Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

CANDIDASIS VAGINA
Kelompok VI
KANDIDASIS VAGINAL??

Kandidiasis vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi di
sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imun tubuhnya lemah.
Kandidiasis dapat menyerang wanita di segala usia, terutama pada usia pubertas,
keparahannya berbeda antara satu wanita dengan wanita yang lain dan dari waktu ke
waktu pada wanita yang sama (Daili S, 2009).
FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA CANDIDASIS VAGINAL

Pada dasarnya faktor-faktor predisposisidapat dibagi dalam dua golongan yaitu yang
memicu kandidanya sendiri untuk aktif berkembang biak (menjadi patogen) dan yang
menurunkan atau merusak sistem mekanisme pertahanan tubuh hostnya baik lokal
maupun sistemik sehingga memudahkan invasi jaringan ( Elistyawaty,2009).
FAKTOR PENJAMU

• Keadaan-keadaan yang dapat memengaruhi terjadinya kandidiasis vaginalis adalah kehamilan,


diabetes mellitus, hormon steroid terutama kontrasepsi oral atau kortikosteroid. Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR), pil KB, antibiotik, kelainan imunologik, obesitas dan faktor-faktor lokal seperti
menggunakan pakaian ketat, doucher, chlorinated water atau tissue toilet (Qomrariah, 2001)
• Pada masa kehamilan, terutama pada trimester ketiga, terjadi peningkatan kolonisasi jamur candida
di vagina yang menimbulkan gejala simptomatik kandidiasis vaginalis. Peningkatan kadar hormon
estrogen yang terjadi pada kehamilan menyebabkan kadar glikogen di vagina meningkat yang
mana merupakan sumber karbon yang baik untuk pertumbuhan candida. Sedangkan pada keadaan
Diabetes Mellitus terjadi kenaikan kadar glukosa dalam darah dan urine. Gangguan metabolisme
karbohidrat dan perubahan proses glycogenolysis yang menyebabkan kadar glikogen pada epitel
vagina meninggi sehingga pertumbuhan candida juga akan meningkat (Maryunani, 2009)
FAKTOR GENUS

Sekitar 50% penderita kandidiasis vaginalis dengan gejala simptomatik predisposisi


faktor pejamunya tidak diketahui. Keadaan ini menggambarkan bahwa kolonisasi
asimptomatik yang lama disebabkan karena virulensi candida yang lemah. Strain
jamur mempunyai perbedaan dalam kemampuan menginvasi sel vagina, jumlah
produksi protease (protease membantu invasi mukosa) dan pembentukan pseudohypa
(membantu pelekatan dan invasi oleh jamur). Sampai saat ini masih
belum jelas diketahui seberapa besar hal tersebut dapat memengaruhi status klinis
pejamu (Siregar R.S, 2005).
MANIFESTASI KLINIS

• Keluhan yang paling menonjol pada penderita kandidiasis vagina adalah rasa gatal pada
vagina yang disertai dengan keluarnya duh tubuh vagina (fluor albus). Kadang-kadang
juga dijumpai adanya iritasi, rasa terbakar dan dispareunia. Pada keadaan akut duh tubuh
vagina encer sedangkan para yang kronis lebih kental. Duh tubuh vagina dapat berwarna
putih atau kuning, tidak berbau atau sedikit berbau asam, menggumpal seperti “Cottage
Cheese” atau berbutir-butir seperti kepala susu. Pada pemeriksaan dijumpai gambaran
klinis yang bervariasi dari bentuk eksematoid dengan hiperemi ringan sehingga
ekskoriasi dan ulserasi pada labia minora, introitus vagina sampai dinding vagina
terutama sepertiga bagian bawah. Pada keadaan kronis dinding vagina dapat atrofi, iritasi
dan luka yang menyebabkan dispareunia. Gambaran yang khas adalah adanya
pseudomembran berupa bercak putih kekuningan pada permukaan vulva atau dinding
vagina yang disebut “vaginal trush”.
DIAGNOSIS KANDIDASIS

Diagnosis kandidiasis vaginalis tidak hanya ditegakkan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisik oleh dokter tetapi juga harus berdasarkan gambaran klinis yang
didukung pemeriksaan laboratorium mikroskopis langsung atau kalau perlu dengan
biakan.
Pada pemeriksaan mikroskopik langsung, cara yang paling sederhana adalah
mengambil cairan vagina ialah dengan bantuan spekulum, cairan vagina diambil dari
fornix vagina.
PENATALAKSANAAN KANDIDASIS VAGINAL

Penatalaksanaan kandidiasis vaginalis meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yang bertujuan
untuk menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuk sementara tetapi untuk
seterusnya dengan mencegah infeksi berulang ( Darmani,2010).
Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis vaginalis meliputi penanggulangan faktor
predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi
misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian
ketat, mengganti kontrasepsi pil atau AKDR dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan
higiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang
ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau di luarnya.
Selain usaha pencegahan, pengobatan kandidiasis vaginalis dapat dilakukan secara topikal maupun
sistemik. Obat anti jamur tersedia dala
KONSEP KEPERAWATAN

1. Identitas pasien 3. Pemeriksaan Fisik


2. Anamnesis : Inspeksi : cairan vagina yang keluar meliputi,
warna, konsistensi, jumlah dan baunya.
- Keluhan utama
4. Pemeriksaan Diagnostik
- Keluhan tambahan
• Pemeriksan pH dengan phenaphthazine
- Riwayat penyakit : pernah mengalami paper (nitrazine paper).
penyakit pada kelaminnya atau tidak? • Uji Amin (KOH whiff test)
- Adanya keputihan • preparat basah atau p’ewarnaan Gram
• Uji H2O2
- Banyaknya cairan vagina yang keluar
- Bau
- Konsistensinya
- Warna
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi


2. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan
INTERVENSI

1.Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi


Kriteria hasil: Memperhatikan bahwa nyeri ini ada mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat mengidentifikasi dan menurunan sumber-
sumber nyeri
• Intervensi:
• Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal
• Meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
• Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien
• Berikan privasi selama prosedur tindakan
LANJUTAN

2. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual


Kriteria hasil:
Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan
kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual
Intervensi:
Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan seksual,
masalah seksual
Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual
Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual
LANJUT

3. Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme


Kriteria hasil:
Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama
perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi:
Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia
Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi
Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-resiko pada kekuatan penularan
dari infeksi
Terafi antimikroba sesuai order dokter
LANJUT

4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil:
Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis, mampu menunjukan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut serta dalam program pengobatan

Intervensi:
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan, interaksi, efek samping dan pentingnya pada program
Tinjau factor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat masuk infeksi
Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai