor Sinkron
Gambar 7.6, memperlihatkan diagram vektor sebuah motor sinkron dengan faktor daya
yang berbeda-beda pada keadaan beban tetap.
Gambar 7.6 Diagram Vektor dalam Keadaan Beban Tetap, dengan Faktor Daya Berbeda
Arus Ia yang disuplai dari jala-jala untuk motor sinkron nilainya akan besar saat faktor
daya “lagging” (penguatan kurang), kemudian menurun pada saat faktor daya “Unity”
dan naik kembali pada saat faktor daya ‘leading” (penguat lebih). Sehingga kita bisa
menggambarkan hubungan arus jangkar Ia dengan arus medan If untuk suatu beban
yang tetap, dan perubahan ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva V, seperti diper-
lihatkan pada gambar 7.7. Pada saat motor sinkron dalam kondisi tidak berbeban diberi
penguatan berlebih (over exicited) akan berfungsi sebagai kapasitor, sehingga mem-
punyai kemampuan untuk memperbaiki faktor daya jaringan listrik dimana motor ter-
sebut terhubung.
Mesin Listrik 7- 6
Hal ini terjadi karena daya reaktif yang dihasilkan motor akan mengkompensasi kelebi-
han fluk pada jaringan listrik. Motor sinkron yang dimanfaatkan untuk memperbaiki
faktor daya biasa disebut kondensor sinkron atau kapasitor sinkron.
Langkah pengasutan sebuah motor sinkron supaya berputar pada kecepatan sinkronnya
tidak semudah seperti kita melakukan pengasutan pada sebuah motor induksi. Rotor se-
buah mesin sinkron seperti telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya terdiri dari kum-
paran yang bila diberi arus searah melalui slipring maka akan timbul kutub utara dan
selatan pada sepatu kutub dimana kumparan itu diletakkan. Nilai arus yang diberikan
juga bisa diatur sehingga memungkinkan faktor daya motor sinkron pada kondisi
leading atau lagging.
Salah satu cara untuk pengasutan motor dengan jenis rotor seperti dijelaskan di-atas
adalah dengan cara mengfungsikan mesin sinkron sebagai generator sinkron dengan
proses sinkronisasi seperti telah dijelaskan pada sub bab 7.8. Apabila proses sink-
ronisasi generator dengan jala-jala telah selesai dilakukan,selanjutnya putuskan hu-
bungan tegangan ke penggerak mula. Proses ini akan menyebabkan aliran daya ke me-
sin sinkron akan berubah, yang mengakibatkan mesin sinkron berubah fungsi dari gene-
rator sinkron menjadi motor sinkron. Prosedur pengasutan seperti dijelaskan diatas
biasanya dilakukan di laboratorium mesin listrik atau saat motor tidak terhubung lang-
sung ke beban.
Untuk mengatasi kesulitan dalam proses pengasutan ini, kebanyakan motor sinkron
untuk digunakan industri telah dirancang secara khusus dengan dileng- kapi kumparan
peredam (damper winding) yang diletakkan pada sepatu kutub dan kumparan peredam
ini dihu-bung singkat pada kedua ujungnya. Pada saat periode pengasutan motor sinkron
difungsikan seperti sebuah mo tor induksi sampai putaran rotornya mendekati kecepatan
medan putar (kecepatan sinkron).
Berikut ini adalah langkah untuk pengasutan motor sinkron yang dilengkapi dengan
kumparan peredam :
1) Putuskan suplai arus searah ke kumparan medan motor sinkron, kemudian hubung
singkat terminal kumparan medan;
2) Naikkan tegangan suplai tiga fasa ke terminal stator motor secara bertahap dengan
menggunakan autotransformator dan amati putaran rotor sampai mendekati kecepat-
an sinkronnya;
3) Bila putaran rotor sudah mendekati kecepatan sinkronnya, lepaskan rangkaian
hubung singkat pada kumparan medannya. Kemudian masukan suplai arus medan
(dc excitation) secara bertahap sampai putaran rotor motor akan masuk pada kondisi
putaran sinkron;
4) Berikan tegangan suplai ke terminal stator secara penuh (tanpa melewati
autotransformator);
5) Atur nilai arus ke kumparan medan untuk memperoleh faktor daya yang dibutuhkan.
Mesin Listrik 7- 7
Latihan :
1. Apa beda motor sinkron dengan motor induksi secara konstruksi .
2. Sebutkan bagian-bagian motor sinkron.
3. Apa beda secara prinsip kerja motor sinkron dengan motor induksi.
4. Jelaskan proses terjadinya perputaran rotor pada motor sikron.
5. Jelaskan kondisi motor sinkron pada eksitasi normal, uraikan secara vektor.
a. Motor bekerja pada faktor daya lagging.
b. Motor bekerja pada faktor daya leading.
c. Motor bekerja pada faktor daya unity.
