PADA ANAK
AKIBAT
SELAIN PARU
PARU
INTERPRETASI BAYI SESAK DENGAN DOWN SCORE
TETRALOGI • Penyakit jantung bawaan sianotik yang paling sering
ditemukan mencakup 5-8% seluruh penyakit jantung
FALLOT bawaan
• Stenosis Pulmonal
• Hipertrofi Ventrikel Kanan
• Defek Septum Ventrikel
• Overriding Aorta
Diagnosis • Anamnesis
– Dyspneu d’effort , nafas cepat
– Squatting sering terjadi setelah anak dapat berjalan
– Riwayat serangan sianotik
• Pemeriksaan Fisik
– Bayi atau anak tampak sianosis
– Tampak right ventricular tap sepanjang tepi sternum
– Jari tabuh (clubbed fingers)
Diagnosis • Pemeriksaan Penunjang
– Darah
- Elektrokardiografi
- Echocardiografi
Tatalaksana • Tata laksana serangan sianotik
• 1. Posisi lutut ke dada. Dengan posisi ini diharapkan
pirau kanan ke kiri berkurang karena peningkatan
afterload aorta akibat penekukan arteri femoralis.
• 2. Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM atau IV untuk
sedasi dan mengatasi takipne.
• 3. Bikarbonas natrikus 1 mEq/kgBB IV untuk mengatasi
asidosis. Dosis yang sama dapat diulangi dalam 10-15
menit.
• 4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini
tidak begitu tepat.
Tatalaksana • Pada bayi atau anak dengan riwayat serangan sianosis
harus diberikan :
• propranolol (per oral) dengan dosis 0,5-1,5 mg/kgBB/6-
8 jam atau 2-6 mg/kg/hari sampai dilakukan operasi
FISIK >100 kali/menit pada anak (saat diam). Jika laju jantung
>200 kali/menit perlu dicurigai ada takikardia
supraventrikular.
• Kardiomegali pada pemeriksaan fisis dan/atau foto
Rontgen toraks.
• Peningkatan tonus simpatis: berkeringat, gangguan
pertumbuhan
• Irama derap (gallop)
PEMERIKSAAN •Tanda kongesti Vena paru
Takipne
Medikamentosa
• Inotropik untuk meningkatkan kontraktilitas miokard
• Diuretik untuk mengurangi preload atau volume
diastolik akhir
• Vasodilator untuk mengurangi afterload atau tahanan
yang dialami saat ejeksi ventrikel
Anafilaksis • Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dengan onset
yang cepat dan dapat menyebabkan kematian.
• Anafilaksis terjadi akibat sejumlah besar mediator
inflamasi dilepaskan dari sel mast dan basofil sesudah
paparan pada alergen pada individu yang sudah
tersensitisasi sebelumnya.
• Reaksi anafilaktoid mirip dengan reaksi anafilaksis
tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh
anafilaktosin seperti C3a dan C5a atau bahan yang
mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa
melalui reaksi imunologis
Penyebab 1. Obat (antibiotik, bahan anestetikum)
2. Makanan (kacang tanah, ikan, kerang, susu, telur,
Anafilaksis
3. Bahan biologis (latex, insulin, ekstrak alergen,
antiserum, produk darah, enzim)
4. Gigitan serangga
Diagnosis Anafilaksis harus dicurigai bila terdapat 1 dari 3 kriteria
di bawah ini
• Cairan
1. Hipotensi persisten perlu diatasi dengan perbaikan
cairan intravaskular dengan infus kristaloid 20-30
ml/kg dalam 1 jam pertama
Tatalaksana • Antihistamin
1. Difenhidramin 1-2 mg/kg maksimal 50 mg dapat
disuntikkan intramuskular atau intravena. Bila diberikan
intravena maka harus diberikan secara infus selama 5-10
menit untuk menghindari hipotensi.
• Bronkodilator
1. Inhalasi β2-agonis berguna untuk mengatasi
bronkokonstriksi
• Kortikosteroid
1. Bila diberikan segera setelah kegawatan teratasi dapat
mencegah anafilaksis bifasik. Metilprednisolon dosis 1-2
mg/kg diberikan secara intravena setiap 4-6 jam.
Polisitemia
Vera
TERIMA
KASIH