Anda di halaman 1dari 88

Pemicu 5

Blok Etika
LI
1. KDRT
2. Penelantaran
3. Pengguguran Kandungan
4. Kekerasan Anak
5. Visum et Repertum Kasus Hidup & Mati
6. Tenggelam
7. Dasar – Dasar Hukum
Hak Korban
• Perlindungan dari • Pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan medis
– Pihak keluarga,
• Penanganan secara khusus
– Polisi/advokat,
berkaitan dengan kerahasiaan
– Lembaga sosial atau pihak korban
lainnya
• Pendampingan oleh pekerja sosial
– Sifat waktu sementara dan bantuan hukum pada tiap
berdasar penetapan tingkat proses
perintah perlindungan dari
• Pelayanan bimbingan rohani
pengadilan
• Laporkan secara langsung KDRT
kepada kepolisian baik di tempat
korban berada maupun di tkp
• Korban dapat berikan kuasa
kepada keluarga/ orang lain utk
laporkan KDRT kepada kepolisian

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
Peran Dokter
 Dalam memberikan pelayanan kesehatan • Anamnesa terarah
kepada korban, tenaga kesehatan harus: – Tracy (1996) : menerapkan
 memeriksa kesehatan korban pertanyaan rutin kepada 8 pasien
sesuai dengan standar profesinya; ginekologis, ternyata semuanya
 membuat laporan tertulis hasil pernah menerima kekerasan !
pemeriksaan terhadap korban dan
visum et repertum atas • Temukan tanda kekerasan
permintaan penyidik kepolisian • Dokumentasi temuan
atau surat keterangan medis yang • Menilai keselamatan
memiliki kekuatan hukum yang
sama sebagai alat bukti. • Komunikasikan pilihan penyelesaian
yang realistik
 Pelayanan kesehatan dilakukan di sarana
kesehatan milik pemerintah, pemerintah
daerah atau masyarakat

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
• Petunjuk bagi dokter u/ mengenali adanya kekerasan dalam rumah tangga :
– Pelaku gelisah, ragu-ragu dalam menjelaskan
– Khawatir berlebihan luka kecil / acuh tak acuh
– Sikap diam pasien , gejala depresi, trauma berulang
– Keterlambatan mencari pertolongan, menolak perawatan
– Riwayat kejadian tidak sesuai dengan temuan luka/cedera
– Trauma yg bukan accidental
– Penyalahgunaan alkohol / obat (pelaku)
– Pengamatan jenis dan penyebab perlukaan
– Penganiayaan dilakukan berulang, pelaku membawa pasien ke tempat-tempat
berbeda
– Perlukaan multipel pada berbagai permukaan tubuh, memar pada muka, dada dan
punggung

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Tanda Pengenalan Korban Kekerasan

• Korban Penganiayaan Fisik


• Memar
– Pada wajah, bibir/mulut, punggung, paha, betis, dsb
– Terdapat memar/bilur baru atau sudah mulai menyembuh
– Corak-corak memar menunjukkan benda tertentu
• Luka Lecet & Luka Robek
– Di mulut, bibir, mata, kuping, lengan, tangan, genitalia, dsb
– Luka gigitan manusia
– Di bagian tubuh lain, terdapat luka baru atau berulang
Tanda Pengenalan Korban Kekerasan

• Patah tulang
– Setiap patah tulang pada anak < 3 tahun
– Patah tulang baru dan lama ditemukan bersamaan
– Patah tulang ganda/multiple
– Patah tulang spiral pada tulang-tulang panjang lengan & tungkai
– Patah tulang pada kepala, rahang & hidung, serta patahnya gigi
• Luka bakar
– Bekas sundutan rokok
– Luka bakar pada tangan, kaki atau bokong akibat kontak dengan benda panas
– Bentuk luka yang khas sesuai dengan benda panas yang dipakai
Tanda Pengenalan Korban Kekerasan

• Cedera Kepala
– Hematoma subkutan dan atau subdural yang dapat dilihat pada foto
rontgen
– Bercak/area kebotakan akibat tertariknya rambut
• Lain-lain
– Dislokasio/lepas sendi bahu atau pinggul akibat tarikan
– Tanda-tanda luka yang berulang
Dampak Kekerasan: Jangka Dampak Kekerasan:
Pendek Jangka Panjang

Cedera fisik: • Ketidakharmonisan keluarga


• Luka-luka • Pertumbuhan dan perkembangan
• Patah tulang terganggu (anak)
• Kehilangan fungsi alat tubuh/ indera • Child abuse
Gejala sisa di bidang kesehatan dan psikologis: • Cycle of violence
• Anxietas • Gangguan perkembangan mental dan
• Depresi perilaku seksual
• Battered woman truma syndrome, rape • Kesulitan penyesuaian dan masalah
trauma syndrome, perilaku
• Alcohol and drug abuse • Manifest kejahatan saat anak dewasa
(penyerangan, perkosaan, pembunuhan,
• Resiko bunuh diri penculikan)
Pendidikan dan pertumbuhan anak terganggu
Surat Perintah Perlindungan

 Permohonan untuk memperoleh surat 1) Perintah perlindungan dapat


perintah perlindungan dapat diajukan diberikan dalam waktu paling lama
oleh: 1) korban atau keluarga korban, 2) 1 (satu) tahun.
teman korban, 3) kepolisian; 4) relawan
pendamping; atau 5) pembimbing 2) Perintah perlindungan dapat
rohani. diperpanjang atas penetapan
pengadilan.

3) Permohonan perpanjangan
Perintah Perlindungan diajukan 7
(tujuh) hari sebelum berakhir masa
berlakunya.

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
Pemeriksaan Terhadap Pelaku

 Korban, kepolisian atau relawan pendamping dapat mengajukan laporan


secara tertulis tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap perintah
perlindungan.
 Dalam hal pengadilan mendapatkan laporan tertulis pelaku
diperintahkan menghadap dalam waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh
empat) jam guna dilakukan pemeriksaan.
 Pemeriksaan dilakukan oleh pengadilan di tempat pelaku pernah tinggal
bersama korban pada waktu pelanggaran diduga terjadi.

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
KETENTUAN PIDANA
KEKERASAN FISIK 5 TAHUN 15 JUTA

KEKERASAN FISIK  JATUH SAKIT / 10 TAHUN 30 JUTA


LUKA BERAT
KEKERASAN FISIK  KORBAN MATI 15 TAHUN 45 JUTA

KEKERASAN SUAMI THD ISTERI ATAU 4 BULAN 5 JUTA


SEBALIKNYA, TIDAK ADA PENYAKIT/
HALANGAN KERJA

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
KETENTUAN PIDANA

KEKERASAN PSIKIS 3 TAHUN 9 JUTA

KEKERASAN SUAMI THD ISTERI 4 BULAN 3 JUTA


ATAU SEBALIKNYA, TIDAK ADA
PENYAKIT/ HALANGAN KERJA

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
KETENTUAN PIDANA

KEKERASAN SEKSUAL 12 36 JUTA


TAHUN

ORANG MEMAKSA ORANG YG MENETAP 4 – 15 12 – 300


DLM RT UTK LAKUKAN HUBUNGAN TAHUN JUTA
SEKSUAL

AK IBATKAN LUKA YG TIDAK SEMBUH 5 – 20 25 – 500


SAMA SEKALI, GANGGUAN DAYA PIKIR, TAHUN JUTA
KEJIWAAN JANIN MENINGGAL, ALAT
REPRODUKSI TAK BERFUNGSI

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
KETENTUAN PIDANA

PENELANTARAN ORANG 3 15 JUTA


LAIN TAHUN

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
Pidana Tambahan

Hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa:


a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk
menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu
tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari
pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di
bawah pengawasan lembaga tertentu.

