Anda di halaman 1dari 23

Ns. Yora Nopriani, S.Kep.,M.

kep
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung
kemih bila kandung kemih terisi. Sistem
tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalahginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu
: Kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat
diatas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah
kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan
untuk berkemih.
 Gangguan eliminasi urin adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami disfungsi eliminasi
urine.
 Biasanya orang yang mengalami gangguan
eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi
urine, yaitu tindakan memasukan selang
kateter ke dalam kandung kemih melalui
uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
a.Retensi, yaitu adanya penumpukan urine
didalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk
mengosongkan diri.
b.Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan
sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine
dari kandung kemih.
c.Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak,
umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali
atau lebih dalamsemalam.
d.Urgency, adalah perasaan seseorang untuk
berkemih.
e.Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan
dalam berkemih
f.Polyuria, Produksi urine abnormal dalam
jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake
cairan.
g.Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak
produksi urine
1. Diet dan asupan (intake)
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
3. Gaya hidup
4. Stres psikologis
5. Tingkat aktivitas
6. Tingkat perkembangan
7. Kondisi penyakit
8. Sosiokultural
9. Kebiasaan seseorang
10. Tonus otot
11. Pembedahan
12. Pengobatan
13. Pemeriksaan diagnostik
Retensi Urin
1). Ketidak nyamanan daerah pubis.
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk
berkemih.
3). Urine yang keluar dengan intake tidak
seimbang.
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan
resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih
Inkontinensia urin
1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK
sebelum sampai di WC
2). pasien sering mengompol
1.Pemeriksaan USG
2.Pemeriksaan foto rontgen
3.Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal
ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada
setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang


individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis
pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar,
keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi
fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun
huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus
sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.
1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses
2. Diet
3. Pemasukan cairan. Normalnya: 2000-3000ml/hri
4. Aktifitas fisik : merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik
usus meningkat
5. Faktor psikologik
6. Kebiasaan
7. Posisi
8. Nyeri
9. Kehamilan:menekan rectum
10. Operasi&anastesi
11. Obat-obatan
12. Tes diagnostik : bariem enema dapat menyebabkan konstipasi
13. Kondisi patologis
14. iritan
Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan
yaitu:
a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan
penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,
keras, dan mengejan.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi
yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses
yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai
pada kolon sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan
dan feses yang tidak berbentuk.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak
mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak.
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen
intestinal, dinding usus meregang dan distended,
merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus).
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena
pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang
keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit
hati menahun
Gangguan Eliminasi Fekal
a.Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna
b. Cairan
c. Meningkatnya stress psikologis
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga,
berbaring lama
e. Obat – obatan
Pispot adalah alat bantu yang digunakan untuk
membantu pasien pada waktu buang air besar
dan buang air kecil di atas tempat tidur, karena
pasien tidak melakukannya sendiri.
1. Pispot
2. Kursi untuk buang air besar yaitu pispot yang di pasang di kursi roda.
 1. Menampung tinja atau air kemih
 2. Mengurangi pergerakan pasien
 3. Menjaga kebersihan
 4. Mengetahui adanya kelainan dari tinja atau air
kemih
 5. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
eliminasi buang air besar dan buang air kecil.
 Persiapan pasien
◦ Sebelumnya pasien diberi penjelasan terlebih dahulu
 Persiapan perawat
◦ Sebelumnya perawat harus sudah mengerti hal-hal yang harus dilakukan
dan hal-hal yang harus di perhatikan sesuai dengan prosedur tindakan.
 Persiapan lingkungan atau tempat
◦ Selimut atau kain penutup
◦ Bel (bila memungkinkan)
◦ Tirai atau sampiran.
 Persiapan alat-alat
◦ Pispot
◦ Tissue toilet
◦ Baskom berisi air hangat
◦ Kain pengalat
◦ Handuk yang bersih
◦ Sabun cair
◦ Sarung tangan sekali pakai
1. Pintu di tutup, sampiran atau tirai di pasang
2. Pakaian bawah di tinggalkan, selimut atau kain penutup di pakai
3. Pasien di minta untuk membengkokkan lutut dan bokongnya
4. Pispot di sorongkan di bawah bokong pasien
5. Pada pasien yang tidak dapat mengangkat bokongnya, tangan kiri perawat
memegang punggung pasien dan bokong pasien diangkat dengan tangan kanan,
perawat mendorong pispot ke bawah penderita, sehingga posisinya tepat dan
nyaman
6. Pada pasien yang dapat cebok sendiri, perawat hanya menolong menyiramkan
airnya saja, sampai pasien selesai cebok, dan terakhir mencuci menggunakan sabun
7. Pada pasien yang tidak bisa cebok sendiri setelah pispot diangkat, pasien di
miringkan, tangan kiri petugas membuka bokong pasien, tangan kanan
membersihkan anus dengan tissue toilet lalu buang ke dalam pispot lalnrkan
beberapa kali sampai bersih
8. Bokong di keringkan dengan kain pengalas
9. Kemudian pasien di tidurkan kembali seperti semula
10. Selimut di bereskan dan pakaian pasien di pakaikan kembali
11. Pintu dan tirai dibuka kembali
12. Alat-alat di bawa ke belakang.
 Bila tidak dapat di tolong oleh seorang perawat,
misalnya pasien gemuk,haemigplegia dll, maka
di perlukan lebih dari satu orang perawat dan
caranya adalah sebagai berikut :
◦ Bila dua orang perawat. Perawat berdiri di sebelah
kanan dan kiri pasien, satu orang perawat tangan dan
mengangkat dengan dua perawat yang lain membantu
sambil menyorongkan pispot.
◦ Bila tiga orang perawat, dua orang berdiri di sebelah
kanan kanan pasien dan satu lagi berdiri di sebehah
pasien (sebaliknya) dua orang perawat mengangkat
pasien dan satu orang menyorongkan pispot sambil
membantu dan mengangkat bokong pasien.
 Menggunakan pispot yang bersih dan kering
 Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci
tangan anda segera sebelum dan sesudah
melaksanakan prosedur untuk mencegah penularan
penyakit ke orang lain dan juga ke diri anda sendiri
 Memberi privasi pada pasien. Cobalah untuk membuat
pasien senyaman mungkin selama prosedur tindakan.
 Pasien akan menggunakan bel panggil bahwa ia sudah
selesai, jawab bel panggil tersebut secepat mungkin.
 Melaporkan penyesuaian tugas dan
mendokumentasikan waktu, berkemih/defikasi serta
jumlah karater dan reaksi pasien (iika perlu)
 Sebaiknya memberikan pispot jangan waktu makan,
berkunjung atau menerima tamu kunjungan (visite)
Dokter.
 Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta
respon klien pada lembar catatan klien
 Catat tanggal dan jam melakukan tindakan
dan nama perawat yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien.

Anda mungkin juga menyukai