Anda di halaman 1dari 33

KEBUTUHAN PELEDAK DAN

POLA PENYALAAN PADA


TAMBANG BaWAH TANAH

KELOMPOK IV

1. ALDIANTO KAPPU 5. ANDI ZULKIFLI SUGMA


2. ALILUDDIN 6. WALDI MAHMUDIN
3. AGUSRIANI 7. SITTI RUKMANA ARIF
4. SEPRIANUS T.A.
OUTLINE
 KEBUTUHAN PELEDAKAN TBT

 POLA PENYALAAN/PELEDAKAN TBT


KEBUTUHAN PELEDAKAN TBT
• PENGERTIAN PELEDAKAN
Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran,
dimana tujuannya adalah untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya yang massive agar menjadi fragmen-fragmen
berukuran tertentu yang sesuai untuk dikerjakan dalam proses
lebih lanjut.
• PENGERTIAN BAHAN PELEDAK
Menurut Kepmen Pertambangan dan Energi
No.555.K/26.M.PE/1995 Tentang K3 Pertambangan Umum
tanggal 22 Mei 1995, bahan peledak adalah senyawa kimia,
campuran atau alat yang dibuat, diproduksi atau digunakan
untuk membuat bahan peledak dengan reaksi kimia yang
berkesinambungan didalam bahan – bahan nya. Bahan peledak
dalam hal ini termasuk mesiu, Nitrogeliserin, dinamit, gelitan,
sumbu ledak, sumbu bakar, detonator, amonium nitrat, apabila
dicampur dengan hidrokarbon dan bahan ramuan lainnya.
PERLENGKAPAN BAHAN PELEDAK

Peledakan Non Listrik Peledakan Electronik


( Nonel / Non Electrik )
• Detonator Nonel (Non-Electric) • Logger
• Sumbu Nonel • Blaster
• Detonator Nonel • Primer/Booster
• Connector
• Relay Connector
• Exploder / Shotgun
Tabel : Klasifikasi bahan peledak menurut
J. J. Manon, (1977)

JENIS REAKSI CONTOH

Bahan peledak lemah Deflagrate (terbakar) black powder


(low explosive)

Bahan peledak kuat Detonate (meledak) NG, TNT, PETN


(high explosive)

Blasting agent Detonate (meledak) ANFO, slurry, emulsi


Metode Pemilihan Bahan Peledak Pada
tambang bawah tanah
Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari
campuran tiga bahan yaitu :
a. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi debagai
bahan peledak dasar (explosive base), misalnya
Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene (TNT), Ethylene
glycoldinitrate,dan lain-lain.
b. Oksidator, yang berfungsi memberikan oksigen, misalnya
KClO3, NaClO3, NaNO3, dan sebagainya
c. Zat penyerap/tambahan misalnya serbuk kayu, serbuk
batubara, dan lain-lain.
Penggunaan bahan peledak didalam tambang
bawah tanah harus diperhatikan faktor-faktor :
 Sifat dari bahan Peledak
- Api peledaknya kecil
- Peledakan berlangsung cepat
- Temperatur peledakan relative rendah
- Tidak menghasilkan gas beracun
 Disesuaikan dengan material yang diledakkan
– Particular set dari standar blasting (OB dan BR)
– Besarnya biaya
Perhitungan Jumlah Bahan
Peledak
• Perhitungan jumlah bahan peledak
dilakukan dengan loading density
(densitas pengisian).
• densitas pengisian (loading density),
yaitu jumlah bahan peledak setiap
meter kedalaman kolom lubang ledak.
• Densitas pengisian digunakan untuk
menghitung jumlah bahan peledak
yang diperlukan setiap kali peledakan
Whandak = PC x d
Wtotal handak = n x PC x d
Keterangan :
• Whandak adalah jumlah bahan
peledak
• n adalah jumlah seluruh lubang ledak.
• d adalah Densitas pengisian
• PC adalah isian utama
Densitas pengisian (d) dicari menggunakan Tabel
berikut :
angka yang diperoleh dari hasil
perpotongan kolom diameter lubang ledak
dengan baris densitas bahan peledak.
Misalnya berapa d bila diameter lubang
ledak 102 mm (4 inci) dan bahan peledak
berdensitas 1,0 gr/cc. Caranya adalah
dengan menarik garis horizontal dari angka
102 mm pada kolom diameter dan
berpotongan dengan garis vertikal dari
densitas bahan peledak 1,0 gr/cc pada
angka 8,17, jadi d = 8,17 kg/m.
Perhitungan Powder Factor (PF)

• Powder Factor (PF) didefinisikan sebagai


perbandingan jumlah bahan peledak yang dipakai
dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m³.
• Karena volume peledakan dapat pula dikonversi
dengan berat, maka pernyataan PF bisa pula menjadi
jumlah bahan peledak yang digunakan dibagi berat
peledakan atau kg/ton.
Volume peledakan merupakan perkalian
dari B x S x H, jadi:

Keterangan :
PF = Powder Factor
B = Burden
H = Spasi
H = Tinggi Jenjang
Whandak = Jumlah Bahan Peledak
Pola Pemboran Tambang
Bawah Tanah
1. Center cut disebut juga pyramid atau
diamond cut

Gambar 1. Center Cut


• Empat atau enam lubang dengan
diameter yang sama dibor ke arah satu
titik, sehingga berbentuk piramid.

• Pada bagian puncak piramid


terkonsentrasi bahan peledak kuat.
Center cut sangat efektif untuk batuan
kuat, tetapi konsumsi bahan peledak
banyak dan mempunyai efek getaran
tinggi yang disertai oleh lemparan batu-
batu kecil.
2. Wedge Cut/V-Cut, angled cut

Gambar 2. Wedge Cut


• Setiap pasang dibor ke arah satu
titik → lubang bor antar
pasangan sejajar, sehingga
membentuk baji
• kurang efektif untuk meledakkan
batuan yang keras.
3. Drag cut atau pola kipas

Gambar 3. Drag Cut


• Mirip dengan wedge cut, posisi
bajinya terletak pada bagian
lantai atau dinding bukaan.
• lubang dibor miring untuk
membentuk rongga di lantai
atau dinding
Jenis Lubang Ledak Untuk
Peledakan TBT
Posisi cut :
1. Cut dekat dengan dinding dapat pengaruhi
jumlah lubang ledak dalam round, arah
lemparan ke pojok, sulit dalam pemuatan
karena letak materialnya.
2. Cut diletakkan di tengah-tengah penampang
dan agak ke bawah → arah peledakan ke depan
dan tumpukan tengah,lemparan yang dekat dan
konsumsi bahan peledak lebih sedikit karena
semua stoping ke arah bawah.
3. Posisi cut di atas terowongan yang tinggi →
memberikan kemudahan pemuatan hasil
peledakan, konsumsi bahan peledak lebih tinggi
karena banyak stoping ke arah atas.
Gambar 4. Posisi Cut
SISTEM RANGKAIAN
1. Rangkaian Seri
Rangkaian yang disusun secara seri, arus
dari sumber tenaga hanya melalui satu
jalan. Jumlah arus yang melalui setiap
detonator adalah sama. Rangkaian seri
sangat cocok untuk 4 meledakkan
jumlah detonator yang tidak banyak,
maksimum 50 buah atau tahanannya 100
ohm. Arus minimum untuk peledakan
dalam rangkaian seri adalah 1,5 Ampere
untuk DC dan 2,0 Ampere untuk AC.
Tahanan total ( ) dan voltage dari rangkaian
seri dapat dihitung sebagai berikut:

di mana :
RTS = tahanan seri total V = tegangan (voltage)
Rn = tahanan setiap detonator I= arus.

Gambar .Rangkaian Seri


2. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel adalah suatu rangkaian di
mana setiap detonator mempunyai alur
alternatif dalam rangkaian tersebut, sehingga
apabila salah satu atau beberapa detonator
mati, detonator yang lainnya masih dapat
meledak. Arus yang mengalir dalam
rangkaian dibatasi 10 Ampere, terlalu besar
akan terjadi arcing. Sedangkan arus
minimum yang mengalir untuk setiap
detonator adalah 0,5 Ampere
Tahanan paralel total dihitung sebagai berikut:

Gambar . Rangkaian Paralel


3. Rangkaian Seri Paralel
Pada rangkaian Seri-Paralel, masing-masing
seri dihubungkan satu dengan yang lainnya
dalam paralel. Rangkaian ini biasanya dipakai
apabila jumlah detonator dalam peledakan lebih
dari 50 buah. Setiap seri dibatasi tidak lebih
dari 40 detonator atau tahanan maksimumnya
100 ohm. Dalam rangkaian paralel-seri jumlah
arus yang mengalir dalam firing line dibagi
dalam masing-masing seri yang diperhatikan
bahwa tahanan di setiap seri adalah sama atau
tahanan satu seri mendekati serta sama dengan
tahanan seri yang lainnya.
4. Rangkaian Parallel-seri
Rangkaian ini terdiri dari sejumlah rangkaian
seri yang dihubungkan parallel. Umumnya
rangkaian ini diterapkan apabila peledakan
memerlukan lebih dari 40 detonator dengan
leg wire setiap detonator lebih dari 7 m serta
dipertimbangan bahwa apabila seluruh lubang
ledak dihubungkan secara seri memerlukan
power yang besar.
KESIMPULAN:
1. Mengingat kondisi tambang bawah tanah
rawan kecelakaan sebaiknya diterapkan
rangkaian paralel dengan menggunakan bus
wire, sehingga walaupun terdapat detonator
yang gagal ledak, detonator lainnya masih
dapat meledak. Sumber listrik disiapkan
dari panel kontrol karena voltage yang
dibutuhkan besar.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai