Anda di halaman 1dari 26

Laporan case

Muhammad rizki pahlevi


 STATUS PASIEN
 IDENTITAS
 Nama : Tn S
 Umur : 49 tahun
 Jenis Kelamin : laki laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : buruh
 Alamat : cisaat sukabumi
 Tanggal Pemeriksaan : 23 january 2020
 ANAMNESIS
 Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal
23 Januari 2020

 Keluhan Utama:
 Penglihatan mata kanan terasa kabur.

 Keluhan tambahan:
 Kedua mata terasa gatal dan berair
 Riwayat Penyakit Sekarang:
 Tiga puluh tiga tahun SMRS assyifa, pasien pertama
kali memakai kacamata. Pada saat itu pasien masih SMA.
Pasien mengaku penglihatan malam hari sangat sulit.
 Dua tahun lalu pasien konsultasi ke dokter dengan keluhan
buram, mata terasa gatal dan berair. Saat itu dokter
menjelaskan ada infeksi virus pada mata pasien, tetapi
pasien tidak tahu nama penyakitnya. Karena pasien masih
merasa bisa diatasi dengan kacamata dan gatal hilang
setelah minum obat akhirnya pasien tidak kontrol kembali.
 Tiga hari yang lalu pasien merasa bahwa penglihatannya
semakin buram dan pasien merasa matanya gatal kembali
dan berair. Nyeri dan mual muntah pasien disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit gula disangkal.
 RESUME
 Anamnesis
 Seorang wanita berumur 48 tahun datang ke
poliklinik mata FMC dengan keluhan buram
penglihatan pada kedua mata. Penglihatan buram ini
mulai dirasakan sejak 2 tahun SMRS dan makin lama
makin buruk. OS sebelumnya memakai kacamata dan
kacamata terakhir 2 tahun yang lalu. Buram
dirasakan terutama pada malam hari, fotofobia,
lakrimasi dan sedikit gatal. Sekarang walaupun sudah
memakai kacamata penglihatan jauh maupun dekat
OS tetap kabur. Nyeri dan mual muntah disangkal
psien. OS tidak memiliki hipertensi maupun DM.
OD PEMERIKSAAN OS

1/60 Visus (tanpa kacamata) 1/60


- Pin hole -
- Koreksi S -1.00  2/60
S +2.50 D Addisi S +2.50 D
64/62 Distansi Pupil 64/62
RF(+), Rasio arteri: vena = 1/3 Fundus occuli RF(+), Rasio arteri: vena = 1/3
CD Ratio : 0,3, RM(+), CD Ratio : 0,3, RM(+),
Bone spicule pigmentation : (+) Bone spicule pigmentation : (+)
posisi central, menutupi sebagian posisi central, menutupi sebagian
besar retina besar retina
Lapang pandang berkurang Tes konfrontasi Lapang pandang berkurang
 DIAGNOSIS KERJA
 Retinitis pigmentosa ODS

 DIAGNOSIS BANDING
 Defisiensi vitamin A

 PEMERIKSAAN ANJURAN
 PEMERIKSAAN
 Funduskopi
 Imaging Studies
 Electroretinogram (ERG)
 Formal visual field
 Color testing
 Adaptasi gelap (Dark adaptation)
 Genetic subtyping
emberian vitamin A/ Betakaroten
cetazolamide
utein
oratadine

Terapi farmako
Penatalaksanaan non medis
Sferis Cylinder Axis

OD 2,50
OS 2,50 1.00 -

Addisi S+300

Edukasi:
Penyakit yang diderita oleh pasien adalah kelainan bawaan, dan semakin
lama dapat semakin memburuk dan dapat mengakibatkan kebutaan,
akan tetapi hal tersebut berlangsung lambat.
Pada pasien juga didapatkan kelainan rabun dekat, hal tersebut dapat
dikoreksi dengan penggunaan kacamata.
Keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan moral kepada pasien

PROGNOSIS
Dubia ad malam
Tinjauan pustaka
 LATAR BELAKANG
 Retina merupakan salah satu bagian dari mata yang fungsinya
sangat penting dan terletak di belakang mata dan terhubung ke
otak. Hal ini terdiri dari jutaan sel-sel peka cahaya yang dikenal
sebagai sel fotoreseptor. Sel-sel fotoreseptor memiliki fungsi
penting dari transmisi impuls listrik ke otak untuk memungkinkan
melihat untuk mengambil tempat.
 Ketika melihat sebuah benda, cahaya dari objek yang bergerak
pada kornea, kemudian melewati aqueous humor, pupil, lensa
dan vitreous humor untuk mencapai retina. Selama bagian ini,
cahaya menjadi difokuskan ke macula. Pada makula, cahaya
menyebabkan reaksi kimia dalam sel kerucut, yang akibatnya
mengirim pesan listrik dari mata ke otak. Otak menerima pesan-
pesan dan menunjukkan bahwa objek tertentu telah terlihat. Sel
kerucut bertanggung jawab agar mampu mengenali warna dan
membaca.
 INSIDEN
 Insidensi retinitis pigmentosa terjadi pada sekitar
1 orang per 5000 penduduk, pada seluruh
penduduk dunia.
 Umur: gambaran progresifitas lambat pada anak-
anak, sering mengakibatkan kebutaan pada
pertengahan usia lanjut.
 Ras: penyakit ini dapat ditemukan pada semua
ras.
 Suku Bangsa: laki-laki lebih sering ditemukan
dari pada perempuan dengan perbandingan 3:2.
 Lateraliti: sering ditemukan bilateral dan efeknya
sama pada ke dua mata.
 Penyebab terjadinya retinitis pigmentosa sebagai berikut :
 Kematian sel fotoreseptor (sebagian besar adalah fotoreseptor sel
batang/rod).
 Defek molekuler (molecular defects) pada lebih dari seratus gen yang
berbeda.
 Pada 75% kasus X-linked RP disebabkan oleh mutasi pada gen RPGR.
 Di United States, sekitar 30% kasus autosomal dominant RP disebabkan
oleh mutasi pada "the gene for rhodopsin" (gen pembentuk rhodopsin/red
photopigment), Rhodopsin adalah protein receptor yang terdapat pada
membran sel-sel rod retina. Fungsinya sebagai receptor cahaya pada
proses pengantaran sinyal visual yang normal. Oleh karena itu, kerusakan
struktur nya akan berpengaruh terhadap mekanisme kerja dari protein
receptor ini. sekitar 15% kasus ini merupakan mutasi single point. Pada
beberapa kasus RP autosomal recessive, ditemukan adanya mutasi pada
beta-phosphodiesterase, suatu protein penting pada phototransduction
cascade.

Penyebab
Perubahan histologi Segmen sel
secara degeneratif batang
memendek

Apoptosis Tergaggunga
sel jalur
akhir
◦ Gambaran Fundus pada RP:
 Bone spicules
 Terdapat gambaran midperipheral retinal
hyperpigmentation dalam pola yang
karakteristik.
 Optic nerve waxy pallor
 Atrofi retinal pigment epithelium (RPE) di mid
perifer retina
 Pelemahan arteriol retina (retinal arteriolar
attenuation)

funduskopi
Keratitis herpes simpleks
 Keratitis merupakan kelainan akibat
terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea
menjadi keruh. Akibat terjadinya
kekeruhan pada media kornea ini, maka
tajam penglihatan akan menurun. Mata
merah pada keratitis terjadi akibat injeksi
pembuluh darah perikorneal yang dalam
atau injeksi siliar
Kornea menyebabkan terjadinya reaksi cahaya sehingga dapat
menyebabkan terjadi fokus cahaya ke mata dan memungkinkan
transmisi cahaya kemata disebabkan transparansinya

Kemudian terjadi ptyragium di konjungtiva sampai kornea dan


merusak permukaan superfisial stroma dan membran bowman
pada kornea

Kornea dipersarafi oleh saraf trigemenal sehingga kerusakan


pada kornea menyebabkan iritasi dari nrvus ciliary

Iritasi tersebut menyebabkan terjadi reaksi dilatasi vaskuler iris


dan mengeluarkan substansi P sehingga serabut saraf C pada
nervus ciliari ke ventroposterior media thalamus

Impuls dibawa ke somatosensori sehingga menyebabkan


hipersensitivitas terhadap cahaya
CARA PEMERIKSAAN
PENDERITA ASTIGMATISME

BEBERAPA CARA PEMERIKSAAN


PENDERITA ASTIGMATISME
MENGGUNAKAN ALAT-ALAT ANTARA
LAIN:
1. KARTU DARI SNELLEN
PENDERITA ASTIGMATISME AKAN
MEMBUAT KESALAHAN-KESALAHAN
KHAS/KARAKTERISTIK PADA SAAT
MEMBACA HURUF-HURUF PADA KARTU
SNELLENS
MISALNYA: HURUF E AKAN TERBACA P
HURUF Z AKAN TERBACA E
HURUF B AKAN TERBACA R, DLL
2. PIRING PLASIDO
AKAN TERLIHAT BAYANGAN YANG
TIDAK RATA PADA KORNEA,
TERUTAMA PADA PENDERITA
ASTIGMATISME YANG IRREGULAR
3. HURUF PRAY’S
HURUF PRAY’S MERUPAKAN HURUF YANG
TERDIRI ATAS GARIS-GARIS YANG
MEMBENTUK SUDUT TERTENTU DENGAN
GARIS HORIZONTAL, SEHINGGA
PENDERITA ASTIGMATISME HANYA
MELIHAT HURUF TERTENTU DENGAN JELAS
SESUAI DENGAN SUMBU
ASTIGMATISMENYA
4. STENOPIC SLIT DAN
ASTIGMATIK FAN
5. KERATOMETER
6. OFTALMOSKOP
7. RETINOSKOP
PRINSIP PENANGANAN
ASTIGMATISME
1. PADA PENDERITA MUDA (ANAK-ANAK)
SEBAIKNYA DIBERIKAN KOREKSI
ASTIGMATISME SECARA PENUH (FULL
CORRECTION).
2. PADA PENDERITA DEWASA, MAKA
PERTAMA-TAMA DICOBA DENGAN KOREKSI
ASTIGMATISME SECARA PENUH (FULL
CORRECTION), DENGAN DIBERIKAN
PENJELASAN DAN PENGERTIAN
SEBELUMNYA, APAKAH KACA MATA
TERSEBUT SUDAH BENAR-BENAR ENAK
DIPAKAI.
3. APABILA PENDERITA MERASA TIDAK ENAK
DENGAN KOREKSI ASTIGMATISME SECARA
PENUH, MAKA DAPAT DILAKUKAN
PEMUTARAN SUMBU AXIS SILINDER KE 90°
ATAU 180°, ATAU DAPAT JUGA
MENGURANGI DAYA BIAS SILINDER DAN
DIGANTI DENGAN LENSA SPHERIS
(SPHERICAL EQUIVALENT) UNTUK
MENGURANGI TERJADINYA DISTORSI.
4. UNTUK MENDAPATKAN DISTORSI
MINIMAL MAKA SEBAIKNYA DIBERIKAN
LENSA SILINDER MINUS DAN VERTEKS
DISTANCE YANG MINIMAL.
5. APABILA DISTORSI TIDAK DAPAT
DIKURANGI DENGAN KACA MATA
ASTIGMATISME MAKA DAPAT DIPAKAI
LENSA KONTAK ATAU DENGAN “ISEIKONIC
CORRECTIONS”.
6. PADA ORANG-ORANG TUA HATI-HATI
DENGAN PERUBAHAN SUMBU (AXIS)
SILINDER.

Anda mungkin juga menyukai