Oleh;
Dhofir Catur Bashori
Dimas Herliandis Shodiqin
Muhammad Syafi’I
Penjabaran dari ketiga tugas utama tersebut ada dalam APBN, dengan kata lain
Anggaran negara disusun untuk mewujudkan ketiga tugas tersebut.
– Sebagai salah satu fungsi dari kebjikan fiskal adalah; fungsi alokasi (allocation
function), yakni mengalokasikan jasa dan barang yang berkaitan dengan publik.
Hal ini erat kaitannya dengan pembangunan infrasturktur. Pembangunan
infrastruktur yang memadai, sangat berperan penting dalam upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dapat dilihat pada wilayah yang memiliki infrastruktur yang mencukupi.
(Maryaningsih, Novi., dkk. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
ekonomi Indonesia. 2014).
– Akan tetapi, pembangunan infrastruktur tidak cukup hanya dibebankan kepada Pemerintah,
akan tetapi pemerintah juga harus melakukan terobosan untuk mencari sumber-sumber
pembiayaan selain dari APBN. Salah satu terobosan sumber dana pembiayaan tersebut adalah
dengan menggunakan obligasi syariah atau yang dikenal dengan sukuk. Pengembangan alokasi
dana bidang infrastruktur dengan menggunakan sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) telah tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). (UU No.19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara)
– Hal ini dimaksudkan agar beban pembangunan infrastruktur tidak hanya bertumpu pada dana
APBN, akan tetapi melibatkan partisipasi publik (public private partnership) dalam rangka
pembangunan infrastruktur melalui mekanisme penerbitan sukuk.
Metode Penelitian
– Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka,
yakni dengan mencari data dari berbagai sumber literature dan refrensi yang
berkaitan dengan materi pembahasan yang sedang diteliti. (Moh. Nazir, 2008)
– Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Definisi dari penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif yang bersumber dari keterangan
seseorang maupun bersumber dari penelitan bahan pustaka yang ada. (Suerjono
Sukanto dan Sri Mamudji, 2009)
– Penelitian ini menggunakan teknis analisis deskriptif, yaitu analisis dengan cara
memaparkan data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis. (Jalaludin
Rahmat, 1997)
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
– Secara bahasa, kata sukuk berasal dari ‘Sakk’ ( َّصك
َ ), yang artinya adalah
dokumen atau sertifikat. Adapun Sukuk (ص ُك ْوك
ُ ) merupakan bentuk jama’ atau
prulal dari Sakk yang artinya adalah buku yang mencatat kegiatan transaksi dan
laporan yang terjadi. Sakk dapat juga diartikan sebagai surat berharga (title
deed).
– Adapun secara istilah, yang dimaksud dengan sukuk adalah surat berharga
jangka panjang yang didasarkan pada prinsip syariah, yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi ketika jatuh tempo
(Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002)
Sukuk seri PBS (Project Based
Sukuk)
1. Project underlying Sukuk, yang menggunakan proyek infrastruktur yang telah
tercantum di dalam dokumen APBN sebagai dasar transaksinya. Sehingga,
hasil penerbitan Sukuk Negara (proceeds) digunakan untuk mengganti dana
yang telah dikeluarkan (revolving).
2. Project financing sukuk (PFS), proyek infrastruktur yang akan dibiayai melalui
penerbitan Sukuk Negara diusulkan oleh Kementerian/Lembaga melalui
proses pengusulan proyek sesuai mekanisme APBN.
Pembiayaan Infrastruktur
Sejak Tahun 2015 pemerintah terus berusaha untuk menaikkan
anggaran dibidang infrastruktur. Rata-rata setiap tahunnya naik
antara 1,0% hingga 1,5%. (Sumber: Kementerian Keuangan)
Tahun Alokasi dalam APBN Belanja APBN Prosentase terhadap APBN
2018 2019
Bendungan 48 48 Unit
– Pada dasarnya, setiap aktifitas transaksi atau muamalah hukum asalny adalah
mubah (boleh), kecuali jika ada dalil yang melarang aktifitas tersebut. Hal didsarkan
pada sebuah kaidah ushul fiqh yang berbunyi;
َ ََِّّاإل َبا َحةَُّ ِإلَّأ َ ْنَّ َيدُلَّ َد ِل ْي ٌل
علَىَّت َ ْح ِرَّْي ِم َها ْ َ – األ
ِ صلَُّ ِف ْيَّال ُم َعا َم َالت
“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.
– Kaidah ini juga berlaku dalam hal jual beli sukuk, bahwa hukum jual beli sukuk
perusahaan itu hukumnya boleh, baik secara tunai ataupun tidak tunai (untuk
sukuk-sukuk yang boleh diperjualbelikan secara tidak tunai), dengan syarat bahwa
kegiatan perusahaan baik investasi atau sharf tidak bertentangan dengan syariah
– Kebolehan dari sukuk juga disandarkan pada dalil bahwa sukuk tersebut adalah milik
syarik (pelaku syirkah) dan ia berhak melakukan apa saja terhadap sukuk yang
menjadi miliknya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Terlebih
lagi setiap syarik sudah mengizinkan kepada syarik yang lain untuk menggunakan
porsi sukuknya. Izin tersebut dibuktikan dengan persetujuannya atas ketentuan
perusahaan.
– Terlebih lagi jika sukuk tersebut diterbitkan oleh pemerintah untuk pembangunan
infrastruktur guna kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam kaidah ushul fiqh
disebutkan;
ْ طَّبِ ْال َم
صلَ َح َِّة ٌ علَىَّالر ِعي ِةَّ َمنُ ْو
َ َّفَّاْ ِإل َم ِام َ َ– ت
ُ ص ُّر
"Tindakan Imam [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti mashlahat."
– Lantas bagaimana dengan pandangan maqashid syari’ah dalam melihat
persoalan Akad Sukuk Untuk Infrastruktur?
– Sebagaimana yang kami jelaskan pada awal penelitian ini, bahwa tujuan dari
penerapan syariat (maqashid syari’ah) adalah mewujudkan kemashlahatan atau
kebaikan bagi umat Islam, yakni khifdzu ad-diin, khifdzun an-nfs, khifdzul aqli,
khifdzun an-nshl, dan khifdzul-mal. Sehingga setiap kebijkan yang dikeluarkan
oleh pemerintah hendaklah tidak keluar dari kelima koridor ini, termasuk
kebjikan penerbitan sukuk Negara.
Pertama, dalam hal khifdzu ad-diin atau memelihara agama, penerbitan sukuk Negara
adalah bagian dari syi’ar nilai-nilai agama Islam dalam bidang instrument keuangan
yang berbasis syari’ah.
Kedua, dalam hal khifdzun an-nfs atau memelihara jiwa; Penerbitan sukuk dapat
mendorong pertumbuhan dan pengembangan keuangan syari’ah di Indonesia.
Ketiga, dalam hal khifdzul aqli atau menjaga akal, penerbitan sukuk Negara tidak sedikit
yang digunakan dalam rangkan untuk membangun lembaga-lembaga pendidikan.
Keempat, dalam hal pemeliharaan keturunan Hifdzu an‐nasl, penerbitan sukuk Negara
adalah bagian dari upaya untuk terus menurus dalam membangun bangsa Indonesia.
Kelima, dalam hal pemeliharaan harta Hifdzu al‐Mal, penerbitan sukuk adalah bagian
dari upaya untuk memberikan alternative sumber pembiayaan APBN.
Kesimpulan
– Pada prinsipnya, Akad sukuk untuk infrastruktur diperbolehkan didalam Islam dan
selaras maqashid. Hal ini mengingat bahwa penerbitan sukuk Negara adalah bagian
dari muamalah, yang mana hukum dasar dari muamalah adalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkannya.
– Pemerintah juga diperboleh untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui
mekanisme penerbitan sukuk, sebagai bagian dari upaya untuk membuka partisipasi
masyarakat selama hal tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
– Dalam padangan maqashid syari’ah, akad sukuk untuk infrastruktur sudah sesuai
tujuan syari’ah Islam yakni kulliyatu al-khomsah (lima hajat manusia) yang harus
dipenuhi dan terlindungi, yakni meliputi khifdzu ad-diin, khifdzun an-nfs, khifdzul
aqli, khifdzun an-nshl, dan khifdzul-mal.
Terima Kasih