Anda di halaman 1dari 21

Medical Surgical

Kelompok 2 :
1. Delistia Ramadani
2. Febrina Sari Putri
3. Ghanniyah Salelah
Kasus 1 : Cangkok Jantung dan Paru-paru yang Salah
Jésica Santillán, 17 tahun, meninggal 2 minggu setelah menjalani cangkok jantung
dan paru-paru yang berasal dari pasien yang golongan darahnya tidak sama
dengannya. Tim dokter di Duke University Medical Center gagal dalam memeriksa
kecocokan darah sebelum operasi dilakukan. Setelah sekian detik operasi
transplantasi untuk mencoba membalikkan keadaan karena kesalahan fatal itu,
Jésica mengalami gagal otak dan komplikasi yang membawanya ke kematian.
Jésica, imigran asal Mexico, tiba di Amerika Serikat tiga tahun sebelum menjalani
pengobatan penyakit jantung untuk mempertahankan hidupnya. Dengan
transplantasi jantung dan paru-paru di Duke University Hospital, Durham, N.C.,
alih-alih memperbaiki kondisinya, yang terjadi justru keadaan menjadi bertambah
buruk. Jésica, yang bergolongan darah O, malah menerima organ dari donor yang
bergolongan darah A. Kesalahan fatal ini membuatnya dalam kondisi koma, dan
meninggal ketika usaha para dokter untuk berusaha menggantikannya dengan organ
yang kompatibel gagal. Rumah sakit mengklaim telah terjadi human-error yang
mengakibatkan kematian Jesica, selain prosedur yang cacat untuk memastikan
kompatibilitas transplantasi organ. Setelah itu diberitakan telah terjadi kesepakatan
tertutup antara rumah sakit dan keluarga soal ini. Tidak seorangpun, baik dari pihak
keluarga atau rumah sakit yang mau memberikan komentar atas kasus ini.
Implementasi :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Pengidentifikasi pasien sangat penting ketika pemberian obat, transfusi darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti
nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.Dalam pengidentifikasian pasien (termasuk
disini pasien dewasa) menggunakan gelang bar-code dengan warna-warna yang menunjukkan kondisi pasien.
Biru berarti pasien laki-laki, pink berarti pasien perempuan, kuning berarti pasien dengan resiko jatuh, merah
berarti pasien dengan resiko alergi dengan obat tertentu, dan ungu berarti pasien yang tidak boleh dilakukan
resusitasi.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi efektif dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar pemberi pelayanan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pentransferan informasi mengenai pasien.Selain itu, komunikasi efektif antara pemberi
pelayanan kesehatan (salah satunya perawat) dengan pasien (dalam hal ini pasien dewasa) sangatlah penting.
Mengingat psikologis dan cara berpikir orang dewasa yang lebih kompleks, komunikasi efektif sangat penting
untuk membangun kenyamanan, kepercayaan, dan privacy pasien.
Lanjutan ...
Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepatpasien
OperasiProgram Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai
bagian dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di
seluruh dunia. Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan
komitmen dan kemauan klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan
yang penting, termasuk praktek-praktek keselamatan anestesi yang tidak
memadai, mencegah infeksi bedah dan komunikasi yang buruk di antara
anggota tim. Untuk membantu tim bedah dalam mengurangi jumlah
kejadian ini, WHO menghasilkan rancangan berupa checklist
keselamatan pasien di kamar bedah sebagai media informasi yang dapat
membina komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara disiplin
klinis.
Kasus 2 : Malpraktik Bedah Sesar, Kain Kasa Bersarang di Perut Selama Enam Tahun

Gejala ini seperti yang dialami wanita 42 tahun asal Jepang. Awalnya ia mengabaikan kembung yang
dirasakan dan barulah memeriksakan diri tiga tahun kemudian.Setelah pengecekan medis, ternyata
ada kain kasa tertinggal di perut. Kasus ini dilaporkan dalam jurnal terbaru The New England Journal
of Medicine, Kamis (22/2/2018). Menurut laporan, kain kasa tersebut merupakan sisa operasi sesar
yang sudah berlangsung enam tahun sebelumnya. Tim medis yang memeriksa bagian bawah perut
wanita ini langsung bisa menerka ada benda asing di kedua panggulnya. Meski tidak sakit saat
disentuh, dokter langsung menyarankan melakukan CT Scan."Hasil CT Scan menunjukkan adanya
gumpalan di bagian panggul yang memiliki struktur padat dan berserabut seperti benang," tulis tim
medis dalam laporannya dilansir Science Alert, Jumat (23/2/2018).Untuk memastikan dan
mengetahui benda apakah itu, tim medis segera melakukan pembedahan terhadapnya.Hasil operasi
menunjukkan benda asing berstruktur benang itu adalah dua kain kasa yang tertutup cangkang tebal
dan berserat, di mana sebagian menempel pada usus besar dan jaringan perut wanita ini. Riwayat
pasien, ia sudah dua kali melakukan operasi sesar, pertama sembilan tahun lalu dan terakhir enam
tahun lalu.Dokter menduga kasa tersebut adalah malpraktek dari operasi sesarnya yang terakhir.
Sebab setelah itu ia tidak pernah lagi melakukan operasi.Setelah dokter membuang kasa yang
bersarang di perutnya, ia tidak lagi merasakan sakit atau kembung. Ia sembuh total dan langsung
meninggalkan rumah sakit lima hari kemudian.
Implementasi :
Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepatpasien
OperasiProgram Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai bagian
dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di seluruh dunia.
Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan komitmen dan kemauan
klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan yang penting, termasuk praktek-
praktek keselamatan anestesi yang tidak memadai, mencegah infeksi bedah
dan komunikasi yang buruk di antara anggota tim. Untuk membantu tim
bedah dalam mengurangi jumlah kejadian ini, WHO menghasilkan rancangan
berupa checklist keselamatan pasien di kamar bedah sebagai media informasi
yang dapat membina komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara
disiplin klinis.

Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya
resiko alergi obat pada pasien.
Kasus 3 : Dokter yang Mengamputasi Kaki yang Salah

Seorang dokter di Tampa (Florida) melakukan kesalahan dengan


mengamputasi kaki yang salah terhadap pasiennya, Willie King (52
tahun), pada bulan Februari 1995. Pada akhirnya diketahui telah terjadi
rangkaian kesalahan sebelum proses amputasi pada kaki yang salah itu.
Saat tim operasi bedah menyadari kesalahan mereka semuanya sudah
terlambat, kaki yang seharusnya masih sehat terlanjur dipotong! Akibat
dari peristiwa ini ijin ahli bedah di rumah sakit itu di cabut untuk waktu
6 bulan dan didenda sebesar US $10.000 dollar (100 juta lebih).
Implementasi :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Pengidentifikasi pasien sangat penting ketika pemberian obat, transfusi darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti
nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.Dalam pengidentifikasian pasien (termasuk
disini pasien dewasa) menggunakan gelang bar-code dengan warna-warna yang menunjukkan kondisi pasien.
Biru berarti pasien laki-laki, pink berarti pasien perempuan, kuning berarti pasien dengan resiko jatuh, merah
berarti pasien dengan resiko alergi dengan obat tertentu, dan ungu berarti pasien yang tidak boleh dilakukan
resusitasi.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi efektif dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar pemberi pelayanan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pentransferan informasi mengenai pasien.Selain itu, komunikasi efektif antara pemberi
pelayanan kesehatan (salah satunya perawat) dengan pasien (dalam hal ini pasien dewasa) sangatlah penting.
Mengingat psikologis dan cara berpikir orang dewasa yang lebih kompleks, komunikasi efektif sangat penting
untuk membangun kenyamanan, kepercayaan, dan privacy pasien.
Lanjutan...
Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepatpasien
OperasiProgram Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai
bagian dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di
seluruh dunia. Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan
komitmen dan kemauan klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan
yang penting, termasuk praktek-praktek keselamatan anestesi yang tidak
memadai, mencegah infeksi bedah dan komunikasi yang buruk di antara
anggota tim. Untuk membantu tim bedah dalam mengurangi jumlah
kejadian ini, WHO menghasilkan rancangan berupa checklist
keselamatan pasien di kamar bedah sebagai media informasi yang dapat
membina komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara disiplin
klinis.
Kasus 4 : Ginjal Sehat yang Tidak Sengaja Dibuang

Di St. Louis Park, Minnesota, seorang pasien dirujuk ke Park Nicollet


Methodist Hospital untuk dibuang salah satu ginjalnya yang rusak
akibat tumor yang diduga merupakan sel-sel kanker. Tapi yang terjadi
kemudian, justru yang dibuang adalah ginjal yang sehat! "Hal ini baru
disadari keesokan harinya setelah operasi, saat patologis yang meneliti
sampel ginjal tersebut tidak menemukan kerusakan apapun padanya."
ujar Samuel Carlson, M.D. dan pejabat di Park Nicollet. Ginjal yang
diduga potensial diserang kanker justru masih tertinggal di tempatnya
dan masih berfungsi.
Implementasi :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Pengidentifikasi pasien sangat penting ketika pemberian obat, transfusi darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti
nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.Dalam pengidentifikasian pasien (termasuk
disini pasien dewasa) menggunakan gelang bar-code dengan warna-warna yang menunjukkan kondisi pasien.
Biru berarti pasien laki-laki, pink berarti pasien perempuan, kuning berarti pasien dengan resiko jatuh, merah
berarti pasien dengan resiko alergi dengan obat tertentu, dan ungu berarti pasien yang tidak boleh dilakukan
resusitasi.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi efektif dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar pemberi pelayanan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pentransferan informasi mengenai pasien.Selain itu, komunikasi efektif antara pemberi
pelayanan kesehatan (salah satunya perawat) dengan pasien (dalam hal ini pasien dewasa) sangatlah penting.
Mengingat psikologis dan cara berpikir orang dewasa yang lebih kompleks, komunikasi efektif sangat penting
untuk membangun kenyamanan, kepercayaan, dan privacy pasien.
Lanjutan...
Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepatpasien
OperasiProgram Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai
bagian dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di
seluruh dunia. Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan
komitmen dan kemauan klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan
yang penting, termasuk praktek-praktek keselamatan anestesi yang tidak
memadai, mencegah infeksi bedah dan komunikasi yang buruk di antara
anggota tim. Untuk membantu tim bedah dalam mengurangi jumlah
kejadian ini, WHO menghasilkan rancangan berupa checklist
keselamatan pasien di kamar bedah sebagai media informasi yang dapat
membina komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara disiplin
klinis.
Kasus 5 : Terbangun Saat Operasi Membuatnya Bunuh Diri

Keluarga dari seseorang di West Virginia mengklaim telah terjadi pembiusan yang
tidak cukup saat proses operasi dan mengakibatkan sang pasien bisa merasakan
setiap irisan dari pisau bedah dan menjadikannya trauma berat. Trauma ini menurut
keluarga itu membuat pasien itu melakukan bunuh diri dua minggu kemudian.
Sherman Sizemore dikirim ke Raleigh General Hospital di Beckley, W.Va., pada
tanggal 29 Januari 2006 untuk dilakukan tindakan operasi berkenaan dengan rasa
sakit di perutnya. Tapi, saat operasi dilakukan, pasien ini dilaporkan mengalami
fenomena dimana yang dkenal dengan nama anesthetic awareness atau kesadaran
selama pembiusan, yang membuat pasien bisa merasakan sakit atau
ketidaknyamanan selama operasi berlangsung, sementara dia sendiri tidak bisa
bergerak atau melakukan komunikasi dengan dokternya. Menurut komplain yang
diajukan, anesthesiologis menyuntikkan obat bius pada pasien tapi gagal membuat
mati rasa pasien hingga 16 menit setelah irisan pertama di perutnya. Anggota
keluarga pasien tersebut mengatakan hal itu membuat trauma berat karena sadar saat
sedang dioperasi tapi sama sekali tidak bisa bergerak atau mengkomunikasikannya
dengan dokter yang akhirnya mendorongnya melakukan bunuh diri.
Implementasi :
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Pengidentifikasi pasien sangat penting ketika pemberian obat, transfusi darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti
nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.Dalam pengidentifikasian pasien (termasuk
disini pasien dewasa) menggunakan gelang bar-code dengan warna-warna yang menunjukkan kondisi pasien.
Biru berarti pasien laki-laki, pink berarti pasien perempuan, kuning berarti pasien dengan resiko jatuh, merah
berarti pasien dengan resiko alergi dengan obat tertentu, dan ungu berarti pasien yang tidak boleh dilakukan
resusitasi.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi efektif dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar pemberi pelayanan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pentransferan informasi mengenai pasien.Selain itu, komunikasi efektif antara pemberi
pelayanan kesehatan (salah satunya perawat) dengan pasien (dalam hal ini pasien dewasa) sangatlah penting.
Mengingat psikologis dan cara berpikir orang dewasa yang lebih kompleks, komunikasi efektif sangat penting
untuk membangun kenyamanan, kepercayaan, dan privacy pasien.
Lanjutan...
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-
Alert)
Penggunaan obat yang beresiko tinggi mengalami kesalahan adalah Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA.
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).Pada keperawatan
medikal-bedah, dengan pasien dewasa atau yang memiliki kelainan fisiologis
bahkan masalah kesehatan yang kompleks, kehati-hatian dalam pemberian
obat sangatlah diperlukan. Karena kesalahan dalam pemberian obat terhadap
pasien akan mempengaruhi perubahan status kesehatannya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai