Anda di halaman 1dari 66

Pengelolaan Limbah Cair

Pembimbing:
dr. July Ivone, MKK., M.Pd.Ked

Disusun Oleh:
Vania Damara P. – 1415025
Cindy Floretta N. – 1415028
Angelina Evita D. – 1415030
Fauzie Ilhamsyah M. – 1415055

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
MARANATHA
BANDUNG 2019
LIMBAH DAN AIR LIMBAH

 Air dipergunakan untuk berbagai keperluan  mengalami pencemaran 


dibuang ke alam  mencemari kelestarian alam  menyulitkan kehidupan
manusia.
AIR
LIMBAH LIMBAH

Buangan yang kehadirannya pada suatu Cairan buangan yang berasal dari
saat dan tempat tertentu tidak rumah tangga, industri, tempat-
dikehendaki lingkungannya karena tidak tempat umum lainnya yang
mempunyai nilai ekonomi. mengandung bahan atau zat yang
Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/ 1999 dapat membahayakan kehidupan
Juncto PP 85/1999  “sisa suatu usaha manusia serta menganggu
dan/atau kegiatan manusia.” kelestarian lingkungan.
Pembagian Air Limbah

Air Limbah Rumah Tangga

Air Limbah Industri

Air Limbah Kotapraja


Air Limbah Rumah Tangga (ALRT)

 Air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.

Feses
ALRT  Berpotensi tdpt mikroba pathogen (E. coli).

Urin
 Tdpt nitrogen & fosfor, kemungkinan kecil mikroorganisme.

Greywater
 berasal dr dapur (tempat cuci piring), air bekas cuci pakaian
(air dari saluran pembuangan mesin cuci), dan air mandi.
Pemanfaatan Greywater
Lanjutan ...

Excreta
transport utama waterborne disease

Feses Urine
Blackwater/ Sewage  istilah yang digunakan untuk air limbah yang
mengandung kotoran manusia HARUS diolah terlebih dahulu karena
mengandung bakteri patogen  disalurkan ke septic tank atau langsung
disalurkan ke sewage system untuk kemudian diolah dalam instalasi pengolahan
air limbah domestik (greywater).
Perbedaan Blackwater dan Greywater
BLACKWATER GREYWATER
Nitrogen <<< Nitrogen >>>
Patogen >>> Patogen <<
Dekomposisi > sulit Dekomposisi > mudah
Air Limbah Industri (ALI)

 Air limbah yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi.
 Kandungan bervariasi tergantung bahan baku yang digunakan : nitrogen, sulfida, amoniak,
lemak, zat pewarna, mineral, dan logam berat.
 Beberapa fungsi pemanfaatan air dalam industri antara lain:
 Sebagai air pendingin untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industri.
 Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.
 Sebagai air proses  misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman.
 Untuk mencuci dan membilas produk dan atau gedung serta instalasi.
Air Limbah Kotapraja

 Air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel,


restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya.
 Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga.
Karakteristik Khas Air Limbah
Karakteristik fisik
• 99,9% air, bahan padat 0,1%
dalam bentuk suspensi
padat, volumenya bervariasi Karakteristik kimia
(100 – 500 mg/l). Bercampur dengan zat kimia
• suspensi padat <100mg/l anorganik dan zat organik.
air limbah lemah. Bersifat basa, namun jika sudah
• suspensi padat >50 mg/l  lama/membusuk akan bersifat
air limbah kuat. asam karena sudah mengalami
dekomposisi.

Karakteristik biologis
Bakteri patogen dalam air
limbah biasanya golongan E.
coli.
Tujuan Pengelolaan Air Limbah

 Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.


 Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
 Menghindari pencemaran tanah permukaan.
 Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.
Syarat Sistem Pengelolaan Air Limbah

 Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.


 Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
 Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam penggunaannya
sehari-hari.
 Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.
 Tidak terbuka dan harus ditutup.
 Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
Tujuan Purifikasi Air Limbah

 Untuk menstabilkan bahan organik melalui proses stabilisasi. Materi organik akan diuraikan oleh
bakteri.
 Untuk menghasilkan effluent yang bebas dari keadaan patogen.
 Air dapat digunakan tanpa menimbulkan risiko gangguan kesehatan.
Cara Purifikasi Air Limbah

 Pengolahan primer dan sekunder (modern sewage treatment).


 Pengolahan primer : screening, grift chamber, dan primary sedimentation;
 Pengolahan sekunder : biological treatment, secondary sedimentation, dan
klorinasi.
 Kolam oksidasi (traditional sewage treatment).
 Sebidang tanah disekeliling parit ditanami tumbuhan semacam kentang dan
pohon buah-buahan (land treatment atau sewage farming).
Pengelolaan Limbah Cair Industri
berdasarkan Karakteristiknya
 Proses Fisik
Lanjutan …

 Proses Kimia
Lanjutan …

 Proses Biologi (mixed liquid suspended solid)


Dampak Buruk Air Limbah

 Gangguan kesehatan
 Penurunan kualitas lingkungan
 Gangguan terhadap keindahan
 Gangguan terhadap kerusakan benda
Parameter Air Limbah

1. BOD520 (Biochemical Oxygen Demand)


Banyaknya oksigen dalam ppm atau milligram/ liter yang diperlukan untuk
menguraikan benda organik oleh bakteri pada suhu 20OC selama 5 hari.

2. COD (Chemical Oxygen Demand)


Total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, secara biodegradable dan non- biodegradable.

3. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen= DO)


Oksigen yang terkandung di dalam air. Semakin besar oksigen terlarut→
derajat pengotoran kecil.
4. Kesadahan (Hardenss)
Reaksi kation dan anion dalam air membentuk endapan atau karat pada
peralatan logam  ditemukan pada air tanah atau daerah yang tanahnya
mengandung deposit garam mineral dan kapur.

5. Settleable Solid
Lumpur yang mengendap dengan sendirinya pada kondisi yang tenang
selama 1 jam secara gaya beratnya sendiri.

6. TSS (Total Suspended Solid)


Berhubungan erat dengan kecerahan perairan. Hubungan antara TSS dan
kecerahan berbanding terbalik.
7. MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid)
Jumlah TSS yang berasal dari bak pengendapan lumpur aktif setelah
dipanaskan pada suhu 103-1050C.

8. MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid)


Kandungan organic matter yang terdapat dalam MLSS didapat dari
pemanasan MLSS pada suhu 6000C.

9. Kekeruhan (Turbidity)
Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur
keadaan air sungai.
10. Lumpur ( Sludge)
Jumlah endapan yang tersisa setelah mengalami penguapan pada suhu
103-1050C dari suatu limbah.

11. Lumpur aktif ( Active Sludge)


Endapan lumpur yang berasal dari limbah cair yang telah mengalami
pemberian udara (aerasi) secara teratur. Berguna untuk mempercepat
proses stabilisasi limbah cair. Mengandung banyak bakteri pengurai 
menguraikan zat organik pada limbah cair.
Pengelolaan Air Limbah

Tujuan  Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dilakukan dengan


mengurangi jumlah dan kekuatan air limbah sebelum dibuang ke perairan
penerima.

Pengolahan limbah  mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai


tingkat konsentrasi yang sederhana dan aman.
Pengurangan kandungan ini dilakukan dengan tahapan:
1. Proses alamiah
Alam memiliki kemampuan untuk memulihkan kondisinya sendiri (self purification). Salah
satu kandungan yang dapat mendegradasi pencemar adalah mikroorganisme. Waktu yang
diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya. Semakin tinggi tingkat pencemaran, proses
self purification membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Sistem pengolahan air limbah


Jika kapasitas alam sudah tidak sebanding dengan jumlah pencemar, maka harus dilakukan
pengolahan air limbah. Pengolahan dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah / IPAL ( Waste
Water Treatment Plant/ WWTP ).
Secara alamiah  kolam stabilisasi

(+) murah
(-) memerlukan lahan yang luas

1. Kolam anaerobik
untuk mengolah limbah yang
mengandung bahan organik sangat
pekat.

2. Kolam fakultatif
untuk menguraikan dan
menurunkan konsentrasi bahan organik
yang ada didalam limbah yang telah
diolah kolam anaerobik.

3. Kolam maturasi aerobik


memusnahkan mikroorganisme
patogen dalam air limbah.
Instalasi Pengolahan Air Limbah / IPAL
( Waste Water Treatment Plant / WWTP )

Primary Treatment:
Bertujuan untuk memisahkan padatan
dan air secara fisik. Terdiri dari 2 proses:

1.Penyaringan (filtration)
Bertujuan untuk mengurangi padatan lumpur dan partikel koloid dengan
melewatkan air limbah pada media porous. Alat filtrasi yang banyak
digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan
multimedia, percoal filter, microstaining, vacuum filter.
2. Pengendapan (sedimentation)
Bahan kimia dapat ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau
meningkatkan pengurangan dari partikel yang tercampur. Pengendapan
akan mengurangi kebutuhan oksigen pada proses pengolahan biologis
berikutnya. Dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara
gravitasi.
Untuk mempercepat proses pengendapan dapat ditambahkan tawas.
Apabila hasil buangan ke sungai dengan sedikit partikel zat tercampur,
maka peralatan yang digunakan adalah penjernih , sedangkan jika
penekanannya menghasilkan partikel padat yang jernih, maka dikenal
dengan pengental.
Secondary treatment:
Bertujuan untuk mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta menstabilisasi zat
organik dalam limbah. Terdiri dari 2 proses:

1. Proses aerobik
Dilakukan menggunakan lumpur aktif (banyak mengandung bakteri pengurai) +
penambahan O2. Hasil akhir: CO2, uap air serta sisa lumpur

2. Proses anerobik
Penguraian tanpa O2. Hasil akhir: biogas (campuran metana dan CO2), uap air, sisa
lumpur.
Tertiary treatment:
Bertujuan untuk menghilangkan nutria atau unsur hara khususnya nitrat dan fosfat.
Cara: pemusnahan mikroorganisme patogen dengan penambahan klor pada air limbah.
Komposisi air limbah domestik
• Apartemen
• High-rise: 35-75 gal/orang/hari
(tipikal:50)
• Low-rise: 50-80 gal/orang/hari
(tipikal:65)

1. Air (> 99%) • Rumah individu


• Sederhana: 45-90 gal/orang/hari
2. Kandungan pencemar organik (protein,
(tipikal:70)
karbohidrat, lemak)
• Menengah: 60-100 gal/orang/hari
3. Kandungan pencemar nonorganik (butiran, (tipikal:80)
garam, metal) • Mewah: 70-150 gal/orang/hari
(tipikal:95)

• Hotel: 35-55 gal/orang/hari (tipikal:100)

• Motel
• Dengan dapur: 90-180 gal/orang/hari
(tipikal:70)
• Tanpa dapur: 75-150 gal/orang/ hari
(tipikal:70)
Aspek yang
Mempengaruhi
Pengelolaan Air Limbah
1. Demografi

 Pengelolaan sistem air limbah ditinjau dari sudut demografi lebih melihat
pada unsur kepadatan penduduk termasuk perkotaan atau perdesaan, bukan
berdasarkan pembatasan administrasi.
 Baik kawasan perkotaan/pedesaan  klaster-klister  kepadatan penduduk
yang berbeda dan kondisi sosial yang berbeda pula.
 Seseorang dapat membuat sarana septik tank tetapi banyak juga masyarakat
tidak mampu.
 Secara teknis dan kesehatan untuk kepadatan tertentu, yaitu > 50 orang/ha
penggunaan cubluk sudah mengakibatkan kontaminasi pada sumur-sumur
tetangga.
 Kepadatan lebih dari 100 orang/ha penggunaan septik tank dengan bidang
resapannya akan memberikan dampak kontaminasi bakteri E-coli dan
pencemaran pada tanah dan air tanah.
2. Ekonomi

 Hal terpenting pada aspek ekonomi adalah kelayakan secara ekonomis, yang
dimaksud adalah kelayakan antara biaya sanitasi sistem terpusat dan sistem
setempat  Bila tingkat kepadatan penduduk lebih dari 300 orang/ha 
pengolahan air limbah sistem terpusat layak dilakukan.
 Pemilihan kapasitas sistem pengelolaan harus memenuhi skala ekonomi, hal
ini dimaksud bahwa sistem yang dibangun harus memberikan pengembalian
keuntungan yang optimal sehingga jangan sampai biaya perkapita dari satu
sistem menjadi tinggi disebabkan oleh jumlah pelayanan yang tidak layak.
3. Sosial

 Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yang


berbeda, sehingga akan terkait dengan kemampuan membayar retribusi air
limbah.
 Hal ini akan mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep
sanitasi yang akan diterapkan, kondisi sosial ini menjadi kompleks karena
dana yang mampu dialokasikan oleh pemerintah sangat terbatas.
 Bila tingkat kesadaran pada masyarakat kurang akan pentingnya sanitasi dan
lingkungan bagi kesehatan diperlukan dorongan motivasi untuk membentuk
sistem sanitasi komunal.
4. Lingkungan

 Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run off (gelontoran) yang
sangat besar dibanding aliran air limbah, sehingga sistem saluran terpisah
antara air hujan dan air limbah akan relatif lebih ekonomis dan sehat.
 Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air
tertinggi, untuk sanitasi setempat penggunaan septik tank dengan upward
flow (aliran menaik) yang disebut vertikal septik tank dapat diterapkan.
 Untuk pengelolaan air limbah yang dibuang ke danau dan waduk harus
mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor karena akan memicu pertumbuhan
algae biru dan gulma yang akan menutupi permukaan air.
5. Teknis dan Kesehatan
 Agar konstruksi, proses dan keluaran memenuhi esensi kesehatan, diantaranya:
 Jarak bidang resapan tangki septik dengan sumber air minum harus dijaga dengan jarak >
10 m untuk jenis tanah liat dan > 15 m untuk tanah berpasir.
 Kepadatan 100 orang/ha dengan menggunakan sanitasi setempat memberikan dampak
kontaminasi bakteri E-coli yang cukup besar terhadap tanah dan air tanah, jadi bagi
penggunan sanitasi individual pada kawasan ini penerapan anaerobic filter sebagai
pengganti bidang resapan.
 Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri E-coli dengan proses maturasi
atau menggunakan desinfektan, dengan demikian setiap Instalasi Pengolahan Air Limbah
harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut.
 Sebaiknya alat-alat sanitair menggunakan model water trap (leher angsa) untuk
mencegah bau dan serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan tersebut.
 Penggunaan pipa pembuang udara pada sistem plumbing harus mencapai plafon bagian
atas.
Proses Pengelolaan Kimia

Berfungsi untuk netralisasi asam maupun


basa, proses pemisahan lumpur, mengurangi
konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan
efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi,
mengoksidasi warna dan racun.
1. Netralisasi

 Merupakan reaksi antara asam dan basa yg menghasilkan


garam dan air.
 pH diatur di antara 6-9.5, di luar dari kisaran air yang
bersifat racun bagi kehidupan.
 Netralisasi
air limbah asam dapat ditambahkan Ca(OH)2
atau NaOH, sedangkan yang basa dapat ditambahkan H2SO4,
HCl, HNO3, H3PO4, CO2 dari fuel gas.
 Terdapat 2 sistem : batch atau continue. Batch jika sedikit
dan kualitas buangan cukup tinggi, continue jika laju aliran
besar diperlukan alat control otomatis.
2. Presipitasi

 Merupakan pengurangan bahan-bahan terlarut (mayoritas


anorganik) dengan penambahan bahan kimia terlarut yg
menyebabkan terbentuknya padatan, untuk menghilangkan
logam berat, sulfat, florida, dan fosfat.
 complexing agent seperti NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau
EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid) menyebabkan
tidak terjadi presipitasi.
3. Koagulan dan Flokulasi

 Merupakan konversi dari polutan-polutan yg tersuspensi koloid


yg sangat halus di dalam air limbah, menjadi gumpalan-
gumpalan yang dapat diendapkan, disaring atau diapungkan.
 Koagulasi bertujuan untuk membuat gumpalan lebih besar
dengan penambahan bahan kimia, misalnya Fe2SO4.
 Flokulasi bertujuan untuk membuat gumpalan hasil flokulasi
lebih besar dari penambahan polimer kationik dan aniotik.
Eksreta Manusia

 Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengontaminasi air, tanah, atau
menjadi sumber infeksi, kontaminasi makanan, perkembang biakan lalat terutama waterborne
disease.
 Faktor yg mempengaruhi ukuran jarak yg aman antara lubang kakus dengan sumber air minum
adalah faktor hidrobiologi, topografi tanah, meteorologi, jenis mikroorganisme, kebudayaan,
frekuensi pemompaan.
Pengelolaan Ekskreta

 Ekskreta dapat mengandung mikroba patogen yang menjadi penyebab


penyakit bawaan air.
 Pada pengelolaan off-site ekskreta dialirkan ke tempat pengolahan,
 Pada on-site diolah pada jamban di sekitar rumah, adapun community on-site
dilakukan pada sekelompok komunitas secara kolektif.
 Pengelolaan dapat dilakukan di dalam septic tank, dikonversi secara
anaerobik menjadi biogas (campuran co2 dan metana).
Metode Pembuangan Kotoran Manusia

 Unsewered Areas
Unsewered Areas

 metode yang tidak menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor
A. Service type (conservancy system)
B. non service type (sanitary latrines)
C. Latrines suitable for camps
D. temporary use
Service Type (conservancy system)

 Metode pengumpulan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia disebut


service type dan kakusnya disebut service latrines.
 Diolah dengan metode composting dan ditanam dalam lubang dangkal
 Sistem ini tidak sehat dan menyebabkan pencemaran
Non-Service Type of Latrines (Sanitary
Latrines)
 Di dalam sistem sanitary latrines ini ada beberapa teknik:
 Bore Hole Latrines (sanitary Latrines)
 Dug Well Latrine
 Water Seal Type Latrine
Bore Hole Latrines (sanitary Latrines)

 Lubang diameter 30 – 40 cm digali vertikal ke dalam tanah kedalaman 4 – 8


m, paling sering 6 m.
 Alat khusus (auger) dibutuhkan untuk gali lubang.
 Pada tanah lunak dan berpasir, lubang dilapisi bambu untuk mencegah agar
tanah tidak runtuh.
 Plat dengan lubang di tengah dan lubang untuk berpijak diletakkan di atas
lubang hasil pengeboran.
 Bagi keluarga beranggotakan 5 – 6 jiwa selama 1 tahun
 Jika isi sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat diangkat dan
lubang ditutup dengan tanah  lubang baru dibuat kembali.
Lanj...

 Keuntungan :
 Tidak memerlukan pembersian setiap hari
 Lubang gelap tidak cocok bagi lalat untuk berkembang
 Lokasi 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran
 Kekurangan :
 Lubang cepat penuh kapasitas kecil
 Auger tidak selalu tersedia
 Banyak tempat dengan lapisan tanah lunak  sulit menggali lubang > 3 m
 Banyak daerah berair  mecemari permukaan tanah
 Cara kerja : anaerob digestion
Dug Well Latrine

 Pengembangan bore hole latrine.


 Lubang diameter 75 cm, kedalaman 3 – 3,5 m. Di daerah berpasir, kedalaman
1,5 – 2 m.
 Dilapisi bambu untuk mencegah runtuhnya tanah.
 Plat dipasang di atas lubang  lubang ditutup dengan super structure
(rumah-rumahan).
Lanj...

• Keuntungan :
 Mudah dibuat dan tidak butuh alat khusus
 Digunakan lebih lama karena kapasitas selama 5 tahun untuk 4 – 5 orang
• Cara kerjanya : anaerob digestion.
Water Seal Type of Latrine

Fungsi penting :
 Mencegah kontak dengan lalat
 Mencegah bau busuk.
Keuntungannya :
 Memenuhi syarat estetika
 Dapat ditempatkan di dalam rumah
 Aman untuk anak-anak.
Lanj...

Persyaratan penerapan antara lain:


 Lokasi 15 m dari sumber air dan pada daerah yang lebih rendah.
 Plat untuk jongkok dari bahan mudah dicuci, cepat bersih, dan kering. Plat
terbuat dari beton/semen ukuran 90 x 90 x 5 cm, kemiringan 0,5 inci pada
wadahnya untuk aliran kakus.
 Memiliki wadah untuk menampung tinja, urine, air, panjang 43,5 cm, lebar
depan 12,5 cm, bagian terlebar 20 cm.
Lanj...

 Memiliki perangkap terbuat dari pipa diameter 7,5 cm dihubungkan dengan


wadah di atas dan menyimpan air untuk Water seal. Water seal adalah jarak
antara titik tertinggi air di dalam perangkap dan titik terbawah air pada
permukaan atas perangkap. Kedalaman water seal pada RCA latrine 2 cm.
 Memiliki dug well latrine diameter 75 cm, kedalaman 3 – 3,5 cm
Lanj...

 Jika lubang yang digali jauh dari plat tempat jongkok, disiapkan pipa
penghubung diameter 7,5 cm, panjang minimal 1 m berujung bengkok (tipe
indirek). Pada tipe direk, pipa penghubung tidak digunakan serta paling baik
digunakan pada daerah tanah keras dan tidak mudah runtuh. Kelebihan tipe
indirek jika lubang penuh, lubang kedua dapat dibuat hanya dengan
mengubah arah pipa penghubung.
 Memiliki super structure untuk kebebasan pribadi.
 Tidak digunakan untuk pembuangan bahan lain, plat harus sering dibersihkan
agar selalu kering dan bersih.
Septic tank

 Pembuangan ekskreta untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga


yang memiliki persediaan air yang mencukupi tetapi tidak memiliki hubungan
dengan sistem penyaluran limbah masyarakat.
Design septic tank

 Kapasitas tergantung jumlah pemakai. Kepentingan rumah tangga  20-30


galon/orang. Kepentingan umum  minimal 50 galon/orang.
 Ukuran panjang 2 kali lebar.
 Kedalaman lubang 1,5 – 2 m.
 Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 m.
 Ruangan udara minimal 30 cm diantara titik tertinggi cairan dalam tank
dengan permukaan bawah penutup.
Lanj...

 Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran.


 Memiliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan keluar.
 Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
 Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam.
Mekanisme kerja septic tank

 Anaerobic disgestion, yaitu benda padat diuraikan oleh bakteri anaerob dan
jamur  senyawa kimia yang sederhana, cairan yang keluar disebut affluent
 Anaerobic oxidation, yaitu affluent dioksidasi  nitrat dan air
Aqua privy (cubluk berair)

 Fungsi sama dengan septic tank, kakus ini memiliki bak kedap air.
 Bentuk tanki sirkuler/ rektanguler. Lubang pada tanah diameter 80 – 120 cm,
kedalaman 2,5 – 8 m. Dindingnya ditembok agar tidak mudah runtuh.
 Lama pemakaian 5-15 tahun.
 Jika tinja mencapai 50 cm dari permukaan tanah  cubluk sudah penuh 
ditimbun dengan tanah biarkan 9 – 12 bulan  isi cubluk dapat diambil dan
dipakai menjadi pupuk  lubang dapat digunakan kembali.
 Kakus hanya baik dibangun ditempat yang banyak mengandung air.
Chemical closet

 Terdiri dari tanki metal berisi cairan desinfektan (kaustik soda) ditambah
dengan bahan penghilang bau.
 Tempat duduk diletakkan langsung diatas tanki.
 Tidak ada yang boleh dimasukkan ke dalam kloset kecuali kertas toilet.
 Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan bahan kimia
 Setelah beberapa bulan isi harus dibuang.
 Digunakan dalam sarana transportasi, seperti kereta api dan pesawat.
Latrines Suitable for Camps and
Temporary Use
Kakus untuk kebutuhan sementara, jenis kakus:
 Shallow trench latrine
 Penggunaan waktu singkat.
 Lebar 30 cm, kedalaman 90 – 50 cm, , panjang 3 – 3,5 m untuk 100 orang.
 Saluran terpisah untuk laki-laku dan perempuan
 Setiap kali digunakan  kotorannya ditutup dengan tanah
 Bila isi saluran mencapai 30 cm  kakus ditutup  bila perlu buat saluran baru
lagi.
Lanj...

 Deep trench latrine


 Penggunaan jangka waktu lebih lama ( minggu – beberapa bulan)
 Kedalaman 1,8 – 2,5 m, lebar 75 – 90 cm.
 Dilengkapi dengan rumah kakus untuk privasi dan perlindungan.
Sewered areas

 Pada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system
atau severage system, ekskreta dan air limbah disalurkan melalui jaringan
pipa bawah tanah (sewers)  tempat pembuangan akhir.
 Terdapat 2 tipe sewered areas:
 Sistem kombinasi = air permukaan dan air limbah dalam satu saluran
 Sistem terpisah = air permukaan tidak masuk sewer.
Daftar Pustaka

 Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.


 Sumantri, Arif. 2013. Kesehatan Lingkungan Edisi Revisi. Jakarta: Prenada
Media.

Anda mungkin juga menyukai