6. Jelaskan efek kenaikan beban pada motor sinkron jika
a. Eksitasi normal.
b. Eksitasi kurang
c. Eksitasi lebih.
7. Jelaskan pengaruh perubahan Exitasi pada beban konstan.
a. Eksitasi normal
b. Eksitasi kurang
c. Eksitasi lebih.
8. Motor sinkron tersambung delta, 20 kutub ,673 Volt 50 Hz, 3 fasa. Bekerja tanpa
beban pada eksitasi normal, tahanan jangkar/fasa 10 ohm dan reaktansi sinkron
diabaikan jika kedudukan rotor 0,5 derajat mekanik dari posisi sinkron.
Hitunglah :
a. Pergeseran rotor dalam derajat listrik.
b. Tegangan jangkar resultan / fasa
c. Arus jangkar / fasa
d. Daya masuk 3 fasa
9. Motor sinkron perfasa mempunyai tegangan terminal 500 volt , daya output 7,46
kW, dan beroperasi pada pada faktor daya tertinggal 0.9. Besar tahanan armatur 0,8
Ohm. Jika rugi inti berdama-sama dengan rugi gesek per phase sebesar 500 Watt,
dan rugi eksitasi per phase sebesar 800 Watt. Hitunglah :
a. Arus armatur
b. Effisiensi
10. Motor sinkron per phase mempunyai impedansi armatur 0.5 + j0.866 Ohm. Pada
tegangan terminal 200 Volt memberikan daya output 6 kWatt. Rugi inti per phase
bersama-sama dengan rugi gesek per phase sebesar 500 Watt. Apabila arus jala-jala
50 A dan rugi eksitasi diabaikan, Hitunglah :
a. GGl armatur pada faktor daya tertinggal
b. GGL armatur pada faktor daya mendahului
11. Motor sinkron 3-phase, 400 Volt, 50 Hz, 6 kutub tersambung dalam bentuk bintang
mempunyai reaktansi sinkron 4 Ohm/phase, dan hambatan armatur 0.5 Ohm/phase.
Pada beban penuh, eksitasi diatur sehingga mesin mengambil arus jala-jala 60 A
pada faktor daya mendahului 0.866. Jaga agar eksitasi tidak berubah. Jika rugi-rugi
eksitasi, angin dan inti 3-phase sebesar 2 kWatt.
Mesin Listrik 7- 8
Hitunglah :
a. Daya output 3-phase maksimum
b. Torsi sumbu maksimum
c. Daya mekanik maksimum
12. Sebuah motor sinkron , 3 Fasa , 400 Volt , daya ouput 7,46 Kw . Resistansi jangkar
diabaikan dan reaktansi sinkron 10 Ohm/fasa . Tentukan arus jala-jala (input) dan
ggl lawan (Eb) saat beban penuh , diasumsikan efisiensi 85% , dan faktor daya
unity
13. Sebuah motor sinkron, tiga fasa, hubung bintang , 13.000 Volt, arus rating 54
Ampere. Reaktansi sinkron efektif 32 Ohm/fasa dan resistansi jangkar 1,15
Ohm/fasa. Tentukan daya yang harus disuplai ke motor dan ggl lawan (Eb) untuk
factor daya :
a. 0,8 lagging
b. 0,8 leading
14. Sebuah motor sinkron, tiga fasa, hubung bintang , 3300 Volt mempunyai reaktansi
per fasa 18 Ohm dan resistansi per fasa 2 Ohm . Bila saat tanpa beban mengha-
silkan ggl lawan 3800 Volt (jala-jala) . Tentukan :
a. Daya mekanik maksimum yang dapat dihasilkan (tiga fasa).
b. Rugi tembaga total (tiga fasa).
c. Arus jangkar dan pf input saat Pm maksimum
15. Sebuah motor sinkron tiga fasa 2300 Volt, hubung bintang mempunyai resistansi
per fasa 0,2Ohm dan reaktansi sinkron 2,2 Ohm per fasa. Motor dioperasikan pada
faktor daya 0,5 leading dengan arus jala-jala 200 A. Tentukan nilai ggl induksi
(Eb) per fasa.
16. Sebuah motor sinkron , tiga fasa, hubung bintang, 6600 Volt mempunyai reaktansi
per fasa 10 Ohm. Pada saat daya input yang terjadi pada motor 900 KW, tegangan
induksi yang terjadi 8900 Volt. Tentukan besarnya arus jala-jala , resistansi
diabaikan.
Mesin Listrik 7- 9
BAB VIII
Generator Sinkron Tiga Fasa
1. Memahami tentang konstruksi mesin sinkron dan prinsip kerja generator sinkron
tiga fasa.
2. Memahami tentang rangkaian ekuivalen dan karakteristik generator sinkron.
3. Memahami tentang pengaturan tegangan dan cara memparalelkan generator sinkron
tiga fasa.
Mesin Listrik 8- 1
Lembar Informasi :
8.1 Pendahuluan
Sebagian besar energi listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk kebutuhan se-
hari-hari dihasilkan oleh generator sinkron fasa banyak (polyphase) yang ada di Pusat-
pusat pembangkit tenaga listrik. Generator sinkron yang dipergunakan ini mempunyai
rating daya dari ratusan sampai ribuan Mega-volt-Ampere (MVA). Disebut mesin sin-
kron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi konstan dibawah kondisi “Steady
state“. Mesin sinkron bisa dioperasikan baik sebagai generator maupun motor.
Mesin sinkron bila difungsikan sebagai motor berputar dalam kecepatan konstan, apa-
bila dikehendaki kecepatan yang bersifat variabel, maka motor sinkron dilengkapi de-
ngan dengan pengubah frekuensi seperti “Inverter”atau “Cycloconverter”.
Sebagai generator, beberapa mesin sinkron sering dioperasikan secara paralel, seperti di
pusat-pusat pembangkit. Adapun tujuan dari paralel adalah adanya pembagian beban
antara generator yang satu dengan lainnya.
Ada dua struktur medan magnet pada mesin sinkron yang merupakan dasar keja dari
mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC dan sebuah jangkar
tempat dibangkitkannya ggl AC. Hampir semua mesin sinkron mempunyai jangkar
diam (stationer) dan struktur medan berputar. Kumparan DC pada struktur medan yang
berputar dihubungkan pada sumber luar melaui slipring dan sikat, tetapi ada juga yang
tidak mempergunakan sikat yaitu sistem “brushless excitation”.
8.2 Konstruksi
Konstruksi dari sebuah mesin sinkron secara garis besar adalah sebagai berikut :
Bentuk Penguatan
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa untuk membangkitkan flux magnetik diperlukan
penguatan DC. Penguatan DC ini bisa diperoleh dari generator DC penguatan sendiri
yang seporos dengan rotor mesin sinkron. Pada mesin dengan kecepatan rendah, tetapi
rating daya yang besar, seperti generator Hydroelectric, maka generator DC yang digu-
nakan tidak dengan penguatan sendiri tetapi dengan “Pilot Exciter”sebagai penguatan
atau menggunakan magnet permanen (penguat aktif).
Alternatif lainnya untuk penguatan adalah menggunakan dioda silicon dan thyristor.
Dua tipe sistem penguatan “Solid state”adalah :
Sistem statis yang mempunyai dioda atau thyristor statis, dan arus dialirkan ke rotor
melalui Slipring.
“Brushless System”, pada sistem ini penyearah diletakkan diporos yang berputar de-
ngan rotor, sehingga tidak dibutuhkan sikat dan slipring.
Mesin Listrik 8- 2
Gambar 8.1
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Penguatan Generator DC “Pilot Exciter”
Gambar 8.2
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Sistem Penguatan “Brushless Exciter System”
Bentuk Rotor
Untuk medan rotor yang digunakan tergantung pada kecepatan mesin, mesin dengan
kecepatan tinggi seperti turbo generator mempunyai bentuk silinder, sedangkan mesin
dengan kecepatan rendah seperti Hydroelectric atau Generator Listrik-Diesel mempu-
nyai rotor Kutub Tonjol.
Stator
Stator dari mesin sinkron terbuat dari besi magnetik yang berbentuk laminasi untuk me-
ngurangi rugi-rugi arus pusar. Dengan inti magnetik yang bagus berarti permebilitas dan
resistivitas dari bahan tinggi.
Mesin Listrik 8- 3
Gambar 8.3 memperlihatkan alur stator tempat kumparan jangkar. Belitan jangkar (sta-
tor) yang umum digunakan oleh mesin Sinkron Tiga Fasa, ada dua tipe yaitu :
a. Belitan satu lapis (Single Layer Winding).
b. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).
P
lis mek ……………………………………….(8-1)
2
Mesin Listrik 8- 4
Gambar 8.5 Belitan Satu Lapis Generator Sinkron Tiga Fasa
Jawab :
Sudut mekanis antara kutub utara dan kutub selatan adalah :
360 sudut mekanis
mek 30 0 ……………………….………………….(8-2)
12 kutub
Ini menunjukkan 180 derajat listrik :
P 12
lis mek x30 0 180 0 ……………………………………………(8-3)
2 2
Untuk menunjukkan arah dari putaran rotor gambar 8.6 (searah jarum jam), urutan fasa
yang dihasilkan oleh suplai tiga fasa adalah ABC, dengan demikian tegangan mak-
simum pertama terjadi dalam fasa A, diikuti fasa B, dan kemudian fasa C.
Mesin Listrik 8- 5
Kebalikan arah putaran dihasilkan dalam urutan ACB, atau urutan fasa negatif, sedang-
kan urutan fasa ABC disebut urutan fasa positif. Jadi ggl yang dibangkitkan sistem tiga
fasa secara simetris adalah :
E A E A 0 0 Volt
E B E B 120 0 Volt .............................................................................................(8-4)
E C E C 240 0 Volt
Kumparan jangkar yang diperlihatkan pada gambar 8.5 hanya mempunyai satu lilitan per kutub
per fasa, akibatnya masing-masing kumparan hanya dua lilitan secara seri. Bila alur-alur tidak
terlalu lebar, masing-masing penghantar yang berada dalam alur akan membangkitkan tega-
ngan yang sama. Masing-masing tegangan fasa akan sama untuk menghasilkan tegangan per
penghantar dan jumlah total dari penghantar per fasa.
Dalam kenyataannya cara seperti ini tidak menghasilkan cara yang efektif dalam penggunaan
inti stator, karena variasi kerapatan flux dalam inti dan juga melokalisir pengaruh panas dalam
daerah alur dan menimbulkan harmonik.
Untuk mengatasi masalah ini, generator praktisnya mempunyai kumparan terditribusi dalam
beberapa alur per kutub per fasa. Gambar 8.7 memperlihatkan bagian dari sebuah kumparan
jangkar yang secara umum banyak digunakan. Pada masing-masing alur ada dua sisi lilitan dan
masing-masing lilitan memiliki lebih dari satu putaran. Bagian dari lilitan yang tidak terletak
kedalam alur biasanya disebut “Winding Overhang”, sehingga tidak ada tegangan dalam win-
ding overhang.
Mesin Listrik 8- 6
Faktor Distribusi
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa sebuah kumparan terdiri dari sejumlah lilitan
yang ditempatkan dalam alur secara terpisah. Sehingga, ggl pada terminal menjadi lebih
kecil bila dibandingkan dengan kumparan yang telah dipusatkan. Suatu faktor yang
harus dikalikan dengan ggl dari sebuah kumparan distribusi untuk menghasilkan total
ggl yang dibangkitkan disebut faktor distribusi Kd untuk kumparan. Faktor ini selalu
lebih kecil dari satu.
Diasumsikan ada n alur per fasa per kutub, jarak antara alur dalam derajat listrik, ada-
lah :
180 derajat listrik
…………………………………..(8-5)
n x m
dimana m menyatakan jumlah fasa.
Perhatikan gambar 8.8, disini diperlihatkan ggl yang dinduksikan dalam alur 2 akan ter-
tinggal (lagging) dari ggl yang dibangkitkan dalam alur 1 sebesar =15 derajat listrik,
demikian pula ggl yang dinduksikan dalam alur 3 akan tertinggal 2 derajat, dan sete-
rusnya.Semua ggl ini ditunjukkan masing-masing oleh phasor E1, E 2 , E3 , danE 4 .
Total ggl stator per fasa E adalah jumlah dari seluruh vektor.
E E1 E 2 E 3 E 4 …………………………………………………(8-6)
Total ggl stator E lebih kecil diban-dingkan jumlah aljabar dari ggl lilitan oleh faktor.
Mesin Listrik 8- 7
Jumlah Vektor E1 E 2 E 3 E 4
Kd …………………………………….(8-7)
Jumlah Aljabar 4xE lili tan
Kd adalah faktor distribusi, dan bisa dinyatakan dengan persamaan :
Sin (1 / 2n)
Kd ………………………………………………………………….(8-8)
nSin (/2)
Keuntungan dari kumparan distribusi, adalah memperbaiki bentuk gelombang tegangan
yang dibangkitkan, seperti terlihat pada gambar 8.9.
Faktor Kisar
Gambar 8.10, memperlihatkan bentuk kisar dari sebuah kumparan, bila sisi lilitan dile-
takkan dalam alur 1 dan 7 disebut kisar penuh, sedangkan bila diletakkan dalam alur 1
dan 6 disebut kisar pendek, karena ini sama dengan 5/6 kisar kutub.
Mesin Listrik 8- 8
Kisar :
5/6 = 5/6 x 180 derajat = 150 derajat
1/6 = 1/6 x 180 derajat = 30 derajat.
Kisar pendek sering digunakan,karena mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya :
Menghemat tembaga yang digunakan.
Memperbaiki bentuk gelombang dari tegangan yang dibangkitkan.
Kerugian arus pusar dan Hysterisis dikurangi.
Faktor.Kisar
Jumlah Vektor ggl induksi lili tan
Kp …………….…………………………..(8-9)
Jumlah Aljabar ggl induksi lili tan
EL Ggl yang dinduksikan pada masing-masing lilitan, bila lilitan merupakan kisar pe-
nuh, maka total induksi = 2 EL (Gambar 8.11).
Sedangkan kisar pendek dengan sudut 30 derajat listrik, seperti diperlihatkan pada
gambar 8.11 b, maka tegangan resultannya adalah :
Mesin Listrik 8- 9
Apabila Z = Jumlah penghantar atau sisi lilitan dalam seri/fasa = 2 T
Kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan berbanding secara lang-
sung. Gambar 8.12 memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC dengan dua
kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua penghantar se-
cara seri, yaitu penghantar a dan a’.
Mesin Listrik 8 - 10
Lilitan seperti ini disebut “Lilitan Terpusat”, dalam generator sebenarnya terdiri dari ba-
nyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi pada masing-masing alur
stator dan disebut “Lilitan Terdistribusi”.
Diasumsikan rotor berputar searah jarum jam, maka flux medan rotor ber-gerak sesuai
lilitan jangkar. Satu putar-an rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus per detik
atau 1 Hertz (Hz). Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (r/m), frekuensi 1 Hz,
untuk frekuensi f = 60 Hz, maka rotor harus berputar 3600 r/m.
Untuk kecepatan rotor n r/m, rotor harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per
detik (r/s). bila rotor mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub maka ma-
sing-masing revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus tegangan dalam lilitan
stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari kecepatan rotor,
P n
f = Hertz
2 60
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing terpisah
sebesar 120 derajat listrik da-lam ruang sekitar keliling celah udara seperti diperlihatkan
pada kumparan a – a’, b – b’ dan c – c’ pada gambar 8.13.
Masing-masing lilitan akan menghasil-kan gelombang Fluksi sinus satu dengan lainnya
berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat :
ΦA = Φm. Sin ωt
ΦB = Φm. Sin (ωt – 120˚)
ΦC = Φm. Sin (ωt – 240˚)
Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut ΦT = ΦA + ΦB + ΦC,
yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t), maka besar-besarnya fluks total
adalah, ΦT = Φm. Sin ωt + Φm. Sin (ωt – 120˚) + Φm. Sin (ωt – 240˚). Cos (φ – 240˚)
Mesin Listrik 8 - 11
Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan kelima akan saling
menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapat fluksi total sebesar, ΦT
= ¾ Φm. Sin (ωt - Φ) Weber.
Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 Φ dengan sudut putar
sebesar ω.
Besarnya tegangan masing-masing fasa adalah :
E maks = Bm. l. ω r Volt
dimana :
Bm = Kerapatan Flux maximum yang dihasilkan kumparan medan rotor (Tesla)
l = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber)
ω = Kecep sudut dari rotor (rad/s)
r = Radius dari jangkar (meter)
Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai alternator dengan diputar pada kece-
patan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan jangkar stator
akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu :
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak ter-
dapat pengaruh reaksi jangkar. Fluk hanya dihasilkan oleh arus medan (If), bila be-
sarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan output juga akan naik sampai titik
saturasi(jenuh) seperti diperlihatkan pada gambar 8.14.
Kondisi Alternator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti
diperlihatkan pada gambar 8.14 b.
(a) (b)
Mesin Listrik 8 - 12
8.5 Alternator Berbeban
Bila Alternator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V
akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:
Resistansi jangkar Ra
Reaktansi bocor jangkar X L
Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluk yang terjadi tidak meng-
imbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluk Bocor.
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat Alternator dibebani akan me-
nimbulkan fluksi jangkar ( A ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada
kumparan medan rotor( F ), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
R F A ………………………………………………………….(8-17)
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan
pada Gambar 8.15. yang mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban
yang berbeda-beda.
Mesin Listrik 8 - 13
Gambar b, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat alternator dibebani kapasitif, se-
hingga arus jangkar Ia mendahului Ggl Eb sebesar dan A terbelakang ter- hadap F
dengan sudut (90 -).
Gambar c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif murni yang
mengakibatkan arus jangkar Ia mendahului Ggl Eb sebesar 90 0 dan A akan memper-
kuat F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.
Gambar d, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat arus diberi beban induktif
murni sehingga mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari Ggl Eb sebesar 90 0 dan
A akan memperlemah F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.
Jumlah dari reaktansi bocor X L dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi
sinkron Xs.
Vektor diagram untuk beban yang bersifat Induktif, resistif murni, dan kapasitif diperli-
hatkan pada gambar 8.16.
Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang terjadi,
yaitu :
Mesin Listrik 8 - 14
8.6 Menentukan Resistansi dan Reaktansi
Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah alternator, harus dila-
kukan percobaan(test). Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu :
Untuk melakukan test ini terminal alter-nator dihubung singkat dengan Amper-meter
diletakkan diantara dua penghan-tar yang dihubung singkat tersebut(lihat Gambar 8.18).
Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus jangkar maksimum. Sela-
ma proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.
Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar bentuk karakteristik seperti diper-
lihatkan pada gambar 8.18
Eo
Zs I f kons tan ........Ohm ……………………………..………………….(8-19)
I hs
Mesin Listrik 8 - 15
If
A
Kumparan
jangkar Ihs
Kumparan
Medan
Rotor Stator
n
Gambar 8.19 Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Alternator
Test Resistansi
Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal output se-
hingga dua fasa terhubung secara seri (Gambar 8.20). Resistansi per fasa adalah sete-
ngahnya dari yang diukur.
Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk menentukan
nilai resistansi AC efektif, R ef f . Faktor ini tergantung pada bentuk dan ukuran alur,
ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d
1,6. Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa ditentukan berdasarkan persamaan :
Mesin Listrik 8 - 16
Gambar 8.20 Pengukuran Resistansi DC
Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal antara keadaan beban nol
dengan beban penuh, dan ini dinyatakan dengan persamaan :
Eo V
% Pengaturan Tegangan = x100 ............................................................(8-21)
V
Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan
Eo pada saat tidak berbeban dipengaruhi oleh faktor daya dan besarnya arus jangkar(Ia)
yang mengalir.
Untuk menentukan pengaturan tegangan dari alternator adalah dengan memanfaatkan
karakteristik tanpa beban dan hubung singkat yang diperoleh dari hasil percobaan dan
pengukuran tahanan jangkar. Ada tiga metoda atau cara yang sering digunakan untuk
menentukan pengaturan tegangan tersebut, yaitu :
Metoda Impedansi Sinkron atau Metoda GGL.
Metoda Amper Lilit atau Metoda GGM.
Metoda Faktor Daya Nol atau Metoda Potier.
Gambar 5.21 memperlihatkan contoh Vektor diagram untuk beban dengan faktor daya
lagging. Eo =OC = Tegangan tanpa beban V =OA = Tegangan terminal
I.Ra=AB=Tegangan jatuh Resistansi Jangkar
I.Xs = BC= Tegangan jatuh Reaktansi Sinkron.
Mesin Listrik 8 - 17
Gambar 8.21 Vektor Diagram Pf “Lagging”
OC OF2 FC2
Pengaturan yang diperoleh dengan metoda ini biasanya lebih besar dari nilai sebe-
narnya.
Perhitungan dengan Metoda Amper Lilit berdasarkan data yang diperoleh dari perco-
baan tanpa beban dan hubung singkat. Dengan metoda ini reaktansi bocor Xl diabaikan
dan reaksi jangkar diperhitungkan. Adapun langkah-langkah menentukan nilai arus me-
dan yang diperlukan untuk memperoleh tegangan terminal alternator saat diberi beban
penuh, adalah sebagai berikut :
Tentukan nilai arus medan (Vektor OA) dari percobaan beban nol yang diperlukan
untuk mendapatkan tegangan nominal alternator.
Tentukan nilai arus medan (Vektor AB) dari percobaan hubung singkat yang
diperlukan untuk mendapatkan arus beban penuh alternator.
Gambarkan diagram vektornya de-ngan memperhatikan faktor daya-nya:
untuk faktor daya “Lagging” dengan sudut (90 0 )
untuk faktor daya “Leading” dengan sudut (90 0 )
untuk faktor daya “Unity” dengan sudut (90 0 )
(perhatikan Gambar 5.22 a, b, dan c)
Hitung nilai arus medan total yang ditunjukkan oleh vektor OB.
Mesin Listrik 8 - 18
Gambar 8.23 memperlihatkan diagram secara lengkap dengan karakteristik beban nol
dan hubung singkat.
OA = Arus medan yang diperlukan untuk mendapatkan tegangan nominal.
OC = Arus medan yang diperlukan untuk mendapatkan arus beban penuh pada hubung
singkat.
AB = OC = dengan sudut (90 0 ) terhadap OA.
Gambar 8.23 Karakteristik Beban Nol, Hubung Singkat, dan Vektor Arus Medan
Mesin Listrik 8 - 19
OB = Total arus medan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tegangan Eo dari
karakteristik beban nol.
Metoda Potier
Metoda ini berdasarkan pada pemisahan kerugian akibat reaktansi bocor Xl dan
pengaruh reaksi jangkar Xa. Data yang diperlukan adalah :
Karakteristik Tanpa beban.
Karakteristik Beban penuh dengan faktor daya nol.
Khusus untuk karakteristik beban penuh dengan faktor daya nol dapat diperoleh dengan
cara melakukan percobaan terhadap alternator seperti halnya pada saat percobaan tanpa
beban, yaitu menaikkan arus medan secara bertahap, yang membedakannya supaya
menghasilkan faktor daya nol, maka alternator harus diberi beban reaktor murni. Arus
jangkar dan faktor daya nol saat dibebani harus dijaga konstan.
Mesin Listrik 8 - 20
3. Buat titik B, berdasarkan percobaan hubung singkat dengan arus jangkar penuh. OB
menunjukkan nilai arus medan pada saat percobaan tersebut.
4. Tarik garis AD yang sama dan sejajar garis OB.
5. Melalui titik D tarik garis sejajar kurva senjang udara sampai memotong kurva
beban nol dititik J. Segitiga ADJ disebut segitiga Potier..
6. Gambar garis JF tegak lurus AD. Panjang JF menunjukkan kerugian tegangan aki-
bat reaktansi bocor.
7. AF menunjukkan besarnya arus medan yang dibutuhkan untuk mengatasi efek mag-
netisasi akibat raeksi jangkar saat beban penuh.
8. DF untuk penyeimbang reaktansi bocor jangkar (JF).
Vektor diagram yang terlihat pada diagram potier bisa digambarkan secara terpisah
seperti terlihat pada gambar 5.25.
Eo V
% Pengaturan Tegangan = x100 ………………………..………………….(8-24)
V
Mesin Listrik 8 - 21
8.8 Kerja Paralel Alternator
Bila suatu alternator mendapat pembebanan lebih dari kapasitasnya bisa mengakibatkan
alternator tidak bekerja atau rusak. Untuk mengatasi beban yang terus meningkat ter-
sebut bisa diatasi dengan menjalankan alternator lain yang kemudian dioperasikan seca-
ra paralel dengan alternator yang telah be-kerja sebelumnya.
Keuntungan lain, bila salah satu alternator tiba-tiba mengalami gangguan, alternator
tersebut dapat dihentikan serta beban dialihkan pada alternator lain, sehingga pemutusan
listrik secara total bisa dihindari.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memparalelkan dua buah alternator atau lebih
ialah :
Polaritas dari alternator harus sama dan bertentangan setiap saat terhadap satu sama
lainnya.
Nilai efektif arus bolak-balik dari tegangan harus sama.
Tegangan Alternator(mesin) yang diparalelkan mempunyai bentuk gelombang yang
sama.
Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala-jala harus sama.
Urutan fasa dari kedua alternator harus sama.
Ada beberapa cara untuk memparalelkan alternator dengan mengacu pada syarat-syarat
diatas, yaitu :
Buat rangkaian seperti diperlihatkan pada Gambar 8.26, pilih lampu dengan tegangan
kerja dua kali tegangan fasa netral alternator atau gunakan dua lampu yang dihubung-
kan secara seri. Dalam keadaan saklar S terbuka operasikan alternator, kemudian lihat
urutan nyala lampu. Urutan lampu akan berubah menrut urutan L1 - L2 - L3 - L1 - L2 -
L3. Perhatikan Gambar 8.27 a, pada keadaan ini L1 paling terang, L2 terang, dan L3
redup. Perhatikan Gambar 8.27 b, pada keadaan ini:
L2 paling terang
L1 terang
L3 terang
Perhatikan gambar 8.27 c, pada keadaan ini,
L1 dan L2 sama terang
L3 Gelap dan Voltmeter=0 V
Pada saat kondisi ini maka alternator dapat diparalelkan dengan jala-jala (alternator
lain).
Mesin Listrik 8 - 22
Gambar 8.26 Rangkaian Paralel Alternator
Mesin Listrik 8 - 23
Voltmeter, Frekuensi Meter dan Synchroscope
Pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator paralel alternator banyak
yang menggunakan alat Synchroscope. Penggunaan alat ini dilengkapi dengan volt-
meter untuk memonitor kesamaan tegangan dan frekuensi meter untuk kesamaan fre-
kuensi.
Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchroscope. Bila jarum penunjuk berputar
berlawanan arah jarum jam berarti frekuensi alternator lebih rendah dan bila searah
jarum jam berarti frekuensi alternator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam dan
menunjuk pada kedudukan vertikal, berarti beda fasa alternator dan jala-jala telah 0
(Nol) dan selisih frekuensi telah 0 (Nol),maka pada kondisi ini saklar dimasukkan
(ON). Alat synchroscope tidak bisa menunjukkan urutan fasa jala-jala, sehingga untuk
memparalelkan perlu dipakai indikator urutan fasa jala-jala.
Paralel alternator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang secara otomatis me-
monitor perbedaan fasa, tegangan, frekuensi, dan urutan fasa. Apabila semua kondisi
telah tercapai alat memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk paralel dapat dimasukkan.
Mesin Listrik 8 - 24
Latihan :
Mesin Listrik 8 - 25
33. Sebutkan tida metoda yang digunakan untuk menentukan pengaturan tegangan suatu
generator sinkron
34. Sebutkan langkah-langkah untuk menentukan pengaturan tegangan dengan metoda
impedansi sinkron!
35. Sebutkan data-data apa yang diperlukan untuk menentukan pengaturan tegangan
dengan metoda Potier
36. Sebutkan langkah-langkah untuk menggambar diagram Potier dan gambarkan!
37. Sebuah alternator 3 Fasa, hubung Bintang, 4 Kutub, 50 Hz mempunyai 36 Alur dan
penghantar per alur. Flux per kutub 0,05 Wb.
Hitung : a. Kecepatan
b. Tegangan fasa dan jala-jala dalam keadaan tanpa beban.
38. Hitung kecepatan, tegangan fasa dan jala-jala dalam keadaan tanpa beban dari se-
buah alternator tiga fasa, hubung bintang, 4 kutub ,50 Hz mempunyai 36 alur dan 30
penghantar per alur . Flux per kutub 0,05 Wb , Kp diasumsikan = 1 .
39. Hasil Test Tanpa Beban dan Hubung Singkat terhadap sebuah alternator 3 Fasa,Hub
Bintang, 1000 KVA , 2000 Volt, 50 Hz, sbb:
If ( Amp) 10 20 25 30 40 50
Eo(Volt) 800 1500 1760 2000 2350 2600
Ihs (Amp) - 200 250 300 - -
Resistansi jangkar 0,2 Ohm/fasa. Gambarkan karakteristik berdasarkan hasil test dan
dengan metoda Amper Lilit perkirakan % pengaturan tegangan untuk faktor daya :.
a. 0,9 Lagging b. 0,9 Leading
40. Suatu generator sinkron figa fasa hubungan bintang 16 kutub, putaran 375 rpm
dengan jumlah alur 144 dan terdapat 10 kawat (konduktor) per alur. Fluks magnit
per kutub 30 mWeber. Faktor distribusi 0,85 dan faktor kisar 0,8
41. Generator sinkron tiga fasa, hubungan bintang, 4 kutub mempunyai 24 alur dengan
12 kawat (konduktor) per alur. Fluks per kutub 0,1 Weber. Jika putaran generator
1500 rpm, tentukan :
a. GGL generator
b. Regulasi tegangan, jika pada beban nominal tegangannya
adalah 90% dari GGL.
42. Generator sinkron tiga fasa, hubungan bintang, mempunyai dua kutub, putaran 3600
rpm, terdiri dari 500 konduktor (kawat) per fasa dalam model belitan gelombang,
fluks/kutub 0,1 Weber
Tentukan :
a. Tegangan generator
b. GGL yang dibangkitkan, jika kd = 0,85 dan kp = 0,90
c. Jika tegangan nominal generator adalah 90 % dari GGL yang dibangkitkan dan
besarnya rektansi sinkron/fasa 0,5 Ohm
d. Kapan terjadi daya maksimum !
e. Besarnya daya maksimum/fasa
f. Besarnya torsi maksimum.
Mesin Listrik 8 - 26
DAFTAR PUSTAKA
Nasar,S.A, Electromechanics and Electric Machines, John Wiley and Sons, Canada,
1983.
Theraja, B.L, A Text Book of Electrical Tecnology, Nirja, New Delhi, 1988
Zuhal, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta, 1988.
http://www.myinsulators.com/hungary/busing.html
http://www.answers.com/topic/motor
http://smsq.pl/wiki.php?title=Induction_motor
http://www.eatonelectrical.com/unsecure/html/101basics/Module04/Output/HowDoesTr
ansformerWork.html
http://www.dave-cushman.net/elect/transformers.html
http://img.alibaba.com/photo/51455199/Three_Phase_EPS_Transformer.jpg
http://micro.magnet.fsu.edu/electromag/electricity/generators/index.html
http://www.e-leeh.org/transformer/
Mesin Listrik I