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
Delik Aduan

Sesuai Pasal 51 – 53 yang dikategorikan sebagai delik aduan


dalam UU ini, Tindak pidana berupa:
kekerasan fisik (Pasal 44 ayat 4),
kekerasan psikis (Pasal 45 ayat 2),
kekerasan seksual (Pasal 46) yang dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan

Sumber: Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, SpF (Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI)
Aspek Medikolegikal dari Kekerasan Mekanik

Jenis Jenis luka Aspek medikolegikal


kekerasan
Tajam Iris, sayat Pembunuhan, Bunuh Diri

Tusuk Pembunuhan, Bunuh Diri

Bacok Pembunuhan
Tumpul Lecet Kecelakaan, Pembunuhan,
Bunuh Diri
Memar Kecelakaan, Pembunuhan

Robek Kecelakaan, Pembunuhan

Senjata api Tembak Pembunuhan, Bunuh Diri,


Kecelakaan
PENATALAKSANAAN KORBAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
• Aspek medis
– Harus bersikap membantu korban dalam mengatasi perasaan tidak berdaya
– Pemeriksaan dilakukan setelah korban tenang, dan didampingi oleh keluarga/
pendamping, serta dibantu oleh perawat/bidan
– Lakukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan Medis, Pemeriksaan Status Mental, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan medik
• Aspek medikolegal
– Pemeriksaan medis untuk mengumpulkan barang- barang bukti  Visum et Repertum
(VeR)
– Sebelumnya dijelaskan proses, manfaat dan risiko pemeriksaan tersebut bagi korban
sehubungan dengan perkara pidananya serta dikaitkan dengan upaya pengobatan bagi
korban  informed consent
– Penolakan: disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan  rekam medis
• Aspek psikososial
– Penanganan krisis, konseling, pendampingan, kunjungan rumah dan rumah aman bagi
korban
• Jika tenaga kesehatan mendapatkan tekanan atau terancam keselamatannya, maka
dapat menggunakan Surat Pernyataan Penolakan (informed refusal), tetapi
kemudian tetap melaporkan ke kepolisian
• Wajib lapor oleh tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan:
– Tidak dibebani pembuktian atas kasus dugaan Kekerasan yang dilaporkan
– Tidak dapat dituntut pidana maupun perdata atas pelaporan kepada
kepolisian, sepanjang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
– Bukan dalam kapasitas saksi pelapor namun sebagai pemberi informasi
Pengguguran Kandungan
• Menghentikan kehamilan atau mematikanjanin
sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia
kandungannya.
• Kedokteran : berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu
• Menurut kedokteran:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus :
• Abortus provokatus terapeutikus
• Abortus provokatus kriminalis  menurut HUKUM
Mengenali Tindakan Abortus
Provokatus
• Kekerasan mekanik lokal
– Dari luar
– Dari dalam
• Obat/zat tertentu
Pemeriksaan korban abortus
• Korban hidup  tanda kehamilan (perubahan
pada payudara, pigmentasi, hormonal,
mikroskopik, dsb), perlu bukti adanya usaha
penghentian kehamilan
• Pemeriksaan toksikologik  mengetahui adanya
obat/zat yang dapat mengakibatkan abortus
• Pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian
kehamilan
• Korban mati  pemeriksaan luar, pembedahan
jenazah, pemeriksaan toksikologik dan
pemeriksaan mikroskopik
• Pemeriksaan toksikologik bila trdapat cairan dalam rongga perut,
atau kecurigaan lain
• Uterus  apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi
• Tes emboli udara pada vena cava inferior dan jantung
• Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongesti
atau memar
• Urin  tes kehamilan/toksikologik
• Pemeriksaan organ lain seperti biasa
• Pemeriksaan mikroskopik  adanya sel trofoblas yang merupakan
tanda kehamilan, kerusakan jaringan merupakan jejas/tanda usaha
penghentian kehamilan. Sel radang PMN  tnda intravitalitas
• Umur janin/usia kehamilan
Kekerasan Mekanik Lokal
Dari Luar Dari dalam
• Gerakan fisik berlebihan, • Penyemprotan air sabun/air
• Jatuh, panas pada porsio
• Aplikasi asam arsenik,
• Pemijatan/pengurutan kalium permanganat pekat,
perut bagian bawah, iodium tinktur
• Kekerasan langsung pada • Pemasangan laminaria stift
perut atau uterus, atau kateter ke dalam
• Pengaliran listrik pada serviks
uterus • Manipulasi serviks dg jari
• Pemecahan selaput amnion
Obat/zat Tertentu
• Bahan tumbuhan yg mengandung minyak eter tnt yg
merangsang saluran cerna hingga tjd kolik abdomen,
• Jamu perangsang kontraksi uterus
• Hormon wanita yg merangsang kontraksi uterus mll
hiperemi mukosa uterus

• Jamu peluntur, nenas muda, bubur bers dicampur dg lada


hitam

• Garam logam berat, laksans, strichin, prostigmin,


pilokarpin, dikumarol, kina,dll
• Kina/menolisin + ekstrak hipofisis  sangat efektif
Komplikasi
• Perdarahan
• Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik  kematian
yg mendadak
• Emboli udara pd teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus
Jumlah 70-100ml mematikan dg segera
• Inhibisi vagus  tindakan abortus tanpa anestesi.
Akbat alat atau suntikan secara mendadak dg cairan yg
terlalu panas/dingin
• Keracunan obat/zat abortivum  Met-Hb, px histologik dan
toksikologik
• Infeksi dan sepsis
• Lain2 : tersengat arus listrik
Pemeriksaan Korban Abortus
• Tanda Kehamilan : perubahan pd payudara,
pigmentasi, hormonal, mikroskopik dsb
• Usaha penghentian kehamilan : tanda kekerasan pd
genitalia interna/eksterna, daerah perut bgn bawah
• Pemeriksaan toksikologik
• Pemeriksaan thd hasil usaha penghentian kehamilan
• Pemeriksaan mikroskopik thd sisa2 jaringan; sel
trofoblas; PMN
• Pembedahan jenazah
Hukum yang Mengancam
• KUHP ps 346
Wanita yang sengaja mengugurkan kandungannya atau
menyuruh orang lain melakukannya (max 4 thn)
• KUHP ps 347
Seseorang yang mengugurkan kandungan wanita tanpa
seizinya (max 12 thn, bila wanita tsb mati  max 15 thn)
• KUHP ps 348
Seseorang yang mengugurkan kandungan wanita dengan
izin wanita tsb (max 5 thn 6 bln, bila wanita tsb meninggal
 max 7 thn)
• KUHP ps 349
Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan
diatas (+1/3 dan pencabutan hak pekerjaanny)
• KUHP ps 283
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara
menggugurkan kandungan kepada anak di bawah
usia 17thn/di bawah umur (max 9 bln)
• KUHP ps 299
Barangsiapa menganjurkan/ merawat/ memberi
obat kepada seorang wanita dengan memberi
harapan agar gugur kandungannya (max 4 thn)
• KUHP ps 535
Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka
alat/cara menggugurkan kandungan (max 3 bln)
Pasal 15 UU No 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan
• “dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat dilakukan tindakan medis tertentu.”
• Syarat2:
– Berdasarkan indikasi medis
– o/ tenaga kesehatan
– Pertimbangan tim ahli
– Persetujuan si wanita hamil dan/atau
suaminya/keluarganya
– Pada sarana kesehatan
• Bagi pelanggarnya  ps 80 : max penjara 15 tahun,
denda max 500 juta rupiah
Abortus Provokatus sebagai Ungkapan

Pro Life Pro Choice


• Menghormati kehidupan • Janin bukanlah manusia
sejak terjadinya konsepsi sebelum ia dilahirkan
• Aborsi  pembunuhan • Wanita mempunyai hak
• Titik konsepsi untuk melakukan apa saja
yang ia mau terhadap
tubuhnya.
• Titik kelahiran
Kendala Penanggulangan
• Faktor Victimless
– Tidak ada yg merasa sbg korban  tdk ada pelapor
• Faktor Ekonomi
– Peluang bisnis, profitable
• Faktor Profesi
– Pelaku aborsi  pro-choice  berkoordinasi dan
saling membantu
• Faktor Masyarakat
– Tidak turut campur
– Masyarakat modern cenderung membutuhkan aborsi
Pembunuhan Anak Sendiri
• Pengertian pembunuhan harus membuktikan :
– Lahir hidup
– Kekerasan
– Sebab kematian akibat
• Pengertian BARU LAHIR harus ada penilaian :
– Cukup bulan atau belum, dan berapa usia
kehamilan
– Berapa usia pasca lahir
– Layak hidup (viable) atau belum (non-viable)

34
• Pengertian TAKUT DIKETAHUI diasosiasikan
– Belum timbul kasih sayang di ibu kepada anak
– Belum tampak tanda-tanda perawatan
• Anggapan ini ingin mengatakan bahwa adanya
perawatan menunjukan telah timbul kasih sayang
ibu kepada anaknya sehingga dapat diartikan rasa
takut diketahui telah melahirkan hilang
• Pengertian si-ibu membunuh anaknya sendiri
mengharuskan kita dapat membuktikan apakah mayat
anak yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu yang
diajukan

35
Pembunuhan anak
• Dokter harus memberi kejelasan mengenai :
– Memang benar anak itu baru dilahirkan atau tidak
lama sesudah dilahirkan
– Sebab kematian korban (anak), dikaitkan dengan
penentuan :
• Anak yang lahir memang lahir hidup
• Adanya hal-hal yang menyebabkan kematian korban

36
• Metode yang sering dipakai dalam
pembunuhan anak :
– Pencekikan
– Penyeratan
– Pembekapan
– Menyumpal mulut dengan benda

37
• Pemeriksaan pada ibu ditujukan agar penyidik
mendapat kejelasan di dalam hal :
– Memang benar ibu tersebut baru melahirkan
(rahim yang masih besar, keluarnya cairan
kemerahan dari vagina,dan tanda-tanda ibu masih
masa nifas)
– Adanya barang bukti yang bisa dikaitkan atau ada
hubungan dengan barang bukti yang didapat pada
tubuh korban

38
Pemeriksaan bayi
• Dari unsur pembunuhan anak sendiri diatas dapat
ditarik beberapa hal penting :
1. Pengertian “pembunuhan” mengharuskan kita
untuk membuktikan
a. Lahir hidup
b. Kekerasan
c. Sebab kematian akibat kekerasan
2. Pengertian “baru lahir” mengharuskan penilaian
atas :
a. Cukup bulan atau belum, dan berapa usia kehamilannya
b. Berapa usia pasca lahirnya
c. Serta memberikan pula masukan tentang laik hidup (viable)
atau tidak nya anak tersebut.
3. Pengertian “takut diketahui” diasosiasikan
belum timbulnya rasa kasih sayang si-ibu
kepada anaknya yang diperlihatkan
dengan belum tampaknya tanda-tanda
perawatan.
4. Pengertian “si ibu membunuh anaknya
sendiri” harus membuktikan apakah
mayat anak yang diperiksa adalah anak
tersangka ibu yang diajukan
Lahir hidup atau lahir mati
• Lahir hidup adalah bila setelah dilahirkan menunjukan
tanda-tanda kehidupan (reflex, denyut jantung/nadi dan
bernafas.

• Lahir mati (still-birth) bila tidak menunjukan tanda


kehidupan pada waktu lahir.

• Dead born bila kematian telah terjadi di dalam Rahim


(IUFD)
Tanda lahir hidup secara umum

• Pada anamnesis saksi : pernah menangis


dan bernafas atau tidak.
Pada pemeriksaan mayat anak
1. Dada telah mengembang
2. Diafragma telah turun ke sela iga 4 – 5 atau 5 – 6
3. Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan akibat padatnya vaskularisasi
paru (paru lahir mati 1/70 berat badan )
4. Gambaran paru-paru mozaik (bercak merah tidak homogen pada dasar
merah tua)
5. Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons
6. Uji apung paru positif
7. Uji apung usus (Berslau’s second life test) positif
8. Garis neonatal pada enamel yang anekuivokal
9. Saliva atau air susu dalam saluran cerna distal dari lambung
10. Histopatologik : Gambaran atelectasis dan emfisema yang bercampur
karena pengembangan paru yang tidak homogen dan perangai dindin
alveoli – septum intercapsular yang khas. Adanya membrane hialin
menunjukkan lahir hidup.
• Lahir mati menunjukkan tanda-tanda
sebaliknya.
• Bila kematian sudah cukup lama didalam lahir
(7-10 hari)  tanda tanda maserasi (kulit
kemerahan, kulit ari mudah terkelupas, sendi-
sendi lunak sehingga hiperekstensi) dsb.
UJI APUNG PARU
Arif Budijanto dkk, Pembunuhan Anak Sendiri, 1988

• Hasil baik, bila belum ada pembusukan


• Uji pengapungan mulai dilakukan pada alat dalam
leher (diikat dulu) dan alat dalam dada
• Berturut - turut diuji apung : kedua paru dipisahkan
dari trakea, tiap lobus paru, dan kemudian
dipotong kecil - tipis jaringan perifer paru
• Bila potongan kecil – tipis mengapung diletakan
dalam karton lalu diinjak tanpa diputar dan
dimasukan kedalam air lagi.
• Tujuan diinjak untuk mengeluarkan udara/gas
selain residu udara.
UJI APUNG PARU
• Volume residu hanya keluar bila alveoli rusak.
• Tetap terapung berarti terdapat udara volume residu atau
dikatakan sebagai uji apung paru positif
o Positip berarti : pernah bernafas = lahir hidup
o Negatip berarti :
o Mungkin belum pernah bernafas = lahir mati
o sudah bernapas:
resorbsi pd asfiksia / apnoe lama
pneumonia lobari
Segera tenggelam pd kelahiran
pembusukan lanjut
• Pemeriksaan Mikroskopis HARUS dilakukan untuk
menarik kesimpulan akhir dengan benar terutama bila
hasil negatif
Kekerasan dan sebab kematian
• asfiksia mekanik yaitu pencekikan,
penjeratan, pembekapan, dam penyumbatan
(sering)
• Pada kasus ini prosedur pemeriksaan yang
penting adalah pemeriksaan alat leher lapis
demi lapis.
• Kekerasan menggunkan bahan lunak (bantal,
kain)
• kekerasan tumpul pada kepala
• kekerasan tajam pada leher atau dada
Bayi cukup bulan atau belum cukup
bulan
• USIA KANDUNGAN > 36 MINGGU / aterm
Anak cukup bulan jika :
– Berat badan > 2500 gram
– Panjang Badan Kepala-Tumit > 48 cm
– Lingkar kepala Oksipito-frontal > 34 cm
– Diameter puting susu 7 mm
– Terdapat pusat penulangan epifisis di distal femur dan
proksimal tibia (radiologi / pemeriksaan langsung pada
tulang)
– Diameter dada (antero-posterior) 8 cm – 9 cm
– Diameter perut (antero-posterior) 7 cm – 8 cm
– Lingkar dada 30 cm – 33 cm
– Lingkar perut 28 cm – 30 cm
• Lanugo tinggal sedikit
• Kuku jari tangan sudah panjang melampaui jari,
ujung distalnya tegas dan relatif keras ( pd bayi yg
matur)
• Daun telinga telah cukup kaku
• Daktilografi telah jelas
• ALAT KELAMIN LUAR
Bayi laki – laki matur : Testis sudah turun sempurna
pd dasar skrotum dan rugae pada kulit skrotum
sudah lengkap
Bayi perempuan matur : Labia minor sudah tertutup
dengan baik oleh labia mayor
• CARA PRAKTIS MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
Menggunakan Rumus Haase :
USIA KEHAMILAN 1 – 5 BULAN : Panjang tubuh = bulan kuadrat
USIA KEHAMILAN LEBIH 5 BULAN : Panjang tubuh = bulan X 5 cm

Contoh :
• Anak dengan panjang tubuh 35 cm
mempunyai usia kehamilan adalah 35 : 5 =
7 bulan atau dituliskan 28 minggu
• Anak dengan panjang tubuh 16 cm
mempunyai usia kehamilan adalah akar
dari 16 = 4 bulan atau dituliskan 16 minggu
USIA PASCA LAHIR
1. Udara dalam saluran pencernaan dapat diperkirakan :
a. di Lambung berati Baru Lahir, tapi blm tentu lahir hidup.
b. di Doudenum lebih dari 2 jam.
c. di Usus Halus 6 – 12 jam.
d. di Usus Besar 12 – 24 jam.
2. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berati telah 24 jam atau lebih.
3. Perubahan tali pusat:
a. Kemerahan di pangkal  36 jam
b. Kering  2-3 hari
c. Puput  6-8 hari bahkan sampai 20 hari
d. Bila sembuh  15 hari
e. Bila a/v umbilikalis menutup  2 hari
f. Pemeriksaan mikroskopis pangkal tali pusat dgn interpretasi speti pada
proses penyembuhan luka
4. Duktus arteriosus menutup : 3-4 minggu
5. Duktus venosus menutup : > 4 minggu
6. SDM berinti hilang : > 24 jam
Laik hidup atau non- viable
• BB < 1000 g atau immature
• Adanya kelainan kongenital yg fatal
TANDA – TANDA
PERAWATAN
1. Tali pusat terpotong rata dan diikat
ujungnya, diberi antiseptik dan verban
(bisa hilang sblm diperiksa).
2. Jalan nafas bebas.
3. Vernix kaseosa tidak ada lagi.
4. Berpakaian.
5. Air susu di dalam saluran cerna.

Ditemukan tanda no 1 saja diatas


sudah cukup membuktikan adanya
tanda perawatan, melihat ciri mediknya
bila hal tersebut ada, maka bukan lagi
termasuk pembunuhan anak sendiri
HUBUNGAN
IBU DENGAN ANAK
• UPAYA PEMBUKTIAN SEORANG
TERSANGKA IBU SEBAGAI IBU DARI
ANAK YANG KITA PERIKSA ADALAH
SUATU HAL YANG PALING SUKAR
• Ada beberapa cara dapat kita gunakan
1. Mencocokan waktu partus ibu dan
waktu lahir anak
2. Mencari data antrophologi yang
khas pada ibu dan anak
3. Memeriksa golongan darah ibu dan
anak
4. Sidik jari DNA
Mayat Bayi
• Bayi hasil aborsi
• Bayi korban pembunuhan anak sendiri
• Bayi korban pembunuhan
• Bayi korban penganiayaan
• Bayi lahir mati, dibuang
• Penelantaran anak yang baru lahir

57
• KUHP tentang pembunuhan anak sendiri mengatur hal-hal
tersebut sebagai berikut:
• Pasal 341 : Seorang ibu karena takut akan ketahuan
melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.

• Pasal 342 : Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang


ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

• Pasal 343 : Kejahatan yang diterangkan dalam pasai 34l dan


342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan
sebagi pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
3 FAKTOR PENTING
• IBU
– Hanya ibu kandung yang dapat dihukum
– Tidak dipersoalkan apakah dia kawin atau tidak
– Orang lain yang melakukan atau turut membunuh
anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau
pembunuhan berencana dengan hukuman yang
lebih berat
– Pasal 388 tanpa rencana penjara 15 tahun
– Pasal 339 dan 340 dengan rencana penjara 20
tahun, seumur hidup/hukuman mati
• WAKTU
– “Pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”
– Dianggap pada saat belom timbul rasa kasih
sayang seorang ibu terhadap anaknnya

• PSIKIS
– Karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang telah melahirkan anak itu
– Biasannya anak dari hubungan yang tidak sah
• Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang
tidak semestinya
• Misalnnya tempat sampah, got, sungai dan
sebagainya
• Maka bayi tersebut mungkin adalah :
– Korban pembunuhan anak sendiri ( pasal 341,
342)
– Pembunuhan ( pasal 338, 339, 340, 343 )
– Lahir mati kemudian dibuang ( pasal 181 )
– Bayi yang ditelantarkan sampai mati ( pasal 308 )
• Pasal 181 : Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa
lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan
kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara
selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah

• Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang
tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan,
menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya
dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi
separuh.

