Anda di halaman 1dari 168

Mesin Listrik

Disusun Oleh :
Drs. Sofian Yahya SST., MT
NIP : 19591226 198603 1 004

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 1 dari 5

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Nama Mata Kuliah : Mesin Listrik Kode MK : 16TLI3512


Semester :3 SKS : 2
Jurusan : Teknik Elektro Prodi : D-III Teknik Listrik
Dosen Pengampu : Sofian Yahya

Capaian Pembelajaran Lulusan yang dibebankan :


1. PP.1 Menguasai konsep teoritis secara umum listrik dan instalasi kelistrikan serta peralatannya sampai tegangan menengah.
2. PP5. Menguasai pengetahuan tentang standard dan prosedur yang berlaku di bidang kelistrikan
3. KK6.Mampumengoperasikan dan mengendalikan peralatan dan mesin listrik dengan menggunakan peralatan berbasis teknologiVSD( Variable Speed
Drive), kendali terprogram, sistem terkomputerisasi, dan teknologi informasi
4. KKU3. Mampu memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai dengan bidang keahlian terapannya didasarkan pada pemikiran
logis, inovatif, dan bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri.

Hasil Belajar Mata Kuliah Yang Diharapkan :


Mampu memahami prinsip dan parameter mesin listrik dengan metode deskriptif dan dapat menunjukan hasil sesuai yang dimaksud dalam kondisi
mandiri .
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 2 dari 5

Ming Kemampuan Bahan Kajian Bentuk Waktu Pengalaman Kriteria Penilaian dan Indikator Bobot Refere
gu ke Akhir Yang Pembelajaran Belajar Kelulusan nsi
Diharapkan Mahasiswa Kriteria Indikator
Penilaian
1 2 3 4 6 7 8 9 10
1-4 Mampu BK 110 : Tatap Muka 4x100 TM: Menyimak Mahasiswa Indikator: 25%
mengidentifikasi Transformator ; (TM) : Ceramah menit materi dan aktif mendeskripsi memahami apa
parameter prinsip kerja, & Diskusi diskusi di kelas kan dengan yang harus
,rangkaian benar regulasi dipelajari dan
regulasi
ekivalen,regulasi PT: Mengerjakan 4x120 PT: mencari tegangan, dilakukan
dan efesiensi tegangan, menit Jawaban SOAL; effisiensi,
tugas SOAL;
Transformator effisiensi, regulasi dari Trafo Dpt memberi
regulasi
transformator 1 tegangan, tegangan, contoh
phasa dan 3 effisiensi, effisiensi, persoalan Trafo
phasa, parallel
transformator Mandiri (M) 4x120 Mandiri (M): Kriteria: paham
Mencari contoh menit mengaitkan apa yg harus
dan hubungan
SOAL; yang materi dg bhn dilakukan,
jam. kajian atau lain
berhubungan materi
regulasi Mencari sumber pendukung
tegangan, informasi ilmiah terkumpul
effisiensi, (referensi, karya
ilmiah) yg
disarankan
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 3 dari 5

5-8 Mampu BK 111 : Motor Tatap Muka (TM) 4x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan DC dan : Ceramah & menit materi dan aktif mendeskripsi Kebenaran dan
prinsip kerja, Generator DC; Diskusi diskusi di kelas kan dengan kejelasan dalam
jenis-jenis, Mengenai : benar mendeskripsika
prinsip kerja,
karakteristik, prinsip kerja, starting,rugi- n starting,rugi-
jenis-jenis,
rangkaian jenis-jenis, 4x120 PT: Mengerjakan rugi ,efesiensi rugi ,efesiensi
pengganti. karakteristik, karakteristik, menit tugas soal dan dan
Motor DC dan rangkaian rangkaian starting,rugi-rugi karakteristik karakteristik
Generator DC pengganti. pengganti dan ,efesiensi dan
efesiensi karakteristik

4x120 Mandiri (M):


menit mengaitkan
materi dg bhn
kajian atau lain.
.
9 Uji Tengah Semester
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 4 dari 5

10-12 Mampu BK 112 : Motor Tatap Muka 3x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan induksi dan (TM) : Ceramah menit materi dan aktif mendeskripsika Kebenaran dan
prinsip kerj motor sinkron; & Diskusi diskusi di kelas n dengan benar kejelasan dalam
Motor induksi prinsip kerja, mendeskripsi
prinsip kerja,
dan motor PT: Mengerjakan karakteristik, starting,rugi-
karakteristik,
sinkron; a, tugas prinsip 3x120 PT: Mengerjakan rangkaian rugi,torsi,efesie
karakteristik, rangkaian menit tugas soal pengganti, nsi dan
kerja,
rangkaian pengganti, karakteristik, starting,rugi-rugi analisa daya karakteristik
pengganti, analisa daya rangkaian ,efesiensi dan dan torsi,
analisa daya dan dan torsi, pengganti, karakteristik effisiensi,
torsi, effisiensi, effisiensi, analisa daya dan pengaturan
torsi, effisiensi, kecepatan,
pengaturan
kecepatan, 3x120 Mandiri (M):
Mandiri (M)
diagram menit mengaitkan
Mencari contoh
lingkaran materi dg bhn
dari lingkungan,
kajian atau lain.
Motor induksi
dan motor
sinkron
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 5 dari 5

13-15 Mampu BK 113 : Tatap Muka 3x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan dan Generator (TM) : Ceramah menit materi dan aktifmendeskripsika Kebenaran
memahami Induksi dan & Diskusi diskusi di kelasn dengan benar perhitungan dan
Generator aspek teknis kejelasan hasil
generator
Induksi dan PT: tugas, Generator analisis
sinkron ; prinsip
generator karakteristik, 3x120 PT: Mengerjakan Induksi dan
sinkron kerja, menit tugas generator Kualitatif :
rangkaian
karakteristik, pengganti, menjelaskan sinkron Kualitas
rangkaian pengaturan Generator deskripsi dan
pengganti, tegangan, Induksi dan analisa
pengaturan frekuensi dan generator
daya, regulasi sinkron
tegangan,
tegangan,
frekuensi dan
effisiensi dan
daya, regulasi kerja parallel
tegangan, 3x120 Mandiri (M):
effisiensi dan Mandiri (M) menit mengaitkan
kerja parallel materi dg bhn
Mencari contoh
kajian atau lain,
dari Generator
terkait aspek
Induksi dan
Generator
generator
Induksi dan
sinkron
generator
sinkron
16 Ujian Akhir Semester
BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran Umum :

Memahami prinsip konversi energi elektromekanik sebagai prinsip dasar dari mesin
listrik.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip konversi energi elektromekanik dengan


benar
2. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis mesin listrik yang banyak digunakan
di industri dan pembangkit tenaga listrik.

Lembar Informasi :
Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu
konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik ke
energi listrik. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi mekanik ke energi
listrik disebut generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu
dari energi listrik ke energi mekanik disebut motor.
Selain generator dan motor, transformator ju-
ga termasuk alat listrik yang menjadi bahasan
pada saat mempelajari mesin listrik, meski-
pun energi yang masuk dan yang keluar dari
transformator sama yaitu energi listrik. Pada
transformator energi listrik yang diberikan
pada lilitan akan mengakibatkan timbulnya
medan magnet pada inti besi dan selanjutnya
diubah kembali menjadi energi listrik.
Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831
dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik
Gambar 1.1 Pembangkit Tenaga Listrik
yang menjadi prinsip kerja motor listrik.
Percobaan mengenai konsep mesin listrik di
laboratorium-laboratorium terus dilakukan
sampai tahun 1870 saat Thomas Alfa Edison
memulai pengembangan generator arus searah
secara komersial untuk mendukung distribusi
tenaga listrik yang berguna bagi penerangan
listrik di rumah-rumah.

Gambar 1.2 Mesin CNC

Mesin Listrik 1- 1
Kejadian yang penting dalam sejarah mesin listrik adalah dengan dipantenkannya
motor induksi tiga fasa oleh Nikola Tesla pada tahun 1888. Konsep Tesla mengenai
arus bolak-balik selanjutnya dikembangkan oleh Charles Steinmetz pada dekade beri-
kutnya, sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan, sekaligus menjadi
pembuka jalan untuk melakukan transmisi daya listrik jarak jauh.

Meskipun konsep mesin listrik yang digu-


nakan saat ini tidak berbeda dari sebelumnya,
tetapi perbaikan dan proses pengembangan
tidak berhenti. Pengembangan bahan ferro-
magnetic dan isolasi terus dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan daya yang lebih
besar dibandingkan dengan mesin listrik yang
digunakan sekarang ini.

Mesin listrik memegang peranan yang sangat


penting dalam industri maupun dalam kehi-
dupan sehari-hari.

Gambar 1.3 Mesin Cuci

Pada power plant digunakan untuk membangkitkan


tenaga listrik, di industri digunakan sebagai peng-
gerak peralatan mekanik, seperti mesin pembuat
tekstil, pembuat baja, dan mesin pembuat kertas.
Dalam kehidupan sehari-hari mesin listrik banyak
dimanfaatkan pada peralatan rumah tangga listrik,
kendaraan bermotor, peralatan kantor, peralatan
kesehatan, dan sebagainya.

Ada tiga katagori utama untuk mesin putar (rotating


machines) atau mesin dinamis yaitu mesin arus sea-
rah, mesin induksi, dan mesin sinkron. Dari kategori
utama ini dikelompokkan lagi atas generator dan
motor. Transformator termasuk katagori mesin sta-
tis, dan berdasarkan fasanya dibagi atas transforma-
tor satu fasa dan tiga fasa Gambar 1.4 Alternator Mobil

Transformator merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan pada bidang
tenaga listrik dan bidang elektronika. Pada bidang tenaga listrik, transformator digu-
nakan mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke rumah-rumah (Gambar 1.5).

Sebelum di transmisikan tegangan yang dihasilkan oleh pembangkit dinaikkan terlebih


dahulu dengan menggunakan sebuah transformator daya (Gambar 1.6) dengan tujuan
untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi saat listrik di transmisikan.

Mesin Listrik 1- 2
Gambar 1.5 Penggunaan Transformator pada Bidang Tenaga Listrik

Kemudian sebelum digunakan oleh konsumen tegangan akan diturunkan lagi secara
bertahap dengan menggunakan transformator distribusi (Gambar 1.7 ), sesuai dengan
peruntukkannya seperti kawasan industri, komersial, atau perumahan.

Gambar 1.6 Transformator Daya Gambar 1.7 Transformator Distribusi Tipe Tiang

Transformator yang dimanfaatkan di rumah tangga pada umumnya mempunyai ukuran


yang lebih kecil, seperti yang digunakan untuk menyesuaikan tegangan dari peralatan
rumah tangga listrik dengan suplai daya yang tersedia.

Transformator dengan ukuran yang lebih kecil lagi biasanya digunakan pada perangkat
elektronik seperti radio, televisi, dan sebagainya (Gambar 1.8).

Mesin Listrik 1- 3
Gambar 1.8 Transformator pada peralatan elektronik

Rangkuman
1. Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu
konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik
ke energi listrik.
2. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi mekanik ke energi listrik disebut
generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu dari
energi listrik ke energi mekanik disebut motor.
3. Pada transformator energi listrik yang diberikan pada lilitan akan mengakibatkan
timbulnya medan magnet pada inti besi dan selanjutnya diubah kembali menjadi
energi listrik.
4. Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831 dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik yang menjadi prinsip kerja motor lis-
trik.
5. Motor induksi tiga fasa dipantenkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1888.
6. Konsep Tesla mengenai arus bolak-balik dikembangkan oleh Charles Steinmetz,
sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan.
7. Pengembangan bahan ferromagnetic dan isolasi terus dilakukan untuk meningkat-
kan kemampuan daya yang lebih besar dibandingkan dengan mesin listrik yang di-
gunakan sekarang ini.
8. Ada tiga katagori utama untuk mesin putar (rotating machines) atau mesin dinamis
yaitu mesin arus searah, mesin induksi, dan mesin sinkron.
9. Transformator termasuk katagori mesin statis, dan berdasarkan fasanya dibagi atas
transformator satu fasa dan tiga fasa.

Mesin Listrik 1- 4
BAB II
Transformator Satu Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami tentang Konstruksi dan Prinsip Kerja transformator satu fasa


2. Memahami tentang cara penggambaran dan perhitungan parameter transformator
berdasarkan rangkaian ekuivalen .
3. Memahami tentang cara menentukan rangkaian ekuivalen transformator berdasar-
kan hasil pengujian hubung singkat dan beban nol
4. Memahami tentang metode regulasi tegangan dan paralel transformator satu fasa
5. Memahami tentang prinsip kerja, diagram rangkaian, dan efisiensi autotransfor-
mator.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemanfaatan dan prinsip kerja transfor-
mator, khususnya transformator satu fasa di industri dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi dari sebuah transformator satu
fasa dengan benar .
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengambarkan bagian-bagian utama dari
sebuah transformator fasa dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
transformator satu fasa dengan benar .
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung resistansi, reaktansi, dan
impedansi transformator dengan benar .
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test beban nol
dan hubung singkat pada sebuah transformator satu fasa dengan benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter transformator
satu fasa berdasarkan test tanpa beban dengan benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter transformator
satu fasa berdasarkan test hubung singkat dengan benar.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung efisiensi transformator
satu fasa dengan benar.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode regulasi tegangan transformator
satu fasa dengan benar.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung regulasi tegangan trans-
formator satu fasa dengan benar.
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara memparalelkan transformator satu
fasa dengan benar.
13. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari autotransformator
dengan benar.
14. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagram rangkaian dari autotransformator
dengan benar.
15. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian penggunaan
autotransformator dibandingkan transformator biasa dengan benar.

Mesin Listrik I 2- 1
Lembar Informasi :

2.1 Konstruksi dan Prinsip Kerja

Dalam suatu eksperimennya Michael Faraday dengan menggunakan bahan-bahan be-


rupa sebuah coil, magnet batang dan galvanometer (Gambar 2.1) dapat membuktikan
bahwa bila kita mendorong medan magnet batang ke dalam coil tersebut, dengan kutub
utaranya menghadap coil tersebut, ketika batang magnet sedang begerak, jarum galva-
nometer memperlihatkan penyimpangan yang menunjukkan bahwa sebuah arus telah
dihasilkan di dalam coil tersebut. Bila batang magnet tersebut digerakkan dengan arah
sebaliknya maka arah penunjukkan pada galvanometer arahnyapun berlawanan yang
menunjukkan bahwa arah arus yang terjadi berlawanan juga.

Jadi yang terjadi dalam percobaan itu adalah apa yang disebut arus imbas yang dihasilkan
oleh tegangan gerak listrik imbas.

Gambar 2.1 Percobaan Arus Induksi

Dalam percobaan lainnya Michael Faraday mencobakan sebuah cincin yang terbuat
dari besi lunak, kemudian cincin besi lunak tersebut dililit dengan kawat tembaga
berisolasi (Gambar 2.2 ).

Gambar 2.2 Percobaan Induksi

Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi rangkaian tertutup pada sisi primer, demikian
arus I1 akan mengalir pada rangkaian sisi primer tersebut, sedangkan pada lilitan
sekunder tidak ada arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) ditutup dan dibuka secara
bergantian maka jarum galvanometer akan memperlihatkan adanya penyimpangan yang
arahnya berubah-ubah kekiri dan kekanan. Perubahan arah penunjukkan jarum galva-
nometer ini disebabkan adanya tegangan induksi pada lilitan sekunder, sehingga I 2 me-
ngalir melalui galvanometer.

Mesin Listrik I 2- 2
Dari percobaan seperti telah dijelaskan diatas Michael Faraday dapat menyimpulkan
bahwa tegangan gerak listrik imbas e didalam sebuah rangkaian listrik adalah sama
dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-rangkaian tersebut.

Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam weber/detik, maka tegangan gerak
listrik e dinyatakan dalam Volt, yang dalam bentuk persamaannya adalah :

d
e ……………………….………………… (2- 1)
dt
pers (2 - 1) ini dikenal dengan hukum Induksi Faraday, tanda negatif menunjukkan
bahwa arus induksi akan selalu mengadakan perlawanan terhadap yang meng-
hasilkan arus induksi tersebut. Bila coil terdiri dari N Lilitan, maka tegangan gerak
listrik imbas yang dihasilkan merupakan jumlah dari tiap lilitan, dalam bentuk persa-
maan :

d
e  N …………………………………………………(2 – 2)
dt
dan Nd dinamakan tautan fluksi (Flux Linkages) didalam alat tersebut.

Definisi Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan fre-
kuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet.

Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan sekun-
der. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka
fluks bolak-balik akan terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian fluks tersebut akan
mengalir pada inti transformator, dan selanjutnya fluks ini akan mengimbas pada kum-
paran yang ada pada sisi sekunder yang mengakibatkan timbulnya fluks magnet di sisi
sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul tegangan (Gambar 2.3 ).

Gambar 2.3 Fluks Magnet Transformator

Mesin Listrik I 2- 3
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transformator, yaitu
tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type).

Pada transformator tipe inti (Gambar 2.4), kumparan mengelilingi inti, dan pada
umumnya inti transformator L atau U. Peletakkan kumparan pada inti diatur secara
berhimpitan antara kumparan primer dengan sekunder. Dengan pertimbangan komplek-
sitas cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di
sebelah luar.

Gambar 2.4 Transformator Tipe Inti Gambar 2.5 Tranformator Tipe Cangkang

Sedangkan pada transformator tipe cangkang (Gambar 2.5) kumparan dikelilingi oleh
inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.

Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
transformator yang berbentuk huruf tersebut disusun secara berlapis-lapis (laminasi),
jadi bukan berupa besi pejal.

Tujuan utama penyusunan inti secara berlapis


(Gambar 2.6) ini adalah unuk mengurangi ke-
rugian energi akibat ”Eddy Current” (arus
pusar), dengan cara laminasi seperti ini maka
ukuran jerat induksi yang berakibat terjadinya
rugi energi di dalam inti bisa dikurangi. Proses
penyusunan inti Transformator biasanya dila-
kukan setelah proses pembuatan lilitan kum-
paran transformator pada rangka (koker) sele-
sai dilakukan.

Gambar 2.6 Laminasi Inti Transformator

Mesin Listrik I 2- 4
2.2 Transformator Ideal

Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidak ada
kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat resis-
tansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah trans-
formator tanpa beban (Gambar 2.7 ), kumparan primernya dihubungkan dengan dengan
sumber tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid V1 , maka akan mengalir arus primer
I 0 yang juga mempunyai bentuk gelombang sinusoidal, bila diasumsikan kumparan
0
N1 merupakan reaktif murni, maka I 0 akan tertinggal 90 dari V1 . Arus primer ini
akan menimbulkan fluks sinusoidal yang sefasa,

   maks sin t ……………………………..….(2 – 3)

Gambar 2.7 Transformator Tanpa Beban Gambar 2.8 Arus Tanpa Beban

Fluks yang sinusoidal akan mengkibatkan terbangkitnya tegangan induksi E1


d
e1   N1 Volt
dt
d(maks sin t )
e1   N1   N1 maks cos t Volt
dt
N 2f maks
E1  1  4,44 N1f maks Volt …………………………….………(2 – 4)
2

Mesin Listrik I 2- 5
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya tegangan E 2 .

d
e2  N2 Volt
dt
e 2   N 2 maks cos t Volt
E 2  4,44N 2fmaks Volt ……………………………………..…………………..(2 – 5)

Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder tanpa beban, bukan me-
upakan arus induktif murni, tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu arus mag-
netisasi ( I m ) dan arus rugi tembaga ( I C ). Arus magnetisasi ini menghasilkan fluks (Φ).

Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 2.8) yang berbentuk sinusoidal akan ber-
ubah bentuk akibat pengaruh sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga bentuk gelom-
bang berubah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.9.

Sebuah Transformator Ideal dalam keadaan berbeban, seperti dieperlihat-kan pada


gambar 2.10. Bila  2  2.V2 . sin t , dimana V2 nilai tegangan efektif dari terminal
V
sekunder kemudian i 2  2. ( 2 ) sin(t  ) ,  adalah sudut impedansi dari beban.
Z
Z
Zin  ......................................................................................(2 – 6)
K2

Gambar 2.9 Kurva B – H Gambar 2.10 Transformator Ideal


Dalam bentuk phasor :
V
I2  2  I2   
Z
V2
dimana I 2  dan Z  Z 
Z2

Mesin Listrik I 2- 6
V V
1  2. 2 sin t , efektifnya V1  2
K K
sedangkan untuk arus :
i1  2.I 2 .K sin(t  )

= 2I1 . sin( t  )

dalam bentuk phasor : I1  I 2 .K


Impedansi dilihat dari sisi sekunder :
V1 V2 / K V
Zin    22
I1 I2K I2K

2.3 Transformator Berbeban

Pada sub bab terdahulu telah dijelaskan bagaimana keadaan transformator secara ideal
baik saat tanpa beban maupun berbeban. Dalam prakteknya apabila sisi kumparan
sekunder transformator diberi beban (Gambar 2.11) maka besar tegangan yang di induk-
sikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi karena
adanya kerugian pada kumparan transformator.

Gambar 2.11 Transformator Berbeban

Apabila transformator diberi beban Z L maka arus I 2 akan mengalir pada beban terse-
but, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya gerak magnet (ggm)
N 2 I 2 yang mana arahnya cenderung melawan arah fluks bersama yang telah ada dise-
babkan arus magnetisasi I m .
Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya,
maka pada sisi kumparan primer arus mengalir arus I '2 yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I '2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi kumparan pri-
mer menjadi :

Mesin Listrik I 2- 7
I1  I 0  I 2 dimana I 0  I C  Im , apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka nilai I 0 =
I m , sehingga I1  I m  I 2 . Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti
transformator tetap nilainya, maka :

N1Im  N1I1  N2I2


N1I m  N1 (I m  I2 )  N 2 I 2
N1I m  N1I m  N1I2  N 2 I 2 , maka
I N
N1I2  N 2 I 2 , nilai I '2 = I1 bila I m dianggap kecil, sehingga 1  2 ………….…(2 - 7)
I 2 N1

2.3.1 Rangkaian Ekuivalen

Untuk memudahkan dalam menganalisa sebuah transsformator maka kita perlu me-
ngetahui bagaimana rangkaian ekuivalen (model rangkaian) dari transformator tersebut .
Model rangkaian transformator dikembangkan oleh Steintmetz , dengan model ini me-
mungkinkan kita untuk menganalisa sebuah rangkaian dari peralatan yang sangat non-
linear dapat dianalisa dengan teori rangkaian linear .

Ø
+
i1
• •+ i2

1 N1 l 1 l 2 N2 2 ZL

-
- Resistansi Resistansi
Kumparan = r1 Kumparan = r2

Gambar2.12 Rangkaian Ekuivalen Transformator

2.3.1.1 Resistansi Kumparan

Kedua kumparan bisa dianggap sumber tegangan yang mempunyai tegangan didalam-
nya, masing-masing e1' dan e 2' dan mempunyai resistansi r1 dan r2 , lihat gambar 2.13.

•+
r1 Ø
i1 r2
+•
•+ i2
+

1 e1
'
l 1 l 2 e2
'
2 ZL

- - -•
-• N1 N2

Gambar2.13 Resistansi Kumparan dari Transformator

Mesin Listrik I 2- 8
2.3.1.2 Reaktansi Bocor

Selanjutnya efek reaktansi bocor bisa ditunjukkan secara terpisah dari fluks bersama
dan tegangan yang melalui kedua koil menunjukkan akibat bocor pada sisi primer dan
sekunder .
l 1
N1 N2 
l 2

•+
r1 Ø
r2

i1
+ • el + •
i2
+
1
el
1 e1 ! e1 e2 2
e2 ! ZL  2

- - - -
Gambar 2.14 Induktansi atau Reaktansi Bocor Transformator
di1 di 2
el1  Ll1 dan el  L
2 l2
…………………………………………(2 – 8)
dt dt
kemudian : i 2  2 I 2 sin t
dimana I 2 arus efektif dari sekunder , maka tegangan jatuh akibat reaktansi bocor
adalah :
di
 el 2  Ll 2 2
dt

d
 Ll 2 ( 2 I 2 sin t
dt
 Ll ( 2 I 2 cos t
2
sehingga  El max  2Ll I2 dan nilai efektif dan  El  Ll I 2 .
2 2 2 2

Perlu diperhatikan arus adalah fungsi sinus , lagging tegangan cosinus sebesar 900 .
Dalam phasor efektif
 El  j(Ll )I2
2 2
untuk primer
El  j(Ll )I1
1 1
maka resistansi bocor dari primer dan sekunder adalah :
x1  Ll1  N12l1 ……………………………………..(2 – 9)

x 2  Ll 2  N 22l 2 ………………………..…………..(2-10)

2.3.1.3 Penguatan Inti ( Arus Penguatan )

Besarnya fluks yang terjadi pada inti sebuah transformator bisa kita peroleh ber-
dasarkan hukum Faraday :
d
e1  N1
dt

Mesin Listrik I 2- 9
1
  e1dt
N1

e1  2E1 sin(t  ) ………………………………….…………….(2 – 11)

2E1
maka  cos(t  )
N1

2E1 1 V1
dan   ……………………………………………….(2 – 12)
N1 2f N1
persamaan diatas juga menyatakan jika tegangan sinusoidal (juga fluks) , tetapi lagging
dari tegangan sebesar 90 .
Inti transformator merupakan elemen yang bersifat nonlinear. Seperti yang dijelaskan
pada sub bab sebelumnya bahwa pada inti akan timbul rugi histerisis, ditambah ber-
ubah-ubahnya fluks inti oleh tegangan induksi didalam inti itu sendiri .
Tegangan ini menyebabkan “ eddy like currents” bersirkulasi didalam inti. “ Eddy
Currents” menyebabkan rugi-rugi I 2 R didalam inti .

  F1  F2  N1i1  N 2i 2 A.t
kemudian bagi kedua sisi persamaan dengan N1

 i1  i 2 K  i ex
N1
  N1i ex
 N1(i   i h  e )
dimana N1i  magnetisasi inti dan N1i h  e untuk mengetahui histerisis dan menyeim-
bangkan ggm yang diakibatkan oleh “Eddy Currents” .
 i ex  i   i h  e

E E1
Xm  1 dan R c  ………………………………….(2 – 13)
I Ih e
Rugi inti dalam watt
E 2
Pc  E1.I h  e  I h  e 2 R c  1 Watt …………………………..(2 -14)
Rc

2.3.1.4 Rangkaian Ekuivalen Secara Lengkap


Berdasarkan pembahasan sebelumnya kita telah membahas rugi-rugi yang terjadi dida-
lam sebuah transformator, maka untuk memudahkan menganalisis kerja transformator
tersebut dapat dibuat rangkaian ekuivalen dan vektor diagramnya. Rangkaian ekuivalen
ini dapat dibuat dengan acuan sisi primer atau acuan sisi sekunder .

Mesin Listrik I 2 - 10
 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
1 1
R1 X1 X2 R2 I 2K
+ K 2
K2
+ I ex •
Ih e I
E ZL V2
V1 E  2
Rc Xm 1 K K 2 K

- -•
Gambar 2.15 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer

I 2 K  I 2' R eq1 X eq1


+
+
I ex •
Ih e I
Z '
E2 eq ZL V2
V1 E1 
Rc Xm K K 2 K

- -•
Gambar 2.16 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan

Yang dimaksud dengan acuan sisi primer adalah apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer dan harganya perlu dikalikan dengan faktor
1
(Gambar 2.15). Untuk memudahkan dalam menganalisis, rangkaian ekuivalen pa-
K 2
da gambar 2.15 dapat disederhanakan lagi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.16.
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat menentukan nilai parameter yang ada pada
transformator tersebut berdasarkan persamaan-persamaan berikut ini.

Impedansi ekuivalen transformator adalah :


R X
Z eq1  (R1  2 )  j(X1  2 )
K2 K2
 R eq1  jX eq1 .............................................................(2 – 15)
dimana
R2
R eq1  R1  …………………………………..……(2 – 16)
K2
X2
X eq1  X1  ……………..…………………………(2– 17)
K2
V1  E1  I1.R1  I1.X1 ……..……………………….....(2– 18)
V2  E 2  I 2 .R 2  I 2 .X 2 …………………..…………..(2– 19)

Mesin Listrik I 2 - 11
E2 N2 E
  K atau E1  2 ………….………………...(2 -20)
E1 N1 K
maka :
1
E1  (I 2 .Z L  I 2 .R 2  I 2 .X 2 )
K
I 2' N 2 I 2'
sedangkan   K atau I 2 
I2 N1 K
sehingga
1 I 2' I ' I '
E1  ( Z L  2 R 2  2 X 2 ) ……………………..(2 – 21)
K K K K
V
dan V1  2  I1 (R eq1  jX eq1 ) ………………………….…(2 – 22)
K

 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder


I1
R 1K 2 X1 K 2 X2 R2
K + I2
+ I ex •
K

V1K R cK 2 Xm K 2 ZL V2
E 2  E1 K

- -•
Gambar 2.17 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder
I1
R eq 2 X eq 2
K +
+
I ex •
K
Z
V1K E 2  E1 K
eq 2 Z L  V2
R cK 2 Xm K 2

- -•
Gambar 2.18 Rangkaian Ekuivalen Transformator dengan Acuan Sisi Sekunder
yang disederhanakan

Rangkaian ekuivalen transformator bisa dibuat dengan acuan sisi sekunder


(Gambar 2.17), untuk itu parameter rangkaian primer harus dinyatakan dalam harga
rangkaian sekunder dan harganya perlu dikalikan dengan K 2 .

Mesin Listrik I 2 - 12
V1K
I 2 Z eq 2
I 2 X eq 2
 V2
I 2 R eq 2
I2

Gambar 2.19 Diagram Vektor Sisi Sekunder

Zeq 2  (R1K 2  R 2 )  j(X1K 2  X 2 )

 R eq 2  jX eq 2 ) ……………………….…………………..(2-23)

dimana R eq 2  R1K 2  R 2 ) ……………………………………………...(2-24)

X eq 2  X1K 2  X 2 ……………………………………………….(2-25)

E1  V1  (I1.R1  I1.X1) ………………………………………….(2-26)


V2  E 2  (I 2 .R 2  I 2 .X2 ) ………………………………………(2-27)
E 2  KV1  (I2.K.R1  I2.K.X1)


 K.V1  (I 2 .K 2 .R1  I 2 .K 2 .X1)……………………..…….(2-28)
dan V2  E 2  (I 2 .R 2  I 2 .X2 )


 KV1  (I 2 .K 2 .R1  I 2 .K 2 .X1)  (I 2 .R 2  I 2 .X 2 )
 K.V1  I 2 (R eq 2  jX eq 2) …………………………………(2-29)

2.3.2 Perkiraan Tegangan Jatuh pada Transformator

Saat sebuah transformator dalam keadaan tanpa beban V1 kira-kira sama nilainya de-
ngan E1 , sehingga E 2  E1K . Juga E 2  oV2 , dimana oV2 adalah terminal tegangan
sekunder pada keadaan tanpa beban atau oV2  K.V1 . Perbedaan keduanya adalah se-
besar I 2 .Zeq 2 , sedangkan perkiraan tegangan jatuh pada sebuah transformator dengan
acuan tegangan sekunder.
Tegangan jatuh pada sebuah transformator dipengaruhi oleh nilai beban dan faktor daya
yang terhubung pada transformator tersebut.

 Faktor Daya “ Lagging “


Tegangan jatuh total I 2 .Zeq2  AC  AF dan diasumsikan sama dengan AG. Perkiraan
tegangan jatuh :

Mesin Listrik I 2 - 13
AG = AD + DG
 I 2 .R eq 2 .Cos  I 2 .X eq 2 .Sin  ………………………………………………(2 -30)
dengan asumsi 1  2  
C

V1K  oV2 I 2 Zeq 2


I 2 X eq 2
A D
O
2 V2 G F
I 2 R eq 2
I2
B E
Gambar 2.20 Transformator dengan Faktor Daya “ Lagging”

 Faktor Daya “ Leading “


Perkiraan tegangan jatuh untuk faktor daya Leading
 I 2 .R eq 2Cos   I 2 .X eq 2 .Sin  .........................................................................(2 – 31)

V1K  oV2 I 2 X eq 2

I2 I 2 Z eq 2

2 I 2 R eq 2
O
V2
Gambar 2.21 Transformator dengan Faktor Daya “ Leading”

 Faktor Daya “ Unity “


C

I 2 Zeq 2
I 2 X eq 2

V1K  oV2

A B
O
I2 V2 I 2 R eq 2

Gambar 2.22 Transformator dengan Faktor Daya “ Unity”


Secara umum, perkiraan tegangan jatuh pada transformator adalah :
= I 2 .R eq 2 .Cos   I 2 .X eq 2Sin  ………………………………………………(2 – 32)
Perkiraan tegangan jatuh dilihat dari sisi primer adalah :

Mesin Listrik I 2 - 14
= I1.R eq1.Cos   I1.X eq1.Sin  .........................................................................(2 – 33)
Prosentase tegangan jatuh dilihat dari sisi sekunder :
I 2 .R eq 2 .Cos   I 2 .X eq 2 .Sin 
 x100%
oV2
100%xI 2 .R eq 2 100%xI 2 .X eq 2
 Cos   Sin 
oV2 oV2

 Vr Cos   VxSin  ……………………………………………….…….(2 - 34)

2.3.3 Efisisensi Transformator

Daya Keluar
Efisiensi =  =
Daya Masuk
Daya _ Keluar

Daya _ Keluar  Rugi 2

dimana  Rugi = Pcu  Pi


Rugi
  1 ..........................................................................(2 – 35)
Daya _ Masuk

2.3.4 Perubahan Efisiensi Terhadap Beban

Rugi Cu ( Pcu ) = I12 .R eq1 atau I 2 2 R eq 2  Wc

Rugi Inti ( Pi ) = Rugi Histeris + Rugi Arus Pusar ( Eddy Current)


= Ph + Pe
Daya Masuk Primer = V1.I1.Cos1
V .I .Cos1  Rugi
 1 1
V1.I1.Cos1

V1.I1.Cos1  I12 .R eq1  Pi


 .
V1.I1.Cos1

I1.R eq1 Pi
 1  ......................................(2 – 36)
V1.Cos1 V1.I1.Cos1

Diferensialkan kedua sisi dengan I 1 , maka

d R eq1 Pi
0 
dI1 V1.Cos1 V .I 2 .Cos
1 1 1

Mesin Listrik I 2 - 15
d
untuk mendapatkan  maksimum , = 0 , sehingga persamaan menjadi :
dI1

R eq1 Pi
 atau
V1.Cos1 V1.I12 .Cos1

Pi  I12 .R eq1 ………………………………………….(2 -37)

dari persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan , untuk beban tertentu , efisiensi mak-
simum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti .

2.3.5 Pengaturan Tegangan

Pengaturan Tegangan (Regulation Voltage) suatu transformator adalah perubahan te-


gangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor daya tertentu,
dengan tegangan primer konstan.

Ada dua macam pengaturan tegangan yaitu, Regulation Down (Reg Down) dan
Regulation Up (Reg Up) :

oV2  V2
% Reg Down  x100% ………………………………………………..(2 – 38)
oV2
oV2  V2
% Reg Up  x100% ………………………………………………..(2 – 39)
V2
Tegangan sisi sekunder tanpa beban sebagai referensi (acuan) adalah :
E
E 2 '  2  E1  V1
K
dan jika tegangan terminal sekunder beban penuh sebagai referensi primer
V
V2 '  2
K
V1  V2 '
% Pengaturan (Regulation)  x100%
V1
I1 .R eq1 .Cos  I1 .X eq1 .Sin
 x100%
V1
 Vr Cos  Vx .Sin …………………………….(2 – 40)

Mesin Listrik I 2 - 16
2.4 Pengaruh Perubahan Faktor Daya Beban terhadap Efisiensi

0,99
EFISIENSI

0,98

0,97

0,96
0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50
BEBAN PENUH
Gambar 2.23 Pengaruh Perubahan Faktor Daya
Rugi
  1
V2 .I 2 .Cos  Rugi
Rugi / V2 .I 2
 1 ………………………………………(2 -41)
Cos  Rugi / V2 .I 2

bila Rugi / V2 .I 2  x  Kons tan ,


x x / Cos
maka  1    1 ……………………..(2-42)
Cos  x 1  x / Cos

2.5 Pengujian Transformator

Untuk menganalisis transformator berdasarkan rangkaian ekuivalen, maka perlu dike-


tahui parameter-parameter yang ada pada transformator tersebut. Parameter transforma-
tor bisa diketahui dari datasheet yang diberikan oleh pabrik pembuat atau bila tidak ada
bisa diketahui berdasarkan hasil percobaan.

Dua macam percobaan yang terpenting adalah percobaan beban nol (tanpa beban) dan
percobaan hubung singkat. Percobaan beban dilakukan untuk mengetahui rugi inti dari
transformator, sedangkan percobaan hubung singkat dilakukan untuk mengetahui rugi
tembaganya.

Mesin Listrik I 2 - 17
2.5.1 Percobaan Beban Nol

Pada saat sisi sekuder dari transformator tidak diberi beban (Gambar 2.24), tegangan si-
si primer hanya akan mengalirkan arus pada rangkaian primer yang terdiri dari impe-
dansi bocor primer Z1  R1  jX1 dan impedansi penguat-an : Zm  R c  jX m .Kare-
na umumnya Z1 jauh lebih kecil dari Z m , maka Z1 biasa diabaikan tanpa menim-
bulkan suatu kesalahan yang berarti, rangkaian ekuivalennya (Gambar 2.25).

Ø
A W

Suplai V N1 N2
No
1 Fasa Load

Gambar 2.24 Rangkaian Percobaan Beban Nol

I ex  I 0
I ex I  Im
Ih e I
V1
Rc Xm
0

Ihe  Ic
Gambar 2.25 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Beban Nol
Pada umumnya percobaan beban nol dilakukan dengan alat ukur diletakkan di sisi tega-
ngan rendah dengan besarnya tegangan yang diberikan sama dengan tegangan nominal-
nya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih berbahaya ;
b) Alat-lat ukur tegangan rendah lebih mudah didapat.
Dari hasil penunjukkan alat –alat ukur didapat nilai sebagai berikut :
I 0  I c 2  I m 2 ……………………………………..…….(2 – 43)
P0  V1.I 0 .Cos0 ..................................................................(2 – 44)
I c  I 0 .Cos0 dan Im  I 0 .Sin 0
V0 V0 2
Rc   ……………………………………………(2 – 45)
Ic P0
V
X m  0 ..............................................................................(2 – 46)
Im

Mesin Listrik I 2 - 18
2.5.2 Percobaan Hubung Singkat

Pada saat melakukan percobaan hubung singkat, sisi tegangan rendah transformator di
hubung singkat (Gambar 2.26), alat ukur diletakkan di sisi tegangan tinggi dengan nilai
arus dan tegangan yang telah direduksi (dikurangi), tegangan yang diberikan  5%-
10% dari harga nominalnya.
Nilai arus yang melalui kumparan yang dihubung singkat sama dengan arus nomi-
nalnya, oleh karena besarnya V2 sama dengan nol, maka besarnya E 2 adalah sama
dengan rugi tegangan pada belitan sekundernya.

Ø
A W

Suplai V A Hub
1 Fasa
Singkat

Gambar 2.26 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat


R eq X eq

Z
eq
V

Gambar 2.27 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Hubung Singkat


E 2HS  I 2 .Z2
sedangkan dalam keadaan normal E 2  V2  I 2 .Z2 , karena itu didalam percobaan hu-
bung singkat ini E 2HS hanya 5 % - 10% dari E 2 . Daya yang diserap pada saat per-
cobaan hubung singkat ini dapat dianggap sama dengan besarnya kerugian tembaga
pada kedua sisi kumparan tersebut.

PHS  I12 .R1  I 2 2 .R 2


 I12 .R1  (I 2' ) 2 .R 2 '
 I12 .(R1  R 2' )  I12 .R eq1
P
 R eq1  HS ………………………………………..(2 – 47)
I12

Mesin Listrik I 2 - 19
jika resistansi ekuivalen diperoleh dari percobaan hubung singkat tersebut akan diguna-
kan untuk memperhitungkan efisiensi , maka resistasni ini harus dikoreksi pada tempe-
ratur kerja yaitu 75C , sehingga :
234,5  75
R 75  R. ……………………………………………..(2 -48)
234,5  t
V
Zeq1  HS .................................................................................(2 -49)
I1

X eq1  ( Zeq1) 2  (R eq1) 2 ……………………………………(2 -50)

PHS
CosHS  ………………………………………………...(2 -51)
VHS.I1

2.5.3 Penentuan Polaritas Transformator Satu Fasa

Cara melilit kumparan transformator sangat menentukan tegangan induksi yang dibang-
kitkan dan polaritas dari transformator tersebut (Gambar 2.28). Bila sisi primer diberi
tegangan, akan menghasilkan arah tegangan induksi seperti ditunjukkan arah panah.
Terminal H1 mempunyai polaritas yang sama dengan L1 yaitu positif (+), sedangkan
H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).

Gambar 2.28 Penentuan Polaritas Transformator

Posisi polaritas seperti tersebut diatas disebut dengan polaritas pengurangan, sebalik-
nya jika polaritas H1 (+) = L2 (+) dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit kumparan
sekunder sebaliknya dari kondisi pertama, maka disebut polaritas penjumlahan.

Penentuan polaritas seperti tersebut dijelaskan diatas bisa diketahui dengan cara
melakukan pengukuran tegangan sebagai berikut, bila :

 Va<VH disebut polaritas pengurangan.


 Va >VH disebut polaritas penjumlahan.

Mesin Listrik I 2 - 20
2.6 Paralel Transformator

Penambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel diantara trans-
formator. Tujuan utama kerja paralel ialah supaya beban yang dipikul sebanding dengan
kemampuan KVA masing-masing transformator, sehingga tidak terjadi pembebanan
yang berlebihan.

Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat :


1. Kumparan primer dari transformator harus sesuai dengan tegangan dan frekuensi
sistem suplai (jala – jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan harus sama ;
4. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama ;
5. Perbandingan reaktansi terhadap resistansi sebaiknya sama.

V1 • • V2

Busbar Sekunder
Busbar Primer

• •

Gambar 2.29 Rangkaian Paralel Transformator Satu Fasa

2.6.1 Paralel Dua Transformator dalam Keadaan Ideal

Keadaan ideal dari dua transformator mempunyai perbandingan tegangan sama dan
mempunyai segitiga tegangan impedansi yang sama dalam ukuran dan bentuk. Segitiga
ABC menunjukkan segitiga tegangan impedansi yang sama dari kedua transformator.
Arus I A dan I B dari masing-masing transformator sefasa dengan arus beban I dan
berbanding terbalik terhadap masing-masing impedansinya,

Mesin Listrik I 2 - 21
ZA
IA
I  I A  IB
IB

ZB
V1 E E V2 Beban=ZL

a. Rangkaian Paralel dua buah Transformator


C

E I .Z

I .X
 V2 A
I .R
IA
B
IB
I
b. Diagram Vektor Paralel dua Transformator
Gambar 2.30 Paralel dua buah Transformator dalam Keadaan Ideal

I  IA  IB
V2  E  I A .ZA  E  I B .ZB  E  I.ZAB
IA I
I A .ZA  I B .ZB atau  B
ZB ZA
I.Z B
IA  .........................................................................(2 – 52)
(Z A  Z B )
I.Z A
dan IB  .........................................................................(2 – 53)
(ZA  Z B )

ZA , ZB = Impedansi dari masing-masing transformator


I A , I B = Arus masing-masing transformator

2.6.2 Paralel Transformator Perbandingan Tegangan Sama

Diasumsikan tegangan tanpa beban dari kedua transformator dari kedua sekunder sama
E A  E B  E , tidak ada perbedaan fasa antara E A dan E B , hal ini dapat dilakukan ji-
ka arus magnetisasi dari kedua transformator tidak terlampau jauh berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Dibawah kondisi ini, kedua sisi primer dan sekunder dari ke-
dua transformator dapat dihubungkan secara paralel dan tidak ada arus sirkulasi antara
keduanya saat tanpa beban. Bila admitansi magnetisasi diabaikan, kedua transformator

Mesin Listrik I 2 - 22
dapat dihubungkan dengan rangkaian ekuivalen seperti diperlihatkan pada Gambar 2.31,
dan vektor diagramnya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.32
ZA
IA
I  I A  IB
IB

ZB
V1 E E V2 Beban = ZL

IA
I  I A  IB

IB
ZB
V2 Beban= ZL

Gambar 2.31 Rangkaian Ekuivalen Paralel Transformator Tegangan Sama


ZA , ZB = Impedansi dari masing-masing transformator.
I A , I B = Arus masing-masing transfor-mator
V2 = Tegangan terminal
I = Arus total
I A .ZA  I B.ZB  I.ZAB
ZB ZA
V2 .I A  V2 .I dan V2 .I B  V2 .I
ZA  ZB ZA  ZB
sedangkan V2 .I.x10 3  S kombinasi daya beban dalam KVA dan daya dalam KVA
untuk masing-masing transformator adalah :
ZB ZA
SA  S dan SB  S ...................(2 – 54)
ZA  ZB ZA  ZB
C

EA 
EB
.Z B
IB
A
X

.Z A
A.

IB .X

IA
I

B V2
IB
A I A .R A I B .R B

IA
Gambar 2.32 Vektor Diagram Paralel Transformator Tegangan Sama

Mesin Listrik I 2 - 23
2.7 Autotransformator

Autotransformator adalah transformator yang hanya terdiri dari satu kumparan yang ha-
nya berfungsi sebagai sisi primer dan sekunder (Gambar 2.39).

Gambar 2.33 Rangkaian Autotransformator

Bila tegangan pada sisi primer V1 dan arus I1, tegangan pada sisi sekunder V2 dan
arus I2. Daya semu bisa mencermikan banyaknya bahan yang digunakan untuk pem-
buatan transformator tersebut. Besaran tegangan merupakan ukuran mengenai banyak-
nya inti yang dipakai, sedangkan arus berbanding lurus dengan banyaknya kawat tem-
baga yang dipakai dalam pembuatan transformator tersebut.

Pada transformator “biasa” yang terdiri dari dua kumparan yang terpisah secara listrik,
banyaknya bahan yang digunakan untuk primer dan sekunder bisa diperkirakan dengan
persamaan :
Stb  V1.I1  V2 .I 2 ........................................................................(2 – 55)
Bila kerugian-kerugian didalam transformator dapat diabaikan, maka untuk pendekatan,
persamaan untuk transformator biasa adalah :
Stb  2.V1.I1 2.V2 .I 2 …………………………………………...(2 – 56)
untuk autotransformator pendekatannya adalah :
StA  V1.I  V3.I 2 ………………………………………………(2 – 57)
sedangkan :
I1  I  I 2 ,maka I  I1  I 2 ……………………………………..(2 – 58)
maka :
S tA  V1 (I1  I 2 )  (V2  V1 )I 2
 V1.I1  V1.I 2  V2 .I 2  V1.I 2
 V1.I1  V2 .I 2  2.V1.I 2

Mesin Listrik I 2 - 24
bila rugi-rugi dibaikan maka dapat ditulis :
StA  2.V1.I1  2V1.I 2  2.V2 .I 2  2.V1.I 2

Perbandingan antara daya Autotransformator S tA dengan daya tipe sebagai transfor-


mator biasa Stb , adalah :
S tA 2.V2 .I 2  2.V1.I 2 V2  V1 V
   1 1
S tb 2.V2 .I 2 V2 V2

dari persamaan diatas dapat dilihat untuk nilai V1 dab V2 yang tidak jauh berbeda,
S
misalnya V1:V2 = 0,9, maka perbandingan tA  10,9 0,1 ini menunjukkan dengan
Stb
menggunakan autotransformator diperlukan bahan 10% lebih hemat daripada trans-
formator biasa.

Autotransformator banyak digunakan di:


 Industri untuk alat pengasut (start) motor induksi tiga fasa rotor sangkar.
 Rumah-rumah untuk menaikkan tegangan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pera-
latan listrik rumah tangga.

2.8 Transformator Pengukuran

Untuk melakukan pengukuran tegangan atau arus yang berada di gardu-gardu listrik
atau pusat pembangkit tenaga listrik biasanya tidak dilakukan secara langsung karena
karena nilai arus/tegangan yang harus diukur pada umumnya tinggi. Apabila pe-
ngukuran besaran-besaran listrik ini dilakukan secara langsung, maka alat-alat ukur
yang harus disediakan akan menjadi sangat mahal karena baik dari ukuran fisik maupun
ratingnya memerlukan perancangan secara khusus.

Untuk mengatasi hal tersebut maka yang dibuat secara khusus bukan alat ukurnya,
melainkan transformatornya, dengan cara ini harganyapun relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan pembuatan alat ukur khusus.

Transformator khusus ini disebut transformator pengukuran (instrumen). Ada dua jenis
transformator pengukuran, yaitu :

1. Transformator Arus yang menurunkan arus menurut perbandingan tertentu.


2. Transformator tegangan yang menurunkan tegangan menurut perbandingan tertentu.

2.8.1 Transformator Arus

Transformator arus (Gambar 2.40) digunakan untuk mengukur arus beban pada sebuah
rangkaian. Dengan penggunaan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat
diukur hanya dengan menggunakan Ampermeter yang rangenya tidak terlalu besar.

Mesin Listrik I 2 - 25
Gambar 2.34 Transformator Arus

2.8.2 Transformator Tegangan

Prinsip kerja transformator tegangan sebenarnya sama dengan sebuah transformator


biasa, yang membedakannya adalah dalam perbandingan transformasinya, dimana
transformator tegangan memiliki ketelitian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
transformator biasa. Transformator tegangan biasanya mengubah tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah.

Misalnya pada sebuah Gardu distribusi yang mempunyai tegangan 20 KV dengan trans-
formator tegangan diturunkan menjadi 200 Volt yang digunakan untuk pengukuran.
Untuk mencegah terjadinya perbedaan tegangan yang besar antara kumparan primer
dengan sekunder, karena adanya kerusakan isolasi pada kumparan primer, maka pada
sisi sekunder perlu dipasang pembumian.

Gambar 2.35 Transformator Tegangan

Mesin Listrik I 2 - 26
Latihan :

1. Sebuah transformator satu fasa menyerap arus 0,75 Ampere saat sisi primer dihu-
bungkan dengan tegangan suplai 220 volt, 50 Hz, sisi sekunder dalam keadaan
terbuka. Daya yang diserap 64 Watt . Hitung besarnya arus inti ( I c ) dan arus
magnetisasi ( I m ) .

2. Sebuah transformator satu fasa ideal mempunyai lilitan primer 525 dan sekunder 70
lilit. Sisi primer dihubungkan dengan tegangan suplai 3.300 Volt, bila rugi-rugi dia-
baikan, hitung besarnya tegangan sekunder dan berapa arus primer jika arus
sekunder 250 Ampere .

3. Sebuah transformator satu fasa 50 Hz mempunyai lilitan primer 20 dan sekunder 273
lilit. Luas penampang inti transformator 400 Cm 2 . Bila kumparan primer dihubung-
kan dengan tegangan 220 Volt . Hitung nilai kerapatan flux dalam inti dan besarnya
tegangan yang diinduksikan pada sisi sekunder .

4. Sebuah transformator satu fasa mempunyai lilitan primer 400 . Luas penampang inti
60 Cm 2 dan panjang jalur magnetik 0,8 m . Tegangan sisi primer 500 Volt, 50 Hz.
Hitung besarnya kerapatan flux di dalam inti dan arus magnetisasi, bila diasumsikan
permeabilitas relatif bahan inti 2000 .

5. Sebuah transformator satu fasa 30 KVA , 2400/120 Volt, resistansi sisi tegangan
tinggi 0,1 Ohm dan reaktansinya 0,22 Ohm. Sisi tegangan rendah mempunyai
resistansi 0,035 Ohm dan reaktansi 0,012 Ohm . Hitung :
a. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi sekunder

6. Sebuah transformator satu fasa 50 KVA , 4400/220 Volt , mempunyai R1  3,45


Ohm , X1  5,2 Ohm , R 2  0,009 Ohm , dan X 2  0,015 Ohm
a. Resistansi , reaktansi, dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi, dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi sekunder
c. Total rugi tembaga (Pcu primer dan sekunder) .

7. Sebuah transformator satu fasa mempunyai data sebagai-berikut :


Perbandingan lilitan 19 : 5 ; R 1  25 Ohm , X1  100 Ohm , R 2  0,06 Ohm , dan
X 2  0,25 Ohm . Arus beban nol 1,25 Ampere dan Leading dari Flux 30 .
Sisi sekunder menyalurkan arus sebesar 200 Ampere pada tegangan terminal 500
Volt dan faktor daya 0,8 Lagging. Tentukan dengan bantuan Vektor diagram, tega-
ngan sisi primer dan faktor daya pada sisi primer.
Catt : V2  500Volt  5000  500  j0
I 2  200(0,8  j0,6)
Z2  (0,06  j0,25)

Mesin Listrik I 2 - 27
8. Sebuah transformator satu fasa 230/460 Volt , sisi primer mempunyai resistansi 0,2
Ohm dan reaktansi 0,5 Ohm, sedangkan sisi sekunder mempunyai resistansi 0,75
Ohm dan reaktansi 1,8 Ohm. Hitung besarnya tegangan terminal sekunder saat
menyalurkan arus 10 Ampere dengan faktor daya 0,8 lagging .

9. Sebuah transformator satu fasa 50 KVA , 4400/220 Volt , mempunyai R1  3,45


Ohm , X1  5,2 Ohm , R 2  0,009 Ohm , dan X 2  0,015 Ohm . Hitung besarnya
tegangan terminal sisi sekunder saat transformator menyalurkan arus beban penuh
dengan faktor daya 0,866 lagging .

10. Parameter Transformator satu fasa 2300/230 Volt, 50 Hz adalah sebagai berikut :
R1  0,286 Ohm R 2'  0,319 Ohm R C  250 Ohm
X1  0,73 Ohm X 2'  0,73 Ohm Xm  1250 Ohm
Impedansi beban pada sisi sekunder Z L  0,387  j0,29 Ohm
Hitung besarnya Daya input di sisi primer dan daya ouput di sisi sekunder,
penyelesaian dengan menggunakan rangkaian ekuivalen .

11. Saat Transformator satu fasa dihubungkan dengan tegangan 1.000 Volt, 50 Hz, rugi
intinya adalah 1.000 Watt, yang terbagi atas 650 Watt akibat rugi Histeris dan 350
Watt akibat rugi arus pusar (Eddy Current losss) . Apabila tegangan yang diberikan
pada transformator dinaikkan menjadi 2.000 Volt dan frekuensinya 100 Hz , hitung
rugi inti yang terjadi pada tegangan 2.000 Volt dan frekuensi 100 Hz tersebut .

12. Untuk memperoleh rangkaian ekuivalen dari sebuah transformator satu fasa 200/400
Volt, 50 Hz dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut
diperoleh data sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan Arus (A) Daya Keterangan
(Volt) (Watt)
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 85 Alat Ukur di Teg Tinggi

Hitung besarnya tegangan terminal sekunder saat menyalurkan daya 5 Kw dengan


faktor daya 0,8 lagging , tegangan yang diberikan pada sisi primer 200 Volt .

13. Untuk memperoleh nilai R eq1 , X eq1 , R c , X m seperti diperlihatkan pada gambar
rangkaian ekuivalen sebuah transformator satu fasa 4 KVA, 200/400 Volt , 50 Hz
dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut diperoleh data
sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan Arus (A) Daya (Watt) Keterangan
(Volt)
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 80 Alat Ukur di Teg Tinggi

Mesin Listrik I 2 - 28
Selain menentukan nilai parameter rangkaian, tentukan juga prosentase regulasi
tegangan saat beban penuh dengan faktor daya a.) 0,8 Lagging dan b ) 0,8
Leading.

R eq1 X eq1

I ex •
Ih e I
V1
Rc Xm V2'

Mesin Listrik I 2 - 29
BAB III
Transformator Tiga Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami tentang prinsip kerja, konstruksi/susunan belitan dan inti, hubungan


antara belitan transformator, dan macam-macam hubungan belitan transformator.
2. Memahami tentang standard kode hubungan dan kerja paralel transformator tiga
fasa.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari transformator tiga fasa
dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan hubungan antara belitan
transformator dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang macam-macam hubungan belitan transfor-
mator Bintang, Segitiga, T - T, V - V, Zigzag dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang standard kode hubungan transformator
tiga fasa dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan kerja paralel transformator 3
fasa dengan benar.

Lembar Informasi :

Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah transformator satu
fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada sistem kelistrikannya yaitu sistem
satu fasa dan tiga fasa. Sehingga sebuah transformator tiga fasa bisa dihubung bintang,
segi-tiga, atau zig-zag.

Transformator tiga fasa banyak digunakan pada sistem transmisi dan distribusi tenaga
listrik karena pertimbangan ekonomis. Transformator tiga fasa banyak sekali me-
ngurangi berat dan lebar kerangka, sehingga harganya dapat dikurangi bila diban-
dingkan dengan penggabungan tiga buah transformator satu fasa dengan “rating” daya
yang sama.

Tetapi transformator tiga fasa juga mempunyai kekurangan, diantaranya bila salah satu
fasa mengalami kerusakan, maka seluruh transformator harus dipindahkan (diganti), te-
tapi bila transformator terdiri dari tiga buah transformator satu fasa, bila salah satu fasa
transformator mengalami kerusakan. Sistem masih bisa dioperasikan dengan sistem “
open delta “.

Mesin Listrik I 3-1


3.1 Konstruksi Transformator

a. Bagian dalam Transformator b. Bagian luar Transformator


Gambar 3.1 Konstruksi Tranformator Tiga Fasa

Secara umum sebuah transformator tiga fasa mempunyai konstruksi hampir sama, yang
membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung pada letak pe-
masangan, sistem pendinginan, pengoperasian, fungsi dan pemakaiannya. Bagian uta-
ma, alat bantu, dan sistem pengaman yang ada pada sebuah transformator daya (Gambar
3.1), adalah :

 Inti Besi Transformator

Seperti telah dijelaskan pada pembahasan transformator satu fasa inti besi berfungsi se-
bagai tempat mengalirnya fluks dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Sama
seperti transformator satu fasa, berdasarkan cara melilit kumparanya ada dua jenis, yaitu
tipe inti (Gambar 3.2) dan tipe cangkang (Gambar 3.3).

Gambar 3.2 Transformator Tipe Inti Gambar 3.3 Transformator Tipe Cangkang

Mesin Listrik I 3-2


 Kumparan Transformator

Kumparan transformator terdiri dari lilitan kawat berisolasi dan membentuk kumparan.
Kawat yang dipakai adalah kawat tembaga berisolasi yang berbentuk bulat atau plat.
Kumparan-kumparan transformator diberi isolasi baik terhadap kumparan lain maupun
inti besinya. Bahan isolasi berbentuk padat seperti kertas prespan, pertinak, dan lain-
nya.

 MinyakTransformator

Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti transfor-
mator direndam di dalam minyak transformator, minyak juga berfungsi sebagai isolasi.
Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
 Mempunyai kekuatan isolasi (Die-lectric Strength);
 Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
kecil dapat mengendap dengan cepat;
 Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersikulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik;
 Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap;
 Sifat kimia yang stabil.

 Tangki Transformator

Tangki transformator berfungsi untuk menyimpan minyak transformator dan sebagai


pelindung bagian-bagian transformator yang direndam dalam minyak. Ukuran tangki
disesuaikan dengan ukuran inti dan kumparan.

 Konservator Transformator

Konservator merupakan tabung berisi minyak transformator yang diletakan pada


bagian atas tangki. Fungsinya adalah :
 Untuk menjaga ekspansi atau meluapnya minyak akibat pemanasan;
 Sebagai saluran pengisian minyak.

 Sistem Pendinginan Transformator

Sistem pendinginan pada transformator dibutuhkan supaya panas yang timbul pada inti
besi dan kumparan dapat disalurkan keluar sehingga tidak merusak isolasi didalam
transformator. Media yang digunakan pada sistem pendinginan dapat berupa : udara/
gas, minyak dan air. Sirkulasinya dilakukan secara : alamiah (natural) dan atau
paksaan (forced).

 Bushing Transformator

Bushing transformator adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk meng-


hubungkan kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung
isolator. Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki

Mesin Listrik I 3-3


transformator. Bahan bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang
(Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Bushing Transformator Gambar 3.5 Alat Pernafasan

 Alat Pernapasan

Naik turunnya beban transformator dan suhu udara sekeliling transformator, mengaki-
batkan suhu minyak berubah-ubah mengikuti perubahan tersebut. Bila suhu minyak
naik, minyak memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki
dan bila suhu turun sebaliknya udara akan masuk. Keadaan ini merupakan proses per-
napasan transformator. Tetapi udara luar yang lembab akan menurunkan nilai tegangan
tembus minyak. Untuk mencegah hal itu transformator dilengkapi dengan alat perna-
fasan (Gambar 3.5) yang berupa tabung berisi zat hygros-kopis,seperti kristal silikagel.

 Tap Changer

Tap changer (Gambar 3.6) adalah alat yang berfungsi untuk mengubah perbandingan
lilitan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder sesuai
yang dibutuhkan oleh tegangan jaringan (beban) atau karena tegangan sisi primer yang
berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban
(on load) atau keadaan tidak berbeban(off load). Untuk tranformator distribusi peru-
bahan tap changer dilakukan dalam keadaan tanpa beban.

 Sirip-sirip Pendingin atau Radiator

Berfungsi untuk memperluas daerah pendinginan, yaitu daerah yang berhubungan lang-
sung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.

Mesin Listrik I 3-4


Gambar 3.6 Tap Changer

 Alat Indikator

Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media bantu
yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :
 suhu minyak ;
 permukaan minyak ;
 sistem pendinginan ;
 posisi tap.

Gambar 3.7 Indikator Level Minyak Gambar 3.8 Indikator Temperatur

 Rele Buchholz (Buchholz Relay)

Rele Buchholz biasa disebut juga rele gas, karena be-


kerjanya digerakan oleh pengembangan gas. Tekanan
gas akan timbul bila minyak mengalami kenaikan
temperatur yang diakibatkan oleh :
 Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam fasa;
 Hubung singkat antar fasa;
 Hubung singkat antar fasa ke tanah;
 Busur api listrik antar laminasi;
 Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.

Gambar 3.9 Rele Buchholz

Mesin Listrik I 3-5


Gas yang mengembang akan menggerakan kontak-kontak rangkaian alarm atau rangkai-
an pemutus.

 Plat Nama

Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat pema-
sangan maupun perbaikan. Data-data yang dicantumkan seperti : Phasa dan frekuensi,
daya nominal, tegangan primer/sekunder,kelompok hubungan, arus nominal, % arus hu-
bung singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lain-lain.

3.2 Hubungan Transformator Tiga Fasa

Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambung rangkaian listrik sebuah transfor-
mator tiga fasa, yaitu hubungan bintang, hubungan segitiga, dan hubu-ngan Zig-zag.

 Hubungan Bintang – bintang

Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, transformator
tegangan tinggi (Gambar 3.9). Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah isolasi minimum
1
karena tegangan fasa tegangan jala-jala (Line), juga tidak ada perubahan fasa
3
antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi sekunder dari transfor-
mator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban akan berubah kecuali titik
bintang dibumikan.

Gambar 3.10 Hubungan Bintang-bintang

Primer:
VL1
Vph1  Volt dan I L1  I ph1 …………………………………………………….……(3-1)
3
Sekunder:

Vph 2 
VL2
Volt dan IL2  Iph 2Amp K  Vph 2 ………………………………………………(3-2)
3 Vph1

Mesin Listrik I 3-6


 Hubungan Segitiga-Segitiga

Hubungan ini umumnya digunakan dalam sistem yang menyalurkan arus besar pada te-
gangan rendah dan terutama saat kesinambungan dari pelayanan harus dipelihara mes-
kipun satu fasa me-ngalami kegagalan (Gambar 3.10). Adapun beberapa keuntungan
dari hubungan ini adalah :

 Tidak ada perubahan fasa antara tegangan primer dengan sekunder.


1
 Luas penampang dari konduktor dikurangi karena arus fasa arus jala-jala
3
 Tidak ada kesulitan akibat beban tidak seimbang pada sisi sekunder.

Kerugian yang terjadi pada hubungan ini adalah :


 Lebih banyak isolasi dibutuhkan dibandingkan dengan hubungan bintang-bintang.
 Tidak adanya titik bintang memungkin, merupakan kerugian yang dapat memba-
hayakan. Bila salah satu jala-jala ke tanah karena kegagalan, tegangan maksimum
antara kumparan dan inti akan mencapai tegangan jala-jala penuh.

Gambar 3.11 Hubungan Segitiga – segitiga

Primer : VL1  Vph1 Volt dan I L1  3I ph1 …………………………………..….(3-3)

Sekunder:
VL2  Vph 2 dan I L2  3I ph 2 …………………………………………………..(3-4)
Vph 2
K
Vph1

 Hubungan Bintang - Segitiga

Hubungan transformator tipe ini pada prinsipnya digunakan, dimana tegangan diturun-
kan (Step - Down), seperti pada jaringan transmisi. Pada hubungan ini, perbandingan te-

Mesin Listrik I 3-7


gangan jala-jala 1 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder ter-
3
tinggal 30  dari tegangan primer.

Gambar 3.12 Hubungan Bintang –Segitiga

Primer :
Vph1  L1 Volt dan I L1  I ph1 Amp …………………………………………………………(3-5)
V
3

Sekunder :

I
Vph2  VL2 Volt dan I ph2  L2 Amp ....................................................................................(3-6)
3
Vph2
K
Vph1

 Hubungan Segitiga – Bintang

Hubungan ini umumnya digunakan, dimana diperlukan untuk menaikkan tegangan


(Step-Up), misalnya pada awal sistem transmisis tegangan tinggi. Dalam hubungan ini
perbandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan se-
kunder mendahului sebesar 30.

Primer
VL1  Vph1 Volt dan I ph1  L1 A ………………………………………………….….(3-7)
I
3

Sekunder:
Vph2  L2 Volt dan I L2  I ph2 A ……………………………………………………(3-8)
V
3
Vph2
K
Vph1

Mesin Listrik I 3-8


Gambar 3.13 Hubungan Segitiga-Bintang

Daya Total Tiga Fasa :

S = 3.VL .I L VA atau S  3.Vph.I ph VA …………………………………….……….(3-9)


P = 3.VL .I L .Cos Watt …………………………………………………………..(3-10)
Q = 3.VL .I L .Sin  Var ……………………………………………………..……(3-11)

 Hubungan Zig - Zag

Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga fasanya harus diusahakan
seimbang. Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik
bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang digunakan pemakai
akan berbeda-beda.
Untuk menghindari terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya adalah dengan meng-
hubungkan sisi sekunder dalam hubungan Zig-zag. Dalam hubungan Zig-zag sisi se-
kunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara khusus (Gambar 3.13) .

Gambar 3.14 Transformator Tiga Fasa Hubung Zig-zag

Mesin Listrik I 3-9


Ujung-ujung dari kumparan sekunder disambungkan sedemikian rupa, supaya arah alir-
an arus didalam tiap-tiap kumparan menjadi bertentangan. Karena e1 tersambung seca-
ra berlawanan dengan gulungan e2, sehingga jumlah vektor dari kedua tegangan itu
menjadi :

e Z1  e1  e 2 ;
e Z 2  e 2  e3

e Z3  e3 _ e1 ……………………………..…………………………(3-12)
_____________
e Z1  e Z2  e Z3  0  3e b ,

Teg titik bintang eb = 0


e e
e1  , nilai tegangan fasa e z  3 ……………………………………………(3-13)
2 2
Sedangkan tegangan jala-jala :
e
EZ  eZ 3  3 ………………………………………………………………..(3-14)
2

 Transformator Tiga Fasa dengan Dua Kumparan

Selain hubungan transforamator seperti telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, ada
transformator tiga fasa dengan dua kumparan. Tiga jenis hubungan yang umum diguna-
kan adalah :
 V - V atau “ Open  “
 “ Open Y - Open  “
 Hubungan T – T

Gambar 3.15 Hubungan V-V atau Open  Gambar 3.16 Hubungan Open Y -Open 

Misal tiga buah transformator satu fasa masing-masing mempunyai daya sebesar 10
KVA, bila dihubungkan V - V (Gambar 3.15) karena salah satu dilepas (sebelumnya
dihubungkan segitiga) maka dayanya tidak 2 x 10 KVA = 20 KVA, tetapi hanya 0,866
x 20 KVA = 17,32 KVA.
Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut :

Mesin Listrik I 3 - 10
 Daya S saat dihubungkan
 = 3.VL .I L VA ……………………………………………………………(3-15)
I
 I ph 2  L menjadi arus jala  jala
3
I 
 Daya S saat dihubungkan V - V = 3.VL . L   VL .I L VA …………..……(3-16)
 3
 Perbandingan daya saat Hubungan  dengan V -V adalah :
Ssaat V  V VL .I L 1
  x100%  57,7%
Ssaat  3.VL .I L 3

Kekurangan Hubungan ini adalah :


 Faktor daya rata-rata, pada V - V beroperasi lebih kecil dari P.f beban, kira-kira
86,6% dari faktor daya beban seimbang.
 Tegangan terminal sekunder cenderung tidak seimbang, apalagi saat beban ber-
tambah.
Hubungan Open Y - Open  diperlihatkan pada Gambar 3.15, ada perbedaan dari hu-
bungan V - V karena penghantar titik tengah pada sisi primer dihubungkan ke netral
(ground). Hubungan ini bisa digunakan pada transformator distribusi.

 Hubungan Scott atau T - T

Hubungan ini merupakan transformasi tiga fasa ke tiga fasa dengan bantuan dua buah
transformator (Kumparan). Satu dari transformator mempunyai “ Centre Taps “ pada si-
si primer dan sekundernya dan disebut “Main Transformer“. Transformator yang lain-
nya mempunyai “0,866 Tap “ dan disebut “Teaser Transformer “. Salah satu ujung
dari sisi primer dan sekunder “teaser Transformer” disatukan ke “ Centre Taps” dari
“ main transformer “. “ Teaser Transformer” beroperasi hanya 0,866 dari kemampuan
tegangannya dan kumparan “ main trnsformer “ beroperasi pada Cos 30  = 0,866 p.f,
yang ekuivalen dengan “ main transformer “ bekerja pada 86,6 % dari kemampuan daya
semunya.

Gambar 3.17 Hubungan Scott atau T-T

Mesin Listrik I 3 - 11
3.3 Pengujian Transformator Tiga Fasa

Pengujian yang harus dilakukan pada sebuah transformator tiga fasa biasanya disesuai-
kan dengan kebutuhannya (pengujian rutin, pengujian awal, dan pengujian akhir), jenis
pengujiannya juga cukup beragam, seperti :

 Pengujian Tahanan Isolasi


 Pengujian Tahanan Kumparan
 Pengujian Karektristik Beban Nol
 Pengujian Karektistik Hubung Singkat
 Pengujian Karakteristik Berbeban
 Pengujian Perbandingan Transformasi
 Pengujian Kelompok Hubungan
 Pengujian Tegangan Terapan
 Pengujian Tegangan Induksi
 Pengujian Kebocoran Tangki
 Pengujian Jenis

 Pengujian Tahanan Isolasi

Pengujian tahanan isolasi biasanya dilaksanakan pada awal pengujian dengan tujuan un-
tuk mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, untuk menghindari kegagalan
yang bisa berakibat fatal, sebelum pengujian selanjutnya dilakukan. Pengujian dilak-
sanakan dengan menggunakan Megger. Tahanan isolasi yang diukur diantaranya :
 Sisi Primer dan Sekunder
 Sisi Primer dan pembumian
 Sisi Sekunder dan pembumian

 Pengujian Tahanan Kumparan

Pengujian dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tahanan kumparan transfor-


mator. Data hasil pengujian digunakan untuk menghitung besarnya rugi tembaga pada
transformator tersebut.

 Pengujian Karakteristik Beban Nol

Pengujian Karakteristik Beban Nol atau Tanpa Beban dilakukan untuk mengetahui
besarnya kerugian daya yang disebabkan oleh rugi hysterisis dan eddy current pada inti
transformator dan besarnya arus yang pada daya tersebut. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi transformator dan sisi lainnya dibiar-
kan dalam keaadaan tanpa beban. Contoh untuk menghitung parameter-parameter
transformator tiga fasa dari hasil percobaan beban nol bisa dilihat pada tabel 5.1.
Persamaan yang terlihat pada tabel menandakan dimana alat ukur diletakkan.

Mesin Listrik I 3 - 12
Tabel 3.1 Parameter Pengujian Beban Nol

 Pengujian Karakteristik Hubung Singkat

Pengujian dilakukan dengan cara memberikan arus nominal pada salah satu sisi trans-
formator dan sisi yang lain dihubung singkat, dengan demikian akan dibangkitkan juga
arus nominal pada sisi yang di hubung singkat. Adapun tujuan dari pengujian ini adalah
untuk mengetahui besarnya rugi daya yang hilang akibat dari tembaga dari trans-
formator saat beroperasi.
Contoh untuk menghitung parameter-parameter transformator tiga fasa dari hasil per-
cobaan hubung singkat bisa dilihat pada tabel 5.2 dengan asumsi sisi tegangan rendah
di hubung singkat dan alat ukur ada di sisi tegangan tinggi, persamaan yang terlihat
pada tabel menunjukan dimana alat ukur diletakan.

 Pengujian Perbandingan Transformasi

Pengujian perbandingan transformasi atau belitan kumparan adalah untuk mengetahui


perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada se-
tiap tapping sehinggga tegangan keluaran yang dihasilkan oleh transformator sesuai
dengan yang spesikasi/rancangan.

Mesin Listrik I 3 - 13
Tabel 3.2 Parameter Pengujian Hub Singkat

 Pengujian Tegangan Terapan

Pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dilakukan untuk menguji kekuatan isolasi
antara kumparan dan rangka tangki. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tega-
ngan uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada :
 Sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan rangka tangki yang dibu-
mikan.
 Sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan rangka tangki yang dibu-
mikan.

 Pengujian Tegangan Induksi

Tujuan pengujian tegangan induksi adalah untuk mengetahui kekuatan isolasi antara la-
pisan dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antar belitan transformator. Pengujian
dilakukan dengan cara memberi tegangan suplai dua kali tegangan nominal pada salah
satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan pada inti
transformator maka frekuensi yang digunakan harus dinaikan sesuai dengan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu.

 Pengujian Kelompok Hubungan

Vektor tegangan primer dan sekunder sebuah transformator sangat tergantung pada cara
melilit kumparannya. Pada transformator Tiga Fasa arah tegangan menimbulkan per-

Mesin Listrik I 3 - 14
bedaan fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut menyebabkan adanya berbagai
kelompok hubungan pada transformator.

Untuk penentuan kelompok hubungan ini dipergunakan tiga jenis tanda atau kode,
yaitu :
 Tanda Kelompok sisi tegangan tinggi terdiri atas kode D, Y, dan Z.
 Tanda Kelompok sisi tegangan rendah terdiri atas kode d, y , dan z.

Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi terhadap sisi
tegangan rendah.

Gambar 3.18 Kelompok Hubungan Dy5

Jarum jam panjang dibuat selalu menunjuk angka 12 dan berimpit dengan Vektor TT
tegangan tinggi. Letak Vektor tegangan rendah TH menunjukkan arah jarum jam pen-
dek. Sudut antara jarum jam panjang dan pendek adalah pegeseran antara vektor tega-
ngan tinggi dengan tegangan rendah (V dan v).

Gambar 3.17 memperlihatkan contoh kelompok hubungan sebuah transformator tiga


fasa Dy5, artinya sisi primer dihubung segitiga (jam 12) dan sisi sekunder dihubung
bintang (jam 5).

Untuk memudahkan, pabrik-pabrik pada pelaksanaannya membatasi jumlah kelompok


hubungan dengan membuat normalisasi pada kelompok hubungan yang dianggap baku.
Standardisasi yang banyak diikuti adalah menurut peraturan Jerman, yaitu VDE 0532
(lihat tabel 5.3). Kelompok hubungan yang disarankan untuk digunakan adalah Yy0,
Dy5, Yd5, dan Yz5, pada tabel diberi tanda garis pinggir warna merah.

Mesin Listrik I 3 - 15
Tabel 3.3 Kelompok Hubungan Menurut Standar VDE 0532

Mesin Listrik I 3 - 16
3.4 Penentuan Angka Jam
Angka jam ( Kelompok Hubungan ) sebuah transformator dapat ditentukan berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil pengukuran pada transformator tersebut. Ada dua cara
yang bisa dilakukan untuk penentuan kelompok jam berdasarkan hasil pengukuran
tersebut.
 Berdasarkan tabel Kelompok jam.
 Berdasarkan Diagram Vektor.
Untuk penentuan berdasarkan kelompok jam, perhatikan tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Kelompok Jam


Kelompok Jam Hubungan Tegangan
0 Ww < Vw = Wv > Ww < UV
1 Ww < Vw > Wv = Ww < UV
2 Ww < Vw > Wv < Ww < UV
3 Ww < Vw > Wv < Ww  UV
4 Ww < Vw > Wv < Ww > UV
5 Ww = Vw > Wv < Ww > UV
6 Ww > Vw = Wv < Wv > UV
7 Ww > Vw < Wv = Ww > UV
8 Ww > Vw < Wv >Ww  UV
9 Ww > Vw < Wv > Ww < UV
10 Ww > Vw = Wv > Ww < UV
11 Ww = Vw < Wv > Ww < UV

Latihan :

1. Sebuah Transformator 3 Fasa, 50 Hz, 22 KV/400 Volt mempunyai hubungan segiti-


ga pada sisi primer dan bintang pada sisi sekunder. Faktor daya pada sisi sekunder
0,8 Lagging dan arus jala-jala pada sisi primer 5 Ampere.
Hitung : a.I ph1 c.I L2
b.I ph2 d.Pout Trafo

2. Sebuah Transformator tiga fasa , 10.000 KVA, 230 KV/4160 Volt, 50 Hz bila rans-
formator dihubungkan a . -  b.  - Y c.  - 
Tentukan nilai I ph1, I ph2 , Vph1,, Vph2 , dan K dari masing-masing hubungan dia-
tas.

Mesin Listrik I 3 - 17
3. Sebuah transformator Tiga fasa yang terdiri dari tiga buah transformator satu fasa
digunakan untuk menurunkan tegangan tegangan tiga fasa jala-jala ( line) transmisi
6000 Volt, jika arus jala-jala 10 A. Tentukan tegangan jala-jala pada sisi sekunder,
arus jala-jala sekunder dan daya keluar (output) transformator untuk hubungan :
a. -  b.  - Y
bila perbandingan tranformasi 1/12 dan rugi-rugi diabaikan.

4. Sebuah transformator Tiga fasa, 500 KVA, 50 Hz , mempunyai perbandingan tega-


ngan 33 KV/11 KV dan hubungan  / Y. Resistansi /fasa dari sisi tegangan tinggi
35 Ohm dan tegangan rendah 0,876 Ohm, Rugi besi 3050 Watt. Hitung nilai
Efisiensi saat beban penuh dengan faktor daya 0,8 Lagging.

5. Sebuah Transformator Tiga fasa, 100 KVA, 50 HZ, 3300 V/400 V, hubungan / Y .
Resistansi kumparan tegangan tinggi 3,5 Ohm/fasa dan kumparan sisi tegangan
rendah 0,02 Ohm /fasa.
Tentukan rugi besi dari transformator pada tegangan dan frekuensi normal, bila
efisiensi beban penuhnya 95% dengan faktor daya 0,8 Lagging.

6. Sebuah Transformator 100 KVA, 6600 V/220 Volt, hubungan Y / Y, tiga fasa 50
Hz, transformator mempunyai rugi inti 1200 Watt. Efisiensi maximum terjadi saat
3/4 beban penuh. Tentukan Efisiensi transformator saat :
a. Beban penuh dengan P.f = 0,8 Lagging.
b. 1/2 beban penuh dengan P.f = 0,866 Lagging
c. 3/4 beban penuh dengan p.f = 1 (Unity ).

7. Pengujian Tanpa beban dan hubung singkat dari sebuah transformator Tiga fasa, 50
KVA , 7200 Volt /208 V, 60 Hz ,hubungan  / Y , hasilnya sebagai berikut:
Test tanpa beban : Poc = 500 W ; Ioc = 8 A ; Voc = 208 V
Test Hubung Singkat : Psc = 600 W ; Isc = 4,01 A ; Vsc = 370 V
Tentukan :
a) Rc , Xm , Req2 , adan Xeq2
b) Regulasi tegangan saat beban penuh dengan faktor daya 0,8 lagging.
8. Suatu beban 500 KVA dengan P.f 0,8 lagging akan dibagi dengan dua buah trans-
formator Tiga Fasa A dan B dengan rating sama . Bila ekuivalen impedansi
segitiga sebagai refrensi sekunder ( 2 + j 6) Ohm untuk transformator A dan (2 + j
5) Ohm untuk transformator B. Hitung beban yang disuplai oleh masing-masing
transformator tersebut.

Mesin Listrik I 3 - 18
BAB IV
Generator Arus Searah

Tujuan Pembelajaran Umum :

Memahami tentang konstruksi, prinsip kerja, lilitan jangkar, sistem penguatan, efisiensi,
dan karakteristik generator arus searah.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi sebuah mesin arus searah


dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya tegangan induksi pada mesin
arus searah dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya reaksi jangkar pada sebuah
mesin arus searah dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang lilitang jangkar sebuah mesin arus searah
dengan benar.
5. Mahasiswa mampu merencanakan lilitan gelung pada mesin arus searah dengan
benar.
6. Mahasiswa mampu pada merencanakan lilitan gelombang pada sebuah mesin arus
searah dengan benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat terpisah generator arus searah dengan
benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri shunt generator arus searah de-
ngan benar.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri seri generator arus searah dengan
benar.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri kompon generator arus searah de-
ngan benar.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang efisiensi generator arus searah dengan benar.
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang karakteristik generator arus searah dengan benar.

Lembar Informasi :

4.1 Konstruksi Mesin Arus Searah


Ada tiga hal pokok yang menjadi dasar kerja sebuah mesin listrik, yaitu :
 Adanya fluks magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnit.
 Adanya kawat penghantar listrik, yang merupakan tempat terbentuknya gaya gerak
listrik (Ggl) atau aliran arus listrik.
 Gerakan relatif antara fluk magnet dengan kawat penghantar listrik. Dalam hal ini
boleh magnitnya tetap, sedangkan kawat penghantarnya yang bergerak atau
sebaliknya.

Mesin Listrik 4- 1
Gambar 4.1 Konstruksi Mesin Arus Searah

Konstruksi sebuah Mesin Arus Searah dapat dibagi atas :

Bagian Stator :
 Rangka generator atau Motor
 Inti kutub magnet dan Lilitan Pe-nguat Magnet
 Sikat Komutator

Bagian Rotor
 Komutator
 Jangkar
 Lilitan Jangkar

4.1.1 Rangka ( Frame )

Fungsi utama dari rangka mesin adalah sebagai bagian dari tempat mengalirnya fluks
magnet. Karena itu rangka mesin dibuat dari bahan ferromagnetik. Seiain itu rangkapun
befungsi untuk meletakkan alat-alat tertentu dan melindungi bagian-bagian mesin
lainnya. Mesin-mesin yang kecil rangkanya dibuat dari besi tuang, sedangkan mesin-
mesin yang besar rangkanya dibuat dari plat campuran baja yang berbentuk selinder.

4.1.2 Inti Kutub Magnet dan Lilitan Penguat Magnet


Fluks magnet yang terdapat pada mesin listrik dihasilkan oleh kutub-kutub magnet.
Kutub magnet diberi lilitan penguat magnet yang berfungsi untuk tempat aliran arus
listrik supaya terjadi proses elektromagnetisme.
Pada dasarnya kutub magnit terdiri dari dua bagian pokok, yaitu inti kutub magnet dan
sepatu kutub magnet. Karena kutub magnet berfungsi menghasilkan fluks magnet, maka
kutub magnet dibuat dari bahan ferromagnetik, misalnya campuran baja-silikon.
Disamping itu, kutub magnet dibuat dari bahan berlapis-lapis tipis untuk mengurangi
panas karena adanya arus pusar yang terbentuk pada kutub magnet buatan tersebut .

Mesin Listrik 4- 2
4.1.3 Sikat Komutator
Fungsi utama sikat adalah sebagai penghubung untuk aliran arus dari lilitan jangkar ke
terminal luar (generator) atau dari terminal luar ke lilitan jangkar (Motor). Karena itu
sikat sikat dibuat dari bahan konduktor. Disamping itu sikat juga berfungsi untuk
terjadinya komutasi, berrsama-sama dengan komutator, bahan sikat harus lebih lunak
dari bahan komutator.

Gambar 4.2 Konstruksi Sikat Komutator


Supaya hubungan/kontak antara sikat-sikat yang diam dengan komutator yang berputar
dapat sebaik mungkin, maka sikat memerlukan alat pemegang dan penekan berupa
per/pegas yang dapat diatur.
Memilih bahan yang digunakan untuk suatu sikat, perlu memperhatikan :
 Putaran mesin;
 Kerapatan arus yang melalui sikat;
 Tekanan sikat terhadap komutator.

4.1.4 Komutator
Seperti diketahui komutator berfungsi sebagai alat penyearah mekanik, yang ber -sama-lama
dengan sikat memben-tuk suatu kerjasama yang disebut komutasi.

Supaya menghasilkan penyearah yang lebih baik, maka komutator yang diguna-kan jumlahnya
banyak. Karena itu tiap belahan/segmen komutator tidak lagi merupakan bentuk sebagian
selinder, tetapi sudah berbentuk lempeng-lempeng. Diantara setiap lempeng/ segmen komutator
terdapat bahan isolator. Iso-lator yang digunakan menentukan kelas dari mesin berdasarkan
kemampuan suhu yang timbul dalam mesin tersebut.

Jadi disamping sebagai isolator terha-dap listrik isolator yang digunakan harus mampu terhadap
panas tersebut. Berda-sarkan jenis isolator yang digunakan terhadap kemampuan panas ini maka
mesin DC dikenal atas :
• Kelas A : Maks 700 C
• Kelas B : Maks 1100 C

• Kelas H : Maks 1850 C

Mesin Listrik 4- 3
Gambar 2.3 Proses Terbentuknya Ggl pada Sisi Kumparan Generator

Tegangan yang dibangkitkan pada sisi kumparan sebuah generator arus searah, sebenarnya
adalah dalam bentuk gelombang arus bolak balik, selanjutnya komutator akan mengubah
menjadi arus searah. Proses perubahan arus bolak-balik menjadi arus searah oleh komutator
bisa dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Proses Penyearahan Tegangan pada Generator Arus Searah


Komutator 1 dihubungkan dengan sisi kumparan 1 dan Komutator 2 dengan sisi kumparan 2.
Jadi kalau kumparan berputar, maka sikat komutator akan bergesekan dengan komutator secara
bergantian. Peristiwa pergesekan/perpindahan sikat dari satu komutator ke komutator
berikutnya biasa disebut komutasi. Peristiwa komutasi inilah yang menyebabkan terjadinya
penyearahan.

Mesin Listrik 4- 4
4.1.5 Jangkar
Jangkar yang umum digunakan dalam mesin arus searah adalah yang berbentuk silinder, yang
diberi alur pada bagian permukaannya untuk melilitkan kumparan-kumparan tempat terbentuk-
nya Ggl imbas. Jangkar dibuat dari bahan yang kuat yang mempunyai sifat ferromagnetik
dengan permeabilitas yang cukup besar, dengan maksud agar kumparan lilitan jangkar terletak
dalam daerah yang imbas magnetnya besar sehingga ggl yang terbentuk dapat bertambah besar.

Gambar 4.5 Jangkar Generator Arus Searah

 Lilitan Jangkar

Lilitan jangkar berfungsi sebagai tempat terbentuknya Ggl imbas. Lilitan jangkar terdiri atas
beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap kumparan dapat tediri atas
lilitan kawat atau lilitan batang.

Gambar 4.6 Lilitan Jangkar Gambar 4.7 Letak Sisi-sisi Kumparan


dalam Alur
Z = Jumlah penghantar/kawat jangkar atau batang jangkar.
Zs = Jumlah kawat tiap sisi kumparan
S = Jumlah sisi kumparan.

Tiap-tiap kumparan mempunyai dua sisi kumparan dan jumlahnya harus genap. Pada
tiap-tiap alur bisa dipasang dua sisi kumparan atau lebih dalam dua lapisan bertumpuk
(Gambar 4.7). Dalam tiap-tiap alur terdapat 2U sisi kumparan, maka jumlah alur G

Mesin Listrik 4- 5
adalah :
S
G 
2U

Bila dalam tiap-tiap kutub mempunyai 8 s/d 18 alur, maka :

G = (8 – 18) 2p

Tiap-tiap kumparan dihubungkan dengan kumparan berikutnya melalui lamel komuta-


tor, sehingga semua kumparan dihubung seri dan merupakan rangkaian tertutup. Tiap-
tiap lamel dihubungkan dengan dua sisi kumparan sehingga jumlah lamel k, adalah :
S=2.k

Z
 2. k
ZS
Z
k 
2. Z S
Bila dalam tiap-tiap alur terdapat dua sisi kumparan (U = 1) maka jumlah lamel juga sama
dengan jumlah alur
S 2. k
G   k=U.G
2 .U 2 .u

 Lilitan Gelung

Gambar 4.8 Prinsip Lilitan Gelung

Jika kumparan dihubungkan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga setiap kumparan
menggelung kembali ke sisi kumparan berikutnya maka hubungan itu disebut lilitan
gelung. Perhatikan gambar 4.8 Prinsip Lilitan gelung.
Y = kisar lilitan, yang menyatakan jarak antara lamel permulaan dan lamel
berikutnya melalui kumparan.
YC = kisar komutator, jumlah lamel yang melalui komutator.
Y1, Y2 = kisar bagian.

Mesin Listrik 4- 6
Y = Y1 + Y2 = 2.YC

Pada lilitan gelung kisar bagian Y2 mundur atau negatif. Tiap kumparan mempunyai
satu sisi benomor ganjil dan satu sisi bernomor genap, karena itu Y 1 dan Y2 selamanya
harus merupakan bilangan ganjil.
Kisar bagian Y1 ditetapkan oleh Iebar kumparan, diperkirakan sama dengan jarak
kutub-kutub . Bila lebar kumparan dinyatakan dengan jumlah alur, biasanya dinyatakan
dengan kisar Yg .

G G
Yg =  Yg 
2p 2p

Kisar bagian Y1 biasanya dinyatakan dengan sejumlah sisi kumparan yang harus dilalui
supaya dari sisi yang satu sampai pada sisi berikutnya. Di dalam tiap-tiap alur
dimasukkan sisi kumparan 2U dan secera serempak beralih dari lapisan atas ke lapisan
bawah karena itu

Y1 = 2 . U . Y g + 1

Kisar bagian Y1 menentukkan cara menghubungkan ujung kumparan yang satu dengan
kumparan berikutnya melalui lamel komutator, kisar Y 2 biasa disebut juga kisar
hubung.
Y2 = 2 . YC – Y1

Contoh :

2p = 2,G = k = 8, S =16, dan U = 1 rencanakan lilitan gelung tunggalnya :


G 8
Yg   4 YC = 1
2p 2
Y1 = 2 . U . Yg + 1 Y2 = 2. YC –Y1
= 2 .1 . 4 + 1 =2.1-9
=9 = -7

Tabel 4.1
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel
Lilitan Gelung

LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL


1 1 - 10 2
2 3 - 12 3
3 5 - 14 4
4 7 - 16 5
5 9 - 2 6
6 11 - 4 7
7 13 - 6 8
8 15 - 8 1

Mesin Listrik 4- 7
Gambar 4.9 Lilitan Gelung Tunggal

 Lilitan Gelung Majemuk

Lilitan Gelung Majemuk terdiri dari dua lilitan gelung tunggal atau lebih yang dililit
secara simetris antara yang satu dengan yang lainnya. Pada lilitan gelung tunggal
banyaknya cabang paralel sama dengan banyaknya jumlah kutub (2p) dari mesin
tersebut, sedangkan pada lilitan gelung majemuk yang mempunyai m gelung tunggal,
banyaknya cabang paralel adalah:

a=m.p.
Yc = m
Y2 = 2 . m – Y1

sedangkan untuk menentukan Y1 sama seperti pada lilitan gelung tunggal. Untuk
mendapatkan lilitan gelung majemuk tertutup ujung lilitan terakhir harus kembali lagi
ke lamel permulaan.

 Lilitan Gelombang

Lilitan Gelombang Tunggal

Pada lilitan gelombang kisar komutator Yc lebih besar bila dibandingkan dengan Yc
pada lilitan gelung .

Mesin Listrik 4- 8
Gambar 4.10 Prinsip Lilitan Gelombang

Kisar bagian pada lilitan gelombang mempunyai nilai positif(maju).


k 1
Yc 
p

Contoh :

2p = 4 ; S = 42 ; G = k = 21 ; u = 1
21 1
Yc   Yc = 10 atau 11,
2

kita ambil Yc = 10

G 21 1
YG   5 ,
2p 4 4

kita bulatkan menjadi 5

Y1  2 . u . YG + 1 = 2 .1.5 + 1 = 11
dan
Y2 = 2 . Yc – Y1 = 2 . 10 – 11 = 9

Tabel 4.2
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel Lilitan Gelombang

LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL


1 1 - 12 11
11 21 - 32 21
21 41 - 10 10
10 19 - 30 20
20 39 - 8 9
9 17 - 28 19
19 37 - 6 8
8 15 - 26 18
18 35 - 4 7
7 13 - 24 17
17 33 - 2 6
6 11 - 22 16

Mesin Listrik 4- 9
LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL
16 31 - 42 5
5 9 - 20 15
15 29 - 40 4
4 7 - 18 14
14 27 - 38 3
3 5 - 16 13
13 25 - 36 2
2 3 - 14 12
12 23 - 34 1

Pada lilitan gelombang tunggal banyaknya sikat yang dibutuhkan hanya dua buah, tidak
tergantung pada jumlah kutubnya.

Lilitan Gelombang Majemuk

Apabila nilai arus atau tegangan yang diperlukan tidak bisa dipenuhi dengan lilitan
gelung atau gelombang tunggal, maka diatasi dengan lilitan gelombang majemuk.
Lilitan gelombang majemuk terdiri dari dua lilitan gelombang tunggal atau lebih. Tiap-
dap lilitan gelombang tunggal terdiri dari dua cabang paralel, untuk gelombang
majemuk a = 2 . m

k m
Yc 
p

Gambar 4.11 Lilitan Gelombang Tunggal


Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dilihat perbedaan-perbedaan yang terdapat
pada lilitan gelung dan gelombang yaitu :

Mesin Listrik 4 - 10
Lilitan Gelung
1. Untuk generator bertegangan rendah, arus besar.
2. Ujung-ujung kumparan disambung pada lamel yang berdekatan.
3. Pada lilitan gelung tunggal, arus yang mengalir pada jangkar terbagi sesuai dengan
jumlah kutub.
4. Pada lilitan gelung majemuk, arus yang mengalir terbagi sesuai dengan rumusan a =
m . p.
5. Sisi kumparan terbagi pada dua bagian, yaitu terletak dihadapan kutub utara dan
kutub selatan.

Lilitan Gelombang

1. Untuk generator bertegangan tinggi, arus rendah.


2. Pada lilitan gelombang tunggal ujung-ujung kumparai dihubungkan pada lamel
komutator dengan jarak mendekati 3600 Listrik.
3. Jumlah cabang paralel pada lilitan gelombang tunggal adalah 2 (dua), walaupun
jumlah kutubnya > 2.
4. Pada lilitan gelombang tunggal penghantar-penghantar pada masing-masing cabang,
diletakkan terbagi rata pada seluruh permukaan kutub-kutubnya.
5. Lilitan gelombang majemuk digunakan jika dengan lilitan gelung atau gelombang
tunggal arus atau tegangan yang diperlukan tidak tercapai.

2.2 Tegangan Induksi


Tegangan Induksi jangkar atau Ggl Jangkar dibangkitkan pada kumparan-kumparan
jangkar dari sebuah generator. Nilai tegangan ini bisa dihitung berdasarkan persamaan-
persamaan dibawah ini :

 = Fluks per kutub dalam Weber


Z = Jumlah penghantar (kawat) dari
= Jumlah Alur (G) x Jumlah penghantar per alur
2p = P = Jumlah kutub pada generator
a = Banyaknya cabang paralel
N = Putaran jangkar dalam Rpm
E = Tegangan yang diinduksikan pada jangkar dalam Volt.
d
GgI rata-rata yang diinduksikan pada tiap penghantar  Volt
dt
Fluks terpotong per penghantar dalam satu putaran, d =  . P Weber
N
Jumlah putaran /detik  - N
60
Waktu untuk satu putaran,
60
dt 
N
Ggl Induksi/penghantar
d  .P.N
  V
dt 60

Mesin Listrik 4 - 11
Untuk Lilitan Gelombang

Jumlah cabang paralel = 2


Z
Jumlah penghantar terhubung seri dalam satu cabang 
2
 Ggl Induksi/Cabang
 .P.N Z  .Z .P.N
 x  Volt
60 A 120

Untuk Lilitan Gelung

Jumlah cabang paralel = a


Z
Jumlah penghantar terhubung seri dalam satu cabang 
a
Ggl Induksi/cabang
 .P.N Z
 x Volt
60 a
Rumus secara umum untuk Ggl Induksi pada jangkar,
 .Z .N Z
E  x Volt
60 a

2.3 Reaksi Jangkar


Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah generator saat
tanpa beban disebut Fluks Medan Utama (Gambar 4.12).

Fluks ini memotong belitan jangkar sehingga timbul tegangan induksi, bila generator
dibebani maka pada peng-hantar jangkar timbul arus jangkar. arus jangkar ini
menyebabkan timbulnya fluks pada penghantar jangkar tersebut dan biasa disebut
FIuks Medan Jangkar (Gambar 4.13).

Selanjutnya perhatikan gambar 4.14, disini terlihat fluks medan utama disebelah kiri
kutub utara dilemahkan oleh sebagian fluks medan lintang (jangkar) dan disebelah
kanan diperkuat. Sedangkan pada kutub selatan fluks medan utama disebelah kanan
diperlemah dan disebelah kiri diperkuat oleh fluks medan lintang. Pengaruh adanya
interaksi ini disebut reaksi jangkar.

Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak tegak lurus pada garis netral
teoritis AB, tetapi bergeser sebesar sudut  sehingga tegak lurus pada garis netral
teoritis A' B'.

Sikat yang diletakkan pada permukaan komutator yang terletak pada garis netral AB
harus digeser letaknya supaya tidak timbul bunga api. Sikat harus digeser sesuai
dengan pergeseran garis netral. Bila sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek,
sebab sikat terhubung dengan penghantar yang mengandung tegangan.

Mesin Listrik 4 - 12
Gambar 4.12 Fluks Medan Utama Gambar 4.13 Fluks Medan Jangkar

Gambar 4.14 Reaksi Jangkar

2.4 Hubungan Generator Arus Searah


Berdasarkan sumber arus kemagnitan untuk lilitan kutub magnit, maka dapat dibedakan
atas :

 Generator dengan Penguat Terpisah, jika arus untuk lilitan kutub magnit berasal dari
sumber arus searah yang terletak di luar generator.
 Generator dengan Penguat Sendiri, jika arus untuk lilitan kutub magnit berasal dari
generator itu sendiri.

2.4.1 Generator Penguat Terpisah

Dengan terpisahnya sumber arus searah untuk lilitan medan dan generator, berarti besar
kecilnya arus medan tidak terpengaruh oleh nilai-nilai arus atau-pun tegangan pada
generator (Gambar 4.15).

Mesin Listrik 4 - 13
Gambar 4.15 Generator Penguat Terpisah

Em
Persamaan arus: Im 
Rm
Ia = IL

Persamaan Tegangan :
E = V +Ia . Ra + 2e
V = IL . RL
Pj =E. la Watt
PL = V . IL Watt

Keterangan :
Im = Arus penguat magnit
Em = Tegangan sumber penguat magnit
Rm = Tahanan lilitan penguat magnit
Ia = Arus jangkar
IL = Arus beban
Pj = Daya jangkar
V = Tegangan terminal jangkar
e = Kerugian tegangan pada sikat
Ra = Tahanan lilitan jangkar
RL = Tahanan beban
PL = Daya keluar (beban)

2.4.2 Generator Penguat Sendiri

Karena generator jenis ini memperoleh arus untuk lilitan medan dari dalam generator itu
sendiri, maka dengan sendirinya besarnya arus medan akan terpengaruh oleh nilai-nilai
tegangan dan arus yang terdapat pada generator. Hal ini akan tergantung pada cara
hubungan Iilitan penguat magnit dengan lilitan jangkar.

Mesin Listrik 4 - 14
a. Generator Shunt

Gambar 4.16 Generator Shunt

Persamaan arus :

Ia = IL + Ish
V
Ish 
Rsh

Persamaan Tegangan :

E = V + Ia . Ra + 2e
V = IL . RL

b. Generator Seri

Gambar 4.17 Generator Seri

Persamaan arus :

Ia = Is = IL

Mesin Listrik 4 - 15
Persamaan Tegangan :

E = V + Ia . Ra + Is . Rs + 2e
= V + Ia (Ra + Rs) + 2e

c. Generator Kompon

Pada generator kompon lilitan medan penguat yang terdapat pada inti kutub magnit
terdapat 2 (dua), yaitu untuk seri dan shunt. Berdasarkan cara meletakkan lilitan
tersebut maka dapat dibentuk hubungan. Generator kompon panjang dan generator
kompon pendek.

c.1 Generator Kompon Panjang

Gambar 2.18 Generator Kompon Panjang


Persamaan arus :

Is = Ia
Ia = IL + Ish

Persamaan Tegangan :
E = V . Ia (Ra + Rs) + 2c

c.2 Generator Kompon Pendek

Gambar 4.19 Generator Kompon Pendek

Mesin Listrik 4 - 16
2.5 Efisiensi
Rugi – rugi yang terjadi dalam sebuah generator arus searah dapat dibagi sebagai
berikut:

Gambar 4.20 Rugi-rugi pada Generator Arus Searah

 Rugi Tembaga
a. Rugi Tembaga jangkar = Ia2 .Ra Watt
b. Rugi Tembaga Medan Shunt = Ish2. Rsh Watt
c. Rugi Tembaga Medan Seri = Is2 . Rs Watt

 Rugi Inti
a. Rugi Hysterisis , Ph  B max1.6 . f
b. Eddy Currents , Pe  B max2 . f2

 Rugi Mekanis
a. Rugi gesekan pada poros
b. Rugi angin akibat putaran jangkar.
c. Rugi gesekan akibat gesekan sikat dengan komutator.

Gambar 4.21 Diagram Aliran Daya pada Generator Arus Searah

Mesin Listrik 4 - 17
Diagram aliran daya dari sebuah generator dc bias diilustrasikan seperti diperlihatkan
pada gambar 4.21.

Rugi Besi dan Gesekan = Daya Masuk Mekanis (Pm) - Daya Jangkar (Pj)

Rugi Tembaga Total = Daya Jangkar (Pj) - Daya Keluar Generator (Pout)

Daya yangdibangkitk an jangkar


Efisiensi Mekanis m  x 100%
DayaMasukMekanis

DayaKeluar Generator
Efisiensi Listrik I  x 100%
Dayadibangkitk an jangkar

DayaKeluar Generator
Efisiensi Total t  x 100%
DayaMasukMekanis

2.6 Karakteristik Generator

 Karakteristik Beban Nol (Eo / Im)


Memperlihatkan hubungan antara pembangkitan Ggl tanpa beban (beban nol) dalam
jangkar (Eo) dan arus medan (lm) pada kecepatan konstan.
 Karakteristik Dalam atau Total (E/Ia)
Memperlihatkan hubungan antara Ggl E yang diinduksikan secara nyata dalam
jangkar dan arus jangkar Ia.
 Karakteristik Luar (V/Ia)
Memperlihatkan hubungan antara tegangan terminal V dan arus be-ban I. Kurva ini
dibawah karakteris-tik dalam, karena itu perhitungan bisa diambil dari kerugian
tegangan diatas resistansi jangkar.

2.6.1 Generator Penguat Terpisah

a. Karakteristik Beban Nol

Gambar 4.22 Rangkaian Generator Beban Nol

Mesin Listrik 4 - 18
Rangkaian untuk memperoleh data yang diperlukan untuk membuat kurva beban nol
diperlihatkan pada gambar 4.22.

Bila arus medan dinaikkan secara ber-tahap dengan menggunakan rheostat dan nilai
perubahan arusnva dibaca dengan Ampermeter yang dihubungkan pada rangkaian
.Z.N P
medan. Persamaan Tegangan untuk Generator DC adalah : E  x Volt, bila
60 a
kecepatan dijaga konstan maka : E = c . .
Penambahan arus medan akan mengakibatkan kenaikkan tegangan yang didistribusikan
sampai mencapai daerah saturasi.

b. Karakteristik Berbeban

Gambar 4.23 memperlihatkan Generator DC saat berbeban. Kurva generator DC


penguat terpisah saat dibebani (Gambar 4.24) dapat diambil dari kurva beban nol
dengan cara menguranginya dengan kerugian akibat reaksi jangkar dan resistansi
jangkar.

Gambar 4.23 Rangkaian Generator Berbeban

c. Karakteristik Dalam dan Luar

Perhatikan kembali gambar 4.24, pada waktu generator dibebani maka timbul penu-
runan tegangan akibat reaksi jangkar dan resistansi jangkar.
Apabila penururtan tegangan akibat reaksi jangkar dikurangkan dengan Eo, maka akan
diperoleh E (kurva II) yang menunjukkan tegangan yang sebenarnya yang terjadi pada
jangkar saat generator dibebani.
Selanjutnya bila kerugian tegangan akibat resistansi jangkar Ia.Ra dikurangkan terhadap
E maka akan diperoleh tegangan terminal V (kurva III). Kurva II memperlihatkan
Karakteristik Dalam dan Kurva III Karakteristik Luar.

Mesin Listrik 4 - 19
Gambar 4.24 Kurva Generator Arus Searah saat Dibebani

2.6.2 Kurva Beban Nol Generator Penguat Sendiri

Kurva beban nol dari generator penguat sendiri (Generator Shunt dan Seri) bisa didapat
dengan cara melepaskan kumparan medan dari generator dan dihubungkan dengan
sumber tegangan arus searah dari luar .

Gambar 4.25 Percobaan Beban Nol Generator Penguat Sendiri

Mesin Listrik 4 - 20
Seperti halnya pengambilan data untuk generator dengan penguat terpisah, pada penguat
sendiripun arus medan ini diatur secara bertahap dengan rheostat pada kecepatan
konstan. Sebagai akibat adanya magnet sisa pada kutub magnet, walaupun Im = 0 sudah
terjadi sedikit Ggl sehingga kurva akan dimulai diatas 0 (nol) .

a. Resistansi Kritis Generator Shunt

Untuk menentukan resistansi kritisnya, maka generator dihubungkan sebagai generator


shunt. Perhatikan gambar 4.26, Titik P terletak pada garis resis-tansi medan penguat
OA. Garis OA digambarkan dengan kemiringan yang sama dengan resistansi kumparan
Volt
penguat OA (R) = 
Ampere

Gambar 4.26 Resistansi Kritis Generator Shunt

Tegangan OL merupakan tegangan maksimum pada saat generator mempunyai nilai


resistansi medan R. Bila resistansi medan penguat diturunkan menjadi OB maka
tegangan yang dibangkitkan menjadi OL. Sebaliknya bila resistansi dinaikkan terus
sehingga tidak, memotong kurva beban nol (OT) maka tegangan tidak akan dibang-
kitkan.
Nilai resistansi yang terletak sepanjang garis kemiringan dimana tegangan masih bisa
dibangkitkan disebut resistansi kritis (Rc). Resistansi kritis ini merupakan tangen dari
kurva.

b. Karakteristik Beban Nol pada Kecepatan yang Berbeda

Kurva beban nol dengan kecepatan yang berbeda, digambarkan dengan kurva N1 dan
N2 (Gambar 4.27). Karena perubahan tegangan E sebanding dengan perubahan N pada
nilai Im yang sama, maka :
E2 N 2 N
 atau E2 = E1 2
E1 N1 N1

E1 = HC bila N1

Mesin Listrik 4 - 21
untuk lm = OH , E1 = HC bila N1
Im = OH , E2 = HD Bila N2
N2
 E2 = HC x
N1

Gambar 4.27 Karakteristik Beban Nol pada Kecepatan Berbeda

c. Kecepatan Kritis

Kecepatan kritis dari sebuah generator shunt adalah kecepatan dimana resistansi kum-
paran medan magnet yang ada menunjukkan resistansi kritis. Pada gambar 4.28 kurva 2
memperlihatkan kecepatan kritis sebab garis Rsh merupakan resistansi kritis.

Gambar 4.28 Kurva Kecepatan Kritis

Contoh : Karakteristik beban nol dari sebuah generator arus searah shunt yang berputar
pada kecepatan 1000 Rpm adalah sebagai berikut :

E0(V) 52,5 107,5 155 196,5 231 256,5 275 287,5 298 308 312
Im(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Mesin Listrik 4 - 22
Perkiraan tegangan beban nol (E0) yang akan terjadi bila putaran 800 Rpm dan
resistansi medan 30 Ohm .
Jawab :

Gambar 4.29 Contoh Karakteristik Beban Nol

Misal : - Im = 5A, lalu kalikan dengan 30 Ohm (5 x 30 = 150 Volt)


- Buat titik B (5 A, 150 Volt).
- Buat garis dari titik 0 melalui B, dan memotong di A.
- Buat garis horizontal dari titik A ke sumbu Y dan memotong di M.
- OM menunjukkan tegangan maksimum yang dibangkitkan generator dengan
resistansi medan 30 Ohm dan kecepatan 1000 Rpm, OM = 310 Volt.

Untuk mendapatkan ggl induksi saat N= 800 Rpm, harus dibuat kurva baru dengan
menganggap ggl sebanding dengan perubahan kecepatan. Semua nilai tegangan pada
800
1000 Rpm dikalikan dengan = 0,8 dan kurva untuk N = 800 Rpm dibuat:
1000

E0 (volt) 42 86 124 157, 184, 212, 220 230


2 8 4
Im (Amp) 1 2 3 4 5 6 7 8

- dengan Rsh = 30 Ohm, ON = 230 Volt

d. Karakteristik Luar

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tegangan terminal generator akan turun
apabila terjadi penambahan beban. Ada tiga penyebab pokok yang mengakibatkan turun

Mesin Listrik 4 - 23
tegangan terminal generator shunt saat berbeban
(1) Kerugian tegangan pada resistansi jangkar ;
(2) Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar ;
(3) Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya me-
ngakibatkan turunnya suplai arus penguat ke medan magnet sehingga Ggl induksi
menjadi kecil .

Gambar 2.30 Generator Arus Searah Shunt Berbeban

 Rangkuman
1. Ada tiga hal pokok yang menjadi dasar kerja sebuah mesin listrik, yaitu :
 Adanya fluks magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnit.
 Adanya kawat penghantar listrik, yang merupakan tempat terbentuknya gaya
gerak listrik (Ggl) atau aliran arus listrik.
 Gerakan relatif antara fluk magnet dengan kawat penghantar listrik. Dalam hal ini
boleh magnitnya tetap, sedangkan kawat penghantarnya yang bergerak atau
sebaliknya.
2. Konstruksi sebuah Mesin Arus Searah dapat dibagi atas :
Bagian Stator :
 Rangka generator atau Motor
 Inti kutub magnet dan Lilitan Pe-nguat Magnet
 Sikat Komutator

Bagian Rotor
 Komutator
 Jangkar
 Lilitan Jangkar

Mesin Listrik 4 - 24
3. Lilitan jangkar berfungsi sebagai tempat terbentuknya Ggl imbas. Lilitan jangkar
terdiri atas beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap
kumparan dapat tediri atas lilitan kawat atau lilitan batang.
4. Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah generator saat
tanpa beban disebut Fluks Medan Utama.
5. Berdasarkan sumber arus kemagnitan untuk lilitan kutub magnit, maka dapat
dibedakan atas :

 Generator dengan Penguat Terpisah, jika arus untuk lilitan kutub magnit
berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar generator.
 Generator dengan Penguat Sendiri, jika arus untuk lilitan kutub magnit berasal
dari generator itu sendiri.

 Soal Latihan

1. Sebuah mesin arus searah mempunyai data-data sebagai berikut jumlah kutub
P=2p=2, jumlah lamel = jumlah alur = 8, kisar komutator (Yc) = 1 dengan U=1.
Buat tabel dan bagan arus hubungan sisi kumparan dengan lamel lilitan gelung
tunggal.

2. Sebuah generator DC shunt, 8 kutub (P), mempunyai jumlah penghantar jangkar


778 yang terhubung dalam lilitan gelombang (A=2) dan berputar pada kecepatan
500 rpm. Generator menyalurkan arus ke beban yang mempunyai resistansi 12,5
Ohm dengan tegangan terminal (V) sebesar 250 Volt. Resistansi jangkar 0,24 Ohm
dan resistansi medan shunt 250 ohm.
Tentukan : a. Arus Jangkar b. Ggl Induksi (E) c. Fluks per kutub

3. Sebuah motor DC shunt 220 Volt menyerap arus dari jala-jala 80 Ampere pada
kecepatan 800 Rpm. Resistansi medan shunt 50 Ohm dan resistansi jangkar 0,1
Ohm. Bila rugi besi dan gesekan 1.000 Watt. Tentukan :
a. Ggl Lawan ( Eb) b. Daya Input motor
c. Daya Output motor d. Efisiensi total

4. Sebuah Generator DC Shunt menyalurkan arus 195 A pada tegangan terminal 250
Volt . Resistansi jangkar 0,02 Ohm dan resistansi medan shunt 50 Ohm . Rugi besi
dan gesekan 950 Watt .
Tentukan : a. Ggl yang dibangkitkan c. Daya Penggerak Mula
b. Rugi Tembaga Total d. ή total , ή mekanis, ή listrik

5. Sebuah generator kompon pendek menyalurkan arus 100 A pada tegangan 220
Volt. Resistansi medan shunt 50 Ohm, resistansi medan seri 0,025 Ohm, dan
resistansi jangkar 0,05 Ohm. Rugi besi dan gesekan 1 KW.
Tentukan : a. Ggl yang dibangkitkan c. Daya Penggerak mula (HP)
b. Rugi Tembaga total d. Efisiensi Total
6. Sebuah generator kompon panjang diputar dengan kecepatan 1.000 Rpm , daya
output 22 Kw pada tegangan terminal (V) 220 Volt. Resistansi jangkar 0,05 Ohm ,

Mesin Listrik 4 - 25
resistansi medan shunt 110 Ohm , dan resistansi medan seri 0,06 Ohm . Efisisensi
Total 88 % .
Tentukan : a. Rugi tembaga total ( Watt) b. Rugi besi dan gesekan ( Watt)
c. Torsi Penggerak Mula
7. Sebuah generator kompon pendek menyalurkan arus 100 Ampere pada tegangan
220 Volt . Resistansi medan shunt 50 Ohm , resistansi medan seri 0,025 Ohm ,
resistansi jangkar 0,05 Ohm , sedangkan rugi besi dan gesekan 1 KW.
Tentukan : a. Ggl yang dibangkit oleh generator d. Efisiensi total .
b. Rugi tembaga total
c. Daya penggerak mula dalam HP

8. Karakteristik beban nol dari generator dc shunt yang diputar pada kecepatan 400
Rpm datanya sbb :
Tabel Hasil Pengukuran Tanpa Beban (Beban Nol)
Im (Amp) 2 3 4 5 6 7 8 9
Eo (Volt) 110 155 186 212 230 246 260 271
Tentukan :
a. Tegangan maksimum generator shunt bila diputar N = 400 Rpm dgn Rsh = 34
Ohm
b. Resitansi medan shunt untuk mengurangi tegangan tanpa beban menjadi 220 Volt
c. Nilai resistansi kritis dari medan shunt
d. Kecepatan kritis saat resistansi medan shunt 34 Ohm
e. Kecepatan terendah yang mungkin terjadi saat tegangan beban nol 225 Volt

Mesin Listrik 4 - 26
BAB V
Motor Arus Searah

Tujuan Pembelajaran Umum :

Memahami tentang konstruksi, prinsip kerja, lilitan jangkar, sistem penguatan, efisiensi,
dan karakteristik motor arus searah.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja motor arus searah dengan
benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang persamaan tegangan motor arus searah
dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan persamaan daya motor arus searah dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang torsi motor arus searah dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang rugi daya dan efisiensi motor arus searah
dengan benar.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat terpisah motor arus searah dengan
benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri shunt motor arus searah
dengan benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri seri motor arus searah de-
ngan benar.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penguat sendiri kompon motor arus searah
dengan benar.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang karakteristik motor arus searah dengan
benar.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pengaturan motor arus searah dengan
benar.

Lembar Informasi :

5.1 Prinsip Dasar

Sebuah motor listrik adalah suatu mesin yang mengubah energi masukan listrik menjadi
energi keluaran mekanik, jadi pada dasarnva sebuah mesin arus searah bisa difungsikan
sebagai motor atau generator.

Bila suatu penghantar yang dialiri arus ditempatkan dalam suatu medan magnet, maka
akan timbul gaya yang besarnya F = B . I . L (Nm). Arah gaya F dapat ditentukan
berdasarkan hukum tangan kiri Flemming.

Mesin Listrik 5- 1
5.2 Persamaan Tegangan dan Daya

Gambar 5.1 Prinsip Kerja Motor Arus Searah

Gaya yang terjadi pada motor arus searah tergantung pada besarnya arus yang melewati
jangkar dan fluks magnit dari medan magnit (penguat).
Bila belitan (jangkar) telah berputar, maka dalam belitan itu akan timbul suatu tegangan
yang arahnya berlawanan dengan tegangan yang disuplai dari luar, dan ini disebut Ggl
lawan.
Besarnya Ggl Lawan yang dibangkitkan :

 .Z . N P
E  x Volt ...............(1)
60 A

V = E + Ia . Ra Volt .................(2)

V E
Ia  Ampere …………(3)
Ra

Bila persamaan (2) dikalikan dengan la, maka :

V. la = E . Ia + la2 Ra …………….... (4)

V.la = Daya yang disuplai ke jangkar motor.


Ia2 Ra = Rugi Tembaga dlm jangkar
E.la =Daya yang digunakan jangkar motor yang mengakibatkan berputarnya
jangkar.

E.la tidak semuanya ada pada poros, karena sebagian digunakan untuk mengatasi keru-
gian mekanis atau kerugian gesekan dari motor.

Mesin Listrik 5- 2
Daya Mekanis (Pm)
Pm = E la = V.Ia – Ia2. Ra
dPm
Differentialkan kedua sisi dengan Ia, maka : = V – 2Ia . Ra
dIa
dPm
Daya mekanik yang dibangkitkan akan maksimum bila sama dengan nol.
dIa
V – 2 . la . Ra = 0
V
la . Ra =
2
V
E = V – Ia . Ra =
2
Jadi Ia harus cukup besar supaya E setengah dari V, tetapi ini sulit untuk dicapai karena
la akan terlampau besar yang menyebabkan panas, efisiensi akan dibawah 50%.

5.3 Torsi

Torsi adalah putaran suatu gaya pada sebuah poros, dan diukur dengan hasil perkalian
gaya dengan jari-jari lingkaran dimana gaya tersebut terjadi(bekerja).

Torsi T = F . r (N-m)
Gaya yang bekerja pada satu putaran penuh akan menimbulkan energi sebesar :
F . 2 . n Joule.

Daya yang dibangkitkan :


Pm = T .  Watt
= F.r x 2 . n joule/detik

5.4 Torsi Jangkar

Ta adalah torsi vang dibangkitkan oleh jangkar motor yang berputar dengan kecepatan
per detik (n), maka daya yang dibangkitkan adalah :

= Ta x 2 .  .n Watt .
Pm = E . Ia Watt
Tax2 . n = E . Ia Watt
 .Z . N P
Tax2 . n = x x la
60 A
1 Ia
Ta =  . Z . P x Nm
2. A

Ia
= 0,159  . Z.P x Nm
A
5.5 Torsi Poros

Tidak seluruh torsi yang dihasilkan pada jangkar bisa dimanfaatkan oleh beban yang

Mesin Listrik 5- 3
dihubungkan pada poros, karena sebagian akan hilang karena rugi-rugi besi dan gesekan
pada motor. Torsi yang yang bisa dimanfaatkan ini disehut Torsi Poros (Tsh)
Tsh = Torsi Jangkar (Ta) - Torsi yang hilang karena rugi besi dan gesekan (Tf)
Eb . Ia  Rugi besi dan gesekan
Tsh =
2 . . n
HP x 746
= Nm
2 . . n

5.4 Rugi-rugi Daya dan Efisiensi

Rugi-rugi daya yang terjadi pada sebuah motor arus searah dapat dibagi kedalam :
 Rugi- rugi tembaga atau listrik.
 Rugi-rugi besi atau magnet.
 Rugi-rugi mekanis.

 Rugi-rugi tembaga atau listrik

 Daya yang hilang dalam panas lilitan medan dan rangkaian jangkar
 Rugi tembaga dari lilitan dibagi atas:
 Rugi tembaga jangkar Ia2 . Ra Watt
 Rugi tembaga medan terdiri dari:

Ish2.Rsh Watt  Motor Shunt/ Motor Kompon


Is2.Rs Watt  Motor Seri/ Motor Kompon

 Rugi-rugi Besi atau Magnet

- Rugi histerisis
Ph = .Bmax X f . V Watt
 = Steinmetz hysterisis coefficient
Bmax = Kerapatan fluks
Wb 
maksimum  2 
m 
f = Frekuensi dlm Hertz
V = Volume inti (m3)
nilai x = antara 1,6 s/d 2

- Arus Pusar (Eddy Current)


Pe = Ke.Bmax2 . f2 . V . t2 Watt
Ke = Konstanta arus pusar
t = Ketebalan dari inti magnit (m)

 Rugi Mekanis

Rugi mekanis yang terjadi pada motor disebabkan oleh adanya gesekan dan angin,
seperti pada bagian poros motor.

Mesin Listrik 5- 4
 Efisiensi

Efisiensi adalah prosentase perban-dingan daya keluar dan daya masuk yang terjadi
pada motor.

Daya Keluar
= x 100%
Daya Masuk
Daya Keluar
= x 100%
Daya Keluar  rugi

5.5 Macam-macam Hubungan Motor Arus Searah

Seperti pada generator arus searah berdasarkan sumber arus kemagnetan untuk kutub
magnit, maka dapat dibedakan atas :
 Motor arus searah dengan peguat terpisah, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar motor.
 Motor arus searah dengan penguat sendiri, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari motor itu sendiri.

Sedangkan berdasarkan hubungan lilitan penguat magnit terhadap lilitan jangkar untuk
motor dengan pennguat sendiri dapat dikelompokkan atas :

 Motor Shunt
 Motor Seri
Panjang
 Motor Kompon
Pendek

5.5.1 Motor Arus Searah Penguat Terpisah

Gambar 5.2 Rangkaian Motor Arus Searah Penguat Terpisah

Mesin Listrik 5- 5
Persamaan Arus,Tegangan dan Daya
Em
Im = Amp
Rm
la = IL
E = V – la . Ra - 2e Volt .
Pin = V.IL Watt
Pj = Pm = E .la Watt
Pout = Pm - Rugi besi&gesekan

5.5.2 Motor Arus Searah Penguat Sendiri

a. Motor Shunt

Gambar 5.3 Rangkaian Motor Arus Searah Penguat Sendiri Shunt

Persamaan Arus dan Tegangan :


IL = la + Ish
V
Ish =
Rsh
E = V - Ia.Ra

b. Motor Seri

Gambar 5.4 Rangkaian Motor Arus Searah Penguat Sendiri Seri

Mesin Listrik 5- 6
Persamaan Arus dan Tegangan
IL = Is = la
E = V - IL (Rs + Ra)

c. Motor Kompon
c.1 Motor Kompon Panjang

Gambar 5.5 Rangkaian Motor Arus Searah Kompon Panjang

Persamaan Arus dan Tegangan


IL = la + Ish
V
Ish =
Rsh
V = E + la (Ra + Rs)

c.1 Motor Kompon Pendek

Gambar 5.6 Rangkaian Motor Arus Searah Kompon Pendek

Persamaan Arus dan Tegangan

IL = la + Ish
Vab
Ish =
Rsh
V = Vab + lL . Rs

Mesin Listrik 5- 7
5.6 Karakteristik Motor Arus Searah

Karakteristik sebuah motor arus searah dapat kita tentukan berdasarkan persamaan
kecepatan dan torsi.

 Persamaan Kecepatan
V  Ia . Ra
N = Rpm
C
 Persamaan Torsi
T = C . Ia .  Nm

Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diperoleh karakteristik-karakteristik yang


penting pada motor arus searah. Karakteristik tersebut antara lain
a. Karakteristik putaran sebagai fungsi dan arus.jangkar (Karakteristik Putaran)
N = f (la) , V konstan
b. Karakteristik torsi sebagai fungsi dari arus jangkar (Karakteristik Torsi)
T = f (la) , V konstan
c. Karakteristik putaran sebagai fungsi dari torsi (Karakteristik Mekanis)
N = f(T) , V konstan

5.6.1 Karakteristik Motor Arus Searah Penguat Terpisah

a. Karakteristik Putaran

Putaran pada motor dengan penguat terpisah relatif konstan, penurunan kecepatan
akibat perubahan beban sangat kecil. Hal ini disebabkan karena fluks medan pada motor
relatif konstan dan tahanan jangkar Ra sangat kecil, sehingga penurunan kecepatan
antara tanpa beban dan beban penuh adalah kecil sehingga motor bisa dikatagorikan
sebagai motor yang mempunyai kecepatan tetap.

b. Karakteristik Torsi

Berdasarkan persamaan T = C . Ia . Nm, jika tegangan terminal V konstan maka arus


ke lilitan medan penguat juga akan konstan, sehingga fluks yang ditimbulkan medan
akan konstan.
Dengan demikian torsi pada motor dengan penguat terpisah hanya tergantung pada arus
jangkar atau perubahan torsi berbanding lurus dengan arus jangkar.

c. Karakteristik Mekanis

Dengan merujuk pada persamaan T=C.Ia. salah satu faktor yang mengakibatkan ke-
naikkan Torsi adalah naiknya arus jangkar la, dan akibat naiknya arus jangkar maka
V  Ia . Ra
berdasarkan persamaan N = Rpm, kecepatan akan turun dengan asumsi 
C
konstan. Khusus untuk motor dengan penguat terpisah yang memiliki Ra kecil
penurunan kecepatan tidak terlalu besar.

Mesin Listrik 5- 8
5.6.2 Karakteristik Motor Arus Searah Penguat Sendiri

Karakteristik Putaran, Torsi, dan Mekanis untuk motor shunt dengan penguat sendiri
hampir sama dengan motor dengan penguat terpisah, sedangkan untuk motor seri dan
kompon bisa dijelaskan sbb :

a. Karakteristik Putaran

Motor Seri :
Dengan memperhatikan kembali rang-kaian listrik motor seri, besarnya arus jangkar (Ia)
sama dengan arus pengua-tan (Is) dengan demikian :
 = f(Ia) = f(Is), dan berdasarkan persa-maan :
V  Ia . Ra
N= Rpm
C
V  Ia . Ra
maka N= Rpm
C.Ia

sehingga karakteristik akan berbentuk hiperbolis.

Motor Kompon

Karakteristik motor kompon berada diantara karakteristik motor seri dan motor shunt,
sedangkan berdasarkan arah melilit penguat medannya motor kompon bisa dibagi atas
Kompon Lawan dan Kompon Bantu.

b. Karakteristik Torsi

Motor Seri :

Berdasarkan persamaan :
Ia
Ta = 0,159  . Z . P x Nm, atau
A
Ta    Ia, sebelum titik jenuh   If dan Ia, karena Ia = If oleh karena itu pada beban
ringan Ta  Ia2. Sesudah titikk jenuh  hampir berdiri sendiri maka Ta  la, bentuk
karakteristik menjadi lurus.

Motor Kompon :

Akibat adanya fluks medan seri dan shunt pada motor kompon yang saling
mempengaruhi, maka karakteristik Torsi yang terjadi merupakan gabungan dari
karakteristik motor seri dan shunt. Pada saat beban normal dengan naiknya la, maka
pertambahan Torsi motor shunt lebih besar bila dibandingkan motor seri dan karakte-
ristik motor kompon berada diantara kedua karakteristik tersebut, demikian juga pada
saat beban besar.

Mesin Listrik 5- 9
c. Karakteristik Mekanis

Motor Seri

Dengan naiknva Torsi, akan mengakibatkan naiknya la dan if (), dari persamaan : N =
V  Ia . Ra
Rpm, pada saat Ia = 0, maka harga N men-dekati tak terhingga, sedangkan
C.
pada saat Ia (Ta) besar, kecepatan turun mendekati nol.

Motor Kompon

Untuk motor kompon karakteristiknya berada diantara karakteristik motor seri dan
motor shunt.

 Rangkuman
1. Sebuah motor listrik adalah suatu mesin yang mengubah energi masukan listrik
menjadi energi keluaran mekanik, jadi pada dasarnva sebuah mesin arus searah bisa
difungsikan sebagai motor atau generator.
2. Gaya yang terjadi pada motor arus searah tergantung pada besarnya arus yang
melewati jangkar dan fluks magnit dari medan magnit (penguat).
3. Torsi adalah putaran suatu gaya pada sebuah poros, dan diukur dengan hasil
perkalian gaya dengan jari-jari lingkaran dimana gaya tersebut terjadi(bekerja).
4. Ta adalah torsi vang dibangkitkan oleh jangkar motor yang berputar dengan
kecepatan per detik (n)
5. Rugi-rugi daya yang terjadi pada sebuah motor arus searah dapat dibagi kedalam :
 Rugi- rugi tembaga atau listrik.
 Rugi-rugi besi atau magnet.
 Rugi-rugi mekanis.
6. Seperti pada generator arus searah berdasarkan sumber arus kemagnetan untuk
kutub magnit, maka dapat dibedakan atas :
 Motor arus searah dengan peguat terpisah, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar motor.
 Motor arus searah dengan penguat sendiri, bila arus untuk lilitan kutub magnet
berasal dari motor itu sendiri.

7. Sedangkan berdasarkan hubungan lilitan penguat magnit terhadap lilitan jangkar


untuk motor dengan pennguat sendiri dapat dikelompokkan atas :
 Motor Shunt
 Motor Seri
Panjang
 Motor Kompon
Pendek

Mesin Listrik 5 - 10
 Soal Latihan
1. Sebuah Motor DC Seri menyerap arus jangkar 40 A pada tegangan terminal 220 Volt
dan berputar pada kecepatan 800 Rpm . Resistansi jangkar 0,2 Ohm dan resistansi
medan seri 0,1 Ohm . Rugi besi dan gesekan 0,5 Kw . Tentukan :
a. Torsi pada jangkar b. Daya output motor (HP)

2. Sebuah motor DC Shunt 230 Volt mempunyai resistansi jangkar 0,5 Ohm dan
resistansi medan 115 Ohm . Saat tanpa beban kecepatan motor 1200 Rpm dan arus
jangkar 2,5 A . Saat beban nominal kecepatan turun menjadi 1120 Rpm . Tentukan
arus jala-jala (IL) dan daya input motor saat motor diberi beban nominal .

3. Sebuah motor DC shunt 220 Volt menyerap arus dari jala-jala 80 Ampere pada
kecepatan 800 Rpm. Resistansi medan shunt 50 Ohm dan resistansi jangkar 0,1 Ohm.
Bila rugi besi dan gesekan 1.000 Watt. Tentukan :
a. Ggl Lawan ( Eb) b. Daya Input motor
c. Daya Output motor d. Efisiensi total

4. Sebuah motor DC seri 250 Volt berputar pada kecepatan 500 Rpm. Torsi poros 130
N-m dan efisiensi pada saat beban ini 88%. Hitung arus yang diserap motor.

5. Sebuah Motor DC Shunt, 4 Kutub, 220 Volt mempunyai lilitan gelombang , daya
keluar motor 11,19 KW saat berputar pada kecepatan 1000 Rpm. Menyerap arus
jangkar 50 A dan arus medan 1 A. Jumlah konduktor 540 , resistansi jangkar 0.1
Ohm dan kerugian tegangan per sikat 1 Volt.
Tentukan : a. Torsi Jangkar b. Torsi Poros c. Flux per kutub.
d. Rugi gesekan dan angin e. Efisiensi total

6. Sebuah motor DC shunt 220 Volt menyerap arus dari jala-jala 80 Ampere pada
kecepatan 800 Rpm. Resistansi medan shunt 50 Ohm dan resistansi jangkar 0,1 Ohm.
Bila rugi besi dan gesekan 1.000 Watt. Tentukan :
a. Ggl Lawan ( Eb) b. Daya Input motor
c. Daya Output motor d. Efisiensi total

7. Sebuah motor DC seri , 4 kutub , 240 Volt , mempunyai lilitan jangkar berbentuk
gelombang dengan jumlah lilitan 1254 lilit . Fluk per kutub 20 mWb saat motor
menyerap arus 40 Ampere . Rugi besi dan gesekan 1 KW , resistansi jangkar 0,2
Ohm dan resistansi medan seri 0,2 Ohm . Hitung :
a.Kecepatan Motor b. Daya output (keluaran) motor dalam HP
c. Torsi Poros d. Efisiensi motor saat kondisi beban diatas .

8. Sebuah motor arus searah dengan tahanan jangkar 0,1 ohm, bila dihubungkan
dengan sumber 110 volt dengan arus jangkar 20, putaran 1200 rpm. Hitung
putarannya bila dengan sumber yang sama arus jangkarnya meningkat menjadi 50 A,
dan fluks magnetnya meningkat sebesar 10% dibandingkan keadaan pertama.

Mesin Listrik 5 - 11
BAB VI
Motor Induksi Tiga Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami prinsip kerja, konstruksi, jenis-jenis motor induksi tiga fasa.


2. Memahami tentang terjadinya tegangan induksi pada rotor dan perbedaan kecepat-
an medan putar dan kecepatan rotor (Slip) .
3. Memahami tentang cara penggambaran dan perhitungan parameter motor induksi
tiga fasa berdasarkan rangkaian ekuivalen .
4. Memahami tentang cara menentukan besarnya torsi dan daya motor induksi tiga
fasa .
5. Memahami tentang cara menentukan rangkaian ekuivalen motor berdasarkan hasil
pengujian motor .
6. Memahami tentang karakteristik dan cara-cara pengasutan (starting) sebuah motor
induksi tiga fasa

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi dari sebuah motor induksi tiga
fasa dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bagian stator dan jenis-jenis rotor motor
induksi tiga fasa dengan benar
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan besarnya tegangan
induksi yang terjadi pada bagian rotor dengan benar .
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perbedaan kecepatan putar medan stator
dan rotor (slip) dengan benar .
5. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menghitung slip dan frekuensi rotor saat mo-
tor diam dan berputar dengan benar .
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
rotor motor dengan benar .
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung resistansi, reaktansi, dan
impedansi rotor dengan benar .
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
motor induksi tiga fasa dengan benar .
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung impedansi, arus,dan
tegangan berdasarkan rangkaian ekuivalen dengan benar .
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang torsi asut, torsi mekanik, torsi gesekan,
torsi maksimum, dan torsi poros yang ada pada motor induksi tiga fasa dengan
benar
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung besarnya torsi yang ada
pada motor induksi tiga fasa dengan benar.
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagram daya (Aliran daya) motor induksi
tiga fasa dengan benar

Mesin Listrik 6- 1
13. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung besarnya daya masukan,
daya rotor, rugi daya, dan daya keluaran pada sebuah motor induksi tiga fasa
dengan benar .
14. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung torsi dan daya motor
induksi tiga fasa berdasarkan rangkaian ekuivalen dengan benar.
15. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test tanpa
beban pada sebuah motor induksi tiga fasa dengan benar .
16. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter motor induksi
tiga fasa berdasarkan test tanpa beban dengan benar .
17. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test hubung
singkat pada sebuah motor induksi tiga fasa dengan benar
18. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter motor induksi
tiga fasa berdasarkan test hubung singkat dengan benar .
19. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara menggambarkan diagram
lingkaran berdasarkan test beban nol dan test hubung singkat dengan benar .
20. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis karakteristik motor induksi tiga fasa
dengan benar .
21. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode pengasutan motor induksi tiga fasa
dengan cara pengurangan tegangan dengan benar.
22. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode pengasutan motor induksi tiga fasa
dengan sistem “ Solid State Starter” dengan benar
23. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pengaturan kecepatan motor induksi
tiga fasa dengan benar .

Mesin Listrik 6- 2
Lembar Informasi :

6.1 Konstruksi dan Prinsip Kerja

Mesin-mesin listrik digunakan untuk mengubah suatu bentuk energi ke energi yang lain,
misalnya mesin yang mengubah energi mekanis ke energi listrik disebut generator, dan
sebaliknya energi listrik menjadi energi mekanis disebut motor. Masing-masing mesin
mempunyai bagian yang diam dan bagian yang bergerak.

Bagian yang bergerak dan diam terdiri dari inti besi, dipisahkan oleh celah udara dan
membentuk rangkaian magnetik dimana fluksi dihasilkan oleh aliran arus melalui kum-
paran/belitan yang terletak didalam kedua bagian tersebut.

Pada umumnya mesin-mesin penggerak yang digunakan di Industri mempunyai daya


keluaran lebih besar dari 1 HP dan menggunakan motor Induksi Tiga Fasa. Adapun
kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor lainnya,
adalah :

Kelebihan Motor Induksi


 Mempunyai konstruksi yang sederhana.
 Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang lain-
nya.
 Menghasilkan putaran yang konstan.
 Mudah perawatannya.
 Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak mula.
 Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi.

Kekurangan Motor Induksi


 Putarannya sulit diatur.
 Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor.

Gambar 6.1 Penampang Motor Induksi Tiga Fasa

Mesin Listrik 6- 3
Inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan baja silikon yang tebalnya berkisar antara
0,35 mm - 1 mm yang tersusun secara rapi dan masing-masing terisolasi secara listrik
dan diikat pada ujung-ujungnya. Celah udara antara stator dan rotor pada motor yg
berukuran kecil 0,25 mm- 0,75 mm, sedangkan pada motor yang berukuran besar bisa
mencapai 10 mm. Celah udara yang besar ini disediakan untuk mengantisipasi terja-
dinya pelengkungan pada sumbu sebagai akibat pembebanan. Tarikan pada pita (belt)
atau beban yang tergantung akan menyebabkan sumbu motor melengkung.

6.1.1 Stator

Gambar 6.2 Lilitan Motor Induksi

Pada dasarnya belitan stator motor induksi tiga fasa sama dengan belitan motor sinkron.
Konstruksi statornya belapis-lapis dan mempunyai alur untuk melilitkan kumparan. Sta-
tor mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan kumparan dihubungkan mela-
lui terminal untuk memudahkan penyambungan dengan sumber tegangan. Masing-ma-
sing kumparan stator mempunyai beberapa buah kutub, jumlah kutub ini menentukan
kecepatan motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaran yang terjadi
semakin rendah.

6.1.2 Rotor

Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar dan
rotor lilit.

 Rotor Sangkar
Motor induksi jenis rotor sangkar lebih banyak digunakan daripada jenis rotor lilit,
sebab rotor sangkar mempunyai bentuk yang sederhana. Belitan rotor terdiri atas
batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam alur rotor. Batang penghantar ini
terbuat dari tembaga, alloy atau alumunium. Ujung-ujung batang penghantar dihubung
singkat oleh cincin penghubung singkat, sehingga berbentuk sangkar burung. Motor
induksi yang menggunakan rotor ini disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak dibutuhkan
tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada saat awal berputar.
Alur-alur rotor biasanya tidak dihubungkan sejajar dengan sumbu (poros) tetapi sedikit
miring.

Mesin Listrik 6- 4
Gambar 6.3 Rotor Sangkar

 Rotor Lilit

Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak, belitan ini dimasukkan ke dalam alur-alur inti
rotor. Belitan ini sama dengan belitan stator, tetapi belitan selalu dihubungkan secara
bintang. Tiga buah ujung-ujung belitan dihubungkan ke terminal-terminal sikat/cincin
seret yang terletak pada poros rotor.

Gambar 6.4 Rotor lilit

Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur kecepatan motor dengan cara mengatur taha-
nan belitan rotor tersebut. Pada keadaan kerja normal sikat karbon yang berhubungan
dengan cincin seret tadi dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit dikenal dengan se-
butan Motor Induksi Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.

6.1.3 Medan Putar

Putaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluk-
si yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini timbul
bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa. Hubungannya
dapat berupa hubungan bintang atau segitiga. Pada gambar 6.4 diperlihatkan bagaimana
terjadinya medan putar pada motor induksi tiga fasa. Perhatikan gambar 6.5 a s/d f .

Mesin Listrik 6- 5
Gambar 6.5 Nilai Arus Sesaat dan Posisi Flux

 Pada posisi pertama atau a, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah
fluk yang dihasilkan oleh kumparan a - a.
 Pada posisi kedua atau b, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah
fluks yang dihasilkan oleh kumparan c - c.
 Pada posisi ketiga atau c, fluks resultannya mempunyai arah yang sama dengan
fluks yang dihasilkan oleh kumparan b - b.
 Pada posisi keempat s/d keenam terlihat fluks resultan yang terjadi arahnya akan
berlawanan dengan arah fluks sebelumnya pada masing-masing kumparan.

(a) (b)

Mesin Listrik 6- 6
(c) (d)

(e) (f)

Gambar 6.6 Proses Terjadinya Medan Putar

Dari gambar diatas terlihat bahwa fluks resultan akan berputar, dan jumlah putarannya
120.f
bisa ditentukan berdasarkan persamaan : Ns  Rpm
P

4.1.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa

Prinsip kerja motor induksi atau terjadinya putaran pada motor, bisa dijelaskan sebagai
berikut :

Mesin Listrik 6- 7
 Bila kumparan stator diberi suplai tegangan tiga fasa, maka akan terjadi medan pu-
120.f
tar dengan kecepatan Ns 
P
 Medan putar stator tersebut akan mengimbas penghantar yang ada pada rotor,
sehingga pada rotor timbul tegangan induksi.
 Tegangan yang terjadi pada rotor menyebabkan timbulnya arus pada penghantar
rotor.
 Selanjutnya arus di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
 Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
menanggung kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.
 Supaya timbul tegangan induksi pada rotor, maka harus ada perbe-daan relatif
antara kecepatan medan putar stator(Ns) dengan kecepatan putar rotor (Nr).
Perbedaan kecepatan antara Nr dengan Ns disebut Slip (S), dan dinyatakan dengan
Ns  Nr
persamaan S  x100%
Ns
 Bila Nr = Ns tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan
jangkar rotor, se-hingga tidak dihasilkan kopel. Kopel pada motor akan terjadi bila
Nr lebih kecil dari Ns.

(a) (b) (c)

Gambar 6.7 Terjadinya Putaran pada Motor Induksi

4.2 Frekuensi dan Slip Rotor

Kumparan stator motor induksi tiga fasa bila dihubungkan dengan suplai tegangan tiga
fasa akan mengasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron sesuai
120f
dengan persamaan Ns  . Medan putar yang terjadi pada stator ini akan memo-
P
tong penghantar- penghantar yang ada pada bagian rotor, sehingga terinduksi arus, dan
sesuai dengan dengan Hukum Lentz, sehingga rotor akan berputar mengikuti putaran
medan stator.

Perbedaan kecepatan medan putar stator dengan putaran rotor biasa disebut slip. Apabi-
la terjadi penambahan beban, maka akan mengakibatkan naiknya kopel motor dan
selanjutnya akan memperbesar arus induksi pada bagian rotor.

Mesin Listrik 6- 8
Frekuensi rotor saat motor belum berputar nilainya akan sama dengan frekuensi yang
terjadi pada belitan stator, dan apabila sudah berputar frekuensi rotornya akan seban-
ding dengan perubahan slip yang terjadi pada motor tersebut.

6.2.1 Tegangan Induksi pada Rotor

Saat rotor belum berputar maka Slip = 1, frekuensi dari ggl rotor nilainya sama dengan
frekuensi yang di suplai ke bagian stator. Nilai tegangan induksi pada rotor saat diam
adalah maksimum, sehingga motor ekuivalen dengan sebuah transformator tiga fasa
yang di hubung singkat pada sisi sekundernya.

Saat rotor mulai berputar, kecepatan relatif antara rotor dengan fluks medan putar stator
akan menurun, sehingga tegangan induksi rotor berbanding langsung dengan kecepatan
relatif, dengan demikian tegangan induksi di rotor akan mengalami penurunan. Jadi
untuk Slip S, tegangan induksi rotor akan S kali tegangan induksi saat diam, oleh
karena itu pada kondisi ber-putar : E 2r  SE 2

6.2.2 Slip dan Frekuensi Rotor

Seperti telah dijelaskan diatas, putaran rotor tidak akan sama dengan putaran medan sta-
tor, karena bila rotor berputar sama cepatnya dengan medan stator, tidak akan timbul
perbedaan kecepatan sehingga tidak ada Ggl induksi yang timbul pada rotor, tidak ada
arus dan tidak ada kopel yang mendorong rotor.

Itulah sebabnya rotor selalu berputar pada kecepatan dibawah kecepatan medan putar
stator. Perbedaan kecepatan tergantung pada besarnya beban motor. Slip mutlak me-
nunjukkan kecepatan relatif rotor terhadap medan putar.

Slip Mutlak = Ns – Nr ...................................................................................(6-1)

Slip (S) merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit atau
prosen oleh hubungan :
Ns  Nr
S x100% ………………………………………………….……….(6-2)
Ns
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor ( f 2 ) sama besarnya dengan frekuensi sumber
tegangan, bila rotor berputar frekuensi rotor tergantung pada besarnya kecepatan relatif
atau slip mutlak. Hubungan antara frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :
120.f1 P.Ns
Ns  dan f1  ……………….………………………….…..…(6-3)
P 120
dan pada rotor berlaku hubungan :
f2
 S  f 2  Sxf 1 ………………………………………………….……….(6-4)
f1

Mesin Listrik 6- 9
4.3 Rangkaian Ekuivalen

Dalam beberapa hal mesin Induksi menyerupai mesin sinkron, tetapi pada dasarnya
mesin induksi ini hampir sama dengan transformator, terutama saat belum berputar.

Energi yang “dipindahkan” dari stator ke rotor dilakukan berdasarkan azas imbas elek-
tromagnet(induksi) dengan bantuan fluksi bersama, karena itu rangkaian ekuivalen
motor induksi digambarkan seperti rangkaian ekuivalen transformator. Bagian stator
membentuk sisi primer dan rotor sebagai sisi sekunder.

6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor

Gambar 6.8 Rangkaian Ekuivalen Rotor

Pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E2) dan reaktansi bocor rotor (X2)
dipengaruhi oleh Slip, maka arus rotor menjadi :
E 2 .S
I2 
R 2 '  (S.X 2 ) 2
E2
=
2
 R2 
  .X 2 2
 S 

R2 1
=  R 2  R 2 (  1) ……………………………………..….(6-10)
S S

dimana R 2  Resistansi Rotor


1
R 2 (  1) = Resistansi Beban
S

Mesin Listrik 6- 10
6.3.2 Rangkaian Ekuivalen Motor

Gambar 6.9 Rangkaian Ekuivalen Motor

Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 6.9 bisa disederhanakan lagi dengan meref-
rensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 6.10.

Gambar 6.10 Rangkaian Ekuivalen dengan Refrensi Primer

6.4 Torsi dan Daya

Seperti telah dibahas pada sub bab mengenai konstruksi dan prinsip kerja motor induksi,
tidak ada suplai listrik yang dihubungkan secara langsung ke bagian rotor motor, daya
yang dilewat-kan senjang udara adalah dalam bentuk magnetik dan selanjutnya
diinduksikan ke rotor sehingga menjadi energi listrik. Rata-rata daya yang melewati
senjang udara harus sama dengan jumlah rugi daya yang terjadi pada rotor dan daya
yang dikonversi menjadi energi mekanis.

Daya yang ada pada bagian rotor menghasilkan torsi mekanik, tetapi besarnya torsi
yang terjadi pada poros motor di-mana tempat diletakkannya beban, tidak sama dengan
besarnya torsi mekanik, hal ini disebabkan adanya torsi yang hilang akibat gesekan dan
angin.

6.4.1 Torsi Motor

 Torsi Asut (Starting Torque)


Torsi yang dihasilkan oleh sebuah motor pada saat mulai diasut disebut Torsi Asut,
nilainya bisa lebih besar atau lebih kecil dari Torsi putar dalam keadaan normal.

Mesin Listrik 6- 11
E2 E2
I2   ………………………………………………...(6-11)
Z2 R 22  X22

R2 R2
Cos   ………………………………………………..(6-12)
Z2 R 22  X22

Torsi Asut Ts  k.E 2 .I 2 .Cos 2 ……………………………………………….(6-13)

E2 R2
atau Ts  k.E 2 . x
R 22  X22 R 22  X22

k.E 2 2 .R 2
= ……………………………………………………………(6-14)
R 22  X22
 Torsi saat Rotor(Motor) Berputar
Pada saat motor berputar, maka :
T  E 2r .I 2r .Cos2
dimana :
E 2r  Tegangan rotor / fasa saat berputar
I 2r  Arus rotor/fasa saat berputar
E 2r  S.E 2

E 2r S.E 2
I 2r  
Z 2r (R 2 ) 2  ( X 2 .S) 2
R2 ……………………………………………(6-15)
Cos 2r 
(R 2 ) 2  (S.X 2 ) 2
k.S.E 2 2 .R 2
T
R 2 2  (S.X 2 ) 2

3
k = konstanta, nilainya =
2..Ns

3 S.E 2 2 .R 2
T x ……………………………………………….(6-16)
2..Ns R 2 2  (S.X 2) ) 2

 Torsi Maksimum saat Motor Berputar


Kondisi Torsi Maksimum pada saat motor berputar bisa diperoleh dengan men-
deferentialkan persamaan Torsi terhadap Slip S.
dT
Torsi Maksimum  0
dS

Mesin Listrik 6- 12
k.S.E 2 2 .R 2
T
R 2 2  S2 .X 2 2
U ' .V  V ' .U
T' 
V2

k.E 2 2 .R 2 (R 2 2  S2 .X 2 2 )  2.S.X 2 2 (S.k.E 2 2 .R 2 )


T' 
(S2 .X 2 2  R 2 2 ) 2
0  k.E 2 2 .R 2 (R 2 2  S2 X 2 2 )  2.S.X 2 2 (S.k.E 2 2 .R 2 2 )
R2
Sm 
X2
R
2 k. 2 .E 2 2 .R 2
k.S.E 2 .R 2 X2
Tmax  
R 2 2  S2 .X 2 2 R 2  ( R 2 ) 2 .X 2
X2

k.E 2 2
 ....................................................................................(6 – 17)
2.X 2

Gambar 6.11 Karakteristik Slip Vs Torsi

 Torsi Beban Penuh dan Torsi Maksimum

k.S.R 2 .E 2 2
Tf 
R 2 2  S 2 .X 2 2
k.E 2 2
Tmax  ……………………………………..(6-18)
2.X 2
Tf k.S.R 2 .E 2 2 2.X 2
  x
Tmax R 2 2  S 2 .X 2 2 k.E 2 2

Mesin Listrik 6- 13
R2
2.S.
X2 2
  …………………………………..(6-19)
2 Sm S
 R2  
   S 2 S Sm
 X2 
 Torsi Asut dan Torsi Maksimum

Ts k.R 2 .E 2 2 2.X 2 2.R 2 .X 2


 x 
Tmax R 2 2  X 2 2 k.E 2 R 2 2  X 2 2

R
2. 2
X2 2.Sm
=  …………………………………………....(6-20)
2
R  1  Sm 2
1   2 
 X2 
 Torsi pada Rotor Lilit

Untuk menentukan Arus, daya, dan Torsi pada Motor Induksi rotor lilit tidak berbeda
dengan rotor sangkar, hanya pada rotor lilit kita bisa menambahkan tahanan luar
terhadap bagian rotor tersebut.

 Saat Pengasutan S = 1
E2
I2  Ampere……………………………….………(6-21)
2 2
(R 2  Rx )  (X 2 )

R 2  Rx
Cos 2  ……………………………………………….….….(6-22)
(R 2  Rx ) 2  (X 2 ) 2

k.E 2 2 .(R 2  Rx )
T N-m …………………………………………..……(6-23)
(R 2  Rx ) 2  (X 2 ) 2

Gambar 6.12 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi Rotor Lilit

Mesin Listrik 6- 14
 Saat Berputar
S.E 2
I2  Ampere ……….…………………………(6-24)
2 2
(R 2  Rx )  (S.X 2 )

R 2  Rx
Cos 2  ……………………………………………(6-25)
(R 2  Rx ) 2  (S.X 2 ) 2

k.S.E 2 2 .(R 2  Rx )
T N-m ..........................................................(6-26)
(R 2  Rx ) 2  (S.X 2 ) 2
6.4.2 Daya Motor Induksi Tiga Fasa
Diagram aliran daya dari sebuah Motor Induksi Tiga Fasa seperti diperlihatkan pada
gambar 6.12
Daya Masuk Stator = Daya Keluar Stator + Rugi Tembaga Stator
Daya Masuk Rotor = Daya Keluar Stator
Daya Keluar Rotor Kotor = Daya Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor

Gambar 6.13 Diagram Aliran Daya Motor Induksi Tiga Fasa

Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan Torsi Tg. Se-
bagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut Torsi
Poros Tsh.

Keterangan :
Daya Keluar Rotor kotor = Pout rotor
Daya Masuk Rotor = Pin rotor
Rugi Tembaga Rotor = Pcu rotor

Mesin Listrik 6- 15
Pout rotor = Tg.2..Nr

Pout rotor
Tg = ……………………………………………………..……..……...(6-27)
2..Nr

Pin rotor  Tgx 2..Ns


Pcu rotor  Tgx 2.( Ns  Nr)
Pcu rotor Tgx 2.( Ns  Nr)

Pin rotor Tgx 2..Ns
Ns  Nr
 S
Ns
..............................................................................(6-28)
Pcu rotor  Sx Pin rotor

Pout rotor = Pin rotor - Pcu rotor


…………………………………………,..…(6-29)
= Pin rotor - S x Pin rotor

Pout rotor
 1 S
Pin rotor
Ns  Nr
 1
Ns
Ns Ns  Nr Ns ………………………………………………,,,…….(6-30)
  
Ns Ns Nr
Ns
Efisiensi Rotor 
Nr
Pcu rotor Sx Pin rotor
Juga 
Pout rotor (1  S)Pin rotor
S

1 S

Rugi Tembaga Rotor untuk Sistem Tiga Fasa, adalah :


Pcu  3.I 2 2 .R 2
3.S 2 .E 2 2 .R 2 ………………………………………………….…..(6-31)
 Watt
R 2 2  S 2 .X 2 2

Pcu rotor
Pin rotor P2 
S
3.S 2 .E 2 2 .R 2 1
 x …………………………………………..…….(6-32)
2 2
R 2  S .X 2 2 S

3.S.E 2 2 .R 2

R 2 2  S 2 .X 2 2

Mesin Listrik 6- 16
Daya Mekanik (Pm) atau
Pout rotor =(1 - S) Pin rotor

3.S(1  S)E 2 2 .R 2
= Watt ……………………………………….….…(6-32)
2 2
R 2  S .X 2 2

Pm Pm
Tg  
 2Nr / 60
Pm
 ..............................................................(6-33)
2..Ns(1  S) / 60
1 3.S.E 2 2 .R 2
 x Nm
2..Ns / 60 R 2  (S.X ) 2
2 2

Gambar 6.14 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi

Menentukan Torsi dan daya pada motor induksi tiga fasa, bisa dilakukan pula berda-
sarkan rangkaian ekuivalen (Gambar 6.14).

Pin Stator = 3.V1.I1.Cos1 Watt ………………………………….……………….(6-34)

Rugi Inti  I c 2 .Rc


Pcu stator  3.I12 .R1 Watt ..........................................(6-35)

2 R '
DayayangDitransferkeRotor  3. I 2 '  . 2 Watt ..........................................(6-36)
  S
..........................................(6-37)
Pcu rotor  3.(I 2 ' ) 2 .R 2 ' Watt

DayaM ekanikPm  Pin rotor Pcu rotor


R 2'
 3(I 2 ' ) 2  3(I 2 ' ) 2 .R 2 ' ………………………………….(6-38)
S
1 S 
 3(I 2 ' ) 2 .R 2 '   Watt
 S 

Mesin Listrik 6- 17
Tgx  Tgx 2.Nr / 60
1 S 
 3.(I 2 ' ) 2 .R 2 '  
 S 
1 S 
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '  
Tg  S 
2.Nr / 60
karena Nr  Ns(1  S),maka
R '
3(I 2 ' ) 2 2
Tg S
2.Ns / 60 ...............................................................................(6-39)

Gambar 4.15 Rangkaian Ekuivalen dengan Refrensi Stator

V1
I 2'  .........................................................................(6-40)
 '
 R  2   j(X  X ' )
R
 1 S 
1 2
 

3 V12 R 2'
Tg  x. x N  m …………………..…(6-41)
2.Ns / 60 R 2' 2 S
(R1  )  (X1  X 2 ' ) 2
S
bila harga Io diabaikan  I1  I 2

DayaKeluar M otorPg(Pout)  3.I12 .R L


………………………………………(6-42)
V1
I1 
(R eq1  R L )2  Xeq12

3.V12 .R L
Pg  , k diasumsika n  1
(R eq1  R L )2  Xeq12

Mesin Listrik 6- 18
Daya Keluar Motor akan maksimum,
bila : R L  Z eq1

3.V12 .Z eq1
Pg max 
(R eq1  Z eq1 ) 2  X eq12
………………………………….………..(6-43)
3.V12

2(R eq1  Z eq1 )

6.5 Penentuan Parameter Motor Induksi


Parameter dari rangkaian ekuivalen Rc , X m , R1 , X 1 , X 2 , danR2 , dapat ditentukan ber-
dasarkan hasil tes tanpa beban, tes hubung singkat, dan dari pengukuran tahanan dc
dari belitan stator.

Tes tanpa beban pada motor induksi, seperti tes tanpa beban pada sebuah trans-
formator,yang hasilnya memberikan informasi nilai arus magnetisasi dan rugi gesekan.

Tes ini dilakukan dengan memberikan tegangan tiga fasa seimbang pada belitan stator
pada rating frekuensinya. Bagian rotor pada kondisi pengetesan jangan terhubung de-
ngan beban mekanis, rugi daya yang terukur pada kondisi tes tanpa beban disebabkan
rugi inti, rugi gesekan dan angin.

Tes hubung singkat pada motor induksi, seperti tes hubung singkat pada transformator,
yang hasilnya memberikan informasi kerugian karena impedansi. Pada tes ini rotor
ditahan sehingga motor tidak bisa berputar. Untuk meng-hindari hal-hal yang tidak
ingin selama pengetesan biasanya tegangan yang diberikan hanya 15% - 20% dari
tegangan normal motor, sedangkan untuk mendapatkan nilai parameter motor, tetap
berdasarkan nilai nominalnya dengan melakukan konversi dari hasil pengukuran.

Hasil pengetesan terhadap motor ini selain untuk menentukan parameter, dapat diman-
faatkan juga untuk menggambarkan diagram lingkaran. Rugi-rugi tembaga stator dan
rotor dapat dipisahkan dengan menggambarkan garis torsi.

6.5.1 Tes Tanpa Beban

Test tanpa beban dilakukan pada motor indukasi tiga fasa untuk memproleh data daya
masuk Wo, Io, dan Vo (V) seperti yang diperlihatkan pada gambar 6.15. Pada gambar
6.15 b,kurva Wo terpotong sumbu vertikal pada titik A.

Mesin Listrik 6- 19
(a)

(b)

Gambar 6.16 Tes Tanpa Beban

OA=Menunjukkan rugi-rugi yang dise-babkan gesekan dan angin.

Besarnya nilai Wo yang terbaca pada saat tes tanpa beban, menunjukkan nilai kerugian
yang diakibatkan oleh adanya :
 Rugi tembaga Stator 3.I 0 2 .R1 .
 Rugi Inti 3.Go.V 2 .
 Rugi disebabkan gesekan dan angin.

OB Menunjukkan tegangan normal, sehingga rugi-rugi pada tegangan normal dapat


diketahui dengan menggambarkan garis vertikal dari titik B.
BD = Rugi disebabkan gesekan dan angin.
DE = Rugi tembaga stator.
EF = Rugi inti

W0
Cos0  ..................................................................................................(6-44)
3.V.I0

Mesin Listrik 6- 20
6.5.2 Tes Hubung Singkat

Gambar 6.17 Tes Hubung Singkat

Tes ini dilakukan untuk :


 Arus hubung singkat saat tegangan normal diberikan pada stator.
 Faktor daya pada saat hubung singkat.
 Reaktansi total X eq1 dari motor dengan refrensi sisi primer (stator).
 Resistansi total R eq1 dari motor dengan refrensi sisi primer.

Pada saat test dilakukan rotor ditahan dan untuk jenis rotor belitan, kumparan rotor di-
hubung singkat pada slipring.

Kurangi tegangan suplai ( 5 atau 20 %) dari tegangan normal) dan diatur sampai arus
beban penuh mengalir dalam stator. Pada saat pengetesan dilakukan catat nilai arus,
tegangan, dan daya masuk yang terukur.

V
I hsN  I hs x ………………………………………………………………….(6-45)
Vhs

I hsN = Arus hubung singkat diperoleh saat tegangan normal diberikan.


I hs = Arus hunbung singkat diperoleh saat tegangan pengujuan diberikan.
Whs  3.VhsL .I hsL .Cos hs
Whs ................................................................................(6-46)
Cos hs 
3.VhsL .I hsL

Whs = Total daya masuk saat hubung


Singkat
VhsL = Tegangan Jala-jala saat hubung
Singkat.
I hsL = Arus Jala-jala saat hubung singkat
Rugi Tembaga Total  Whs  Wint i

Mesin Listrik 6- 21
3.I hs 2 .R eq1  Whs  Wint i
………………………………………………….…(6-47)
Whs  Wint i
 R eq1 
3.I hs
V
Z eq1  hs X eq1  Z eq12  R eq12 ………………………………(6-48)
I hs
6.6 Diagram Lingkaran
Penampilan Karakteristik dari sebuah Motor Induksi dapat diturunkan dari sebuah
“Circular Locus” . Data yang diperlukan untuk menggambarkan diagram lingkaran bisa
diperoleh dari Test Tanpa beban dan Test Hubung Singkat. Rugi-rugi tembaga stator
dan rotor dapat dipisahkan dengan menggambarkan garis Torsi. Parameter dari motor
dalam rangkaian ekuivalen bisa diperoleh dari test diatas.

6.6.1 Diagram Lingkaran Rangkaian Seri


Ujung dari vektor arus pada sebuah rangkaian seri , yang terdiri dari reaktansi dan te-
gangan suplai yang diberikan konstan tetap resistansi variabel akan membentuk sebuah
lingkaran.

X R
V V
Z I 
V
X
Z R  X2
2

 
V
x
X
X R 2  X2
R
V
 Sin 
X
Y Y A

 I

V A O X
C
X C
I
V
 X
X
O

Gambar 6.18 Diagram Lingkaran dari Rangkaian Seri

Mesin Listrik 6- 22
6.6.2 Diagram Lingkaran dari Rangkaian Ekuivalen
'
I1 a I2 R eq1 X eq1
Io
Ic Im

G B
V1 R2  1 
RL    1
'

K2  S 

Gambar 6.19 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi


Rangkaian yang terletak disebelah kanan titik ab adalah sama dengan sebuah rang-
kaian seri dengan tegangan suplai V1dan reakansi Xeq1 konstan, tetapi resistansi ber-

sifat variabel ( pengaruh slip yang berbeda-beda) , sehingga I 2 ' akan ter- letak pada sisi
V
lingkaran dengan diameter .
X

E
V

B
A '
I 2 I1
2
1 O'
o V
C'
Io X
C
O V
X

Gambar 6.20 Penentuan Diameter Lingkaran Diagram


I 2 '  Arus rotor dengan refrensi stator
I 0  Arus tan a beban (Arus penguaan )
I1 Total arus Stator(Jumlah Vektor )

 Apabila nilai  2 mengalami perubahan, maka titik A akan bergerak sepanjang


lingkaran yang diberi tanda titik-titik.
 Arus pengua tanI0 dan faktor daya o akan konstan , apabila Kondukatansi Go dan
Suseptansi Bo diasumsikan konstan.

Mesin Listrik 6- 23
 Ujung vektor arus I 1 juga terletak pada sisi lingkaran lain yang ditempatkan pada
posisi yang berbeda dan dimulai dari ujung vektor Io (O’), tetapi diameter lingkaran
tetap V/X dan paralel dengan sumbu horizontal OC.

Dari gambaran diatas kita bisa melihat, bila sebuah motor induksi di coba pada sifat
beban yang berbeda-beda, locus dari ujung vektor arus adalah lingkaran. Untuk menen-
tukan Konduktansi dan Suseptansi dari Motor Induksi Tiga fasa adalah sbb :

W
W  3.G 0 .V 2 atau G 0 
3.V 2
I
I 0  V.Y0 atau Y0  0
V
2
I 
B0  Y0 2  G 0 2   0   G 0 2 ..............................................(6 -49)
V

6.6.3 Konstruksi Diagram Lingkaran


Konstruksi diagram lingkaran sebuah motor induksi tiga fasa dapat digambar- kan
dengan menggunakan data yang diperoleh dari :
 Test tanpa beban.
 Test hubung singkat.
 Test resistansi stator.

A
E

V Rugi Tembaga
Rotor
an
L ar
e lu
ri sK E
I1 Ga Rugi Tembaga
1 rsi Stator
s To
I2
'
Gari
S M
0 N F D
O' J C Rugi Tetap
Io
O P K G
Gambar 6-21 Diagram Lingkaran
 Langkah Pertama :

Dari test tanpa beban, Io dan o dapat dhitung, vektor Io “lagging” sebesar o dari
tegangan suplai V.

Mesin Listrik 6- 24
 Langkah Kedua :

Dari test hubung singkat, Arus hubung singkat I hsN saat tegangan normal di- berikan
V
dan  hs bisa diketahui. Vektor OA menunjukkan I hsN  I hs dalam besaran dan
Vhs
'
fasa. Vektor O’A menunjukkan arus rotor I 2 dengan refrensi stator. Untuk menentukan
titik pusat C dari diagram lingkaran, bagi garis O’A menjadi dua bagian yang sama dan
buat garis tegak lurus sehingga memotong garis O’D pada titik C , dengan titik C
sebagai titik tengah dan CO’ sebagai jari-jari buat lingkaran.
Perlu diperhatikan vektor tegangan harus digambarkan secara vertikal , semua jarak-ja-
rak vertikal menunjukkan komponen aktif , daya, atau komponen-komponen energi dari
arus. Sebagai contoh , komponen vertikal O’P dari arus tanpa beban OO’ menunjukkan
besarnya daya masuk tanpa beban yang diperlukan untuk mengatasi rugi inti, gesekan
dan angin yang terjadi pada motor. Komponen vertikal AG dari arus hubung singkat
OA adalah sebanding dengan besarnya daya masuk motor yang terjadi saat test hubung
singkat.

 Langkah Ketiga
Garis yang memisahkan memisahkan rugi tembaga stator dan rugi tembaga rotor
adalah Garis Torsi.
AE Rugi Tembaga Rotor
 ……………………………………(6 – 50)
EF Rugi Tembaga Stator
Garis O’E disebut sebagai Garis Torsi.
Untuk menentukan titik E pada garis AF bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Motor Induksi Rotor Belitan

Untuk motor dengan rotor belitan, resistansi rotor ( R 2 )dan resistansi stator( R 1 )
per fasa bisa dihitung berdasarkan persamaan :
2
AE I 2 2 .R 2 R 2  I 2  I
     1  K  Perbanding an Transformasi
EF I12 .R1 R1  I1  I2

AE R 2 1 R / K 2 R 2' Ekuivalen Re sis tan siRotor / fasa


 x  2  
EF R1 K 2 R1 R1 Re sis tan siStator / fasa

Nilai K bisa ditentukan dari test hubung singkat itu sendiri dengan menggunakan dua
buah Ampermeter pada masing-masing rangkaian Stator dan Rotor.

b. Motor Induksi Rotor Sangkar

Resistansi Stator per fasa bisa diketahui dari test resistansi stator. Besarnya daya masuk
saat test hubung singkat diperkirakan sama dengan besarnya rugi-rugi tembaga secara
total pada motor (rugi inti diabaikan).

Mesin Listrik 6- 25
Rugi Tembaga Stator  3.I hs 2 .R1
Rugi Tembaga Rotor Whs  3.I hs 2 .R1 …………………………………..(4 -51)
AE Whs  3.I hs 2 .R1
 
EF 3.I hs 2 .R1

Diasumsikan bahwa motor induksi berputar dan menyerap arus dari jala-jala
sebesar OL, kemudian dari titik L tarik garis tegak lurus ke OG dan berhenti pada
titik K .

 JK = Menunjukkan rugi-rugi tetap yang terjadi di dalam motor.


 JN = Rugi tembaga stator.
 NL = Daya masuk ke rotor.
 NM= Rugi tembaga Stator.
 ML = Daya keluar dari rotor.
 LK = Total daya masuk ke motor

sehingga : 3. VL .JK = Rugi - rugi yang terjadi pada motor.


3. VL .JN = Rugi tembaga pada stator.
3. VL .NL = Daya masuk pada bagian rotor  Torsi.
3. VL .NM=Rugi tembaga pada bagian rotor.
3. VL .ML=Daya keluar rotor atau daya mekanis.
3. VL .LK =Daya masuk ke motor.
3. VL .MK=Rugi total yang terjadi pada motor.

M L Daya
DayaKeluar
Keluar M
M otor
 M L  
otor  Efisiensi
 Efisiensi
LK
LK DayaM asukM otor
Daya M asuk M otor
NM Rugi
Rugi Tembaga
Tembaga Rotor
 NM  
Rotor  Slip
 Slip
NL
NL Daya M asukrotor
DayaM asukrotor
M L Daya
DayaKeluar
Keluar Rotor
Rotor  1S  NrNr  Kecepa
Kecepa tan
tanRotor
 M L  Rotor
 DayaM asukRotor  1S  Ns  Kecepa tanSinkron
NL
NL DayaM asukRotor Ns Kecepa tanSinkron
LK Daya M asuk M otor
 LK 
 ArusM asukM otor 
DayaM asukM otor FaktorDayamotor
 FaktorDayamotor
OL
OL ArusM asukM otor

6.6.4 Kuantitas Maksimum

a. Keluaran Maksimum

Titik M pada sisi lingkaran merupakan tangen yang dibuat secara paralel ke garis
keluaran O’A .Titik M ditetapkan dengan cara menggambarkan garis CM yang ditarik

Mesin Listrik 6- 26
dari titik C dan tegak lurus ke garis keluaran O’A. Kemudian dari titik M buat garis
Vertikal yang memotong pada titik P, garis MP menunjukkan Keluaran Maksimum
dari motor.
E
R
N A

Masukan Maximum
Torsi Maximum
M

Keluaran Maximum
V Rugi Tembaga
Rotor
an
ar
K elu E
ris
Ga Rugi Tembaga
rsi Stator
P ar i s To
G
Q
C F D
O' Rugi Tetap
O G
S

Gambar 6.22 Menentukan Kuantitas Maksimum

b. Torsi Maksimum atau Daya Masuk Rotor

Titik N dibuat secara paralel dengan garis torsi O’E, titik N juga bisa diketahui dengan
cara menarik garis dari titik C tegak lurus pada garis torsi sampai pada sisi lingkaran.
Kemudian tarik garis vertikal dari titik N sampai memotong garis torsi pada titik Q.
Titik NQ menunjukkan besarnya Torsi Maksimum yang bisa terjadi pada motor atau
biasa disebut “ Pull -Out Torque”.

c. Daya Masuk Maksimum

Daya masuk Maksimum ditunjukkan dengan titik tertinggi dari lingkaran yaitu titik R ,
dengan menarik garis dari titik R secara vertikal pada garis horizontal OG sampai
memotong pada titik S .Garis RS menunjukkan Daya Masuk Maksimum dari motor.

6.7 Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa


Motor induksi akan berputar pada kecepatan konstan saat dihubungkan pada tegangan
dan frekuensi yang konstan, kecepatannya sangat mendekati kecepatan sinkronnya.
Bila torsi beban bertambah, maka kecepatannya akan sedikit mengalami penurunan, se-
hingga motor induksi sangat cocok digunakan menggerakkan sistem yang mem-
butuhkan kecepatan konstan.

Namun dalam kenyataannya terutama di industri terkadang dikehendaki juga adanya pe-
ngaturan kecepatan. Pengaturan kecepatan sebuah motor induksi memerlukan biaya
yang relatif mahal. Pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti
dengan mengubah jumlah kutub, mengatur tahanan luar, mengatur tegangan jala-jala,
dan mengatur frekuensi jala-jala.

Mesin Listrik 6- 27
6.7.1 Mengubah Jumlah Kutub
Karena kecepatan operasi motor induksi mendekati kecepatan sinkron, maka kecepatan
motor dapat diubah dengan cara mengubah jumlah kutubnya, sesuai dengan persamaan
120f
: NS 
P
Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah hubungan lilitan dari kumparan stator motor.
Normalnya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah
kutub, misalnya dari 2 kutub menjadi 4 kutub. Dengan cara ini perubahan kecepatan
yang dihasilkan hanya dalam “ discrete steps”.

Gambar 6.23 Mengubah Jumlah Kutub

6.7.2 Pengaturan Tahanan Rotor


Pengaturan kecepatan putaran dengan cara pengaturan tahanan luar hanya bisa dila-
kukan pada motor induksi rotor belitan, dengan cara menghubungkan tahanan luar ke
dalam rangkaian rotor melalui slipring.
Pengaturan tahanan secara manual terkadang kurang sempurna untuk beberapa jenis
penggunaan,seperti sistem kontrol umpan balik. Kontrol dengan memanfaatkan kom-
ponen elektronik pada tahanan luar akan lebih memperhalus operasi pengaturan.

Mesin Listrik 6- 28
(a) Rangkaian Tahanan Rotor

b. Kurva Pengaturan Tahanan

c. Pengaturan Secara Elektronis

Mesin Listrik 6- 29
d. Pengaturan dengan lup Tertutup

Gambar 6.24 Pengaturan Tahanan Rotor Motor

6.7.3 Pengaturan Tegangan

Untuk melakukan pengaturan kecepatan dengan daerah pengaturan yang sempit pada
motor induksi rotor sangkar dapat dilakukan dengan cara menurunkan (mengatur) be-
sarnya tegangan masukan.

Perlu diperhatikan pengaturan kecepatan seperti ini bisa menyebabkan naiknya slip, se-
hingga efisiensi menurun dengan menurunnya kecepatan, dan pemanasan berlebihan
pada motor bisa menimbulkan masalah.

Pengaturan tegangan untuk mengatur kecepatan dapat diimplementasikan dengan men-


suplai kumparan stator dari sisi sekunder autotransformator yang bisa diatur atau de-
ngan komponen elektronik seperti rangkaian thyristor yang biasa disebut “ voltage
controller”.

(a)

Mesin Listrik 6- 30
(b)

(c)

Gambar 6.25 Pengaturan Tegangan

6.7.4 Pengaturan Frekuensi

Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur nilai frekuensi jala-
jala. Aplikasi metoda pengaturan kecepatan ini memerlukan sebuah pengubah frekuensi.
Gambar 6.26 memperlihatkan blok diagram sistem pengaturan kecepatan umpan
terbuka (open loop), frekuensi suplai ke motor dapat diatur (diubah-ubah). Untuk
menghindari saturasi yang tinggi dalam magnetik, tegangan terminal ke motor harus
bervariasi sebanding dengan frekuensi.

Mesin Listrik 6- 31
Gambar 6.26 Skema Pengaturan Frekuensi

6.8 Pemilihan Motor

Sebelum menggunakan motor listrik untuk menggerakan suatu beban, maka terlebih da-
hulu kita harus mengetahui karakteristik beban yang akan digerakan tersebut, seperti :
 Apakah beban akan terhubung langsung ke poros motor ?
 Berapa besarnya daya yang dibutuhkan ?
 Bagaimana hubungan torsi beban dengan kecepatan ?
 Berapa besar torsi asut, torsi kecepatan, torsi maksimum yang dibutuhkan ?
 Dimana motor akan diletakan ?

dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dijadikan acuan sebelum kita memilih motor
listrik, supaya motor dapat menggerakan beban secara optimal dan efisien.

Berikut ini beberapa faktor/standar yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih
motor, supaya sesuai dengan kebutuhan beban.

 Faktor Pelayanan (Service Faktor)

Motor induksi tersedia dengan berbagai tipe dan ukuran daya, apabila motor mem-
punyai faktor pelayanan (service faktor = SF) 1,15, hal ini menunjukan bahwa motor
dapat beroperasi pada 115% beban secara terus menerus, walaupun beroperasi pada
efisiensi yang lebih rendah dari yang seharusnya. Pengunaan motor dengan beban lebih
sesuai SF untuk jangka waktu tertentu biasanya menjadi alternatif pengguna motor,
daripada harus mem-beli motor dengan daya yang lebih besar.

 Penutup Motor

Penutup motor dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap bagian- bagian


yang ada didalam motor, tergantung pada lingkungan dimana motor tersebut akan

Mesin Listrik 6- 32
dipergunakan. Beberapa jenis penutup yang umum dipergunakan adalah :

 ODP (Open Drip-Proof), jenis ODP digunakan pada lingkungan yang bersih dan
memberikan toleransi terhadap tetesan cairan tidak lebih besar 15°secara vertikal.
Pendi-nginan untuk motor memanfaatkan udara sekitarnya.

 TEFC(Totally Enclosed Fan Cooled), motor dengan penutup jenis ini digunakan
untuk lingkungan yang ber- debu dan korosif. Motor didinginkan oleh kipas angin
eksternal.

 Klasifikasi Karakteristik Torsi Motor

NEMA (National Electrical Manufactures Association) telah membuat standar- disasi


untuk motor induksi berdasarkan karakteristik torsinya, yaitu rancangan A, B, C, D, dan
F. Tabel 6.1 memperlihatkan karakteristik torsi motor berdasarkan standar NEMA.

Tabel 6.1 Karakteristik Torsi Motor Induksi


Desain Torsi Arus Slip Torsi
Asut Asut Beban Patah
Penuh

A N N R LT
B N N R N
C T N R N
D T R T T
F R R R R

Ket : N = Normal, T =Tinggi,


R = Rendah, LT= Lebih Tinggi

Motor induksi rotor sangkar adalah motor yang paling sederhana karena dibagian rotor-
nya tidak ada sikat. Motor induksi rotor sangkar (desain B) umumnya dipergunakan
untuk menggerakan kipas, pompa sentrifugal, dan sebagainya.

Motor induksi dengan torsi asut tinggi (desain C) digunakan apabila diperlukan torsi
pengasutan tinggi, seperti elevator dan kerekan yang harus diasut dalam keadaan ber-
beban. Motor jenis ini umumnya mempunyai rotor sangkar ganda.

Motor induksi desain D dirancang untuk mempunyai torsi asut tinggi dengan arus asut
rendah. Motor jenis ini mempunyai tahanan rotor tinggi yang dibuat dari kuningan,
motor bekerja antara 85% s.d 95% dari kecepatan sinkronnya. Motor dengan desain D
biasanya dipergunakan untuk menggerakan beban yang mempunyai kelembaman tinggi,
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai kecepatan penuh.

 Klasifikasi Isolasi Motor

Isolasi motor diklasifikasikan dengan hu-ruf, sesuai dengan kemampuannya terhadap


suhu untuk bisa bertahan tanpa mengakibatkan penurunan karakteristik yang serius.
Tabel 6.2 memperlihatkan kenaikan suhu diatas suhu kamar berdasarkan klas isolasi.

Mesin Listrik 6- 33
Jenis isolasi motor yang paling umum digunakan adalah klas B.

Tabel 6.2 Klasifikasi Isolasi Motor


Isolasi
Klas B Klas F Klas H
Motor tanpa
SF
80°C 105°C 125°C
Motor dengan
SF 1,15
90°C 115°C 135°C

Mesin Listrik 6- 34
Latihan :

1. Sebutkan beberapa keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) motor in-


duksi tiga fasa bila dibandingkan dengan motor AC tiga fasa lainnya .
2. Sebutkan bagian dari motor induksi seperti terlihat pada gambar dibawah ini de-
ngan benar :

Jawaban :
1. ………………………
2. ………………………
3. ………………………
4. ………………………

3. Sebutkan dan jelaskan fugsi bagian utama dari motor induksi berikut ini :
a. Stator
b. Rotor
4. Jelaskan prinsip kerja dari sebuah motor induksi tiga fasa 
5. Bagaimanakah dapat terjadi perbedaan kecepatan sinkron Ns dengan kecepatan
putar rotor Nr 
5. Jelaskan apa yang menyebabkan terjadinya slip pada motor
6. Sebuah motor induksi 3 fasa, 4 kutub, 50 Hz , dijalankan pada kecepatan 1455 Rpm .
Tentukan slipnya .
7. Sebuah motor induksi 3 fasa, 4 kutub , di suplai dengan tegangan 380 Volt, dan
frekuensi 50 Hz , hitung :
a. Kecepatan medan putar stator
b. Kecepatan rotor bila slipnya 0,04
c. Frekuensi dalam keadaan diam
8. Sebuah motor induksi 3 fasa, 6 kutub, saat dihubungkan pada frekuensi 50 Hz,
berputar dengan kecepatan 950 Rpm . Tentukan besarnya slip yang terjadi .

Mesin Listrik 6- 35
9. Sebuah motor induksi 3 fasa, 6 kutub mempunyai slip saat beban penuh 3% di sup-
lai oleh sebuah alternator 8 kutub ,yang mempunyai kecepatan 750 Rpm. Tentukan
kecepatan beban penuh dari motor induksi dan frekuensi rotornya .
10. Bila tegangan induksi stator motor induksi 6 kutub, mempunyai frekuensi 50 Hz
dan frekuensi rotornya 1,5 Hz . Berapa kecepatan putar motor dan slipnya .
11. Sebuah motor induksi 3 fasa , 12 kutub , 60 Hz , kecepatan pada beban penuh 570
Rpm . Tentukan : a. Kecepatan sinkronnya
b. Slip pada beban penuh
12. Gambarkan rangkaian ekuivalen dari motor induksi 3 fasa
13. Berdasarkan rangkaian ekuivalen motor induksi, tentukan persamaan untuk menen-
tukan nilai arus rotor ( I2).
14. Sebuah motor induksi 3 fasa, hubung bintang, 115 Volt, 60 Hz, mempunyai sebuah
rangkaian ekuivalen dengan impedansi stator( 0,07 + j 0,3 ) ohm dan impedansi
ekuivalen rotor ( 0,08 + j 0,3 ) ohm, rangkaian magnetisasi Go = 0,022 mho, Bo =
0,158 mho .
Hitunglah besarnya I2’ dan I1
15. Sebuah motor induksi tiga fasa, 230 Volt, 60 Hz, 10 HP, 1138 Rpm mempunyai
rangkaian ekuivalen sbb :
R1 = 0,15 Ohm R2’ = 0,3 Ohm Rc = 225 Ohm
X1 = 0,5 Ohm X2’ = 0,5 ohm Xm= 25 Ohm
Tentukan : a. Nilai impedansi dilihat dari stator
b. besarnya arus input ke stator

16. Sebuah motor induksi tiga fasa 220 Volt, 4 kutub, 50 Hz, 5 HP, dihubung bintang
mempunyai rangkaian ekuivalen sbb :
R1 = 0,45 Ohm R2’ = 0,4 Ohm
X1 = 0,8 Ohm X2’ = 0,8 Ohm
Bo = 1/30 mho
Tentukan : a. Impedansi dilihat dari sisi stator
b. Tegangan fasa dari stator
c. Arus input ke stator
d. Faktor daya
17. Gambarkan karakteristik Torsi sebagai fungsi putaran dari sebuah motor induksi 3
fasa.
18. Sebuah motor induksi 3 fasa , 400 volt, mempunyai rotor terhubung bintang dengan
perbandingan lilitan stator:rotor = 6,5 . Tahanan rotor 0,05 Ohm dan reaktansinya
saat diam 0,25 Ohm . Berapa nilai tahanan luar per fasa yang harus diberikan pada
slipring agar diperoleh torsi maksimum pada saat motor di asut .
19. Sebuah motor induksi , 3 fasa , hubung bintang , 220 volt (tegangan jala-jala) , 10
HP , 60 Hz , 6 Kutub , mempunyai parameter sbb :
R1 = 0,294 Ohm /fasa R2’ = 0,144 Ohm/fasa
X1 = 0,503 Ohm/ fasa X2’ = 0,209 Ohm/fasa
Xm = 13,25 Ohm/fasa Rc = diabaikan
Jumlah rugi gesekan + angin + besi = 403 watt .
Bila slip 0,02 tentukanlah kecepatan rotor, daya mekanik, kopel, arus stator, faktor
daya dan efisiensinya .

Mesin Listrik 6- 36
20. Sebuah motor induksi, 3300 Volt, 24 kutub, 50 Hz, 3 fasa, terhubung bintang mem-
punyai tahanan rotor 0,016 Ohm dan reaktansi 0,265 Ohm/fasa saat belum berputar.
Hitunglah : a. Kecepatan pada torsi maksimum
b. Perbandingan torsi pada beban penuh dan torsi maksimum jika torsi
beban penuh diperoleh pada kecepatan 247 Rpm .
21. Gambarkan karakteristik yang menyatakan hubungan antara Torsi dengan slip .
22.Bila sebuah motor induksi mempunyai slip 0,02 pada tegangan normal. Perkirakan
besarnya nilai slip ( dgn cara pendekatan) yang dihasilkan , supaya menghasilkan
torsi yang sama pada tegangan 10% diatas tegangan normal .
23.Sebuah motor induksi 3 fasa, 400 Volt, terhubung bintang, mempunyai impedansi
stator (0,06 + j 0,2) Ohm dan impedansi rotor (refrensi stator) = (0,06 + j 0,22) Ohm,
arus penguatan diabaikan . Tentukan daya kotor maksimum dan slip yang terjadi .
24.Motor Induksi 3 fasa , 4 kutub , 50 Hz\, 400 Volt berputar 1400 Rpm pada faktor
daya 0,88 dan memberikan daya pada beban penuh 14,8 HP . Rugi-rugi stator 1060
Watt dan rugi gesekan + angin 375 Watt .
Hitung : a. Slip
b. Rugi tembaga rotor
c. Frekuensi rotor
d. Efisiensi
25. Motor induksi 3 fasa rotor belitan, rotornya dihubung bintang, mempunyai im-
pedansi dalam keadaan diam ( 0,4 + j4) Ohm per fasa , dan impedansi rheostat per
fasa (6 + j2)Ohm. Motor mempunyai tegangan induksi antar slipring sebesar 80
Volt pada keadaan diam. Apabila motor dihubungkan dengan tegangan normal ,
hitunglah arus rotor :
a. dalam keadaan mulai di asut dengan rhostat terhubung ke slipring
b. apabila dijalankan dengan slipring terhubung singkat dengan slip 3%.
26. Induksi 3 fasa rotornya dihubung bintang dan mempunyai tegangan induksi 50 Volt
antar cincin slipring , saat motor belum terbuka dan rangkaian terbuka . Ketika
stator dihubungkan dengan tegangan suplai normal , impedansi rotor dalam
keadaan diam (0,5 + j 3,5) Ohm. Hitunglah arus fasa dan faktor daya bila :
a. rotor dihubungkan dengann tahanan luar sebesar 4 Ohm/fasa
b. cincin slipring dihubung singkat .
27. Sebuah motor induksi tiga fasa , 6 kutub , 50 Hz dijalankan dengan beban penuh
pada slip4% menghasilkan torsi 150 Nm . Rugi gesekan + angin 200 watt dan rugi
tembaga dan besi sebesar 1620 Watt .
Hitunglah : a. Daya keluaran motor
b. Rugi tembaga rotor
c. Efisiensi pada beban penuh .
28. Kerugian-kerugian yang terjadi pada motor dapat mengurangi keluaran motor, gam-
barkan diagram aliran daya dari sebuah motor induksi tiga fasa .
29. Jelaskan hubungan antara Efisiensi , daya input , dan daya output secara matematis
30. Sebuah motor induksi , 1000 HP , 2200 Volt , 25 Hz , 12 Kutub , 3 fasa , hubung
bintang , mempunyai data sbb :
R1  0,102Ohm R 21  0,0992Ohm
X1  0,313Ohm X 2 1  0,313Ohm

Mesin Listrik 6- 37
Pengukuran beban nol memberikan P = 15, 2 Kw pada cos phi = 0,053 lagging dan
arus beban nol= 75,1 Ampere. Jika slip = 0,018 tentukan daya keluaran, kecepatan ,
torsi , daya masukan , faktor daya , dan efisiensi .
31. Percobaan/pengetesan apakah yang dilakukan untuk menentukan parameter motor
induksi tiga fasa .
32. Sebuah motor induksi tiga fasa 110 Volt , hubung bintang menyerap arus 25 A dari
tegangan jala-jala 30 Volt saat rotor diblok. Dengan tegangan jala-jala ini daya
masuk ke motor 440 Volt dan rugi inti 40 Watt. Tahanan dc antar terminal stator
0,1 Ohm , bila ratio ac ke dc 1,6 tentukan ekuivalen rugi reaktansi/fasa dari motor
dan resistansi rotor dan stator per fasa .
33. Sebuah motor induksi tiga fasa ,400 Volt diuji dan menghasilkan data sbb :
Tes tanpa beban Vo = 400 Volt , Po = 1250 Watt , Io = 9 A
Tes hub singkat Vhs= 150 Volt , Phs= 4 Kw , Ihs = 38 A
Bila rating normal adalah 14,91 Kw, tentukan dari diagram lingkaran, arus beban
penuh , faktor daya , dan slip .
34. Gambarkan diagram lingkaran dari hasil percobaan beban nol dan hubung singkat
pada sebuah motor induksi tiga fasa 20 HP, 400 Volt , 6 kutub . Data hasil tes
adalah :
Tes tanpa beban : Po = 400 Volt ; Io = 11 A , Cos phi = 0,2
Tes Hub singkat : Phs= 100 Volt ; Ihs= 25 A , Cos Phi = 0,4
Rugi tembaga rotor saat diam adalah setengahnya dari rugi tembaga total .
Dari diagram lingkaran , tentukan :
a. Arus jala-jala , slip , efisiensi , dan faktor daya saat beban penuh
b. Torsi maksimum .
35. Saat motor induksi tiga fasa mulai dijalankan , nilai arus asut yang terjadi sangat
besar , bagaimana cara mengatasinya
36. Sebutkan tiga untuk melakukan pengasutan motor induksi 3 fasa
37. Sebuah motor induksi tiga fasa , 6 kutub , 460 Volt , 60 Hz . Ouput frekuensi
variabel diperoleh dari terminal rotor . Frekuensi diatur dengan range 15 – 120 Hz .
a. Tentukan kecepatan dalam rpm dari sistem untuk mendapatkan frekuensi 15 Hz
dan 120 Hz .
b. Bila tegangan rotor dalam keadaan terbuka adalah 240 Volt saat rotor dalam
keadaan diam , tentukan tegangan rotor yang tersedia pada saat hubungan
terbuka dengan frekuensi 15 Hz dan 120 Hz .
38. Sebuah motor induksi rotor belitan 6 kutub , 50 Hz, mempunyai resistansi rotor 0,2
Ohm /fasa dan berputar pada kecepatan 960 Rpm saat beban penuh. Hitung nilai
resistansi per fasa dari rheostat untuk mengurangi kecepatan motor menjadi 800
Rpm dengan kondisi torsi beban penuh .

Mesin Listrik 6- 38
BAB VII
Motor Sinkron Tiga Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami tentang prinsip kerja dan rangkaian ekuivalen motor sinkron tiga fasa.
2. Memahami tentang daya, torsi, karakteristik motor sinkron tiga fasa dan motor sin-
kron sebagai kompensator.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari motor sinkron dengan
benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan rangkaian ekuivalen motor sinkron tiga fasa de-
ngan dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang timbulnya GGL di armatur pada pe-
nguatan konstan dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang timbulnya GGL di armartur pada penguat
kurang dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan timbulnya GGL di armatur pada penguatan ber-
lebihan.dengan benar.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang vektor tegangan saat penguatan berkurang
dan berlebih dengan benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengaruh pembebanan pada sebuah motor
sinkron tiga fasa dengan benar.

Lembar Informasi :

7.1 Prinsip Kerja

Motor sinkron bekerja dengan dua sumber arus, yaitu arus bolak-balik (AC) dan sumber
arus searah (DC). Motor akan berputar sinkron bila putaran medan putar sama dengan
putaran rotor. Jadi bila stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa (AC), ma-
ka pada stator akan terjadi medan putar dan pada rotor dimasukan tegangan DC.

Sumber DC baru dimasukkan setelah rotor berputar dengan putaran sinkron, karena mo-
tor sinkron akan bekerja bila Ns = Nr, bila hal ini belum tercapai, maka motor tidak
akan bekerja. Gambar 7.1 mengilustrasikan sebuah motor sinkron dua kutub dengan
asumsi rotor dalam keadaan diam.

Mesin Listrik 7- 1
Gambar 7.1 Motor Sinkron dua Kutub

Saat poros motor tidak berbeban, maka poros rotor “dikunci”oleh kutub stator lawan
dan motor akan berputar pada kecepatan sinkron dan sudut Torsi  akan nol (Gambar
7.2 a). Bila beban mekanis diberikan pada poros rotor, maka putaran rotor cenderung
menurun (Gambar 7.2 b) tetapi putaran masih sinkron. Ikatan magnetik antara medan
rotor dan stator masih terjadi, tetapi rotor tertinggal oleh sudut Torsi . Torsi yang
dihasilkan Td yang tergantung pada sudut  dan ini harus cukup untuk mengatasi Torsi
poros (T.beban) yang terjadi.

Gambar 7.2 Pengaruh Beban pada Kutub Rotor Motor Sinkron

Mesin Listrik 7- 2
7.2 Motor Saat Berbeban

Seperti halnya pada jenis motor yang lain, pada motor sinkronpun akan terjadi ggl la-
wan, akibat naiknya arus yang mengalir pada jangkar sebagai kompen-sasi dari kenaik-
kan Torsi dan Daya oleh beban.

Sebagai ilustrasi diperlihatkan pada gambar 7.3 . Apabila ada kenaikan beban pada po-
ros motor, kecepatan rotor akan menurun sesaat karena diperlukan waktu untuk motor
menyerap tambahan daya dari jala-jala. Meskipun masih berputar pada kecepatan
sinkron, rotor tetap akan tertinggal sebesar sudut Torsi  dari medan stator. Ggl yang
akan diinduksikan pada posisi rotor yang baru dan mengenai medan stator adalah Eb’.

Gambar 7.3 Pengaruh Kenaikan Beban pada Arus Jangkar

Saat tanpa beban (beban ringan) Eb dan V hampir berlawanan secara langsung, tetapi
saat beban bertambah kutub rotor tertinggal sebesar sudut Torsi . Seperti diperlihatkan
pada gambar 7.3. Eb saat berbeban bergeser sebesar Torsi  dari posisi Eb tanpa beban.
Tegangan Er tergantung pada posisi Eb, dan nilai arus jangkar adalah :
V  Eb 
I2  4 …………………………………………………….………...(7-1)
Zs
Motor akan menyerap daya dari jala-jala untuk mengkompensasi kenaikan beban poros,
tanpa mengakibatkan perubahan pada kecepatan rata-ratanya. Tetapi bila beban bertam-
bah terus, bisa mengakibatkan motor keluar dari keadaan sinkron dan berhenti berputar.

7.3 Daya Dihasilkan Motor Sinkron

Gambar 6.4 memperlihatkan vektor diagram sebuah motor sinkron dengan faktor daya
“leading”, dimana :
OA = Tegangan suplai/fasa
AB = Ggl lawan dengan sudut beban 
OB = Tegangan resultan Er = I . Zs
 = Sudut antara I dengan Eb

Mesin Listrik 7- 3
  Tan 1
Xs
.................................................................................................(7-2)
Ra

Gambar 7.4 Vektor Diagram untuk Menentukan Daya Motor

 Garis CD dibuat dengan beda sudut  dari AB


 AC dan FD tegak lurus CD

Daya mekanik per fasa yang terjadi pada rotor :

Pm = Eb . I . Cos  Watt ...............................................................................(7-3)

pada  OBD  BD = I . Zs . Cos 


BD = CD – BC atau BD = AE – BC
IZs.Cos=V.Cos(-)–Eb.Cos

V Eb
I.Cos  Cos(  )  Cos  .............................................................(7-4)
Zs zs
Substitusikan pers (6-4) ke pers(6-3)

V 
Pm/fasa  Eb  Cos     
Eb
Cos 
 Zs Zs 
Eb 2
Cos     
Eb . V
 Cos  …………………………………(7-5)
Zs Zs

Mesin Listrik 7- 4
Untuk menentukan nilai daya maksimum yang dihasilkan motor dapat diperoleh dengan
mendeferensialkan pers(7-5) terhadap sudut beban.

Sin     atau Sin ( - ) = 0   = 


dPm Eb . V
 
d Zs

 Nilai daya Maksimum

Eb . V Eb 2
Pm(max)   Cos
Zs Zs
Eb . V Eb 2
  Cos …………………………………….…(7-6)
Zs Zs

7.4 Efisiensi Motor Sinkron

Gambar 7.5 Diagram Aliran Daya pada Sebuah Motor Sinkron

Adanya kerugian-kerugian yang terjadi pada motor mengurangi daya masuk listrik
(Pin), semakin kecil kerugian yang terjadi maka semakin tinggi efisiensi motor.

Adapun kerugian-kerugian yang terjadi pada sebuah motor listrik bisa diilustrasikan
seperti pada gambar 7.5.
Pout
Efisiensi   x100% ……………………………….(7-7)
Pout  Rugi
Pout  .Tporos...Watt .......................................................(7-8)
Pin  3.VL.IL.Cos …………………………………….(7-9)
Sehingga persamaan untuk efisiensi dapat ditulis seperti persamaan (6-10),
.Tporos
 x100% .(7-10)
.Tporos  3.Ia 2 .Ra  If .Vf  Pint i  Psu

Mesin Listrik 7- 5
7.5 Kurva V Motor Sinkron

Gambar 7.6, memperlihatkan diagram vektor sebuah motor sinkron dengan faktor daya
yang berbeda-beda pada keadaan beban tetap.

Gambar 7.6 Diagram Vektor dalam Keadaan Beban Tetap, dengan Faktor Daya Berbeda

Arus Ia yang disuplai dari jala-jala untuk motor sinkron nilainya akan besar saat faktor
daya “lagging” (penguatan kurang), kemudian menurun pada saat faktor daya “Unity”
dan naik kembali pada saat faktor daya ‘leading” (penguat lebih). Sehingga kita bisa
menggambarkan hubungan arus jangkar Ia dengan arus medan If untuk suatu beban
yang tetap, dan perubahan ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva V, seperti diper-
lihatkan pada gambar 7.7. Pada saat motor sinkron dalam kondisi tidak berbeban diberi
penguatan berlebih (over exicited) akan berfungsi sebagai kapasitor, sehingga mem-
punyai kemampuan untuk memperbaiki faktor daya jaringan listrik dimana motor ter-
sebut terhubung.

Gambar 7.7 Kurva V Motor Sinkron

Mesin Listrik 7- 6
Hal ini terjadi karena daya reaktif yang dihasilkan motor akan mengkompensasi kelebi-
han fluk pada jaringan listrik. Motor sinkron yang dimanfaatkan untuk memperbaiki
faktor daya biasa disebut kondensor sinkron atau kapasitor sinkron.

7.6 Pengasutan Motor Sinkron

Langkah pengasutan sebuah motor sinkron supaya berputar pada kecepatan sinkronnya
tidak semudah seperti kita melakukan pengasutan pada sebuah motor induksi. Rotor se-
buah mesin sinkron seperti telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya terdiri dari kum-
paran yang bila diberi arus searah melalui slipring maka akan timbul kutub utara dan
selatan pada sepatu kutub dimana kumparan itu diletakkan. Nilai arus yang diberikan
juga bisa diatur sehingga memungkinkan faktor daya motor sinkron pada kondisi
leading atau lagging.

Salah satu cara untuk pengasutan motor dengan jenis rotor seperti dijelaskan di-atas
adalah dengan cara mengfungsikan mesin sinkron sebagai generator sinkron dengan
proses sinkronisasi seperti telah dijelaskan pada sub bab 7.8. Apabila proses sink-
ronisasi generator dengan jala-jala telah selesai dilakukan,selanjutnya putuskan hu-
bungan tegangan ke penggerak mula. Proses ini akan menyebabkan aliran daya ke me-
sin sinkron akan berubah, yang mengakibatkan mesin sinkron berubah fungsi dari gene-
rator sinkron menjadi motor sinkron. Prosedur pengasutan seperti dijelaskan diatas
biasanya dilakukan di laboratorium mesin listrik atau saat motor tidak terhubung lang-
sung ke beban.

Untuk mengatasi kesulitan dalam proses pengasutan ini, kebanyakan motor sinkron
untuk digunakan industri telah dirancang secara khusus dengan dileng- kapi kumparan
peredam (damper winding) yang diletakkan pada sepatu kutub dan kumparan peredam
ini dihu-bung singkat pada kedua ujungnya. Pada saat periode pengasutan motor sinkron
difungsikan seperti sebuah mo tor induksi sampai putaran rotornya mendekati kecepatan
medan putar (kecepatan sinkron).

Berikut ini adalah langkah untuk pengasutan motor sinkron yang dilengkapi dengan
kumparan peredam :
1) Putuskan suplai arus searah ke kumparan medan motor sinkron, kemudian hubung
singkat terminal kumparan medan;
2) Naikkan tegangan suplai tiga fasa ke terminal stator motor secara bertahap dengan
menggunakan autotransformator dan amati putaran rotor sampai mendekati kecepat-
an sinkronnya;
3) Bila putaran rotor sudah mendekati kecepatan sinkronnya, lepaskan rangkaian
hubung singkat pada kumparan medannya. Kemudian masukan suplai arus medan
(dc excitation) secara bertahap sampai putaran rotor motor akan masuk pada kondisi
putaran sinkron;
4) Berikan tegangan suplai ke terminal stator secara penuh (tanpa melewati
autotransformator);
5) Atur nilai arus ke kumparan medan untuk memperoleh faktor daya yang dibutuhkan.

Mesin Listrik 7- 7
Latihan :
1. Apa beda motor sinkron dengan motor induksi secara konstruksi .
2. Sebutkan bagian-bagian motor sinkron.
3. Apa beda secara prinsip kerja motor sinkron dengan motor induksi.
4. Jelaskan proses terjadinya perputaran rotor pada motor sikron.
5. Jelaskan kondisi motor sinkron pada eksitasi normal, uraikan secara vektor.
a. Motor bekerja pada faktor daya lagging.
b. Motor bekerja pada faktor daya leading.
c. Motor bekerja pada faktor daya unity.
6. Jelaskan efek kenaikan beban pada motor sinkron jika
a. Eksitasi normal.
b. Eksitasi kurang
c. Eksitasi lebih.
7. Jelaskan pengaruh perubahan Exitasi pada beban konstan.
a. Eksitasi normal
b. Eksitasi kurang
c. Eksitasi lebih.

8. Motor sinkron tersambung delta, 20 kutub ,673 Volt 50 Hz, 3 fasa. Bekerja tanpa
beban pada eksitasi normal, tahanan jangkar/fasa 10 ohm dan reaktansi sinkron
diabaikan jika kedudukan rotor 0,5 derajat mekanik dari posisi sinkron.
Hitunglah :
a. Pergeseran rotor dalam derajat listrik.
b. Tegangan jangkar resultan / fasa
c. Arus jangkar / fasa
d. Daya masuk 3 fasa
9. Motor sinkron perfasa mempunyai tegangan terminal 500 volt , daya output 7,46
kW, dan beroperasi pada pada faktor daya tertinggal 0.9. Besar tahanan armatur 0,8
Ohm. Jika rugi inti berdama-sama dengan rugi gesek per phase sebesar 500 Watt,
dan rugi eksitasi per phase sebesar 800 Watt. Hitunglah :
a. Arus armatur
b. Effisiensi

10. Motor sinkron per phase mempunyai impedansi armatur 0.5 + j0.866 Ohm. Pada
tegangan terminal 200 Volt memberikan daya output 6 kWatt. Rugi inti per phase
bersama-sama dengan rugi gesek per phase sebesar 500 Watt. Apabila arus jala-jala
50 A dan rugi eksitasi diabaikan, Hitunglah :
a. GGl armatur pada faktor daya tertinggal
b. GGL armatur pada faktor daya mendahului

11. Motor sinkron 3-phase, 400 Volt, 50 Hz, 6 kutub tersambung dalam bentuk bintang
mempunyai reaktansi sinkron 4 Ohm/phase, dan hambatan armatur 0.5 Ohm/phase.
Pada beban penuh, eksitasi diatur sehingga mesin mengambil arus jala-jala 60 A
pada faktor daya mendahului 0.866. Jaga agar eksitasi tidak berubah. Jika rugi-rugi
eksitasi, angin dan inti 3-phase sebesar 2 kWatt.

Mesin Listrik 7- 8
Hitunglah :
a. Daya output 3-phase maksimum
b. Torsi sumbu maksimum
c. Daya mekanik maksimum

12. Sebuah motor sinkron , 3 Fasa , 400 Volt , daya ouput 7,46 Kw . Resistansi jangkar
diabaikan dan reaktansi sinkron 10 Ohm/fasa . Tentukan arus jala-jala (input) dan
ggl lawan (Eb) saat beban penuh , diasumsikan efisiensi 85% , dan faktor daya
unity

13. Sebuah motor sinkron, tiga fasa, hubung bintang , 13.000 Volt, arus rating 54
Ampere. Reaktansi sinkron efektif 32 Ohm/fasa dan resistansi jangkar 1,15
Ohm/fasa. Tentukan daya yang harus disuplai ke motor dan ggl lawan (Eb) untuk
factor daya :
a. 0,8 lagging
b. 0,8 leading
14. Sebuah motor sinkron, tiga fasa, hubung bintang , 3300 Volt mempunyai reaktansi
per fasa 18 Ohm dan resistansi per fasa 2 Ohm . Bila saat tanpa beban mengha-
silkan ggl lawan 3800 Volt (jala-jala) . Tentukan :
a. Daya mekanik maksimum yang dapat dihasilkan (tiga fasa).
b. Rugi tembaga total (tiga fasa).
c. Arus jangkar dan pf input saat Pm maksimum
15. Sebuah motor sinkron tiga fasa 2300 Volt, hubung bintang mempunyai resistansi
per fasa 0,2Ohm dan reaktansi sinkron 2,2 Ohm per fasa. Motor dioperasikan pada
faktor daya 0,5 leading dengan arus jala-jala 200 A. Tentukan nilai ggl induksi
(Eb) per fasa.
16. Sebuah motor sinkron , tiga fasa, hubung bintang, 6600 Volt mempunyai reaktansi
per fasa 10 Ohm. Pada saat daya input yang terjadi pada motor 900 KW, tegangan
induksi yang terjadi 8900 Volt. Tentukan besarnya arus jala-jala , resistansi
diabaikan.

Mesin Listrik 7- 9
BAB VIII
Generator Sinkron Tiga Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami tentang konstruksi mesin sinkron dan prinsip kerja generator sinkron
tiga fasa.
2. Memahami tentang rangkaian ekuivalen dan karakteristik generator sinkron.
3. Memahami tentang pengaturan tegangan dan cara memparalelkan generator sinkron
tiga fasa.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konstruksi dari sebuah konstruksi mesin sinkron


dengan benar
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi kumparan dan gaya gerak lis-
trik pada generator sinkron dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari sebuah generator sinkron
dengan benar
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang resistansi jangkar, reaktansi bocor, dan
reaktansi sinkron pada sebuah generator sinkron dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pengujian untuk menentukan resis-
tansi dan reaktansi generator dengan benar.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah pengujian sebuah generator sin-
kron dengan benar
7. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam karakteristik dari sebuah generator
sinkron dengan benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian pengaturan tegangan pada ge-
nerator sinkron tiga fasa dengan benar
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang langkah-langkah menentukan pengaturan
tegangan dengan metode impedansi sinkron, metoda amper lilit, dan metode potier
dengan benar
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara memparalel Generator Sinkron tiga
fasa dengan benar
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang arus sinkronisasi, sudut daya mesin
sinkron, perhitungan daya, dan torsi pada mesin sinkron dengan benar

Mesin Listrik 8- 1
Lembar Informasi :

8.1 Pendahuluan

Sebagian besar energi listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk kebutuhan se-
hari-hari dihasilkan oleh generator sinkron fasa banyak (polyphase) yang ada di Pusat-
pusat pembangkit tenaga listrik. Generator sinkron yang dipergunakan ini mempunyai
rating daya dari ratusan sampai ribuan Mega-volt-Ampere (MVA). Disebut mesin sin-
kron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi konstan dibawah kondisi “Steady
state“. Mesin sinkron bisa dioperasikan baik sebagai generator maupun motor.

Mesin sinkron bila difungsikan sebagai motor berputar dalam kecepatan konstan, apa-
bila dikehendaki kecepatan yang bersifat variabel, maka motor sinkron dilengkapi de-
ngan dengan pengubah frekuensi seperti “Inverter”atau “Cycloconverter”.

Sebagai generator, beberapa mesin sinkron sering dioperasikan secara paralel, seperti di
pusat-pusat pembangkit. Adapun tujuan dari paralel adalah adanya pembagian beban
antara generator yang satu dengan lainnya.

Ada dua struktur medan magnet pada mesin sinkron yang merupakan dasar keja dari
mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC dan sebuah jangkar
tempat dibangkitkannya ggl AC. Hampir semua mesin sinkron mempunyai jangkar
diam (stationer) dan struktur medan berputar. Kumparan DC pada struktur medan yang
berputar dihubungkan pada sumber luar melaui slipring dan sikat, tetapi ada juga yang
tidak mempergunakan sikat yaitu sistem “brushless excitation”.

8.2 Konstruksi

Konstruksi dari sebuah mesin sinkron secara garis besar adalah sebagai berikut :

 Bentuk Penguatan

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa untuk membangkitkan flux magnetik diperlukan
penguatan DC. Penguatan DC ini bisa diperoleh dari generator DC penguatan sendiri
yang seporos dengan rotor mesin sinkron. Pada mesin dengan kecepatan rendah, tetapi
rating daya yang besar, seperti generator Hydroelectric, maka generator DC yang digu-
nakan tidak dengan penguatan sendiri tetapi dengan “Pilot Exciter”sebagai penguatan
atau menggunakan magnet permanen (penguat aktif).

Alternatif lainnya untuk penguatan adalah menggunakan dioda silicon dan thyristor.
Dua tipe sistem penguatan “Solid state”adalah :
 Sistem statis yang mempunyai dioda atau thyristor statis, dan arus dialirkan ke rotor
melalui Slipring.
 “Brushless System”, pada sistem ini penyearah diletakkan diporos yang berputar de-
ngan rotor, sehingga tidak dibutuhkan sikat dan slipring.

Mesin Listrik 8- 2
Gambar 8.1
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Penguatan Generator DC “Pilot Exciter”

Gambar 8.2
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Sistem Penguatan “Brushless Exciter System”

 Bentuk Rotor

Untuk medan rotor yang digunakan tergantung pada kecepatan mesin, mesin dengan
kecepatan tinggi seperti turbo generator mempunyai bentuk silinder, sedangkan mesin
dengan kecepatan rendah seperti Hydroelectric atau Generator Listrik-Diesel mempu-
nyai rotor Kutub Tonjol.

 Stator

Stator dari mesin sinkron terbuat dari besi magnetik yang berbentuk laminasi untuk me-
ngurangi rugi-rugi arus pusar. Dengan inti magnetik yang bagus berarti permebilitas dan
resistivitas dari bahan tinggi.

Mesin Listrik 8- 3
Gambar 8.3 memperlihatkan alur stator tempat kumparan jangkar. Belitan jangkar (sta-
tor) yang umum digunakan oleh mesin Sinkron Tiga Fasa, ada dua tipe yaitu :
a. Belitan satu lapis (Single Layer Winding).
b. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).

(a) Kutub Tonjol (b) Silinder

Gambar 8.3 Bentuk Rotor

 Belitan Stator Satu Lapis


Gambar 8.4 yang memperlihatkan belitan satu lapis karena hanya ada satu sisi lilitan di-
dalam masing-masing alur. Bila kumparan tiga fasa dimulai pada Sa, Sb, dan Sc dan
berakhir di Fa, Fb, dan Fc bisa disatukan dalam dua cara, yaitu hubungan bintang dan
segitiga. Antar kumparan fasa dipisahkan sebesar 120 derajat listrik atau 60 derajat me-
kanik, satu siklus ggl penuh akan dihasilkan bila rotor dengan 4 kutub berputar 180 de-
rajat mekanis. Satu siklus ggl penuh menunjukkan 360 derajat listrik, adapun hubungan
antara sudut rotor mekanis mek dan sudut listrik lis, adalah :

P
 lis   mek ……………………………………….(8-1)
2

Gambar 8.4 Inti Stator dan Alur pada Stator

Mesin Listrik 8- 4
Gambar 8.5 Belitan Satu Lapis Generator Sinkron Tiga Fasa

Sebuah generator sinkron mempunyai 12 kutub. Berapa sudut mekanis ditun-jukkan


dengan 180 derajat listrik.

Jawab :
Sudut mekanis antara kutub utara dan kutub selatan adalah :
360 sudut mekanis
 mek   30 0 ……………………….………………….(8-2)
12 kutub
Ini menunjukkan 180 derajat listrik :
P 12
 lis   mek  x30 0  180 0 ……………………………………………(8-3)
2 2
Untuk menunjukkan arah dari putaran rotor gambar 8.6 (searah jarum jam), urutan fasa
yang dihasilkan oleh suplai tiga fasa adalah ABC, dengan demikian tegangan mak-
simum pertama terjadi dalam fasa A, diikuti fasa B, dan kemudian fasa C.

Gambar 8.6 Urutan Fasa ABC

Mesin Listrik 8- 5
Kebalikan arah putaran dihasilkan dalam urutan ACB, atau urutan fasa negatif, sedang-
kan urutan fasa ABC disebut urutan fasa positif. Jadi ggl yang dibangkitkan sistem tiga
fasa secara simetris adalah :

E A  E A 0 0 Volt
E B  E B   120 0 Volt .............................................................................................(8-4)
E C  E C   240 0 Volt

 Belitan Berlapis Ganda

Gambar 8.7 Belitan Berlapis Ganda Generator Sinkron Tiga Fasa

Kumparan jangkar yang diperlihatkan pada gambar 8.5 hanya mempunyai satu lilitan per kutub
per fasa, akibatnya masing-masing kumparan hanya dua lilitan secara seri. Bila alur-alur tidak
terlalu lebar, masing-masing penghantar yang berada dalam alur akan membangkitkan tega-
ngan yang sama. Masing-masing tegangan fasa akan sama untuk menghasilkan tegangan per
penghantar dan jumlah total dari penghantar per fasa.

Dalam kenyataannya cara seperti ini tidak menghasilkan cara yang efektif dalam penggunaan
inti stator, karena variasi kerapatan flux dalam inti dan juga melokalisir pengaruh panas dalam
daerah alur dan menimbulkan harmonik.

Untuk mengatasi masalah ini, generator praktisnya mempunyai kumparan terditribusi dalam
beberapa alur per kutub per fasa. Gambar 8.7 memperlihatkan bagian dari sebuah kumparan
jangkar yang secara umum banyak digunakan. Pada masing-masing alur ada dua sisi lilitan dan
masing-masing lilitan memiliki lebih dari satu putaran. Bagian dari lilitan yang tidak terletak
kedalam alur biasanya disebut “Winding Overhang”, sehingga tidak ada tegangan dalam win-
ding overhang.

Mesin Listrik 8- 6
 Faktor Distribusi
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa sebuah kumparan terdiri dari sejumlah lilitan
yang ditempatkan dalam alur secara terpisah. Sehingga, ggl pada terminal menjadi lebih
kecil bila dibandingkan dengan kumparan yang telah dipusatkan. Suatu faktor yang
harus dikalikan dengan ggl dari sebuah kumparan distribusi untuk menghasilkan total
ggl yang dibangkitkan disebut faktor distribusi Kd untuk kumparan. Faktor ini selalu
lebih kecil dari satu.

Diasumsikan ada n alur per fasa per kutub, jarak antara alur dalam derajat listrik, ada-
lah :
180 derajat listrik
 …………………………………..(8-5)
n x m
dimana m menyatakan jumlah fasa.
Perhatikan gambar 8.8, disini diperlihatkan ggl yang dinduksikan dalam alur 2 akan ter-
tinggal (lagging) dari ggl yang dibangkitkan dalam alur 1 sebesar  =15 derajat listrik,
demikian pula ggl yang dinduksikan dalam alur 3 akan tertinggal 2 derajat, dan sete-
rusnya.Semua ggl ini ditunjukkan masing-masing oleh phasor E1, E 2 , E3 , danE 4 .
Total ggl stator per fasa E adalah jumlah dari seluruh vektor.

Gambar 8.8 Diagram Phasor dari Tegangan Induksi Lilitan

E  E1  E 2  E 3  E 4 …………………………………………………(8-6)

Total ggl stator E lebih kecil diban-dingkan jumlah aljabar dari ggl lilitan oleh faktor.

Mesin Listrik 8- 7
Jumlah Vektor E1  E 2  E 3  E 4
Kd   …………………………………….(8-7)
Jumlah Aljabar 4xE lili tan
Kd adalah faktor distribusi, dan bisa dinyatakan dengan persamaan :
Sin (1 / 2n)
Kd  ………………………………………………………………….(8-8)
nSin (/2)
Keuntungan dari kumparan distribusi, adalah memperbaiki bentuk gelombang tegangan
yang dibangkitkan, seperti terlihat pada gambar 8.9.

Gambar 8.9 Total Ggl Et dari Tiga Ggl Sinusoidal

 Faktor Kisar
Gambar 8.10, memperlihatkan bentuk kisar dari sebuah kumparan, bila sisi lilitan dile-
takkan dalam alur 1 dan 7 disebut kisar penuh, sedangkan bila diletakkan dalam alur 1
dan 6 disebut kisar pendek, karena ini sama dengan 5/6 kisar kutub.

Gambar 8.10 Kisar Kumparan

Mesin Listrik 8- 8
Kisar :
5/6 = 5/6 x 180 derajat = 150 derajat
1/6 = 1/6 x 180 derajat = 30 derajat.
Kisar pendek sering digunakan,karena mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya :
 Menghemat tembaga yang digunakan.
 Memperbaiki bentuk gelombang dari tegangan yang dibangkitkan.
 Kerugian arus pusar dan Hysterisis dikurangi.

Faktor.Kisar 
Jumlah Vektor ggl induksi lili tan
 Kp …………….…………………………..(8-9)
Jumlah Aljabar ggl induksi lili tan

EL Ggl yang dinduksikan pada masing-masing lilitan, bila lilitan merupakan kisar pe-
nuh, maka total induksi = 2 EL (Gambar 8.11).
Sedangkan kisar pendek dengan sudut 30 derajat listrik, seperti diperlihatkan pada
gambar 8.11 b, maka tegangan resultannya adalah :

E = 2 EL. Cos 30/2


E 2.EL.Cos 30 / 2
Kp    Cos150
2.EL 2.EL
30 
Atau Kp  Cos  Cos
2 2
p0
= Sin ……………….…………………………………………….(8-10)
2
dimana p 0 adalah kisar kumparan dalam derajat listrik.

Gambar 8.11 Vektor Tegangan Lilitan

 Gaya Gerak Listrik Kumparan


Pada sub bab sebelumnya telah dibahas mengenai frekuensi dan besarnya tegangan ma-
sing-masing fasa secara umum. Untuk lebih mendekati nilai ggl sebenarnya yang terjadi
maka harus diperhatikan faktor distribusi dan faktor kisar.

Mesin Listrik 8- 9
Apabila Z = Jumlah penghantar atau sisi lilitan dalam seri/fasa = 2 T

T = Jumlah lilitan per fasa


60
d = P dan dt = detik
N
Ggl induksi rata-rata per penghantar :
d .P .N.P
Er    Volt ……………………………………………….(8-11)
dt 60 / N 60
P.N 120.f
Sedangkan f  . atau N 
120 P
sehingga Ggl induksi rata-rata per penghantar menjadi :
.P 120.f
Er  x  2.f . Volt ..................................................................................(8-12)
60 P
bila ada Z penghantar dalam seri/fasa, maka : Ggl rata-rata/fasa
= 2.f..Z Volt
= 2.f..(2T) = 4.f..T volt ....................................................................(8-13)
Ggl efektif/fasa = 1,11x 4.f..T
= 4,44 x f ..T Volt ................................................................(8-14)
bila faktor distribusi dan faktor kisar dimasukkan, maka Ggl efektif/fasa
E = 4,44 . Kd. Kp .f . . T Volt ...................................................(8-15)

8.3 Prinsip Kerja

Kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan berbanding secara lang-
sung. Gambar 8.12 memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC dengan dua
kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua penghantar se-
cara seri, yaitu penghantar a dan a’.

Gambar 8.12 Diagram Generator AC Satu Fasa Dua Kutub

Mesin Listrik 8 - 10
Lilitan seperti ini disebut “Lilitan Terpusat”, dalam generator sebenarnya terdiri dari ba-
nyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi pada masing-masing alur
stator dan disebut “Lilitan Terdistribusi”.

Diasumsikan rotor berputar searah jarum jam, maka flux medan rotor ber-gerak sesuai
lilitan jangkar. Satu putar-an rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus per detik
atau 1 Hertz (Hz). Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (r/m), frekuensi 1 Hz,
untuk frekuensi f = 60 Hz, maka rotor harus berputar 3600 r/m.

Untuk kecepatan rotor n r/m, rotor harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per
detik (r/s). bila rotor mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub maka ma-
sing-masing revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus tegangan dalam lilitan
stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari kecepatan rotor,

P n
f = Hertz
2 60
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing terpisah
sebesar 120 derajat listrik da-lam ruang sekitar keliling celah udara seperti diperlihatkan
pada kumparan a – a’, b – b’ dan c – c’ pada gambar 8.13.

Gambar 8.13 Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub

Masing-masing lilitan akan menghasil-kan gelombang Fluksi sinus satu dengan lainnya
berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat :
ΦA = Φm. Sin ωt
ΦB = Φm. Sin (ωt – 120˚)
ΦC = Φm. Sin (ωt – 240˚)

Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut ΦT = ΦA + ΦB + ΦC,
yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t), maka besar-besarnya fluks total
adalah, ΦT = Φm. Sin ωt + Φm. Sin (ωt – 120˚) + Φm. Sin (ωt – 240˚). Cos (φ – 240˚)

Dengan memakai transformasi trigonometri dari : Sin α . Cos β = ½.Sin (α + β) + ½ Sin


(α + β), maka dari persamaan diperoleh : ΦT = ½.Φm. Sin (ωt + φ)+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) +
½.Φm. Sin (ωt + φ – 240˚)+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin (ωt + φ – 480˚)

Mesin Listrik 8 - 11
Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan kelima akan saling
menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapat fluksi total sebesar, ΦT
= ¾ Φm. Sin (ωt - Φ) Weber.

Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 Φ dengan sudut putar
sebesar ω.
Besarnya tegangan masing-masing fasa adalah :
E maks = Bm. l. ω r Volt

dimana :
Bm = Kerapatan Flux maximum yang dihasilkan kumparan medan rotor (Tesla)
l = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber)
ω = Kecep sudut dari rotor (rad/s)
r = Radius dari jangkar (meter)

8.4 Alternator Tanpa Beban

Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai alternator dengan diputar pada kece-
patan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan jangkar stator
akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu :

Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. m. T Volt ................................................................(8-16)

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak ter-
dapat pengaruh reaksi jangkar. Fluk hanya dihasilkan oleh arus medan (If), bila be-
sarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan output juga akan naik sampai titik
saturasi(jenuh) seperti diperlihatkan pada gambar 8.14.
Kondisi Alternator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti
diperlihatkan pada gambar 8.14 b.

(a) (b)

Gambar 8.14 Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Alternator Tanpa Beban

Mesin Listrik 8 - 12
8.5 Alternator Berbeban

Bila Alternator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V
akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:

 Resistansi jangkar Ra
 Reaktansi bocor jangkar X L
 Reaksi Jangkar Xa

a. Resistansi Jangkar

Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya tegangan jatuh (Kerugian tega-


ngan)/fasa I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.

b. Reaktansi Bocor Jangkar

Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluk yang terjadi tidak meng-
imbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluk Bocor.

c. Reaksi Jangkar

Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat Alternator dibebani akan me-
nimbulkan fluksi jangkar (  A ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada
kumparan medan rotor(  F ), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :

 R  F   A ………………………………………………………….(8-17)

Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan
pada Gambar 8.15. yang mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban
yang berbeda-beda.

Gambar 8.15 Kondisi Reaksi Jangkar

Gambar a, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat alternator dibebani tahanan


(resistif) sehingga arus jangkar Ia sefasa dengan Ggl Eb dan  A akan tegak lurus
terhadap  F .

Mesin Listrik 8 - 13
Gambar b, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat alternator dibebani kapasitif, se-
hingga arus jangkar Ia mendahului Ggl Eb sebesar  dan  A terbelakang ter- hadap  F
dengan sudut (90 -).

Gambar c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif murni yang
mengakibatkan arus jangkar Ia mendahului Ggl Eb sebesar 90 0 dan  A akan memper-
kuat  F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.

Gambar d, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat arus diberi beban induktif
murni sehingga mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari Ggl Eb sebesar 90 0 dan
 A akan memperlemah  F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.

Jumlah dari reaktansi bocor X L dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi
sinkron Xs.

Vektor diagram untuk beban yang bersifat Induktif, resistif murni, dan kapasitif diperli-
hatkan pada gambar 8.16.

Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang terjadi,
yaitu :

Total Tegangan Jatuh pada Beban :


= I.R a  j(I.X a  I.X L )
= I{R a  j(X a  X L )}
= I{R a  j(Xs )}  I.Zs ……………………….………………….(8-18)

Gambar 8.16 Vektor Diagram dari Beban Alternator

Mesin Listrik 8 - 14
8.6 Menentukan Resistansi dan Reaktansi

Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah alternator, harus dila-
kukan percobaan(test). Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu :

 Test Tanpa beban (Beban Nol).


 Test Hubung Singkat.
 Test Resistansi Jangkar.

 Test Tanpa Beban


Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan sinkron dengan rangkaian jangkar terbuka
(tanpa beban) seperti diperlihatkan pada gambar 8.17 percobaan dilakukan dengan cara
mengatur arus medan(If) dari nol sampai rating tegangan output terminal tercapai.

Gambar 8.17 Rangkaian Test Alternator Tanpa Beban

 Test Hubung Singkat

Untuk melakukan test ini terminal alter-nator dihubung singkat dengan Amper-meter
diletakkan diantara dua penghan-tar yang dihubung singkat tersebut(lihat Gambar 8.18).
Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus jangkar maksimum. Sela-
ma proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.

Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar bentuk karakteristik seperti diper-
lihatkan pada gambar 8.18

Impedansi sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah :

Eo
Zs  I f  kons tan ........Ohm ……………………………..………………….(8-19)
I hs

Mesin Listrik 8 - 15
If
A
Kumparan
jangkar Ihs
Kumparan
Medan

Rotor Stator
n

Gambar 8.18 Rangkaian Test Alternator di Hubung Singkat

Gambar 8.19 Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Alternator

 Test Resistansi
Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal output se-
hingga dua fasa terhubung secara seri (Gambar 8.20). Resistansi per fasa adalah sete-
ngahnya dari yang diukur.
Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk menentukan
nilai resistansi AC efektif, R ef f . Faktor ini tergantung pada bentuk dan ukuran alur,
ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d
1,6. Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa ditentukan berdasarkan persamaan :

X s  Zs2  R a2 Ohm ...............................................................................(8-20)

Mesin Listrik 8 - 16
Gambar 8.20 Pengukuran Resistansi DC

5.7 Pengaturan Tegangan

Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal antara keadaan beban nol
dengan beban penuh, dan ini dinyatakan dengan persamaan :
Eo  V
% Pengaturan Tegangan = x100 ............................................................(8-21)
V
Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan
Eo pada saat tidak berbeban dipengaruhi oleh faktor daya dan besarnya arus jangkar(Ia)
yang mengalir.
Untuk menentukan pengaturan tegangan dari alternator adalah dengan memanfaatkan
karakteristik tanpa beban dan hubung singkat yang diperoleh dari hasil percobaan dan
pengukuran tahanan jangkar. Ada tiga metoda atau cara yang sering digunakan untuk
menentukan pengaturan tegangan tersebut, yaitu :
 Metoda Impedansi Sinkron atau Metoda GGL.
 Metoda Amper Lilit atau Metoda GGM.
 Metoda Faktor Daya Nol atau Metoda Potier.

 Metoda Impedansi Sinkron

Untuk menentukan pangaturan tegangan dengan menggunakan Metoda Impedansi Sin-


kron, langkah-langkahnya sebagai berikut :
 Tentukan nilai impedansi sinkron dari karakteristik tanpa beban dan karakteristik
hubung singkat.
 Tentukan nilai Ra berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan.
 Berdasarkan persamaan hitung nilai Xs
 Hitung harga tegangan tanpa beban Eo
 Hitung prosentase pengaturan tegangan.

Gambar 5.21 memperlihatkan contoh Vektor diagram untuk beban dengan faktor daya
lagging. Eo =OC = Tegangan tanpa beban V =OA = Tegangan terminal
I.Ra=AB=Tegangan jatuh Resistansi Jangkar
I.Xs = BC= Tegangan jatuh Reaktansi Sinkron.

Mesin Listrik 8 - 17
Gambar 8.21 Vektor Diagram Pf “Lagging”

OC  OF2  FC2

OC  (OD  DF) 2  (FB  BC) 2 ………………………….…………………(8-22)


atau

Eo  (V cos   I.R a )2  (V sin   I.Xs) 2 .


Eo  V
%Pengaturan  x100
V

Pengaturan yang diperoleh dengan metoda ini biasanya lebih besar dari nilai sebe-
narnya.

 Metoda Amper Lilit

Perhitungan dengan Metoda Amper Lilit berdasarkan data yang diperoleh dari perco-
baan tanpa beban dan hubung singkat. Dengan metoda ini reaktansi bocor Xl diabaikan
dan reaksi jangkar diperhitungkan. Adapun langkah-langkah menentukan nilai arus me-
dan yang diperlukan untuk memperoleh tegangan terminal alternator saat diberi beban
penuh, adalah sebagai berikut :

 Tentukan nilai arus medan (Vektor OA) dari percobaan beban nol yang diperlukan
untuk mendapatkan tegangan nominal alternator.
 Tentukan nilai arus medan (Vektor AB) dari percobaan hubung singkat yang
diperlukan untuk mendapatkan arus beban penuh alternator.
 Gambarkan diagram vektornya de-ngan memperhatikan faktor daya-nya:
 untuk faktor daya “Lagging” dengan sudut (90 0  )
 untuk faktor daya “Leading” dengan sudut (90 0  )
 untuk faktor daya “Unity” dengan sudut (90 0 )
(perhatikan Gambar 5.22 a, b, dan c)
 Hitung nilai arus medan total yang ditunjukkan oleh vektor OB.

Mesin Listrik 8 - 18
Gambar 8.23 memperlihatkan diagram secara lengkap dengan karakteristik beban nol
dan hubung singkat.
OA = Arus medan yang diperlukan untuk mendapatkan tegangan nominal.
OC = Arus medan yang diperlukan untuk mendapatkan arus beban penuh pada hubung
singkat.
AB = OC = dengan sudut (90 0  ) terhadap OA.

Gambar 8.22 Vektor Arus Medan

Gambar 8.23 Karakteristik Beban Nol, Hubung Singkat, dan Vektor Arus Medan

Mesin Listrik 8 - 19
OB = Total arus medan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tegangan Eo dari
karakteristik beban nol.

OB  OA2  AB2  2xOAxABx cos{180  (900  )} …………………………(8-23)

 Metoda Potier

Metoda ini berdasarkan pada pemisahan kerugian akibat reaktansi bocor Xl dan
pengaruh reaksi jangkar Xa. Data yang diperlukan adalah :
 Karakteristik Tanpa beban.
 Karakteristik Beban penuh dengan faktor daya nol.
Khusus untuk karakteristik beban penuh dengan faktor daya nol dapat diperoleh dengan
cara melakukan percobaan terhadap alternator seperti halnya pada saat percobaan tanpa
beban, yaitu menaikkan arus medan secara bertahap, yang membedakannya supaya
menghasilkan faktor daya nol, maka alternator harus diberi beban reaktor murni. Arus
jangkar dan faktor daya nol saat dibebani harus dijaga konstan.

Gambar 8.24 Diagram Potier


Langkah-langkah untuk menggambar Diagram Potier sebagai berikut :
1. Pada kecepatan sinkron dengan beban reaktor, atur arus medan sampai tegangan
nominal dan beban reaktor (arus beban) sampai arus nominal
2. Gambarkan garis sejajar melalui kurva beban nol. Buat titik A yang menunjukkan
nilai arus medan pada percobaan faktor daya nol pada saat tegangan nominal.

Mesin Listrik 8 - 20
3. Buat titik B, berdasarkan percobaan hubung singkat dengan arus jangkar penuh. OB
menunjukkan nilai arus medan pada saat percobaan tersebut.
4. Tarik garis AD yang sama dan sejajar garis OB.
5. Melalui titik D tarik garis sejajar kurva senjang udara sampai memotong kurva
beban nol dititik J. Segitiga ADJ disebut segitiga Potier..
6. Gambar garis JF tegak lurus AD. Panjang JF menunjukkan kerugian tegangan aki-
bat reaktansi bocor.
7. AF menunjukkan besarnya arus medan yang dibutuhkan untuk mengatasi efek mag-
netisasi akibat raeksi jangkar saat beban penuh.
8. DF untuk penyeimbang reaktansi bocor jangkar (JF).

Dari gambar Diagram Potier, bisa dilihat bahwa :


 V nilai tegangan terminal saat beban penuh.
 V ditambah JF (I.Xl) menghasilkan tegangan E.
 BH = AF = arus medan yang dibu-tuhkan untuk mengatasi reaksi jangkar.
 Bila vektor BH ditambah kan ke OG, maka besarnya arus medan yang dibutuhkan
untuk tegangan tanpa beban Eo bisa diketahui.

Vektor diagram yang terlihat pada diagram potier bisa digambarkan secara terpisah
seperti terlihat pada gambar 5.25.
Eo  V
% Pengaturan Tegangan = x100 ………………………..………………….(8-24)
V

Gambar 8.25 Vektor Diagram Potier

Mesin Listrik 8 - 21
8.8 Kerja Paralel Alternator

Bila suatu alternator mendapat pembebanan lebih dari kapasitasnya bisa mengakibatkan
alternator tidak bekerja atau rusak. Untuk mengatasi beban yang terus meningkat ter-
sebut bisa diatasi dengan menjalankan alternator lain yang kemudian dioperasikan seca-
ra paralel dengan alternator yang telah be-kerja sebelumnya.

Keuntungan lain, bila salah satu alternator tiba-tiba mengalami gangguan, alternator
tersebut dapat dihentikan serta beban dialihkan pada alternator lain, sehingga pemutusan
listrik secara total bisa dihindari.

 Cara Memparalelkan Alternator

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memparalelkan dua buah alternator atau lebih
ialah :

 Polaritas dari alternator harus sama dan bertentangan setiap saat terhadap satu sama
lainnya.
 Nilai efektif arus bolak-balik dari tegangan harus sama.
 Tegangan Alternator(mesin) yang diparalelkan mempunyai bentuk gelombang yang
sama.
 Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala-jala harus sama.
 Urutan fasa dari kedua alternator harus sama.

Ada beberapa cara untuk memparalelkan alternator dengan mengacu pada syarat-syarat
diatas, yaitu :

a. Lampu Cahaya berputar dan Voltmeter


b. Voltmeter, Frekuensi Meter, dan Synchroscope.
c. Cara Otomatis

 Lampu Cahaya Berputar dan Voltmeter

Buat rangkaian seperti diperlihatkan pada Gambar 8.26, pilih lampu dengan tegangan
kerja dua kali tegangan fasa netral alternator atau gunakan dua lampu yang dihubung-
kan secara seri. Dalam keadaan saklar S terbuka operasikan alternator, kemudian lihat
urutan nyala lampu. Urutan lampu akan berubah menrut urutan L1 - L2 - L3 - L1 - L2 -
L3. Perhatikan Gambar 8.27 a, pada keadaan ini L1 paling terang, L2 terang, dan L3
redup. Perhatikan Gambar 8.27 b, pada keadaan ini:
 L2 paling terang
 L1 terang
 L3 terang
Perhatikan gambar 8.27 c, pada keadaan ini,
 L1 dan L2 sama terang
 L3 Gelap dan Voltmeter=0 V
Pada saat kondisi ini maka alternator dapat diparalelkan dengan jala-jala (alternator
lain).

Mesin Listrik 8 - 22
Gambar 8.26 Rangkaian Paralel Alternator

Gambar 8.27 Rangkaian Lampu Berputar

Mesin Listrik 8 - 23
 Voltmeter, Frekuensi Meter dan Synchroscope

Pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator paralel alternator banyak
yang menggunakan alat Synchroscope. Penggunaan alat ini dilengkapi dengan volt-
meter untuk memonitor kesamaan tegangan dan frekuensi meter untuk kesamaan fre-
kuensi.

Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchroscope. Bila jarum penunjuk berputar
berlawanan arah jarum jam berarti frekuensi alternator lebih rendah dan bila searah
jarum jam berarti frekuensi alternator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam dan
menunjuk pada kedudukan vertikal, berarti beda fasa alternator dan jala-jala telah 0
(Nol) dan selisih frekuensi telah 0 (Nol),maka pada kondisi ini saklar dimasukkan
(ON). Alat synchroscope tidak bisa menunjukkan urutan fasa jala-jala, sehingga untuk
memparalelkan perlu dipakai indikator urutan fasa jala-jala.

Gambar 8.28 Sychroscope


 Cara Otomatis

Paralel alternator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang secara otomatis me-
monitor perbedaan fasa, tegangan, frekuensi, dan urutan fasa. Apabila semua kondisi
telah tercapai alat memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk paralel dapat dimasukkan.

Mesin Listrik 8 - 24
Latihan :

1. Sebutkan kegunaan penguatan DC


2. Sebutkan dua tipe penguatan “Solid State”
3. Sebutkan bentuk-bentuk rotor pada Generator Sinkron 3 fasa
4. Gambarkan bentuk rotor salient pole
5. Gambarkan bentuk rotor silinder
6. Sebutkan alasan-alasan bahan stator terbuat dari laminasi besi magnetik
7. Sebutkan dua tipe belitan jangkar yang umum digunakan pada mesin sinkron tiga
fasa
8. Jelaskan hubungan antara frekuensi, jumlah kutub dan putaran pada generator sin-
kron tiga fasa
9. Tuliskan besarnya fluks magnit sesaat yang dibangkitkan oleh tiap kumparan/fasa
10. Tuliskan persamaan fluks resultan dari generator sinkron tiga fasa.
11. Jelaskan apa yang disebut dengan belitan satu lapis ?
12. Sebutkan jarak pemisahan antar kumparan fasa dalam derajat listrik dan mekanik
13. Tuliskan hubungan antara derajat listrik dengan derajat mekanik, jelaskan dengan
singkat !
14. Generator Sinkron 3 fasa mempunyai 3 pasang kutub, berapa sudut mekanik antara
kutub utara dan kutub selatan?
15. Apakah yang dimaksud dengan kumparan berlapis ganda ?
16. Apa yang disebut “Winding Overhang”
17. Tuliskan persamaan untuk menentukan jarak antar alur stator pada generator sinkron
tiga fasa.
18. Apakah yang disebut dengan “faktor distribusi” dari kumparan stator generator sin-
kron tiga fasa ?
19. Sebutkan keuntungan-keuntungan menggunakan kisar pendek untuk suatu kumpar-
an stator pada generator sinkron tiga fasa.
20. Tuliskan persamaan Ggl/fasa dengan memperhitungkan faktor distribusi, faktor ki-
sar suatu kumparan.
21. Jelaskan apa yang disebut dengan generator sinkron atau alternator !
22. Pada generator tanpa beban, berapa besarnya tegangan tanpa beban yang dibangkit-
kan (tuliskan dengan persamaan) !
23. Gambarkan kurva tegangan output fungsi arus medan pada generator tanpa beban
(jelaskan dengan singkat)
24. Gambarkan rangkaian ekuivalen pada generator tanpa beban (jelaskan dengan sing-
kat) !
25. Pada generator berbeban, faktor apa saja yang dapat menyebabkan kerugian tega-
ngan
26. Apa yang disebut dengan reaksi jangkar, jelaskan dengan singkat !
27. Kapan terjadi reaksi jangkar (jelaskan dengan singkat) !
28. Apa yang disebut dengan reaksi sinkron
29. Gambarkan vektor diagram untuk beban generator sinkron yang bersifat
a.Induktif b.Unity c.Kapasitif
30. Sebutkan jenis-jenis test yang dilakukan untuk menentukan nilai reaktansi dan im-
pedansi sebuah generator (alternator).
31. Apa yang disebut dengan pengaturan tegangan pada generator sinkron!
32. Tuliskan rumus/persamaan pengaturan tegangan

Mesin Listrik 8 - 25
33. Sebutkan tida metoda yang digunakan untuk menentukan pengaturan tegangan suatu
generator sinkron
34. Sebutkan langkah-langkah untuk menentukan pengaturan tegangan dengan metoda
impedansi sinkron!
35. Sebutkan data-data apa yang diperlukan untuk menentukan pengaturan tegangan
dengan metoda Potier
36. Sebutkan langkah-langkah untuk menggambar diagram Potier dan gambarkan!
37. Sebuah alternator 3 Fasa, hubung Bintang, 4 Kutub, 50 Hz mempunyai 36 Alur dan
penghantar per alur. Flux per kutub 0,05 Wb.
Hitung : a. Kecepatan
b. Tegangan fasa dan jala-jala dalam keadaan tanpa beban.
38. Hitung kecepatan, tegangan fasa dan jala-jala dalam keadaan tanpa beban dari se-
buah alternator tiga fasa, hubung bintang, 4 kutub ,50 Hz mempunyai 36 alur dan 30
penghantar per alur . Flux per kutub 0,05 Wb , Kp diasumsikan = 1 .
39. Hasil Test Tanpa Beban dan Hubung Singkat terhadap sebuah alternator 3 Fasa,Hub
Bintang, 1000 KVA , 2000 Volt, 50 Hz, sbb:
If ( Amp) 10 20 25 30 40 50
Eo(Volt) 800 1500 1760 2000 2350 2600
Ihs (Amp) - 200 250 300 - -
Resistansi jangkar 0,2 Ohm/fasa. Gambarkan karakteristik berdasarkan hasil test dan
dengan metoda Amper Lilit perkirakan % pengaturan tegangan untuk faktor daya :.
a. 0,9 Lagging b. 0,9 Leading
40. Suatu generator sinkron figa fasa hubungan bintang 16 kutub, putaran 375 rpm
dengan jumlah alur 144 dan terdapat 10 kawat (konduktor) per alur. Fluks magnit
per kutub 30 mWeber. Faktor distribusi 0,85 dan faktor kisar 0,8

Hitung : a. Frekuensi generator sinkron


b. Gaya Gerak Listrik (GGL) yang dibangkitkan/fasa.

41. Generator sinkron tiga fasa, hubungan bintang, 4 kutub mempunyai 24 alur dengan
12 kawat (konduktor) per alur. Fluks per kutub 0,1 Weber. Jika putaran generator
1500 rpm, tentukan :
a. GGL generator
b. Regulasi tegangan, jika pada beban nominal tegangannya
adalah 90% dari GGL.
42. Generator sinkron tiga fasa, hubungan bintang, mempunyai dua kutub, putaran 3600
rpm, terdiri dari 500 konduktor (kawat) per fasa dalam model belitan gelombang,
fluks/kutub 0,1 Weber
Tentukan :
a. Tegangan generator
b. GGL yang dibangkitkan, jika kd = 0,85 dan kp = 0,90
c. Jika tegangan nominal generator adalah 90 % dari GGL yang dibangkitkan dan
besarnya rektansi sinkron/fasa 0,5 Ohm
d. Kapan terjadi daya maksimum !
e. Besarnya daya maksimum/fasa
f. Besarnya torsi maksimum.

Mesin Listrik 8 - 26
DAFTAR PUSTAKA

Cathey, Jimmie .J , Electrical Machines : Analysis and Design Applying Matlab,


McGraw-Hill,Singapore ,2001

George Mc Pherson, An Introduction to Electrical Machines and Transformers, John


Wiley & Sons, New York, 1981

Kadir, Abdul, Transformator, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,1989

Mc Pheson George, An Introduction to Electrical Machines and Transformer, John


Wiley and Sons, USA,1981

Nasar,S.A, Electromechanics and Electric Machines, John Wiley and Sons, Canada,
1983.

P.C.SEN, Principles of Electric Machines and Power Electronics, Canada, 1989.

Soelaiman,TM & Mabuchi Magarisawa, Mesin Tak Serempak dalam Praktek, PT


Pradnya Paramita, Jakarta,1984

Theraja, B.L, A Text Book of Electrical Tecnology, Nirja, New Delhi, 1988

Zuhal, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta, 1988.

http://www.myinsulators.com/hungary/busing.html
http://www.answers.com/topic/motor
http://smsq.pl/wiki.php?title=Induction_motor
http://www.eatonelectrical.com/unsecure/html/101basics/Module04/Output/HowDoesTr
ansformerWork.html
http://www.dave-cushman.net/elect/transformers.html
http://img.alibaba.com/photo/51455199/Three_Phase_EPS_Transformer.jpg
http://micro.magnet.fsu.edu/electromag/electricity/generators/index.html
http://www.e-leeh.org/transformer/

Mesin Listrik I

Anda mungkin juga menyukai