Anda di halaman 1dari 21

PARADIGMA MAQÂSHID AL-

SYARÎ’AH DALAM AKAD


SUKUK UNTUK
INFRASTRUKTUR

Oleh;
Dhofir Catur Bashori
Dimas Herliandis Shodiqin
Muhammad Syafi’I

Dosen di Fakultas Agama Islam


Universitas Muhammadiyah Jember
Pendahuluan

– Salah satu tugas Pemerintah adalah memberikan jaminan kesejahteraan bagi


segenap rakyat Indonesia. Hal ini sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal
33 Ayat (1), (2), dan (3).
– Sektor-sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak, harus dikuasai oleh
pemerintah dan digunakan untuk kesejahteraan masayrakat.
– Salah satu cara yang dapat digunakan dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita
tersebut adalah dengan menyusun kebijakan fiskal yang bereadilan.
– Menurut Musgrave, kebijakan fiskal merupakan fungsi ekonomi yang memiliki tiga
fungsi, yaitu;
1. Fungsi alokasi (allocation function), yakni mengalokasikan jasa dan barang yang
berkaitan dengan publik.
2. Fungsi distribusi (distribution function), dengan pembagian atau pemerataan
pendapatan dan kekayaan yang lebih adil terhadap masyarakat, dan
3. Fungsi stabilisasi (stabilization function), yakni menjaga stabilitas harga, dan
stabilitas tingkat pertumbuhan ekonomi. (Musgrave, R. A. and Musgrave, P. B).

Penjabaran dari ketiga tugas utama tersebut ada dalam APBN, dengan kata lain
Anggaran negara disusun untuk mewujudkan ketiga tugas tersebut.
– Sebagai salah satu fungsi dari kebjikan fiskal adalah; fungsi alokasi (allocation
function), yakni mengalokasikan jasa dan barang yang berkaitan dengan publik.
Hal ini erat kaitannya dengan pembangunan infrasturktur. Pembangunan
infrastruktur yang memadai, sangat berperan penting dalam upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dapat dilihat pada wilayah yang memiliki infrastruktur yang mencukupi.
(Maryaningsih, Novi., dkk. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
ekonomi Indonesia. 2014).
– Akan tetapi, pembangunan infrastruktur tidak cukup hanya dibebankan kepada Pemerintah,
akan tetapi pemerintah juga harus melakukan terobosan untuk mencari sumber-sumber
pembiayaan selain dari APBN. Salah satu terobosan sumber dana pembiayaan tersebut adalah
dengan menggunakan obligasi syariah atau yang dikenal dengan sukuk. Pengembangan alokasi
dana bidang infrastruktur dengan menggunakan sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) telah tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). (UU No.19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara)
– Hal ini dimaksudkan agar beban pembangunan infrastruktur tidak hanya bertumpu pada dana
APBN, akan tetapi melibatkan partisipasi publik (public private partnership) dalam rangka
pembangunan infrastruktur melalui mekanisme penerbitan sukuk.
Metode Penelitian

– Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka,
yakni dengan mencari data dari berbagai sumber literature dan refrensi yang
berkaitan dengan materi pembahasan yang sedang diteliti. (Moh. Nazir, 2008)
– Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Definisi dari penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif yang bersumber dari keterangan
seseorang maupun bersumber dari penelitan bahan pustaka yang ada. (Suerjono
Sukanto dan Sri Mamudji, 2009)
– Penelitian ini menggunakan teknis analisis deskriptif, yaitu analisis dengan cara
memaparkan data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis. (Jalaludin
Rahmat, 1997)
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
– Secara bahasa, kata sukuk berasal dari ‘Sakk’ ( َّ‫صك‬
َ ), yang artinya adalah
dokumen atau sertifikat. Adapun Sukuk (‫ص ُك ْوك‬
ُ ) merupakan bentuk jama’ atau
prulal dari Sakk yang artinya adalah buku yang mencatat kegiatan transaksi dan
laporan yang terjadi. Sakk dapat juga diartikan sebagai surat berharga (title
deed).
– Adapun secara istilah, yang dimaksud dengan sukuk adalah surat berharga
jangka panjang yang didasarkan pada prinsip syariah, yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi ketika jatuh tempo
(Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002)
Sukuk seri PBS (Project Based
Sukuk)
1. Project underlying Sukuk, yang menggunakan proyek infrastruktur yang telah
tercantum di dalam dokumen APBN sebagai dasar transaksinya. Sehingga,
hasil penerbitan Sukuk Negara (proceeds) digunakan untuk mengganti dana
yang telah dikeluarkan (revolving).
2. Project financing sukuk (PFS), proyek infrastruktur yang akan dibiayai melalui
penerbitan Sukuk Negara diusulkan oleh Kementerian/Lembaga melalui
proses pengusulan proyek sesuai mekanisme APBN.
Pembiayaan Infrastruktur
Sejak Tahun 2015 pemerintah terus berusaha untuk menaikkan
anggaran dibidang infrastruktur. Rata-rata setiap tahunnya naik
antara 1,0% hingga 1,5%. (Sumber: Kementerian Keuangan)
Tahun Alokasi dalam APBN Belanja APBN Prosentase terhadap APBN

2013 184,4 1.683,0 11,0

2014 206,6 1.876,9 11,0

2015 290,3 2.019,8 14,4

2016 317,0 2.083,0 15,2

2017 346,6 2.070,5 16,7

2018 410,4 2.220,7

2019 415,0 2.461,1


Tabel 2. Capaian dan target Pembangunan Infrastruktur pada tahun 2019
Sumber: APBN 2019

Jenis Infrastruktur Realisasi Satuan

2018 2019

Jembatan 52.449 37.177,0 Meter

Jalan 2.271,3 1.834,7 Kilometer

Jalan Tol melalui LMAN (proyek) 12 16 Proyek

Jalan Tol Trans Sumatera 405 229 Kilometer

Perumahan 50,0 68,9 Ribu Unit

Rusun 13.405 6.873 Unit

Bendungan 48 48 Unit

Rel Kereta Api 615,05 394,8 Kilometer

Bandara 4 4 Lokasi Baru

Jaringan Irigasi 194,7 170,4 Ribu Hektar


– Prioritas untuk membangun infrastruktur adalah bagian dari upaya pemerintah untuk
mendistribusikan kemakmuran kepada seluruh masyarakat hingga ke pelosok negeri.
Ketersedian infrastruktur yang memadai dan dapat dikases oleh seluruh lapisan masyarakat
akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan aktifitas ekonomi.
– Kebijakan pemerintah dalam rangka untuk pembangunan infrastruktur melalui APBN tentu
berat untuk diwujudkan jika hanya bertumpu pada kemampuan pemrintah sendiri. Maka
Pemerintah harus menggalakkan keterlibatan pihak swasta untuk turut serta dalam
pembangunan infrastruktur dengan pola kerjasama pemerintah dan swasta (public private
partnership).
– Salah satu terobosan sumber dana pembiayaan tersebut adalah dengan menggunakan obligasi
syariah atau yang dikenal dengan sukuk. Pengembangan alokasi dana bidang infrastruktur
dengan menggunakan sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) telah tertuang dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pagu dan jenis proyek yang dibiayai dengan PFS
Sumber: Direktorat Pembiayaan Syariah,

Tahun Pagu (triliun) Jenis proyek


2013 Rp 0,7 Pembangunan jalur ganda rel KA
2014 Rp 1,371 Pembangunan jalur ganda rel KA, pembangunan asrama haji
2015 Rp 7,135 Pembangunan jalur elevated track KA, pembangunan kampus UIN, pembangunan/reha KUA dan balai nikah
2016 Rp 13,677 Pembangunan jalur ganda dan jalur layang rel KA, pembangunan jalan dan flyover lintas
Sumatera, pembangunan kampus UIN, asrama haji dan KUA.
2017 Rp 16,76 Penyelenggaraan jasa perkeretaapian, pembangunan jalan dan sumber daya air, pembangunan kampus
UIN, asrama haji dan KUA.
2018 22, 53 15 proyek perkeretaapian, 101 proyek infrastruktur jalan dan jembatan, 144 proyek infrastruktur tanggul
penahan banjir dan bendungan, pembangunan 8 proyek embarkasi haji, 32 gedung madrasah, 3 taman
nasional, dan lain sebagainya.
2019 28,43 triliun Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Agama, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK),
Kementerian Perhubungan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta Badan Standarisasi Nasional
(BSN), dengan cakupan proyek mencapai 619 proyek yang tersebar di 34 propinsi
Dasar Hukum Sukuk

1. Surat Al-Maidah Ayat 1;


َّ‫يَاَّأَيُّ َهاَّالذِينَ َّآ َمنُواَّأ َ ْوفُواَّبِ ْالعُقُو ِد‬
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. . . . .
2. Surat Al-Isra’ Ayat 34;
ْ ‫َوأ َ ْوفُواَّبِ ْال َع ْه ِدََّّۖ ِإن‬
ً ُ ‫َّال َع ْه َدَّ َكانَ َّ َم ْسئ‬
َّ‫ول‬
. . . . . . dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
3. AlBaqarah 275;
َّ‫َّمنَ َّ ْال َم ِس‬ ُ ‫ط‬
َِّ ‫ان‬ ُ ‫اَّلَّيَقُو ُمونَ َّ ِإلَّ َك َماَّيَقُو ُمَّالذِيَّيَتَخَب‬
َ ‫طهَُّالش ْي‬ ِ َ‫الذِينَ َّيَأ ْ ُكلُون‬
َ َ‫َّالرب‬
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. . . . .
4. Hadits Rasulullah
ْ َ‫ص ْل ُحَّ َجائِ ٌزَّبَيْن‬
َّ، َ‫َّال ُم ْس ِل ِمين‬ َُّّ ‫ ال‬:‫ل‬ َ ‫علَ ْي َِّه َو‬
ََّ ‫سل َمَّقَا‬ َ َُّ‫صلىََّّللا‬
َ َِّ‫سو َلَّهللا‬ ََّ ‫َّأَن‬،‫ع ْنَّ َج ِد ِه‬
ُ ‫َّر‬ َ َّ،‫ع ْنَّأَبِي ِه‬
َ َّ،‫ي‬ ْ ٍ‫ع ْوف‬
ُّ ِ‫َّال ُمزَ ن‬ َ َّ‫ع ْم ِروَّب ِْن‬
َ َّ‫ع ْبدَِّهللاَِّب ِْن‬َ َّ‫ع ْن‬
َ –
)‫َّأَ َّْو أَ َحلَّ َح َرا ًماَّ(رواهَّالترمذى‬،ً‫طاَّ َحر َمَّ َحالَل‬ ً ‫َّ ِإلََّّش َْر‬،‫وط ِه ْم‬
ِ ‫ش ُر‬ ُ َّ‫علَى‬ َ ‫َّأَ ْوَّأَ َحلَّ َح َرا ًم‬،ً‫ص ْل ًحاَّ َحر َمَّ َحالَل‬
َ ََّ‫َّوال ُم ْس ِل ُمون‬،‫ا‬ ُ َّ‫ِإل‬
– Dari Abdulloh bin Amir bin Auf al-Muzanni, dari ayahnya, dari kakeknya, sesungguhnya
Rosululloh SAW bersabda: “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.
5.Kaidah Ushuliyah;
َ َّ‫َِّاإلبَا َحةَُّ ِإلَّأَ ْنَّيَدُلَّ َد ِل ْي ٌل‬
‫علَىَّتَ ْح ِري ِْم َها‬ ْ َ ‫– األ‬
ِ ‫صلَُّفِ ْيَّال ُمعَا َم َالت‬
– “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.
Maqâshid al-syarî’ah

– Maqâshid al-syarî’ah dapat diartikan sebagai maksud atau tujuan-tujuan


dishari’atkanya suatu hukum dalam Islam.
– Muhammad al-Ghazali atau yang lebih dikenal dengan Al-Ghazali (w. 505 H) merinci
bahwa, maslahat atau kebaikan sebagai inti dari maqâshid al-syarî’ah menjadi lima,
yakni khifdzu ad-diin atau memelihara agama, khifdzul aqli atau menjaga akal,
khifdzun an-nfs atau menaga jiwa, khifdzul aqli atau menjaga akal, khifdzun an-nshl
atau keturunan, dan khifdzul-mal atau harta.
– Kelima maslahat tersebut berada pada tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan
skala prioritas kemashlatan tersebut yaitu: (1) Dharuriyah, yaitu kebutuhan wajib
agar terpenuhinya kebutuhan dunia dan akhirat, (2) Hajiyat, yakni kebutuhan yang
meringankan beban masyaqah (kesulitan) setiap manusia, (3) Tahsinat, ialah
kebutuhan pelengkap.
Analisis Pembahasan

– Pada dasarnya, setiap aktifitas transaksi atau muamalah hukum asalny adalah
mubah (boleh), kecuali jika ada dalil yang melarang aktifitas tersebut. Hal didsarkan
pada sebuah kaidah ushul fiqh yang berbunyi;
َ َّ‫َِّاإل َبا َحةَُّ ِإلَّأ َ ْنَّ َيدُلَّ َد ِل ْي ٌل‬
‫علَىَّت َ ْح ِرَّْي ِم َها‬ ْ َ ‫– األ‬
ِ ‫صلَُّ ِف ْيَّال ُم َعا َم َالت‬
“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.
– Kaidah ini juga berlaku dalam hal jual beli sukuk, bahwa hukum jual beli sukuk
perusahaan itu hukumnya boleh, baik secara tunai ataupun tidak tunai (untuk
sukuk-sukuk yang boleh diperjualbelikan secara tidak tunai), dengan syarat bahwa
kegiatan perusahaan baik investasi atau sharf tidak bertentangan dengan syariah
– Kebolehan dari sukuk juga disandarkan pada dalil bahwa sukuk tersebut adalah milik
syarik (pelaku syirkah) dan ia berhak melakukan apa saja terhadap sukuk yang
menjadi miliknya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Terlebih
lagi setiap syarik sudah mengizinkan kepada syarik yang lain untuk menggunakan
porsi sukuknya. Izin tersebut dibuktikan dengan persetujuannya atas ketentuan
perusahaan.
– Terlebih lagi jika sukuk tersebut diterbitkan oleh pemerintah untuk pembangunan
infrastruktur guna kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam kaidah ushul fiqh
disebutkan;
ْ ‫طَّبِ ْال َم‬
‫صلَ َح َِّة‬ ٌ ‫علَىَّالر ِعي ِةَّ َمنُ ْو‬
َ َّ‫فَّاْ ِإل َم ِام‬ َ َ‫– ت‬
ُ ‫ص ُّر‬
"Tindakan Imam [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti mashlahat."
– Lantas bagaimana dengan pandangan maqashid syari’ah dalam melihat
persoalan Akad Sukuk Untuk Infrastruktur?
– Sebagaimana yang kami jelaskan pada awal penelitian ini, bahwa tujuan dari
penerapan syariat (maqashid syari’ah) adalah mewujudkan kemashlahatan atau
kebaikan bagi umat Islam, yakni khifdzu ad-diin, khifdzun an-nfs, khifdzul aqli,
khifdzun an-nshl, dan khifdzul-mal. Sehingga setiap kebijkan yang dikeluarkan
oleh pemerintah hendaklah tidak keluar dari kelima koridor ini, termasuk
kebjikan penerbitan sukuk Negara.
Pertama, dalam hal khifdzu ad-diin atau memelihara agama, penerbitan sukuk Negara
adalah bagian dari syi’ar nilai-nilai agama Islam dalam bidang instrument keuangan
yang berbasis syari’ah.
Kedua, dalam hal khifdzun an-nfs atau memelihara jiwa; Penerbitan sukuk dapat
mendorong pertumbuhan dan pengembangan keuangan syari’ah di Indonesia.
Ketiga, dalam hal khifdzul aqli atau menjaga akal, penerbitan sukuk Negara tidak sedikit
yang digunakan dalam rangkan untuk membangun lembaga-lembaga pendidikan.
Keempat, dalam hal pemeliharaan keturunan Hifdzu an‐nasl, penerbitan sukuk Negara
adalah bagian dari upaya untuk terus menurus dalam membangun bangsa Indonesia.
Kelima, dalam hal pemeliharaan harta Hifdzu al‐Mal, penerbitan sukuk adalah bagian
dari upaya untuk memberikan alternative sumber pembiayaan APBN.
Kesimpulan

– Pada prinsipnya, Akad sukuk untuk infrastruktur diperbolehkan didalam Islam dan
selaras maqashid. Hal ini mengingat bahwa penerbitan sukuk Negara adalah bagian
dari muamalah, yang mana hukum dasar dari muamalah adalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkannya.
– Pemerintah juga diperboleh untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui
mekanisme penerbitan sukuk, sebagai bagian dari upaya untuk membuka partisipasi
masyarakat selama hal tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
– Dalam padangan maqashid syari’ah, akad sukuk untuk infrastruktur sudah sesuai
tujuan syari’ah Islam yakni kulliyatu al-khomsah (lima hajat manusia) yang harus
dipenuhi dan terlindungi, yakni meliputi khifdzu ad-diin, khifdzun an-nfs, khifdzul
aqli, khifdzun an-nshl, dan khifdzul-mal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai