Anda di halaman 1dari 72

CLINICAL SCIENCE SESSION

GIZI BURUK

Ghaliby Ardhia Ramli (12100118670)


Preseptor: Hj. Yoyoh Yusroh, dr., Sp.A., M.Kes
BASIC SCIENCE
METABOLISME

 Metabolisme adalah suatu proses kompleks perubahan maka


nan menjadi energi dan panas melalui proses fisika dan kimia
berupa proses pembentukan dan penguraian zat didalam tub
uh organisme untuk kelangsungan hidupnya.
 Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali
oleh substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terj
adi dalam sel. reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan ene
rgi (anabolisme) dan reaksi penggunaan energi (katabolisme)
.
METABOLISME KARBOHIDRAT
 Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yan
g memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memili
ki 3 atom C), NADH, dan ATP.
 Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui
reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima ele
ktronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria
sebelum masuk ke tahapan siklus Krebs.
 Siklus Krebs
Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus
asam trikarboksilat.
METABOLISME KARBOHIDRAT
 Transfer Electron
Pada saat masuk ke rantai transpor elektron, molekul mengalami rangkai
an reaksi oksidasi-reduksi (Redoks) yang terjadi secara berantai dengan
melibatkan beberapa zat perantara untuk menghasilkan ATP dan H2O.
 Glikogenesis
Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan dalam hati dan otot (glikog
en).
 Glikogenolisis
Proses perubahan glikogen menjadi glukosa. atau kebalikan dari glikogen
esis.
 Glikoneogenesis
Proses pembentukan glukosa dari senyawa prekursor karbohidrat pada ja
ringan hepar. Kelebihan glukosa akan diubah menjadi glikogen
METABOLISME LEMAK

 Oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A


 Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
 Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O
+ ATP
METABOLISME PROTEIN
 Pemecahan protein
Pemecahan protein menjadi asam amino terjadi di hati dengan proses deam
inasi (proses pengubahan asam amino dan NAD+ menjadi asam keton dan
NH3. NH3 merupakan racun bagi tubuh, dan harus diubah menjadi urea (di
hati) agar dapat dibuang oleh ginjal) dan transaminasi (proses perubahan a
sam amino menjadi asam keton)
 Ekskresi NH3
NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal dan harus diubah menjadi urea oleh h
ati. Jika hati ada kelainan maka proses pengubahan NH3 akan terganggu da
n akan terjadi penumpukan NH3 di dalam darah yang menyebabkan terjadin
ya uremia. NH3 bersifat meracuni otak yang dapat menyebabkan koma (ko
ma hepatikum)
 Siklus krebs
Siklus ini merupakan proses perubahan asetil Co-A menjadi H dan CO2. Pro
ses ini terjadi di mitokondria.
CLINICAL SCIENCE
MALNUTRISI ENERGI PROTEIN
(GIZI BURUK)

Suatu kondisi patologis yang diakibatkan oleh adanya kegagalan kronik


dan kumulatif terpenuhinya kebutuhan fisiologis energi dan protein

Spektrum kondisi disebabkan oleh defisiensi protein dan kalori dalam


berbagai derajat.

Usia Infeksi
Dipengaruhi Oleh:
Jenis dan
Kondisi jumlah
status gizi keterbatasan
sebelumnya makanan
yang diterima
EPIDEMIOLOGI

 Salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia


 Merupakan penyebab utama kematian pada anak usia < 5 ta
hun
 26% balita menderita gizi kurang dan gizi buruk, 8% balita me
nderita gizi buruk
PENENTUAN STATUS GIZI PADA ANAK

ANTROPOMETRI
KLINIS
(BB/TB-PB)
Tampak sangat kurus da
n atau edema pada kedu
Gizi Buruk < -3 SD **
a punggung kaki sampai
seluruh tubuh
Gizi Kurang Tampak kurus -3 SD – < - 2 SD
Gizi Baik Tampak sehat -2 SD – 2 SD
Gizi Lebih Tampak gemuk > 2 SD
PENENTUAN STATUS GIZI PADA ANAK
Status Nutrisi BB/U TB/U BB/TB % BB Ideal

Normal atau ren


Kurus Normal < persentil 5 < 85% - 90%
dah
Perawakan pend
< persentil 5 < persentil 5 Normal Normal
ek
Normal atau ren
Malnutrisi ringan Normal < persentil 5 81% - 90%
dah
Malnutrisi sedan Normal atau ren
Normal < persentil 5 70% - 80%
g dah
Normal atau ren Normal atau ren
Kwashiorkor Normal (edema) Normal
dah dah

Marasmus (sang Normal atau ren


Rendah < persentil 5 < 70%
at kurus) dah
ETIOLOGI
MEP Primer MEP Sekunder
Kekurangan konsumsi karena tidak Kekurangan kalori-protein akibat pe
tersedia bahan makanan nyakit (infeksi, ginjal, hati, paru)
• Dapat disebabkan faktor sosial • Terjadi pada anak dengan berba
atau ekonomi yang mengakibatk gai kondisi yang terkait dengan
an kekurangan makanan peningkatan kebutuhan kalori
(infeksi, trauma, kanker)
• Kehilangan kalori yang meningk
at (malabsorpsi)
• Asupan kalori yang berkurang
(anoreksia, kanker, restriksi asup
an oral, faktor sosial)
• Kombinasi ketiga variable
KLASIFIKASI
KEP Sedang KEP Berat
Edema Simetris Tidak Ya
Kwashiokor
BB/TB (Z-skor) -2 s.d -3 SD (kurus) <-3 SD marasmus (san
gat kurus)
TB/U (Z-skor) -2 s.d -3 SD (pendek) <-3 SD (sangat pendek
)
Gejala Klinis - Gangguan pertumb - Gangguan pertumb
uhan uhan
- Anak tampak kurus - Anak tampak kurus
- Kelainan biokimia s
esuai dengan bentu
k klinis
KLASIFIKASI

Marasmus
• Bentuk kekurangan gizi yang sering dijumpai pada usia 0-2 tahun, penyebab antara
lain karena masukan makanan yang kurang, infeksi, penyakit saat neonatus

Kwashiorkor
• Kondisi yang sering ditemukan pada usia 1-3 tahun yang kurang mendapatkan
asupan protein.

Marasmus Kwashiorkor
• Hanger oedema akibat salah satu atau bersamaan munculnya manifestasi dari
marasmus dan kwashiorkor.
KWASHIORKOR
 Perubahan status mental : apatis dan rewel
 Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,
mudah rontok
 Wajah membulat dan sembab
 Pandangan mata sayu
 Pembesaran hati
 Edema :
- Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema
- Derajat edema: +  kedua punggung kaki
++  tungkai dan lengan bawah
+++  seluruh tubuh (wajah dan perut)
- Derajat edema untuk menentukan cairan yang diberikan
 Otot mengecil (hipotrofi)
 Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menj
adi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
MARASMUS

 Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit


 Wajah seperti orang tua
 Cengeng, rewel
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (baggy pants)
 Perut umumnya cekung
 Tulang rusuk menonjol (iga gambang, ”piano sign”)
 Sering disertai penyakit infeksi
MARASMIK-KWASHIORKOR

 Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa g


ejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U
<60% baku median disertai edema yang tidak mencolok
PATOFISIOLOGI
Asupan anak tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian

Reductive
Terjadi perubahan fisiologis dan metabolik untuk mempertahankan energi dan adaptation
melangsungkan kehidupan

Lemak yang tersimpan diubah menjadi energy

Protein di otot, kulit, dan otot dipecah

energi dipertahankan di dalam tubuh dengan menurunkan


aktivitas fisik dan pertumbuhan, penurunan metabolisme basal
dan fungsi organ, dan dengan menurunkan respon inflamasi dan
respon imun
PATOFISIOLOGI

Liver:
Ginjal:
Pembentukan glukosa menurun ->
rentan terhadap hipoglikemia Penurunan fungsi untuk mengeksresi
Produksi panas menurun -> anak kelebihan cairan dan sodium
Penurunan produksi albumin, rentan terhadap hipotermia
transferrin, dan protein transport lainnya Cairan mudah terakumulasi dalam
sirkulasi -> meningkatkan resiko fluid
Penurunan kemampuan untuk overload
mengeluarkan toksin

Jantung: Gut:
Lebih kecil dan lebih lemah Penurunan produksi enzim dan asam Sistem imun
lambung Penurunan cell-mediated immunity->
Cardiac output menurun motilitas menurun, bakteri mengalami infeksi yang tidak terdiagnosis
Fluid overload -> cardiac failure -> kolonisasi -> merusak mukosa ->
death gangguan digesti dan absorpsi
PATOFISIOLOGI
Sodium menumpuk di
Potasium keluar dari sel -
dalam sel -> sodium
> tereksresi di urin ->
pump menurun -> sodium
electrolyte imbalance,
dalam tubuh meningkat,
fluid retention, edema,
retensi cairan, dan
anorexia
edema

Defisiensi Mikronutrisi
Penurunan protein diotot menghmbat kemampuan
disertai dengan tubuh untuk membunuh
penurunan kalium, radikal bebas -> cell
magnesium, zinc, copper damage ->hair & skin
change
KRITERIA DIAGNOSIS
 Terlihat sangat kurus
 Edema nutrisional, simetris
 BB/TB <-3 SD
 Lingkar Lengan Atas < 11,5 cm
ALUR
PEMERIKSAAN
PENYULIT

 Mudah terserang infeksi, sepsis


 Diare
 Hipotermia
 Hipoglikemia
 Anemia
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
TINDAKAN PADA ANAK
GIZI BURUK
PENGOBATAN KEP

Stabilisasi Transisi Rehabilitasi


Hal yang harus diperhatikan

 Jangan berikan Fe sebelum minggu ke-2 (Fe diberikan pada fase s


tabilisasi)
 Jangan berikan cairan intra vena kecuali syok atau dehidrasi berat
 Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
 Jangan berikan diuretik pada penderita kwashiorkor
TATALAKSANA RAWAT INAP KEP BERAT

5 Aspek Penting yang Harus diperhatikan


1. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Kegagalan pengobatan
4. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
5. Tindakan pada kegawatan
10 LANGKAH UTAMA

1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Koreksi defisiensi mikronutrien
7. Mulai pemberian makanan
8. Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth)
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut sesudah sembuh
I. PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA
Bila < 54 mg/dl atau 3 mmol/dL berikan : Pemantauan
Ulangi pemeriksaan sesudah 2 ja
Bila anak sadar m
Glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% Bila gula menurun < 50 mg/dL, ul
50 mL bolus (1 sdt gula dalam 5 sdm air angi pemberian bolus dan larutan
) p.o atau pipa NGT glukosa
Berikan setiap 30 mnt – 2 jam Ulangi pemeriksaan gula bila suh
Beri antibiotik (lihat langkah 5) u aksila < 36℃
Secepatnya berikan makan tiap 2 jam, Pencegahan
siang dan malam (lihat langkah 6) - Mulai segera pemberian maka
nan tiap 2 jam
- Beri makanan tiap malam
Bila anak tidak sadar
Glukosa 10% iv 5 mg/kgBB, diikuti deng
an glukosa atau sukrosa 10% sebanyak
50 mL melalui NGT, bila anak mulai sad
ar berikan F75
II. PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Bila suhu :
• < 36℃ (dubur)
• Beri makan cair/formula khusus
• Hangatkan dari kaki hingga kepala (selimut) atau peluk di dada ibu
• Berikan antibiotic
PEMANTAUAN
• Pantau setiap 2 jam suhu dubur mencapai > 36.5℃
• Pastikan terbungkus selimut/hangat terutama malam hari
• Hindari paparan langsung dengan udara
PENCEGAHAN
• Segera beri makanan/formula khusus tiap 2 jam
• Beri makanan tiap malam
• Hindari paparan langsung dengan udara
III. PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI
• Berikan ReSoMal 5 mL/kgBB/30 mnt selama 2 jam p.o atau NGT
• Lanjutkan 5-10 mL/kgBB/jam 4-10 jam
• Mulai beri formula khusus (langkah 6)
• Lakukan pemantauan tiap ½ jam selama 2 jam pertama  tiap 1
jam untuk 6-12 jam
a. Denyut nadi
b. Pernapasan
c. Frekuensi BAK
d. Frekuensi diare
Pencegahan
Berikan ReSoMal/pengganti sebanyak 50-100 mL tiap kali BAB cair
Bila masih ASI teruskan pemberian
III. PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI
• Berikan ReSoMal 5 mL/kgBB/30 mnt selama 2 jam p.o atau NGT
• Lanjutkan 5-10 mL/kgBB/jam 4-10 jam
• Mulai beri formula khusus (langkah 6)
• Lakukan pemantauan tiap ½ jam selama 2 jam pertama  tiap 1
jam untuk 6-12 jam
a. Denyut nadi
b. Pernapasan
c. Frekuensi BAK
d. Frekuensi diare
Pencegahan
Berikan ReSoMal/pengganti sebanyak 50-100 mL tiap kali BAB cair
Bila masih ASI teruskan pemberian
FASE STABILISASI
RENCANA I
RENCANA II
RENCANA III
RENCANA IV
RENCANA V
FASE TRANSISI DAN REHABILITASI
IV. KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Jangan obati edema dengan pemberian diuretikum, berikan:


K 2–4 mEq/kgBB/hr (150–300 mg KCl/kgBB/hr)
Mg 0,3–0,6 mEq/kgBB/hr (7,5–15 mg MgCl2/kgBB/hr)
Untuk rehidrasi, beri cairan rendah Na (resomal/pengganti)
Siapkan makanan tanpa diberi garam
Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
ditambahkan langsung dalam makanan. Penambahan 20 mL
larutan pada 1 L formula dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg
(lihat cara pembuatan larutan)
IV. KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Jangan obati edema dengan pemberian diuretikum, berikan:


K 2–4 mEq/kgBB/hr (150–300 mg KCl/kgBB/hr)
Mg 0,3–0,6 mEq/kgBB/hr (7,5–15 mg MgCl2/kgBB/hr)
Untuk rehidrasi, beri cairan rendah Na (resomal/pengganti)
Siapkan makanan tanpa diberi garam
Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
ditambahkan langsung dalam makanan. Penambahan 20 mL
larutan pada 1 L formula dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg
(lihat cara pembuatan larutan)
V. PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI
Pilihan antibiotik spektrum luas
Bila tanpa penyulit
• Kotrimoksazol 5 mL suspensi pediatri p.o. 2×/hr selama 5 hr (2,5 mL bil
a BB <4 kg)
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipot
ermia, infeksi kulit, saluran respiratori atau kemih), berikan:
• Ampisilin 50 mg/kgBB i.m./i.v. setiap 6 jam selama 2 hr, kemudian p.o.
amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hr
Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam p.o.
Dan Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hr i.m./i.v. selama 7 hr
Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol
25 mg/kg/BB i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hr
Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik y
ang sesuai. Tambahkan obat antimalarial bila pemeriksaan darah untuk ma
laria (+)
VI. KOREKSI DEFISIENSI MIKRONUTRIENT
Berikan setiap hari :
Multivitamin
Asam folat 1 mg/hr (5 mg pada hr pertama)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hr
Bila BB mulai ↑ : Fe 3 mg/kgBB/hr atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB
/hr
Vitamin A oral pada hr ke-1
Anak > 1 th : 200.000 SI
6 – 12 bl : 100.000 SI
0 – 5 bl : 50.000 SI (jangan berikan bila sebelumnya ana
k sudah pasti mendapat vit. A)
VII. MULAI PEMBERIAN MAKANAN
Prinsip pemberian nutrisi :
Porsi kecil tapi sering dengan formula who
Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein 1-1,5 g/kgBB/hari
Cairan 130 ml/kgBB/hari (100 mL/kgBB/bila ada edema)
Berikan formula dengan cangkir/gelas, bila tidak bisa gunakan sendok/pip
et.
Bila asupan tidak mencapai 80 kkal/kgBB/hari, beriksan sisa melalui pipa
NGT, dan jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi.
Pantau dan catat
•Jumlah yang diberikan dan sisanya
•Muntah
•Frekuensi BAK
•BB (harian)
VIII. PERHATIKAN TUMBUH KEJAR
Masa rehabilitasi harus ada kenaikan BB > 10 g/kgBB/hari.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan nafsu makan meningkat.
Pada periode transisi dianjurkan merubah dari formula khusus awal (energi
75 kkal & protein 0.9-1.00 g/100 mL)  formula khusus lanjutan (energi 100
kkal & protein 2.9 g/100 mL)
Pemantauan
Frekuensi nafas (> 5 x/mnt kurangi pemberian formula)
Frekuensi denyut nadi (> 25 x/mnt kurangi pemberian formula)
Sesudah lewat masa transisi, berikan :
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein 4-6 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi berikan juga formula, ka
rena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
IX. BERIKAN STIMULASI SENSORIK DAN DUKUNGAN EMOSIONAL

Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan


mental dan perilaku karenanya harus diberikan :
•Kasih sayang
•Lingkungan yang ceria
•Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari
(permainan ci luk ba, dll)
•Aktifitas fisik segera setelah sembuh
•Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain,
dan sebagainya)
X. TINDAK LANJUT DI RUMAH

Bila gejala klinis dan BB/TB-PB > -2 SD, dapat dikatakan a


nak sembuh
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan

Berikan contoh kepada orang tua :


Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan ene
rgi dan zat gizi yang padat, sesuai dengan umur berat ba
dan anak
Terapi bermain terstruktur
Sarankan :
Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai deng
an umur anak
Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur :
Bulan I : 1 x / minggu
Bulan II : 1 x / 2 minggu
Bulan III : 1 x / bulan
Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesu
ai umur)
Kriteria Pemulangan Anak Gizi Buruk dari Ruang Rawat Ina
p
Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam p
erawatan, misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya.
Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis.
Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang sebagai berikut :
1. Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
2. BB/PB atau BB/TB > -3 SD
3. Komplikasi sudah teratasi
4. Ibu telah mendapat konseling gizi
5. Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu bertur
ut-turut
6. Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiska
n
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai