Anda di halaman 1dari 10

Biosekuriti

dalam Dunia Veteriner


 Biosekuriti adalah upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
strategis andal yang memotong penyebaran penyakit.

 Elemen biosekuriti:
1. Isolasi: karantina dan pembatasan pada hewan/ manusia yang
diduga sakit.

2. Kontrol pergerakan: regulasi dan pengendalian perputaran atau


pergerakan biologis.

3. Sanitasi: menjaga kesehatan lingkungan dengan menjaga


kebersihan.

4. Disinfeksi: menggunakan desinfektan.


 Panduan Kementerian Pertanian dan FAO – ECTAD Indonesia,
biosekuriti:
a. lebih murah
b. Lebih unggul daripada vaksinasi
c. Biosekuriti dapat melindungi dari beberapa penyakit. Contoh:
vaksinasi hanya tahan dari beberapa penyakit seperti vaksin
polivalent, tetapi ada yang hanya untuk satu penyakit.

 Biosekuriti dapat melindungi suatu daerah (area) dari beberapa


penyakit karena zona tersebut dijaga kesehatannya. Menurut
keterangan USAID Amerika, Indonesia termasuk banyak yang
terkena penyakit bersumber dari hewan yang dapat mematikan,
contoh: H5N1 (flu burung). Pelatihan di bidang biosekuriti veteriner
– PVUK= Pelayanan Veteriner Unggas Komersial.
Pengendalian Mikroba
o Tujuan pengendalian mikroorganisme:
1. Mencegah penyebaran penyakit infeksi.
2. Membasmi atau terapi pada hospes yang terkena penyakit
karena infeksi mikroorganisme.
3. Mensterilkan peralatan yang dipergunakan dalam bidang
kesehatan.
4. Mencegah perusakan makanan atau persediaan untuk
kefarmasian.

o Cara pengendalian:
1. Sterilisasi dengan desinfektan.
2. Pemanasan untuk membunuh spora.
3. Bahan kimia.
• Efektivitas pengandalian tergantung pada:
1. Jumlah mikroorganisme
2. Konsentrasi senyawa mikroba
3. Sifat mikroorganisme
4. Pengaruh lingkungan
5. Waktu pelaksanaan

• Pengendalian secara fisika:


- Suhu tinggi
Suhu tinggi dengan kelembapan tertentu – protein mikrooganisme
teragulasi tidak dapat berkembang biak. Contoh: suhu 120°C
selama 4 – 20 menit, maka Clostridium botulinum mati. Kalau
panas kering perlu waktu 2 jam.
a. Pemanasan basah – uap bertekanan.
b. Sterilisasi bertahap.
c. Air mendidih - 100°C.
d. Pasteurisasi = 62,8°C selama 30 menit.
e. Pemanasan kering.

- Suhu rendah = 4 - 7°C


Di bawah 0°C = -20°C, -70°C, -195°C, mikroba menjadi istirahat
tidak berkembang biak.

- Pengeringan
- Sinar Radiasi – ultraviolet, sinar x, γ
- Tegangan permukaan
- Penyaringan
• Pengendalian secara kimia:
1. Fenol – di ruang operasi
2. Bisfenol – di rumah sakit
3. Golongan alkohol

• Pengendalian dengan antibiotika:


a. Menghambat sintesis dinding sel mikroba, contoh: penisilin,
cephalosporin, basitrasin.
b. Merusak dinding sel, contoh: nistatin, polimiksin, polione.
c. Mengganggu biosintesis asam nukleat – mengganggu replikasi
DNA, contoh: asam nalidiksat dan kuinolon.
d. Menghambat sintesis protein (transkripsi dan translasi protein),
contoh: klorampenikol, tetrasiklin, streptomisin, gentamisin, dan
eritromisin.
 Pengendalian dengan golongan anti metabolit, contoh:
sulfonamid, etambutol dll.

 Penggunaan antiseptik = efektif terhadap gram (+), karena


lapisan lipopolisakarida gram ( ̶ ) dapat resisten antibiotik.

 Penggunaan bahan pengawet – untuk pengawetan bahan


makanan dan minuman.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai