Anda di halaman 1dari 6

Kebijakan Kesehatan

Masalah Seks Bebas Pada


Remaja
Oleh :
Apriyanti Tampubolon
141000262
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
1. Pengertian seks bebas

Hubungan seksual yang dilakukan


oleh laki – laki dan perempuan tanpa
menikah, sering berganti pasangan
2.
Faktor penyebab seks bebas
a. Pergaulan
b. Pengaruh materi pornografi (film,
video, internet dsb)
c. Pengaruh obat/narkoba dan
alcohol
d. Kualitas hubungan suami-isteri
(buat yang sudah menikah)
3.
Dampak Seks Bebas
a. Menciptakan kenangan buruk
b. Mengakibatkan kehamilan
c. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan
pembunuhan bayi
d. Penyebaran Penyakit HIV Aids
e. Timbul rasa ketagihan
f. Hancurnya masa depan
4.
cara penanggulangan seks bebas
Pemberian materi pendidikan seks yang dimulai
padasaat anak sadar mulai seks.
Adanya penyuluhan tentang bahaya HIV Aids.
Digunakan upaya pencegahan atau penangkalan
perilaku menyimpang dan upaya kuratif yaitu pengobatan
dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada remaja
dapat ditekan seminim mungkin, perlu dilakukan
pencegahan yang baik dari lingkup keluarga, pemerintah
dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di dalam
keluarga antara orang tua dan anak mengenai
pemahaman nilai-nilai moral dan etika sekaligus
memberikan pengertian mangenai pendidikan seks
kepada anak-anaknya sesuai dengan tingkat umurnya.
5. Alternatif Kebijakan
Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan
seksual pranikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan keperawanan saat masih
duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen diantaranya berbuat ekstrim, yakni pernah
melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat perilaku seks bebas.
Masalah ini perlu diperhatikan dan diatasi. Pada dasarnya masalah seksual itu muncul
karena masyarakat belum bisa memiliki sikap yang sehat terhadap masalah seks.
Dalam menanggulangi masalah seks, pemerintah memiliki cara tertentu dalam
pengurangan kasus seks. Di ruang sekolah, kebijakan berkaitan dengan kesehatan
reproduksi mulai masuk pada tahun 1980-an, dengan tujuan mendidik dan menyadari
generasi muda tentang kesehatan reproduksi bertanggung jawab dalam rangka urusan
jumlah penduduk.
Pada tahun 1997, demi keprihatinan HIV/AIDS di Indonesia, membangunkan program
pendidikan mengenai HIV/AIDS di ruang sekolah. Tetap menjadi kenyataan, bahwa
program-program ini tidak berhasil dimasukkan ke dalam kurikulum nasional.
Pendidikan seks juga pernah dilakukan di beberapa sekolah di tiap-tiap daerah melalui
bidang studi biologi dan melalui bimbingan konseling oleh guru BK. Namun, pelaksanaan
pendidikan seks belum begitu mampu memberikan makna yang cukup dikarenakan
banyaknya guru BK yang kurang mampu memberikan konseling tentang masalah seks
melainkan fokus terhadap memberi nasehat

Anda mungkin juga menyukai