Anda di halaman 1dari 57

Mesin Listrik

Disusun Oleh :
Sofian Yahya, Drs, SST
NIP : 19591226 198603 1 004

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 1 dari 5

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Nama Mata Kuliah : Mesin Listrik Kode MK : 16TLI3512


Semester :3 SKS : 2
Jurusan : Teknik Elektro Prodi : D-III Teknik Listrik
Dosen Pengampu : Sofian Yahya

Capaian Pembelajaran Lulusan yang dibebankan :


1. PP.1 Menguasai konsep teoritis secara umum listrik dan instalasi kelistrikan serta peralatannya sampai tegangan menengah.
2. PP5. Menguasai pengetahuan tentang standard dan prosedur yang berlaku di bidang kelistrikan
3. KK6.Mampumengoperasikan dan mengendalikan peralatan dan mesin listrik dengan menggunakan peralatan berbasis teknologiVSD( Variable Speed
Drive), kendali terprogram, sistem terkomputerisasi, dan teknologi informasi
4. KKU3. Mampu memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai dengan bidang keahlian terapannya didasarkan pada pemikiran
logis, inovatif, dan bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri.

Hasil Belajar Mata Kuliah Yang Diharapkan :


Mampu memahami prinsip dan parameter mesin listrik dengan metode deskriptif dan dapat menunjukan hasil sesuai yang dimaksud dalam kondisi
mandiri .
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 2 dari 5

Ming Kemampuan Bahan Kajian Bentuk Waktu Pengalaman Kriteria Penilaian dan Indikator Bobot Refere
gu ke Akhir Yang Pembelajaran Belajar Kelulusan nsi
Diharapkan Mahasiswa Kriteria Indikator
Penilaian
1 2 3 4 6 7 8 9 10
1-4 Mampu BK 110 : Tatap Muka 4x100 TM: Menyimak Mahasiswa Indikator: 25%
mengidentifikasi Transformator ; (TM) : Ceramah menit materi dan aktif mendeskripsi memahami apa
parameter prinsip kerja, & Diskusi diskusi di kelas kan dengan yang harus
,rangkaian benar regulasi dipelajari dan
regulasi
ekivalen,regulasi PT: Mengerjakan 4x120 PT: mencari tegangan, dilakukan
dan efesiensi tegangan, menit Jawaban SOAL; effisiensi,
tugas SOAL;
Transformator effisiensi, regulasi dari Trafo Dpt memberi
regulasi
transformator 1 tegangan, tegangan, contoh
phasa dan 3 effisiensi, effisiensi, persoalan Trafo
phasa, parallel
transformator Mandiri (M) 4x120 Mandiri (M): Kriteria: paham
Mencari contoh menit mengaitkan apa yg harus
dan hubungan
SOAL; yang materi dg bhn dilakukan,
jam. kajian atau lain
berhubungan materi
regulasi Mencari sumber pendukung
tegangan, informasi ilmiah terkumpul
effisiensi, (referensi, karya
ilmiah) yg
disarankan
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 3 dari 5

5-8 Mampu BK 111 : Motor Tatap Muka (TM) 4x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan DC dan : Ceramah & menit materi dan aktif mendeskripsi Kebenaran dan
prinsip kerja, Generator DC; Diskusi diskusi di kelas kan dengan kejelasan dalam
jenis-jenis, Mengenai : benar mendeskripsika
prinsip kerja,
karakteristik, prinsip kerja, starting,rugi- n starting,rugi-
jenis-jenis,
rangkaian jenis-jenis, 4x120 PT: Mengerjakan rugi ,efesiensi rugi ,efesiensi
pengganti. karakteristik, karakteristik, menit tugas soal dan dan
Motor DC dan rangkaian rangkaian starting,rugi-rugi karakteristik karakteristik
Generator DC pengganti. pengganti dan ,efesiensi dan
efesiensi karakteristik

4x120 Mandiri (M):


menit mengaitkan
materi dg bhn
kajian atau lain.
.
9 Uji Tengah Semester
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 4 dari 5

10-12 Mampu BK 112 : Motor Tatap Muka 3x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan induksi dan (TM) : Ceramah menit materi dan aktif mendeskripsika Kebenaran dan
prinsip kerj motor sinkron; & Diskusi diskusi di kelas n dengan benar kejelasan dalam
Motor induksi prinsip kerja, mendeskripsi
prinsip kerja,
dan motor PT: Mengerjakan karakteristik, starting,rugi-
karakteristik,
sinkron; a, tugas prinsip 3x120 PT: Mengerjakan rangkaian rugi,torsi,efesie
karakteristik, rangkaian menit tugas soal pengganti, nsi dan
kerja,
rangkaian pengganti, karakteristik, starting,rugi-rugi analisa daya karakteristik
pengganti, analisa daya rangkaian ,efesiensi dan dan torsi,
analisa daya dan dan torsi, pengganti, karakteristik effisiensi,
torsi, effisiensi, effisiensi, analisa daya dan pengaturan
torsi, effisiensi, kecepatan,
pengaturan
kecepatan, 3x120 Mandiri (M):
Mandiri (M)
diagram menit mengaitkan
Mencari contoh
lingkaran materi dg bhn
dari lingkungan,
kajian atau lain.
Motor induksi
dan motor
sinkron
No. Dokumen RPS/R1/16TLI3052/2016
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Berlaku Sejak 1 September 2016
Revisi 01
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
Halaman 5 dari 5

13-15 Mampu BK 113 : Tatap Muka 3x100 TM: Menyimak Mahasiswa Kuantitatif : 25%
menjelaskan dan Generator (TM) : Ceramah menit materi dan aktifmendeskripsika Kebenaran
memahami Induksi dan & Diskusi diskusi di kelasn dengan benar perhitungan dan
Generator aspek teknis kejelasan hasil
generator
Induksi dan PT: tugas, Generator analisis
sinkron ; prinsip
generator karakteristik, 3x120 PT: Mengerjakan Induksi dan
sinkron kerja, menit tugas generator Kualitatif :
rangkaian
karakteristik, pengganti, menjelaskan sinkron Kualitas
rangkaian pengaturan Generator deskripsi dan
pengganti, tegangan, Induksi dan analisa
pengaturan frekuensi dan generator
daya, regulasi sinkron
tegangan,
tegangan,
frekuensi dan
effisiensi dan
daya, regulasi kerja parallel
tegangan, 3x120 Mandiri (M):
effisiensi dan Mandiri (M) menit mengaitkan
kerja parallel materi dg bhn
Mencari contoh
kajian atau lain,
dari Generator
terkait aspek
Induksi dan
Generator
generator
Induksi dan
sinkron
generator
sinkron
16 Ujian Akhir Semester
BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran Umum :

Memahami prinsip konversi energi elektromekanik sebagai prinsip dasar dari mesin
listrik.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip konversi energi elektromekanik dengan


benar
2. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis mesin listrik yang banyak digunakan
di industri dan pembangkit tenaga listrik.

Lembar Informasi :
Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu
konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik ke
energi listrik. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi mekanik ke energi
listrik disebut generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu
dari energi listrik ke energi mekanik disebut motor.
Selain generator dan motor, transformator ju-
ga termasuk alat listrik yang menjadi bahasan
pada saat mempelajari mesin listrik, meski-
pun energi yang masuk dan yang keluar dari
transformator sama yaitu energi listrik. Pada
transformator energi listrik yang diberikan
pada lilitan akan mengakibatkan timbulnya
medan magnet pada inti besi dan selanjutnya
diubah kembali menjadi energi listrik.
Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831
dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik
Gambar 1.1 Pembangkit Tenaga Listrik
yang menjadi prinsip kerja motor listrik.
Percobaan mengenai konsep mesin listrik di
laboratorium-laboratorium terus dilakukan
sampai tahun 1870 saat Thomas Alfa Edison
memulai pengembangan generator arus searah
secara komersial untuk mendukung distribusi
tenaga listrik yang berguna bagi penerangan
listrik di rumah-rumah.

Gambar 1.2 Mesin CNC

Mesin Listrik 1- 1
Kejadian yang penting dalam sejarah mesin listrik adalah dengan dipantenkannya
motor induksi tiga fasa oleh Nikola Tesla pada tahun 1888. Konsep Tesla mengenai
arus bolak-balik selanjutnya dikembangkan oleh Charles Steinmetz pada dekade beri-
kutnya, sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan, sekaligus menjadi
pembuka jalan untuk melakukan transmisi daya listrik jarak jauh.

Meskipun konsep mesin listrik yang digu-


nakan saat ini tidak berbeda dari sebelumnya,
tetapi perbaikan dan proses pengembangan
tidak berhenti. Pengembangan bahan ferro-
magnetic dan isolasi terus dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan daya yang lebih
besar dibandingkan dengan mesin listrik yang
digunakan sekarang ini.

Mesin listrik memegang peranan yang sangat


penting dalam industri maupun dalam kehi-
dupan sehari-hari.

Gambar 1.3 Mesin Cuci

Pada power plant digunakan untuk membangkitkan


tenaga listrik, di industri digunakan sebagai peng-
gerak peralatan mekanik, seperti mesin pembuat
tekstil, pembuat baja, dan mesin pembuat kertas.
Dalam kehidupan sehari-hari mesin listrik banyak
dimanfaatkan pada peralatan rumah tangga listrik,
kendaraan bermotor, peralatan kantor, peralatan
kesehatan, dan sebagainya.

Ada tiga katagori utama untuk mesin putar (rotating


machines) atau mesin dinamis yaitu mesin arus sea-
rah, mesin induksi, dan mesin sinkron. Dari kategori
utama ini dikelompokkan lagi atas generator dan
motor. Transformator termasuk katagori mesin sta-
tis, dan berdasarkan fasanya dibagi atas transforma-
tor satu fasa dan tiga fasa Gambar 1.4 Alternator Mobil

Transformator merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan pada bidang
tenaga listrik dan bidang elektronika. Pada bidang tenaga listrik, transformator digu-
nakan mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke rumah-rumah (Gambar 1.5).

Sebelum di transmisikan tegangan yang dihasilkan oleh pembangkit dinaikkan terlebih


dahulu dengan menggunakan sebuah transformator daya (Gambar 1.6) dengan tujuan
untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi saat listrik di transmisikan.

Mesin Listrik 1- 2
Gambar 1.5 Penggunaan Transformator pada Bidang Tenaga Listrik

Kemudian sebelum digunakan oleh konsumen tegangan akan diturunkan lagi secara
bertahap dengan menggunakan transformator distribusi (Gambar 1.7 ), sesuai dengan
peruntukkannya seperti kawasan industri, komersial, atau perumahan.

Gambar 1.6 Transformator Daya Gambar 1.7 Transformator Distribusi Tipe Tiang

Transformator yang dimanfaatkan di rumah tangga pada umumnya mempunyai ukuran


yang lebih kecil, seperti yang digunakan untuk menyesuaikan tegangan dari peralatan
rumah tangga listrik dengan suplai daya yang tersedia.

Transformator dengan ukuran yang lebih kecil lagi biasanya digunakan pada perangkat
elektronik seperti radio, televisi, dan sebagainya (Gambar 1.8).

Mesin Listrik 1- 3
Gambar 1.8 Transformator pada peralatan elektronik

Rangkuman
1. Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu
konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik
ke energi listrik.
2. Alat yang dapat mengubah (mengkonversi) energi mekanik ke energi listrik disebut
generator, dan apabila mesin melakukan proses konversi sebaliknya yaitu dari
energi listrik ke energi mekanik disebut motor.
3. Pada transformator energi listrik yang diberikan pada lilitan akan mengakibatkan
timbulnya medan magnet pada inti besi dan selanjutnya diubah kembali menjadi
energi listrik.
4. Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831 dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromagnetik yang menjadi prinsip kerja motor lis-
trik.
5. Motor induksi tiga fasa dipantenkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1888.
6. Konsep Tesla mengenai arus bolak-balik dikembangkan oleh Charles Steinmetz,
sehingga pada tahun 1890 transformator dapat diwujudkan.
7. Pengembangan bahan ferromagnetic dan isolasi terus dilakukan untuk meningkat-
kan kemampuan daya yang lebih besar dibandingkan dengan mesin listrik yang di-
gunakan sekarang ini.
8. Ada tiga katagori utama untuk mesin putar (rotating machines) atau mesin dinamis
yaitu mesin arus searah, mesin induksi, dan mesin sinkron.
9. Transformator termasuk katagori mesin statis, dan berdasarkan fasanya dibagi atas
transformator satu fasa dan tiga fasa.

Mesin Listrik 1- 4
BAB II
Transformator Satu Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami tentang Konstruksi dan Prinsip Kerja transformator satu fasa


2. Memahami tentang cara penggambaran dan perhitungan parameter transformator
berdasarkan rangkaian ekuivalen .
3. Memahami tentang cara menentukan rangkaian ekuivalen transformator berdasar-
kan hasil pengujian hubung singkat dan beban nol
4. Memahami tentang metode regulasi tegangan dan paralel transformator satu fasa
5. Memahami tentang prinsip kerja, diagram rangkaian, dan efisiensi autotransfor-
mator.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemanfaatan dan prinsip kerja transfor-
mator, khususnya transformator satu fasa di industri dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konstruksi dari sebuah transformator satu
fasa dengan benar .
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengambarkan bagian-bagian utama dari
sebuah transformator fasa dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menggambarkan rangkaian ekuivalen
transformator satu fasa dengan benar .
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung resistansi, reaktansi, dan
impedansi transformator dengan benar .
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan dan cara melakukan test beban nol
dan hubung singkat pada sebuah transformator satu fasa dengan benar.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter transformator
satu fasa berdasarkan test tanpa beban dengan benar.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menentukan parameter transformator
satu fasa berdasarkan test hubung singkat dengan benar.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung efisiensi transformator
satu fasa dengan benar.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode regulasi tegangan transformator
satu fasa dengan benar.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara menghitung regulasi tegangan trans-
formator satu fasa dengan benar.
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara memparalelkan transformator satu
fasa dengan benar.
13. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari autotransformator
dengan benar.
14. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagram rangkaian dari autotransformator
dengan benar.
15. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian penggunaan
autotransformator dibandingkan transformator biasa dengan benar.

Mesin Listrik I 2- 1
Lembar Informasi :

2.1 Konstruksi dan Prinsip Kerja

Dalam suatu eksperimennya Michael Faraday dengan menggunakan bahan-bahan be-


rupa sebuah coil, magnet batang dan galvanometer (Gambar 2.1) dapat membuktikan
bahwa bila kita mendorong medan magnet batang ke dalam coil tersebut, dengan kutub
utaranya menghadap coil tersebut, ketika batang magnet sedang begerak, jarum galva-
nometer memperlihatkan penyimpangan yang menunjukkan bahwa sebuah arus telah
dihasilkan di dalam coil tersebut. Bila batang magnet tersebut digerakkan dengan arah
sebaliknya maka arah penunjukkan pada galvanometer arahnyapun berlawanan yang
menunjukkan bahwa arah arus yang terjadi berlawanan juga.

Jadi yang terjadi dalam percobaan itu adalah apa yang disebut arus imbas yang dihasilkan
oleh tegangan gerak listrik imbas.

Gambar 2.1 Percobaan Arus Induksi

Dalam percobaan lainnya Michael Faraday mencobakan sebuah cincin yang terbuat
dari besi lunak, kemudian cincin besi lunak tersebut dililit dengan kawat tembaga
berisolasi (Gambar 2.2 ).

Gambar 2.2 Percobaan Induksi

Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi rangkaian tertutup pada sisi primer, demikian
arus I1 akan mengalir pada rangkaian sisi primer tersebut, sedangkan pada lilitan
sekunder tidak ada arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) ditutup dan dibuka secara
bergantian maka jarum galvanometer akan memperlihatkan adanya penyimpangan yang
arahnya berubah-ubah kekiri dan kekanan. Perubahan arah penunjukkan jarum galva-
nometer ini disebabkan adanya tegangan induksi pada lilitan sekunder, sehingga I 2 me-
ngalir melalui galvanometer.

Mesin Listrik I 2- 2
Dari percobaan seperti telah dijelaskan diatas Michael Faraday dapat menyimpulkan
bahwa tegangan gerak listrik imbas e didalam sebuah rangkaian listrik adalah sama
dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-rangkaian tersebut.

Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam weber/detik, maka tegangan gerak
listrik e dinyatakan dalam Volt, yang dalam bentuk persamaannya adalah :

d
e ……………………….………………… (2- 1)
dt
pers (2 - 1) ini dikenal dengan hukum Induksi Faraday, tanda negatif menunjukkan
bahwa arus induksi akan selalu mengadakan perlawanan terhadap yang meng-
hasilkan arus induksi tersebut. Bila coil terdiri dari N Lilitan, maka tegangan gerak
listrik imbas yang dihasilkan merupakan jumlah dari tiap lilitan, dalam bentuk persa-
maan :

d
e  N …………………………………………………(2 – 2)
dt
dan Nd dinamakan tautan fluksi (Flux Linkages) didalam alat tersebut.

Definisi Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan fre-
kuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet.

Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan sekun-
der. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka
fluks bolak-balik akan terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian fluks tersebut akan
mengalir pada inti transformator, dan selanjutnya fluks ini akan mengimbas pada kum-
paran yang ada pada sisi sekunder yang mengakibatkan timbulnya fluks magnet di sisi
sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul tegangan (Gambar 2.3 ).

Gambar 2.3 Fluks Magnet Transformator

Mesin Listrik I 2- 3
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transformator, yaitu
tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type).

Pada transformator tipe inti (Gambar 2.4), kumparan mengelilingi inti, dan pada
umumnya inti transformator L atau U. Peletakkan kumparan pada inti diatur secara
berhimpitan antara kumparan primer dengan sekunder. Dengan pertimbangan komplek-
sitas cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di
sebelah luar.

Gambar 2.4 Transformator Tipe Inti Gambar 2.5 Tranformator Tipe Cangkang

Sedangkan pada transformator tipe cangkang (Gambar 2.5) kumparan dikelilingi oleh
inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.

Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
transformator yang berbentuk huruf tersebut disusun secara berlapis-lapis (laminasi),
jadi bukan berupa besi pejal.

Tujuan utama penyusunan inti secara berlapis


(Gambar 2.6) ini adalah unuk mengurangi ke-
rugian energi akibat ”Eddy Current” (arus
pusar), dengan cara laminasi seperti ini maka
ukuran jerat induksi yang berakibat terjadinya
rugi energi di dalam inti bisa dikurangi. Proses
penyusunan inti Transformator biasanya dila-
kukan setelah proses pembuatan lilitan kum-
paran transformator pada rangka (koker) sele-
sai dilakukan.

Gambar 2.6 Laminasi Inti Transformator

Mesin Listrik I 2- 4
2.2 Transformator Ideal

Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidak ada
kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat resis-
tansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah trans-
formator tanpa beban (Gambar 2.7 ), kumparan primernya dihubungkan dengan dengan
sumber tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid V1 , maka akan mengalir arus primer
I 0 yang juga mempunyai bentuk gelombang sinusoidal, bila diasumsikan kumparan
0
N1 merupakan reaktif murni, maka I 0 akan tertinggal 90 dari V1 . Arus primer ini
akan menimbulkan fluks sinusoidal yang sefasa,

   maks sin t ……………………………..….(2 – 3)

Gambar 2.7 Transformator Tanpa Beban Gambar 2.8 Arus Tanpa Beban

Fluks yang sinusoidal akan mengkibatkan terbangkitnya tegangan induksi E1


d
e1   N1 Volt
dt
d(maks sin t )
e1   N1   N1 maks cos t Volt
dt
N 2f maks
E1  1  4,44 N1f maks Volt …………………………….………(2 – 4)
2

Mesin Listrik I 2- 5
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya tegangan E 2 .

d
e2  N2 Volt
dt
e 2   N 2 maks cos t Volt
E 2  4,44N 2fmaks Volt ……………………………………..…………………..(2 – 5)

Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder tanpa beban, bukan me-
upakan arus induktif murni, tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu arus mag-
netisasi ( I m ) dan arus rugi tembaga ( I C ). Arus magnetisasi ini menghasilkan fluks (Φ).

Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 2.8) yang berbentuk sinusoidal akan ber-
ubah bentuk akibat pengaruh sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga bentuk gelom-
bang berubah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.9.

Sebuah Transformator Ideal dalam keadaan berbeban, seperti dieperlihat-kan pada


gambar 2.10. Bila  2  2.V2 . sin t , dimana V2 nilai tegangan efektif dari terminal
V
sekunder kemudian i 2  2. ( 2 ) sin(t  ) ,  adalah sudut impedansi dari beban.
Z
Z
Zin  ......................................................................................(2 – 6)
K2

Gambar 2.9 Kurva B – H Gambar 2.10 Transformator Ideal


Dalam bentuk phasor :
V
I2  2  I2   
Z
V2
dimana I 2  dan Z  Z 
Z2

Mesin Listrik I 2- 6
V V
1  2. 2 sin t , efektifnya V1  2
K K
sedangkan untuk arus :
i1  2.I 2 .K sin(t  )

= 2I1 . sin( t  )

dalam bentuk phasor : I1  I 2 .K


Impedansi dilihat dari sisi sekunder :
V1 V2 / K V
Zin    22
I1 I2K I2K

2.3 Transformator Berbeban

Pada sub bab terdahulu telah dijelaskan bagaimana keadaan transformator secara ideal
baik saat tanpa beban maupun berbeban. Dalam prakteknya apabila sisi kumparan
sekunder transformator diberi beban (Gambar 2.11) maka besar tegangan yang di induk-
sikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi karena
adanya kerugian pada kumparan transformator.

Gambar 2.11 Transformator Berbeban

Apabila transformator diberi beban Z L maka arus I 2 akan mengalir pada beban terse-
but, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya gerak magnet (ggm)
N 2 I 2 yang mana arahnya cenderung melawan arah fluks bersama yang telah ada dise-
babkan arus magnetisasi I m .
Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya,
maka pada sisi kumparan primer arus mengalir arus I '2 yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I '2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi kumparan pri-
mer menjadi :

Mesin Listrik I 2- 7
I1  I 0  I 2 dimana I 0  I C  Im , apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka nilai I 0 =
I m , sehingga I1  I m  I 2 . Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti
transformator tetap nilainya, maka :

N1Im  N1I1  N2I2


N1I m  N1 (I m  I2 )  N 2 I 2
N1I m  N1I m  N1I2  N 2 I 2 , maka
I N
N1I2  N 2 I 2 , nilai I '2 = I1 bila I m dianggap kecil, sehingga 1  2 ………….…(2 - 7)
I 2 N1

2.3.1 Rangkaian Ekuivalen

Untuk memudahkan dalam menganalisa sebuah transsformator maka kita perlu me-
ngetahui bagaimana rangkaian ekuivalen (model rangkaian) dari transformator tersebut .
Model rangkaian transformator dikembangkan oleh Steintmetz , dengan model ini me-
mungkinkan kita untuk menganalisa sebuah rangkaian dari peralatan yang sangat non-
linear dapat dianalisa dengan teori rangkaian linear .

Ø
+
i1
• •+ i2

1 N1 l 1 l 2 N2 2 ZL

-
- Resistansi Resistansi
Kumparan = r1 Kumparan = r2

Gambar2.12 Rangkaian Ekuivalen Transformator

2.3.1.1 Resistansi Kumparan

Kedua kumparan bisa dianggap sumber tegangan yang mempunyai tegangan didalam-
nya, masing-masing e1' dan e 2' dan mempunyai resistansi r1 dan r2 , lihat gambar 2.13.

•+
r1 Ø
i1 r2
+•
•+ i2
+

1 e1
'
l 1 l 2 e2
'
2 ZL

- - -•
-• N1 N2

Gambar2.13 Resistansi Kumparan dari Transformator

Mesin Listrik I 2- 8
2.3.1.2 Reaktansi Bocor

Selanjutnya efek reaktansi bocor bisa ditunjukkan secara terpisah dari fluks bersama
dan tegangan yang melalui kedua koil menunjukkan akibat bocor pada sisi primer dan
sekunder .
l 1
N1 N2 
l 2

•+
r1 Ø
r2

i1
+ • el + •
i2
+
1
el
1 e1 ! e1 e2 2
e2 ! ZL  2

- - - -
Gambar 2.14 Induktansi atau Reaktansi Bocor Transformator
di1 di 2
el1  Ll1 dan el  L
2 l2
…………………………………………(2 – 8)
dt dt
kemudian : i 2  2 I 2 sin t
dimana I 2 arus efektif dari sekunder , maka tegangan jatuh akibat reaktansi bocor
adalah :
di
 el 2  Ll 2 2
dt

d
 Ll 2 ( 2 I 2 sin t
dt
 Ll ( 2 I 2 cos t
2
sehingga  El max  2Ll I2 dan nilai efektif dan  El  Ll I 2 .
2 2 2 2

Perlu diperhatikan arus adalah fungsi sinus , lagging tegangan cosinus sebesar 900 .
Dalam phasor efektif
 El  j(Ll )I2
2 2
untuk primer
El  j(Ll )I1
1 1
maka resistansi bocor dari primer dan sekunder adalah :
x1  Ll1  N12l1 ……………………………………..(2 – 9)

x 2  Ll 2  N 22l 2 ………………………..…………..(2-10)

2.3.1.3 Penguatan Inti ( Arus Penguatan )

Besarnya fluks yang terjadi pada inti sebuah transformator bisa kita peroleh ber-
dasarkan hukum Faraday :
d
e1  N1
dt

Mesin Listrik I 2- 9
1
  e1dt
N1

e1  2E1 sin(t  ) ………………………………….…………….(2 – 11)

2E1
maka  cos(t  )
N1

2E1 1 V1
dan   ……………………………………………….(2 – 12)
N1 2f N1
persamaan diatas juga menyatakan jika tegangan sinusoidal (juga fluks) , tetapi lagging
dari tegangan sebesar 90 .
Inti transformator merupakan elemen yang bersifat nonlinear. Seperti yang dijelaskan
pada sub bab sebelumnya bahwa pada inti akan timbul rugi histerisis, ditambah ber-
ubah-ubahnya fluks inti oleh tegangan induksi didalam inti itu sendiri .
Tegangan ini menyebabkan “ eddy like currents” bersirkulasi didalam inti. “ Eddy
Currents” menyebabkan rugi-rugi I 2 R didalam inti .

  F1  F2  N1i1  N 2i 2 A.t
kemudian bagi kedua sisi persamaan dengan N1

 i1  i 2 K  i ex
N1
  N1i ex
 N1(i   i h  e )
dimana N1i  magnetisasi inti dan N1i h  e untuk mengetahui histerisis dan menyeim-
bangkan ggm yang diakibatkan oleh “Eddy Currents” .
 i ex  i   i h  e

E E1
Xm  1 dan R c  ………………………………….(2 – 13)
I Ih e
Rugi inti dalam watt
E 2
Pc  E1.I h  e  I h  e 2 R c  1 Watt …………………………..(2 -14)
Rc

2.3.1.4 Rangkaian Ekuivalen Secara Lengkap


Berdasarkan pembahasan sebelumnya kita telah membahas rugi-rugi yang terjadi dida-
lam sebuah transformator, maka untuk memudahkan menganalisis kerja transformator
tersebut dapat dibuat rangkaian ekuivalen dan vektor diagramnya. Rangkaian ekuivalen
ini dapat dibuat dengan acuan sisi primer atau acuan sisi sekunder .

Mesin Listrik I 2 - 10
 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
1 1
R1 X1 X2 R2 I 2K
+ K 2
K2
+ I ex •
Ih e I
E ZL V2
V1 E  2
Rc Xm 1 K K 2 K

- -•
Gambar 2.15 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer

I 2 K  I 2' R eq1 X eq1


+
+
I ex •
Ih e I
Z '
E2 eq ZL V2
V1 E1 
Rc Xm K K 2 K

- -•
Gambar 2.16 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan

Yang dimaksud dengan acuan sisi primer adalah apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer dan harganya perlu dikalikan dengan faktor
1
(Gambar 2.15). Untuk memudahkan dalam menganalisis, rangkaian ekuivalen pa-
K 2
da gambar 2.15 dapat disederhanakan lagi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.16.
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat menentukan nilai parameter yang ada pada
transformator tersebut berdasarkan persamaan-persamaan berikut ini.

Impedansi ekuivalen transformator adalah :


R X
Z eq1  (R1  2 )  j(X1  2 )
K2 K2
 R eq1  jX eq1 .............................................................(2 – 15)
dimana
R2
R eq1  R1  …………………………………..……(2 – 16)
K2
X2
X eq1  X1  ……………..…………………………(2– 17)
K2
V1  E1  I1.R1  I1.X1 ……..……………………….....(2– 18)
V2  E 2  I 2 .R 2  I 2 .X 2 …………………..…………..(2– 19)

Mesin Listrik I 2 - 11
E2 N2 E
  K atau E1  2 ………….………………...(2 -20)
E1 N1 K
maka :
1
E1  (I 2 .Z L  I 2 .R 2  I 2 .X 2 )
K
I 2' N 2 I 2'
sedangkan   K atau I 2 
I2 N1 K
sehingga
1 I 2' I ' I '
E1  ( Z L  2 R 2  2 X 2 ) ……………………..(2 – 21)
K K K K
V
dan V1  2  I1 (R eq1  jX eq1 ) ………………………….…(2 – 22)
K

 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder


I1
R 1K 2 X1 K 2 X2 R2
K + I2
+ I ex •
K

V1K R cK 2 Xm K 2 ZL V2
E 2  E1 K

- -•
Gambar 2.17 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder
I1
R eq 2 X eq 2
K +
+
I ex •
K
Z
V1K E 2  E1 K
eq 2 Z L  V2
R cK 2 Xm K 2

- -•
Gambar 2.18 Rangkaian Ekuivalen Transformator dengan Acuan Sisi Sekunder
yang disederhanakan

Rangkaian ekuivalen transformator bisa dibuat dengan acuan sisi sekunder


(Gambar 2.17), untuk itu parameter rangkaian primer harus dinyatakan dalam harga
rangkaian sekunder dan harganya perlu dikalikan dengan K 2 .

Mesin Listrik I 2 - 12
V1K
I 2 Z eq 2
I 2 X eq 2
 V2
I 2 R eq 2
I2

Gambar 2.19 Diagram Vektor Sisi Sekunder

Zeq 2  (R1K 2  R 2 )  j(X1K 2  X 2 )

 R eq 2  jX eq 2 ) ……………………….…………………..(2-23)

dimana R eq 2  R1K 2  R 2 ) ……………………………………………...(2-24)

X eq 2  X1K 2  X 2 ……………………………………………….(2-25)

E1  V1  (I1.R1  I1.X1) ………………………………………….(2-26)


V2  E 2  (I 2 .R 2  I 2 .X2 ) ………………………………………(2-27)
E 2  KV1  (I2.K.R1  I2.K.X1)


 K.V1  (I 2 .K 2 .R1  I 2 .K 2 .X1)……………………..…….(2-28)
dan V2  E 2  (I 2 .R 2  I 2 .X2 )


 KV1  (I 2 .K 2 .R1  I 2 .K 2 .X1)  (I 2 .R 2  I 2 .X 2 )
 K.V1  I 2 (R eq 2  jX eq 2) …………………………………(2-29)

2.3.2 Perkiraan Tegangan Jatuh pada Transformator

Saat sebuah transformator dalam keadaan tanpa beban V1 kira-kira sama nilainya de-
ngan E1 , sehingga E 2  E1K . Juga E 2  oV2 , dimana oV2 adalah terminal tegangan
sekunder pada keadaan tanpa beban atau oV2  K.V1 . Perbedaan keduanya adalah se-
besar I 2 .Zeq 2 , sedangkan perkiraan tegangan jatuh pada sebuah transformator dengan
acuan tegangan sekunder.
Tegangan jatuh pada sebuah transformator dipengaruhi oleh nilai beban dan faktor daya
yang terhubung pada transformator tersebut.

 Faktor Daya “ Lagging “


Tegangan jatuh total I 2 .Zeq2  AC  AF dan diasumsikan sama dengan AG. Perkiraan
tegangan jatuh :

Mesin Listrik I 2 - 13
AG = AD + DG
 I 2 .R eq 2 .Cos  I 2 .X eq 2 .Sin  ………………………………………………(2 -30)
dengan asumsi 1  2  
C

V1K  oV2 I 2 Zeq 2


I 2 X eq 2
A D
O
2 V2 G F
I 2 R eq 2
I2
B E
Gambar 2.20 Transformator dengan Faktor Daya “ Lagging”

 Faktor Daya “ Leading “


Perkiraan tegangan jatuh untuk faktor daya Leading
 I 2 .R eq 2Cos   I 2 .X eq 2 .Sin  .........................................................................(2 – 31)

V1K  oV2 I 2 X eq 2

I2 I 2 Z eq 2

2 I 2 R eq 2
O
V2
Gambar 2.21 Transformator dengan Faktor Daya “ Leading”

 Faktor Daya “ Unity “


C

I 2 Zeq 2
I 2 X eq 2

V1K  oV2

A B
O
I2 V2 I 2 R eq 2

Gambar 2.22 Transformator dengan Faktor Daya “ Unity”


Secara umum, perkiraan tegangan jatuh pada transformator adalah :
= I 2 .R eq 2 .Cos   I 2 .X eq 2Sin  ………………………………………………(2 – 32)
Perkiraan tegangan jatuh dilihat dari sisi primer adalah :

Mesin Listrik I 2 - 14
= I1.R eq1.Cos   I1.X eq1.Sin  .........................................................................(2 – 33)
Prosentase tegangan jatuh dilihat dari sisi sekunder :
I 2 .R eq 2 .Cos   I 2 .X eq 2 .Sin 
 x100%
oV2
100%xI 2 .R eq 2 100%xI 2 .X eq 2
 Cos   Sin 
oV2 oV2

 Vr Cos   VxSin  ……………………………………………….…….(2 - 34)

2.3.3 Efisisensi Transformator

Daya Keluar
Efisiensi =  =
Daya Masuk
Daya _ Keluar

Daya _ Keluar  Rugi 2

dimana  Rugi = Pcu  Pi


Rugi
  1 ..........................................................................(2 – 35)
Daya _ Masuk

2.3.4 Perubahan Efisiensi Terhadap Beban

Rugi Cu ( Pcu ) = I12 .R eq1 atau I 2 2 R eq 2  Wc

Rugi Inti ( Pi ) = Rugi Histeris + Rugi Arus Pusar ( Eddy Current)


= Ph + Pe
Daya Masuk Primer = V1.I1.Cos1
V .I .Cos1  Rugi
 1 1
V1.I1.Cos1

V1.I1.Cos1  I12 .R eq1  Pi


 .
V1.I1.Cos1

I1.R eq1 Pi
 1  ......................................(2 – 36)
V1.Cos1 V1.I1.Cos1

Diferensialkan kedua sisi dengan I 1 , maka

d R eq1 Pi
0 
dI1 V1.Cos1 V .I 2 .Cos
1 1 1

Mesin Listrik I 2 - 15
d
untuk mendapatkan  maksimum , = 0 , sehingga persamaan menjadi :
dI1

R eq1 Pi
 atau
V1.Cos1 V1.I12 .Cos1

Pi  I12 .R eq1 ………………………………………….(2 -37)

dari persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan , untuk beban tertentu , efisiensi mak-
simum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti .

2.3.5 Pengaturan Tegangan

Pengaturan Tegangan (Regulation Voltage) suatu transformator adalah perubahan te-


gangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor daya tertentu,
dengan tegangan primer konstan.

Ada dua macam pengaturan tegangan yaitu, Regulation Down (Reg Down) dan
Regulation Up (Reg Up) :

oV2  V2
% Reg Down  x100% ………………………………………………..(2 – 38)
oV2
oV2  V2
% Reg Up  x100% ………………………………………………..(2 – 39)
V2
Tegangan sisi sekunder tanpa beban sebagai referensi (acuan) adalah :
E
E 2 '  2  E1  V1
K
dan jika tegangan terminal sekunder beban penuh sebagai referensi primer
V
V2 '  2
K
V1  V2 '
% Pengaturan (Regulation)  x100%
V1
I1 .R eq1 .Cos  I1 .X eq1 .Sin
 x100%
V1
 Vr Cos  Vx .Sin …………………………….(2 – 40)

Mesin Listrik I 2 - 16
2.4 Pengaruh Perubahan Faktor Daya Beban terhadap Efisiensi

0,99
EFISIENSI

0,98

0,97

0,96
0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50
BEBAN PENUH
Gambar 2.23 Pengaruh Perubahan Faktor Daya
Rugi
  1
V2 .I 2 .Cos  Rugi
Rugi / V2 .I 2
 1 ………………………………………(2 -41)
Cos  Rugi / V2 .I 2

bila Rugi / V2 .I 2  x  Kons tan ,


x x / Cos
maka  1    1 ……………………..(2-42)
Cos  x 1  x / Cos

2.5 Pengujian Transformator

Untuk menganalisis transformator berdasarkan rangkaian ekuivalen, maka perlu dike-


tahui parameter-parameter yang ada pada transformator tersebut. Parameter transforma-
tor bisa diketahui dari datasheet yang diberikan oleh pabrik pembuat atau bila tidak ada
bisa diketahui berdasarkan hasil percobaan.

Dua macam percobaan yang terpenting adalah percobaan beban nol (tanpa beban) dan
percobaan hubung singkat. Percobaan beban dilakukan untuk mengetahui rugi inti dari
transformator, sedangkan percobaan hubung singkat dilakukan untuk mengetahui rugi
tembaganya.

Mesin Listrik I 2 - 17
2.5.1 Percobaan Beban Nol

Pada saat sisi sekuder dari transformator tidak diberi beban (Gambar 2.24), tegangan si-
si primer hanya akan mengalirkan arus pada rangkaian primer yang terdiri dari impe-
dansi bocor primer Z1  R1  jX1 dan impedansi penguat-an : Zm  R c  jX m .Kare-
na umumnya Z1 jauh lebih kecil dari Z m , maka Z1 biasa diabaikan tanpa menim-
bulkan suatu kesalahan yang berarti, rangkaian ekuivalennya (Gambar 2.25).

Ø
A W

Suplai V N1 N2
No
1 Fasa Load

Gambar 2.24 Rangkaian Percobaan Beban Nol

I ex  I 0
I ex I  Im
Ih e I
V1
Rc Xm
0

Ihe  Ic
Gambar 2.25 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Beban Nol
Pada umumnya percobaan beban nol dilakukan dengan alat ukur diletakkan di sisi tega-
ngan rendah dengan besarnya tegangan yang diberikan sama dengan tegangan nominal-
nya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih berbahaya ;
b) Alat-lat ukur tegangan rendah lebih mudah didapat.
Dari hasil penunjukkan alat –alat ukur didapat nilai sebagai berikut :
I 0  I c 2  I m 2 ……………………………………..…….(2 – 43)
P0  V1.I 0 .Cos0 ..................................................................(2 – 44)
I c  I 0 .Cos0 dan Im  I 0 .Sin 0
V0 V0 2
Rc   ……………………………………………(2 – 45)
Ic P0
V
X m  0 ..............................................................................(2 – 46)
Im

Mesin Listrik I 2 - 18
2.5.2 Percobaan Hubung Singkat

Pada saat melakukan percobaan hubung singkat, sisi tegangan rendah transformator di
hubung singkat (Gambar 2.26), alat ukur diletakkan di sisi tegangan tinggi dengan nilai
arus dan tegangan yang telah direduksi (dikurangi), tegangan yang diberikan  5%-
10% dari harga nominalnya.
Nilai arus yang melalui kumparan yang dihubung singkat sama dengan arus nomi-
nalnya, oleh karena besarnya V2 sama dengan nol, maka besarnya E 2 adalah sama
dengan rugi tegangan pada belitan sekundernya.

Ø
A W

Suplai V A Hub
1 Fasa
Singkat

Gambar 2.26 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat


R eq X eq

Z
eq
V

Gambar 2.27 Rangkaian Ekuivalen hasil Percobaan Hubung Singkat


E 2HS  I 2 .Z2
sedangkan dalam keadaan normal E 2  V2  I 2 .Z2 , karena itu didalam percobaan hu-
bung singkat ini E 2HS hanya 5 % - 10% dari E 2 . Daya yang diserap pada saat per-
cobaan hubung singkat ini dapat dianggap sama dengan besarnya kerugian tembaga
pada kedua sisi kumparan tersebut.

PHS  I12 .R1  I 2 2 .R 2


 I12 .R1  (I 2' ) 2 .R 2 '
 I12 .(R1  R 2' )  I12 .R eq1
P
 R eq1  HS ………………………………………..(2 – 47)
I12

Mesin Listrik I 2 - 19
jika resistansi ekuivalen diperoleh dari percobaan hubung singkat tersebut akan diguna-
kan untuk memperhitungkan efisiensi , maka resistasni ini harus dikoreksi pada tempe-
ratur kerja yaitu 75C , sehingga :
234,5  75
R 75  R. ……………………………………………..(2 -48)
234,5  t
V
Zeq1  HS .................................................................................(2 -49)
I1

X eq1  ( Zeq1) 2  (R eq1) 2 ……………………………………(2 -50)

PHS
CosHS  ………………………………………………...(2 -51)
VHS.I1

2.5.3 Penentuan Polaritas Transformator Satu Fasa

Cara melilit kumparan transformator sangat menentukan tegangan induksi yang dibang-
kitkan dan polaritas dari transformator tersebut (Gambar 2.28). Bila sisi primer diberi
tegangan, akan menghasilkan arah tegangan induksi seperti ditunjukkan arah panah.
Terminal H1 mempunyai polaritas yang sama dengan L1 yaitu positif (+), sedangkan
H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).

Gambar 2.28 Penentuan Polaritas Transformator

Posisi polaritas seperti tersebut diatas disebut dengan polaritas pengurangan, sebalik-
nya jika polaritas H1 (+) = L2 (+) dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit kumparan
sekunder sebaliknya dari kondisi pertama, maka disebut polaritas penjumlahan.

Penentuan polaritas seperti tersebut dijelaskan diatas bisa diketahui dengan cara
melakukan pengukuran tegangan sebagai berikut, bila :

 Va<VH disebut polaritas pengurangan.


 Va >VH disebut polaritas penjumlahan.

Mesin Listrik I 2 - 20
2.6 Paralel Transformator

Penambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel diantara trans-
formator. Tujuan utama kerja paralel ialah supaya beban yang dipikul sebanding dengan
kemampuan KVA masing-masing transformator, sehingga tidak terjadi pembebanan
yang berlebihan.

Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat :


1. Kumparan primer dari transformator harus sesuai dengan tegangan dan frekuensi
sistem suplai (jala – jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan harus sama ;
4. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama ;
5. Perbandingan reaktansi terhadap resistansi sebaiknya sama.

V1 • • V2

Busbar Sekunder
Busbar Primer

• •

Gambar 2.29 Rangkaian Paralel Transformator Satu Fasa

2.6.1 Paralel Dua Transformator dalam Keadaan Ideal

Keadaan ideal dari dua transformator mempunyai perbandingan tegangan sama dan
mempunyai segitiga tegangan impedansi yang sama dalam ukuran dan bentuk. Segitiga
ABC menunjukkan segitiga tegangan impedansi yang sama dari kedua transformator.
Arus I A dan I B dari masing-masing transformator sefasa dengan arus beban I dan
berbanding terbalik terhadap masing-masing impedansinya,

Mesin Listrik I 2 - 21
ZA
IA
I  I A  IB
IB

ZB
V1 E E V2 Beban=ZL

a. Rangkaian Paralel dua buah Transformator


C

E I .Z

I .X
 V2 A
I .R
IA
B
IB
I
b. Diagram Vektor Paralel dua Transformator
Gambar 2.30 Paralel dua buah Transformator dalam Keadaan Ideal

I  IA  IB
V2  E  I A .ZA  E  I B .ZB  E  I.ZAB
IA I
I A .ZA  I B .ZB atau  B
ZB ZA
I.Z B
IA  .........................................................................(2 – 52)
(Z A  Z B )
I.Z A
dan IB  .........................................................................(2 – 53)
(ZA  Z B )

ZA , ZB = Impedansi dari masing-masing transformator


I A , I B = Arus masing-masing transformator

2.6.2 Paralel Transformator Perbandingan Tegangan Sama

Diasumsikan tegangan tanpa beban dari kedua transformator dari kedua sekunder sama
E A  E B  E , tidak ada perbedaan fasa antara E A dan E B , hal ini dapat dilakukan ji-
ka arus magnetisasi dari kedua transformator tidak terlampau jauh berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Dibawah kondisi ini, kedua sisi primer dan sekunder dari ke-
dua transformator dapat dihubungkan secara paralel dan tidak ada arus sirkulasi antara
keduanya saat tanpa beban. Bila admitansi magnetisasi diabaikan, kedua transformator

Mesin Listrik I 2 - 22
dapat dihubungkan dengan rangkaian ekuivalen seperti diperlihatkan pada Gambar 2.31,
dan vektor diagramnya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.32
ZA
IA
I  I A  IB
IB

ZB
V1 E E V2 Beban = ZL

IA
I  I A  IB

IB
ZB
V2 Beban= ZL

Gambar 2.31 Rangkaian Ekuivalen Paralel Transformator Tegangan Sama


ZA , ZB = Impedansi dari masing-masing transformator.
I A , I B = Arus masing-masing transfor-mator
V2 = Tegangan terminal
I = Arus total
I A .ZA  I B.ZB  I.ZAB
ZB ZA
V2 .I A  V2 .I dan V2 .I B  V2 .I
ZA  ZB ZA  ZB
sedangkan V2 .I.x10 3  S kombinasi daya beban dalam KVA dan daya dalam KVA
untuk masing-masing transformator adalah :
ZB ZA
SA  S dan SB  S ...................(2 – 54)
ZA  ZB ZA  ZB
C

EA 
EB
.Z B
IB
A
X

.Z A
A.

IB .X

IA
I

B V2
IB
A I A .R A I B .R B

IA
Gambar 2.32 Vektor Diagram Paralel Transformator Tegangan Sama

Mesin Listrik I 2 - 23
2.7 Autotransformator

Autotransformator adalah transformator yang hanya terdiri dari satu kumparan yang ha-
nya berfungsi sebagai sisi primer dan sekunder (Gambar 2.39).

Gambar 2.33 Rangkaian Autotransformator

Bila tegangan pada sisi primer V1 dan arus I1, tegangan pada sisi sekunder V2 dan
arus I2. Daya semu bisa mencermikan banyaknya bahan yang digunakan untuk pem-
buatan transformator tersebut. Besaran tegangan merupakan ukuran mengenai banyak-
nya inti yang dipakai, sedangkan arus berbanding lurus dengan banyaknya kawat tem-
baga yang dipakai dalam pembuatan transformator tersebut.

Pada transformator “biasa” yang terdiri dari dua kumparan yang terpisah secara listrik,
banyaknya bahan yang digunakan untuk primer dan sekunder bisa diperkirakan dengan
persamaan :
Stb  V1.I1  V2 .I 2 ........................................................................(2 – 55)
Bila kerugian-kerugian didalam transformator dapat diabaikan, maka untuk pendekatan,
persamaan untuk transformator biasa adalah :
Stb  2.V1.I1 2.V2 .I 2 …………………………………………...(2 – 56)
untuk autotransformator pendekatannya adalah :
StA  V1.I  V3.I 2 ………………………………………………(2 – 57)
sedangkan :
I1  I  I 2 ,maka I  I1  I 2 ……………………………………..(2 – 58)
maka :
S tA  V1 (I1  I 2 )  (V2  V1 )I 2
 V1.I1  V1.I 2  V2 .I 2  V1.I 2
 V1.I1  V2 .I 2  2.V1.I 2

Mesin Listrik I 2 - 24
bila rugi-rugi dibaikan maka dapat ditulis :
StA  2.V1.I1  2V1.I 2  2.V2 .I 2  2.V1.I 2

Perbandingan antara daya Autotransformator S tA dengan daya tipe sebagai transfor-


mator biasa Stb , adalah :
S tA 2.V2 .I 2  2.V1.I 2 V2  V1 V
   1 1
S tb 2.V2 .I 2 V2 V2

dari persamaan diatas dapat dilihat untuk nilai V1 dab V2 yang tidak jauh berbeda,
S
misalnya V1:V2 = 0,9, maka perbandingan tA  10,9 0,1 ini menunjukkan dengan
Stb
menggunakan autotransformator diperlukan bahan 10% lebih hemat daripada trans-
formator biasa.

Autotransformator banyak digunakan di:


 Industri untuk alat pengasut (start) motor induksi tiga fasa rotor sangkar.
 Rumah-rumah untuk menaikkan tegangan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pera-
latan listrik rumah tangga.

2.8 Transformator Pengukuran

Untuk melakukan pengukuran tegangan atau arus yang berada di gardu-gardu listrik
atau pusat pembangkit tenaga listrik biasanya tidak dilakukan secara langsung karena
karena nilai arus/tegangan yang harus diukur pada umumnya tinggi. Apabila pe-
ngukuran besaran-besaran listrik ini dilakukan secara langsung, maka alat-alat ukur
yang harus disediakan akan menjadi sangat mahal karena baik dari ukuran fisik maupun
ratingnya memerlukan perancangan secara khusus.

Untuk mengatasi hal tersebut maka yang dibuat secara khusus bukan alat ukurnya,
melainkan transformatornya, dengan cara ini harganyapun relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan pembuatan alat ukur khusus.

Transformator khusus ini disebut transformator pengukuran (instrumen). Ada dua jenis
transformator pengukuran, yaitu :

1. Transformator Arus yang menurunkan arus menurut perbandingan tertentu.


2. Transformator tegangan yang menurunkan tegangan menurut perbandingan tertentu.

2.8.1 Transformator Arus

Transformator arus (Gambar 2.40) digunakan untuk mengukur arus beban pada sebuah
rangkaian. Dengan penggunaan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat
diukur hanya dengan menggunakan Ampermeter yang rangenya tidak terlalu besar.

Mesin Listrik I 2 - 25
Gambar 2.34 Transformator Arus

2.8.2 Transformator Tegangan

Prinsip kerja transformator tegangan sebenarnya sama dengan sebuah transformator


biasa, yang membedakannya adalah dalam perbandingan transformasinya, dimana
transformator tegangan memiliki ketelitian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
transformator biasa. Transformator tegangan biasanya mengubah tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah.

Misalnya pada sebuah Gardu distribusi yang mempunyai tegangan 20 KV dengan trans-
formator tegangan diturunkan menjadi 200 Volt yang digunakan untuk pengukuran.
Untuk mencegah terjadinya perbedaan tegangan yang besar antara kumparan primer
dengan sekunder, karena adanya kerusakan isolasi pada kumparan primer, maka pada
sisi sekunder perlu dipasang pembumian.

Gambar 2.35 Transformator Tegangan

Mesin Listrik I 2 - 26
Latihan :

1. Sebuah transformator satu fasa menyerap arus 0,75 Ampere saat sisi primer dihu-
bungkan dengan tegangan suplai 220 volt, 50 Hz, sisi sekunder dalam keadaan
terbuka. Daya yang diserap 64 Watt . Hitung besarnya arus inti ( I c ) dan arus
magnetisasi ( I m ) .

2. Sebuah transformator satu fasa ideal mempunyai lilitan primer 525 dan sekunder 70
lilit. Sisi primer dihubungkan dengan tegangan suplai 3.300 Volt, bila rugi-rugi dia-
baikan, hitung besarnya tegangan sekunder dan berapa arus primer jika arus
sekunder 250 Ampere .

3. Sebuah transformator satu fasa 50 Hz mempunyai lilitan primer 20 dan sekunder 273
lilit. Luas penampang inti transformator 400 Cm 2 . Bila kumparan primer dihubung-
kan dengan tegangan 220 Volt . Hitung nilai kerapatan flux dalam inti dan besarnya
tegangan yang diinduksikan pada sisi sekunder .

4. Sebuah transformator satu fasa mempunyai lilitan primer 400 . Luas penampang inti
60 Cm 2 dan panjang jalur magnetik 0,8 m . Tegangan sisi primer 500 Volt, 50 Hz.
Hitung besarnya kerapatan flux di dalam inti dan arus magnetisasi, bila diasumsikan
permeabilitas relatif bahan inti 2000 .

5. Sebuah transformator satu fasa 30 KVA , 2400/120 Volt, resistansi sisi tegangan
tinggi 0,1 Ohm dan reaktansinya 0,22 Ohm. Sisi tegangan rendah mempunyai
resistansi 0,035 Ohm dan reaktansi 0,012 Ohm . Hitung :
a. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi , dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi sekunder

6. Sebuah transformator satu fasa 50 KVA , 4400/220 Volt , mempunyai R1  3,45


Ohm , X1  5,2 Ohm , R 2  0,009 Ohm , dan X 2  0,015 Ohm
a. Resistansi , reaktansi, dan impedansi dengan refrensi ( acuan) sisi primer
b. Resistansi , reaktansi, dan impedansi dengan refrensi (acuan) sisi sekunder
c. Total rugi tembaga (Pcu primer dan sekunder) .

7. Sebuah transformator satu fasa mempunyai data sebagai-berikut :


Perbandingan lilitan 19 : 5 ; R 1  25 Ohm , X1  100 Ohm , R 2  0,06 Ohm , dan
X 2  0,25 Ohm . Arus beban nol 1,25 Ampere dan Leading dari Flux 30 .
Sisi sekunder menyalurkan arus sebesar 200 Ampere pada tegangan terminal 500
Volt dan faktor daya 0,8 Lagging. Tentukan dengan bantuan Vektor diagram, tega-
ngan sisi primer dan faktor daya pada sisi primer.
Catt : V2  500Volt  5000  500  j0
I 2  200(0,8  j0,6)
Z2  (0,06  j0,25)

Mesin Listrik I 2 - 27
8. Sebuah transformator satu fasa 230/460 Volt , sisi primer mempunyai resistansi 0,2
Ohm dan reaktansi 0,5 Ohm, sedangkan sisi sekunder mempunyai resistansi 0,75
Ohm dan reaktansi 1,8 Ohm. Hitung besarnya tegangan terminal sekunder saat
menyalurkan arus 10 Ampere dengan faktor daya 0,8 lagging .

9. Sebuah transformator satu fasa 50 KVA , 4400/220 Volt , mempunyai R1  3,45


Ohm , X1  5,2 Ohm , R 2  0,009 Ohm , dan X 2  0,015 Ohm . Hitung besarnya
tegangan terminal sisi sekunder saat transformator menyalurkan arus beban penuh
dengan faktor daya 0,866 lagging .

10. Parameter Transformator satu fasa 2300/230 Volt, 50 Hz adalah sebagai berikut :
R1  0,286 Ohm R 2'  0,319 Ohm R C  250 Ohm
X1  0,73 Ohm X 2'  0,73 Ohm Xm  1250 Ohm
Impedansi beban pada sisi sekunder Z L  0,387  j0,29 Ohm
Hitung besarnya Daya input di sisi primer dan daya ouput di sisi sekunder,
penyelesaian dengan menggunakan rangkaian ekuivalen .

11. Saat Transformator satu fasa dihubungkan dengan tegangan 1.000 Volt, 50 Hz, rugi
intinya adalah 1.000 Watt, yang terbagi atas 650 Watt akibat rugi Histeris dan 350
Watt akibat rugi arus pusar (Eddy Current losss) . Apabila tegangan yang diberikan
pada transformator dinaikkan menjadi 2.000 Volt dan frekuensinya 100 Hz , hitung
rugi inti yang terjadi pada tegangan 2.000 Volt dan frekuensi 100 Hz tersebut .

12. Untuk memperoleh rangkaian ekuivalen dari sebuah transformator satu fasa 200/400
Volt, 50 Hz dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut
diperoleh data sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan Arus (A) Daya Keterangan
(Volt) (Watt)
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 85 Alat Ukur di Teg Tinggi

Hitung besarnya tegangan terminal sekunder saat menyalurkan daya 5 Kw dengan


faktor daya 0,8 lagging , tegangan yang diberikan pada sisi primer 200 Volt .

13. Untuk memperoleh nilai R eq1 , X eq1 , R c , X m seperti diperlihatkan pada gambar
rangkaian ekuivalen sebuah transformator satu fasa 4 KVA, 200/400 Volt , 50 Hz
dilakukan tes tanpa beban dan hubung singkat . Dari hasil tes tersebut diperoleh data
sbb :
Tabel Hasil Pengujian (Tes) Transformator
Tes Tegangan Arus (A) Daya (Watt) Keterangan
(Volt)
Beban Nol 200 0,7 70 Alat Ukur di Teg Rendah
Hub Singkat 15 10 80 Alat Ukur di Teg Tinggi

Mesin Listrik I 2 - 28
Selain menentukan nilai parameter rangkaian, tentukan juga prosentase regulasi
tegangan saat beban penuh dengan faktor daya a.) 0,8 Lagging dan b ) 0,8
Leading.

R eq1 X eq1

I ex •
Ih e I
V1
Rc Xm V2'

Mesin Listrik I 2 - 29
BAB III
Transformator Tiga Fasa

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Memahami tentang prinsip kerja, konstruksi/susunan belitan dan inti, hubungan


antara belitan transformator, dan macam-macam hubungan belitan transformator.
2. Memahami tentang standard kode hubungan dan kerja paralel transformator tiga
fasa.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip kerja dari transformator tiga fasa
dengan benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan hubungan antara belitan
transformator dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang macam-macam hubungan belitan transfor-
mator Bintang, Segitiga, T - T, V - V, Zigzag dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang standard kode hubungan transformator
tiga fasa dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan kerja paralel transformator 3
fasa dengan benar.

Lembar Informasi :

Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah transformator satu
fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada sistem kelistrikannya yaitu sistem
satu fasa dan tiga fasa. Sehingga sebuah transformator tiga fasa bisa dihubung bintang,
segi-tiga, atau zig-zag.

Transformator tiga fasa banyak digunakan pada sistem transmisi dan distribusi tenaga
listrik karena pertimbangan ekonomis. Transformator tiga fasa banyak sekali me-
ngurangi berat dan lebar kerangka, sehingga harganya dapat dikurangi bila diban-
dingkan dengan penggabungan tiga buah transformator satu fasa dengan “rating” daya
yang sama.

Tetapi transformator tiga fasa juga mempunyai kekurangan, diantaranya bila salah satu
fasa mengalami kerusakan, maka seluruh transformator harus dipindahkan (diganti), te-
tapi bila transformator terdiri dari tiga buah transformator satu fasa, bila salah satu fasa
transformator mengalami kerusakan. Sistem masih bisa dioperasikan dengan sistem “
open delta “.

Mesin Listrik I 3-1


3.1 Konstruksi Transformator

a. Bagian dalam Transformator b. Bagian luar Transformator


Gambar 3.1 Konstruksi Tranformator Tiga Fasa

Secara umum sebuah transformator tiga fasa mempunyai konstruksi hampir sama, yang
membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung pada letak pe-
masangan, sistem pendinginan, pengoperasian, fungsi dan pemakaiannya. Bagian uta-
ma, alat bantu, dan sistem pengaman yang ada pada sebuah transformator daya (Gambar
3.1), adalah :

 Inti Besi Transformator

Seperti telah dijelaskan pada pembahasan transformator satu fasa inti besi berfungsi se-
bagai tempat mengalirnya fluks dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Sama
seperti transformator satu fasa, berdasarkan cara melilit kumparanya ada dua jenis, yaitu
tipe inti (Gambar 3.2) dan tipe cangkang (Gambar 3.3).

Gambar 3.2 Transformator Tipe Inti Gambar 3.3 Transformator Tipe Cangkang

Mesin Listrik I 3-2


 Kumparan Transformator

Kumparan transformator terdiri dari lilitan kawat berisolasi dan membentuk kumparan.
Kawat yang dipakai adalah kawat tembaga berisolasi yang berbentuk bulat atau plat.
Kumparan-kumparan transformator diberi isolasi baik terhadap kumparan lain maupun
inti besinya. Bahan isolasi berbentuk padat seperti kertas prespan, pertinak, dan lain-
nya.

 MinyakTransformator

Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti transfor-
mator direndam di dalam minyak transformator, minyak juga berfungsi sebagai isolasi.
Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
 Mempunyai kekuatan isolasi (Die-lectric Strength);
 Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
kecil dapat mengendap dengan cepat;
 Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersikulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik;
 Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap;
 Sifat kimia yang stabil.

 Tangki Transformator

Tangki transformator berfungsi untuk menyimpan minyak transformator dan sebagai


pelindung bagian-bagian transformator yang direndam dalam minyak. Ukuran tangki
disesuaikan dengan ukuran inti dan kumparan.

 Konservator Transformator

Konservator merupakan tabung berisi minyak transformator yang diletakan pada


bagian atas tangki. Fungsinya adalah :
 Untuk menjaga ekspansi atau meluapnya minyak akibat pemanasan;
 Sebagai saluran pengisian minyak.

 Sistem Pendinginan Transformator

Sistem pendinginan pada transformator dibutuhkan supaya panas yang timbul pada inti
besi dan kumparan dapat disalurkan keluar sehingga tidak merusak isolasi didalam
transformator. Media yang digunakan pada sistem pendinginan dapat berupa : udara/
gas, minyak dan air. Sirkulasinya dilakukan secara : alamiah (natural) dan atau
paksaan (forced).

 Bushing Transformator

Bushing transformator adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk meng-


hubungkan kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung
isolator. Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki

Mesin Listrik I 3-3


transformator. Bahan bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang
(Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Bushing Transformator Gambar 3.5 Alat Pernafasan

 Alat Pernapasan

Naik turunnya beban transformator dan suhu udara sekeliling transformator, mengaki-
batkan suhu minyak berubah-ubah mengikuti perubahan tersebut. Bila suhu minyak
naik, minyak memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki
dan bila suhu turun sebaliknya udara akan masuk. Keadaan ini merupakan proses per-
napasan transformator. Tetapi udara luar yang lembab akan menurunkan nilai tegangan
tembus minyak. Untuk mencegah hal itu transformator dilengkapi dengan alat perna-
fasan (Gambar 3.5) yang berupa tabung berisi zat hygros-kopis,seperti kristal silikagel.

 Tap Changer

Tap changer (Gambar 3.6) adalah alat yang berfungsi untuk mengubah perbandingan
lilitan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder sesuai
yang dibutuhkan oleh tegangan jaringan (beban) atau karena tegangan sisi primer yang
berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban
(on load) atau keadaan tidak berbeban(off load). Untuk tranformator distribusi peru-
bahan tap changer dilakukan dalam keadaan tanpa beban.

 Sirip-sirip Pendingin atau Radiator

Berfungsi untuk memperluas daerah pendinginan, yaitu daerah yang berhubungan lang-
sung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.

Mesin Listrik I 3-4


Gambar 3.6 Tap Changer

 Alat Indikator

Alat Indikator digunakan untuk memonitor kondisi komponen utama atau media bantu
yang ada didalam transformator saat transformator beroperasi, seperti :
 suhu minyak ;
 permukaan minyak ;
 sistem pendinginan ;
 posisi tap.

Gambar 3.7 Indikator Level Minyak Gambar 3.8 Indikator Temperatur

 Rele Buchholz (Buchholz Relay)

Rele Buchholz biasa disebut juga rele gas, karena be-


kerjanya digerakan oleh pengembangan gas. Tekanan
gas akan timbul bila minyak mengalami kenaikan
temperatur yang diakibatkan oleh :
 Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam fasa;
 Hubung singkat antar fasa;
 Hubung singkat antar fasa ke tanah;
 Busur api listrik antar laminasi;
 Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.

Gambar 3.9 Rele Buchholz

Mesin Listrik I 3-5


Gas yang mengembang akan menggerakan kontak-kontak rangkaian alarm atau rangkai-
an pemutus.

 Plat Nama

Plat nama yang terdapat pada bagian luar transformator sebagai pedoman saat pema-
sangan maupun perbaikan. Data-data yang dicantumkan seperti : Phasa dan frekuensi,
daya nominal, tegangan primer/sekunder,kelompok hubungan, arus nominal, % arus hu-
bung singkat, sistem pendinginan, volume minyak, dan lain-lain.

3.2 Hubungan Transformator Tiga Fasa

Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambung rangkaian listrik sebuah transfor-
mator tiga fasa, yaitu hubungan bintang, hubungan segitiga, dan hubu-ngan Zig-zag.

 Hubungan Bintang – bintang

Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, transformator
tegangan tinggi (Gambar 3.9). Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah isolasi minimum
1
karena tegangan fasa tegangan jala-jala (Line), juga tidak ada perubahan fasa
3
antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi sekunder dari transfor-
mator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban akan berubah kecuali titik
bintang dibumikan.

Gambar 3.10 Hubungan Bintang-bintang

Primer:
VL1
Vph1  Volt dan I L1  I ph1 …………………………………………………….……(3-1)
3
Sekunder:

Vph 2 
VL2
Volt dan IL2  Iph 2Amp K  Vph 2 ………………………………………………(3-2)
3 Vph1

Mesin Listrik I 3-6


 Hubungan Segitiga-Segitiga

Hubungan ini umumnya digunakan dalam sistem yang menyalurkan arus besar pada te-
gangan rendah dan terutama saat kesinambungan dari pelayanan harus dipelihara mes-
kipun satu fasa me-ngalami kegagalan (Gambar 3.10). Adapun beberapa keuntungan
dari hubungan ini adalah :

 Tidak ada perubahan fasa antara tegangan primer dengan sekunder.


1
 Luas penampang dari konduktor dikurangi karena arus fasa arus jala-jala
3
 Tidak ada kesulitan akibat beban tidak seimbang pada sisi sekunder.

Kerugian yang terjadi pada hubungan ini adalah :


 Lebih banyak isolasi dibutuhkan dibandingkan dengan hubungan bintang-bintang.
 Tidak adanya titik bintang memungkin, merupakan kerugian yang dapat memba-
hayakan. Bila salah satu jala-jala ke tanah karena kegagalan, tegangan maksimum
antara kumparan dan inti akan mencapai tegangan jala-jala penuh.

Gambar 3.11 Hubungan Segitiga – segitiga

Primer : VL1  Vph1 Volt dan I L1  3I ph1 …………………………………..….(3-3)

Sekunder:
VL2  Vph 2 dan I L2  3I ph 2 …………………………………………………..(3-4)
Vph 2
K
Vph1

 Hubungan Bintang - Segitiga

Hubungan transformator tipe ini pada prinsipnya digunakan, dimana tegangan diturun-
kan (Step - Down), seperti pada jaringan transmisi. Pada hubungan ini, perbandingan te-

Mesin Listrik I 3-7


gangan jala-jala 1 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder ter-
3
tinggal 30  dari tegangan primer.

Gambar 3.12 Hubungan Bintang –Segitiga

Primer :
Vph1  L1 Volt dan I L1  I ph1 Amp …………………………………………………………(3-5)
V
3

Sekunder :

I
Vph2  VL2 Volt dan I ph2  L2 Amp ....................................................................................(3-6)
3
Vph2
K
Vph1

 Hubungan Segitiga – Bintang

Hubungan ini umumnya digunakan, dimana diperlukan untuk menaikkan tegangan


(Step-Up), misalnya pada awal sistem transmisis tegangan tinggi. Dalam hubungan ini
perbandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan se-
kunder mendahului sebesar 30.

Primer
VL1  Vph1 Volt dan I ph1  L1 A ………………………………………………….….(3-7)
I
3

Sekunder:
Vph2  L2 Volt dan I L2  I ph2 A ……………………………………………………(3-8)
V
3
Vph2
K
Vph1

Mesin Listrik I 3-8


Gambar 3.13 Hubungan Segitiga-Bintang

Daya Total Tiga Fasa :

S = 3.VL .I L VA atau S  3.Vph.I ph VA …………………………………….……….(3-9)


P = 3.VL .I L .Cos Watt …………………………………………………………..(3-10)
Q = 3.VL .I L .Sin  Var ……………………………………………………..……(3-11)

 Hubungan Zig - Zag

Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga fasanya harus diusahakan
seimbang. Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik
bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang digunakan pemakai
akan berbeda-beda.
Untuk menghindari terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya adalah dengan meng-
hubungkan sisi sekunder dalam hubungan Zig-zag. Dalam hubungan Zig-zag sisi se-
kunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara khusus (Gambar 3.13) .

Gambar 3.14 Transformator Tiga Fasa Hubung Zig-zag

Mesin Listrik I 3-9


Ujung-ujung dari kumparan sekunder disambungkan sedemikian rupa, supaya arah alir-
an arus didalam tiap-tiap kumparan menjadi bertentangan. Karena e1 tersambung seca-
ra berlawanan dengan gulungan e2, sehingga jumlah vektor dari kedua tegangan itu
menjadi :

e Z1  e1  e 2 ;
e Z 2  e 2  e3

e Z3  e3 _ e1 ……………………………..…………………………(3-12)
_____________
e Z1  e Z2  e Z3  0  3e b ,

Teg titik bintang eb = 0


e e
e1  , nilai tegangan fasa e z  3 ……………………………………………(3-13)
2 2
Sedangkan tegangan jala-jala :
e
EZ  eZ 3  3 ………………………………………………………………..(3-14)
2

 Transformator Tiga Fasa dengan Dua Kumparan

Selain hubungan transforamator seperti telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, ada
transformator tiga fasa dengan dua kumparan. Tiga jenis hubungan yang umum diguna-
kan adalah :
 V - V atau “ Open  “
 “ Open Y - Open  “
 Hubungan T – T

Gambar 3.15 Hubungan V-V atau Open  Gambar 3.16 Hubungan Open Y -Open 

Misal tiga buah transformator satu fasa masing-masing mempunyai daya sebesar 10
KVA, bila dihubungkan V - V (Gambar 3.15) karena salah satu dilepas (sebelumnya
dihubungkan segitiga) maka dayanya tidak 2 x 10 KVA = 20 KVA, tetapi hanya 0,866
x 20 KVA = 17,32 KVA.
Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut :

Mesin Listrik I 3 - 10
 Daya S saat dihubungkan
 = 3.VL .I L VA ……………………………………………………………(3-15)
I
 I ph 2  L menjadi arus jala  jala
3
I 
 Daya S saat dihubungkan V - V = 3.VL . L   VL .I L VA …………..……(3-16)
 3
 Perbandingan daya saat Hubungan  dengan V -V adalah :
Ssaat V  V VL .I L 1
  x100%  57,7%
Ssaat  3.VL .I L 3

Kekurangan Hubungan ini adalah :


 Faktor daya rata-rata, pada V - V beroperasi lebih kecil dari P.f beban, kira-kira
86,6% dari faktor daya beban seimbang.
 Tegangan terminal sekunder cenderung tidak seimbang, apalagi saat beban ber-
tambah.
Hubungan Open Y - Open  diperlihatkan pada Gambar 3.15, ada perbedaan dari hu-
bungan V - V karena penghantar titik tengah pada sisi primer dihubungkan ke netral
(ground). Hubungan ini bisa digunakan pada transformator distribusi.

 Hubungan Scott atau T - T

Hubungan ini merupakan transformasi tiga fasa ke tiga fasa dengan bantuan dua buah
transformator (Kumparan). Satu dari transformator mempunyai “ Centre Taps “ pada si-
si primer dan sekundernya dan disebut “Main Transformer“. Transformator yang lain-
nya mempunyai “0,866 Tap “ dan disebut “Teaser Transformer “. Salah satu ujung
dari sisi primer dan sekunder “teaser Transformer” disatukan ke “ Centre Taps” dari
“ main transformer “. “ Teaser Transformer” beroperasi hanya 0,866 dari kemampuan
tegangannya dan kumparan “ main trnsformer “ beroperasi pada Cos 30  = 0,866 p.f,
yang ekuivalen dengan “ main transformer “ bekerja pada 86,6 % dari kemampuan daya
semunya.

Gambar 3.17 Hubungan Scott atau T-T

Mesin Listrik I 3 - 11
3.3 Pengujian Transformator Tiga Fasa

Pengujian yang harus dilakukan pada sebuah transformator tiga fasa biasanya disesuai-
kan dengan kebutuhannya (pengujian rutin, pengujian awal, dan pengujian akhir), jenis
pengujiannya juga cukup beragam, seperti :

 Pengujian Tahanan Isolasi


 Pengujian Tahanan Kumparan
 Pengujian Karektristik Beban Nol
 Pengujian Karektistik Hubung Singkat
 Pengujian Karakteristik Berbeban
 Pengujian Perbandingan Transformasi
 Pengujian Kelompok Hubungan
 Pengujian Tegangan Terapan
 Pengujian Tegangan Induksi
 Pengujian Kebocoran Tangki
 Pengujian Jenis

 Pengujian Tahanan Isolasi

Pengujian tahanan isolasi biasanya dilaksanakan pada awal pengujian dengan tujuan un-
tuk mengetahui secara dini kondisi isolasi transformator, untuk menghindari kegagalan
yang bisa berakibat fatal, sebelum pengujian selanjutnya dilakukan. Pengujian dilak-
sanakan dengan menggunakan Megger. Tahanan isolasi yang diukur diantaranya :
 Sisi Primer dan Sekunder
 Sisi Primer dan pembumian
 Sisi Sekunder dan pembumian

 Pengujian Tahanan Kumparan

Pengujian dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tahanan kumparan transfor-


mator. Data hasil pengujian digunakan untuk menghitung besarnya rugi tembaga pada
transformator tersebut.

 Pengujian Karakteristik Beban Nol

Pengujian Karakteristik Beban Nol atau Tanpa Beban dilakukan untuk mengetahui
besarnya kerugian daya yang disebabkan oleh rugi hysterisis dan eddy current pada inti
transformator dan besarnya arus yang pada daya tersebut. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi transformator dan sisi lainnya dibiar-
kan dalam keaadaan tanpa beban. Contoh untuk menghitung parameter-parameter
transformator tiga fasa dari hasil percobaan beban nol bisa dilihat pada tabel 5.1.
Persamaan yang terlihat pada tabel menandakan dimana alat ukur diletakkan.

Mesin Listrik I 3 - 12
Tabel 3.1 Parameter Pengujian Beban Nol

 Pengujian Karakteristik Hubung Singkat

Pengujian dilakukan dengan cara memberikan arus nominal pada salah satu sisi trans-
formator dan sisi yang lain dihubung singkat, dengan demikian akan dibangkitkan juga
arus nominal pada sisi yang di hubung singkat. Adapun tujuan dari pengujian ini adalah
untuk mengetahui besarnya rugi daya yang hilang akibat dari tembaga dari trans-
formator saat beroperasi.
Contoh untuk menghitung parameter-parameter transformator tiga fasa dari hasil per-
cobaan hubung singkat bisa dilihat pada tabel 5.2 dengan asumsi sisi tegangan rendah
di hubung singkat dan alat ukur ada di sisi tegangan tinggi, persamaan yang terlihat
pada tabel menunjukan dimana alat ukur diletakan.

 Pengujian Perbandingan Transformasi

Pengujian perbandingan transformasi atau belitan kumparan adalah untuk mengetahui


perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada se-
tiap tapping sehinggga tegangan keluaran yang dihasilkan oleh transformator sesuai
dengan yang spesikasi/rancangan.

Mesin Listrik I 3 - 13
Tabel 3.2 Parameter Pengujian Hub Singkat

 Pengujian Tegangan Terapan

Pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dilakukan untuk menguji kekuatan isolasi
antara kumparan dan rangka tangki. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tega-
ngan uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada :
 Sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan rangka tangki yang dibu-
mikan.
 Sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan rangka tangki yang dibu-
mikan.

 Pengujian Tegangan Induksi

Tujuan pengujian tegangan induksi adalah untuk mengetahui kekuatan isolasi antara la-
pisan dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antar belitan transformator. Pengujian
dilakukan dengan cara memberi tegangan suplai dua kali tegangan nominal pada salah
satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi kejenuhan pada inti
transformator maka frekuensi yang digunakan harus dinaikan sesuai dengan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu.

 Pengujian Kelompok Hubungan

Vektor tegangan primer dan sekunder sebuah transformator sangat tergantung pada cara
melilit kumparannya. Pada transformator Tiga Fasa arah tegangan menimbulkan per-

Mesin Listrik I 3 - 14
bedaan fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut menyebabkan adanya berbagai
kelompok hubungan pada transformator.

Untuk penentuan kelompok hubungan ini dipergunakan tiga jenis tanda atau kode,
yaitu :
 Tanda Kelompok sisi tegangan tinggi terdiri atas kode D, Y, dan Z.
 Tanda Kelompok sisi tegangan rendah terdiri atas kode d, y , dan z.

Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi terhadap sisi
tegangan rendah.

Gambar 3.18 Kelompok Hubungan Dy5

Jarum jam panjang dibuat selalu menunjuk angka 12 dan berimpit dengan Vektor TT
tegangan tinggi. Letak Vektor tegangan rendah TH menunjukkan arah jarum jam pen-
dek. Sudut antara jarum jam panjang dan pendek adalah pegeseran antara vektor tega-
ngan tinggi dengan tegangan rendah (V dan v).

Gambar 3.17 memperlihatkan contoh kelompok hubungan sebuah transformator tiga


fasa Dy5, artinya sisi primer dihubung segitiga (jam 12) dan sisi sekunder dihubung
bintang (jam 5).

Untuk memudahkan, pabrik-pabrik pada pelaksanaannya membatasi jumlah kelompok


hubungan dengan membuat normalisasi pada kelompok hubungan yang dianggap baku.
Standardisasi yang banyak diikuti adalah menurut peraturan Jerman, yaitu VDE 0532
(lihat tabel 5.3). Kelompok hubungan yang disarankan untuk digunakan adalah Yy0,
Dy5, Yd5, dan Yz5, pada tabel diberi tanda garis pinggir warna merah.

Mesin Listrik I 3 - 15
Tabel 3.3 Kelompok Hubungan Menurut Standar VDE 0532

Mesin Listrik I 3 - 16
3.4 Penentuan Angka Jam
Angka jam ( Kelompok Hubungan ) sebuah transformator dapat ditentukan berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil pengukuran pada transformator tersebut. Ada dua cara
yang bisa dilakukan untuk penentuan kelompok jam berdasarkan hasil pengukuran
tersebut.
 Berdasarkan tabel Kelompok jam.
 Berdasarkan Diagram Vektor.
Untuk penentuan berdasarkan kelompok jam, perhatikan tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Kelompok Jam


Kelompok Jam Hubungan Tegangan
0 Ww < Vw = Wv > Ww < UV
1 Ww < Vw > Wv = Ww < UV
2 Ww < Vw > Wv < Ww < UV
3 Ww < Vw > Wv < Ww  UV
4 Ww < Vw > Wv < Ww > UV
5 Ww = Vw > Wv < Ww > UV
6 Ww > Vw = Wv < Wv > UV
7 Ww > Vw < Wv = Ww > UV
8 Ww > Vw < Wv >Ww  UV
9 Ww > Vw < Wv > Ww < UV
10 Ww > Vw = Wv > Ww < UV
11 Ww = Vw < Wv > Ww < UV

Latihan :

1. Sebuah Transformator 3 Fasa, 50 Hz, 22 KV/400 Volt mempunyai hubungan segiti-


ga pada sisi primer dan bintang pada sisi sekunder. Faktor daya pada sisi sekunder
0,8 Lagging dan arus jala-jala pada sisi primer 5 Ampere.
Hitung : a.I ph1 c.I L2
b.I ph2 d.Pout Trafo

2. Sebuah Transformator tiga fasa , 10.000 KVA, 230 KV/4160 Volt, 50 Hz bila rans-
formator dihubungkan a . -  b.  - Y c.  - 
Tentukan nilai I ph1, I ph2 , Vph1,, Vph2 , dan K dari masing-masing hubungan dia-
tas.

Mesin Listrik I 3 - 17
3. Sebuah transformator Tiga fasa yang terdiri dari tiga buah transformator satu fasa
digunakan untuk menurunkan tegangan tegangan tiga fasa jala-jala ( line) transmisi
6000 Volt, jika arus jala-jala 10 A. Tentukan tegangan jala-jala pada sisi sekunder,
arus jala-jala sekunder dan daya keluar (output) transformator untuk hubungan :
a. -  b.  - Y
bila perbandingan tranformasi 1/12 dan rugi-rugi diabaikan.

4. Sebuah transformator Tiga fasa, 500 KVA, 50 Hz , mempunyai perbandingan tega-


ngan 33 KV/11 KV dan hubungan  / Y. Resistansi /fasa dari sisi tegangan tinggi
35 Ohm dan tegangan rendah 0,876 Ohm, Rugi besi 3050 Watt. Hitung nilai
Efisiensi saat beban penuh dengan faktor daya 0,8 Lagging.

5. Sebuah Transformator Tiga fasa, 100 KVA, 50 HZ, 3300 V/400 V, hubungan / Y .
Resistansi kumparan tegangan tinggi 3,5 Ohm/fasa dan kumparan sisi tegangan
rendah 0,02 Ohm /fasa.
Tentukan rugi besi dari transformator pada tegangan dan frekuensi normal, bila
efisiensi beban penuhnya 95% dengan faktor daya 0,8 Lagging.

6. Sebuah Transformator 100 KVA, 6600 V/220 Volt, hubungan Y / Y, tiga fasa 50
Hz, transformator mempunyai rugi inti 1200 Watt. Efisiensi maximum terjadi saat
3/4 beban penuh. Tentukan Efisiensi transformator saat :
a. Beban penuh dengan P.f = 0,8 Lagging.
b. 1/2 beban penuh dengan P.f = 0,866 Lagging
c. 3/4 beban penuh dengan p.f = 1 (Unity ).

7. Pengujian Tanpa beban dan hubung singkat dari sebuah transformator Tiga fasa, 50
KVA , 7200 Volt /208 V, 60 Hz ,hubungan  / Y , hasilnya sebagai berikut:
Test tanpa beban : Poc = 500 W ; Ioc = 8 A ; Voc = 208 V
Test Hubung Singkat : Psc = 600 W ; Isc = 4,01 A ; Vsc = 370 V
Tentukan :
a) Rc , Xm , Req2 , adan Xeq2
b) Regulasi tegangan saat beban penuh dengan faktor daya 0,8 lagging.
8. Suatu beban 500 KVA dengan P.f 0,8 lagging akan dibagi dengan dua buah trans-
formator Tiga Fasa A dan B dengan rating sama . Bila ekuivalen impedansi
segitiga sebagai refrensi sekunder ( 2 + j 6) Ohm untuk transformator A dan (2 + j
5) Ohm untuk transformator B. Hitung beban yang disuplai oleh masing-masing
transformator tersebut.

Mesin Listrik I 3 - 18

Anda mungkin juga menyukai