• Pasal 305 : barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum


tujuh tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan
maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan

• Pasal 306 :
– (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan
– (2) Jika mengakibatkan kematian, pindana penjara paling lama 9 tahun
Lahir hidup / mati
• Kalau bayi lahir mati : ibu tidak dapat dikenai
tuntutan hanya penyembunyian / kematian
seseorang
Tenggelam
• Drowning  masuknya cairan cukup banyak dlm sal. nafas/paru
 sebab kematian: tenggelam
• Immersion  seluruh tubuh masuk ke dlm air  sebab kematian:
tenggelam, refleks vagal, spasme laring
• Tanda kontak lama tubuh dgn air:
 Tanda2 basah
 Kutis anserina (kulit berbintik menonjol sprt kulit angsa)
 Ujung jari berkeriput (washer women’s hand)
• Inhalasi air (drowning)  asfiksia bila jumlah air sedikit dan
hemodilusi / hemokonsentrasi bila jumlah banyak t’inhalasi 
pernafasan dipaksakan & sekresi bronkus b>> terjadi busa
halus berwarna putih atau kemerahan
Tenggelam
• Tenggelam di air tawar  air dlm jumlah besar msk ke alveoli &
diabsorpsi ke sirkulasi  hipervolemia & hemodilusi  kadar
elektrolit darah m↓, kecuali ion kalium yg diperoleh dr hemolisis
& keluarnya ion kalium dr sel otot2 jantung  gagal jantung akut
Hiponatremi  fibrilasi ventrikel  hemodilusi + hipoksia

• Tenggelam di air asin  air ke alveoli berkadar garam pekat 


melalui osmosa air dari dlm sirkulasi keluar ke alveoli  edema
paru fulminan & hemokonsentrasi  gejala: hipotensi,
hipovolemia, bradikardi
Tanda Reaksi Vital pada Kasus Tenggelam
1. Tanda asfiksia, pada pleura tdk tampak Tardieu’s spot
2. Cadaveric spasm
3. Ditemukan diatome dalam darah jantung kiri, ginjal atau sumsum
tulang panjang
4. Perdarahan di liang telinga tengah
5. Benda2 air (rumput, lumpur) dlm sal. cerna (proses menelan =
proses sadar) / sal. nafas (bernafas = proses tdk sadar)
6. Bercak paltouf di perm. paru krn pecahnya bbrp alveoli & kapiler
akibat desakan air dlm alveoli & pernafasan dipaksakan
7. Berat jenis berbeda antara darah di jantung kanan & kiri

* Tanda bhw org tsb masih hidup sewaktu masuk ke air; 3,6,7 sebab
kematian tenggelam
Kasus Tenggelam
• Luka ‘normal’ org tenggelam akibat gerakan2 tubuh dlm
menyelamatkan diri atau geseran2 tubuh dgn benda disekitarnya
post mortal : di belakang kepala, siku permukaan luar/belakang,
jari2 tangan, lutut & ujung2 kaki berupa luka2 lecet
• Bedakan dgn kasus pembunuhan penenggelaman  pola, letak,
jenis, intravitalitas
• Sebab kematian: pem. toksikologi & mikroskopik jaringan
• Cara kematian: ditentukan dgn pertimbangkan hasil2 pem.
jenasah, TKP, hasil investigasi lainnya
• Cari faktor2: pengaruh alkohol, obat2an, penyakit tertentu
(epilepsi), kelelahan
Pemeriksaan Luar:
• Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses suhu mayat
dalam hal ini kira-kira dua kali lebih cepat, dengan penurunan suhu
rata-rata 5F per jam dan biasanya suhu mayat akan sama dengan suhu
lingkungan dalam waktu sekitar 5-6 jam
• Lebam mayat berwarna merah terang seperti halnya pada kasus
keracunan gas CO, lebam terdapat di daerah kepala, leher dan bagian
depan dada
• Dari lubang dan mulut keluar busa halus berwarna putih, merupakan
tanda bahwa korban memang meninggal karena tenggelam atau
meninggal karena asfiksia pd umumnya
• Busa tersebut lama kelamaan akan berwarna kemerahan dan bila
dihilangkan busa tersebut akan keluar lagi khususnya bila dada korban
ditekan
• Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan
• Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam benda-
benda pasir, dahan atau rumput (cadaveric spasme)  petunjuk kuat
bahwa kematian korban karena tenggelam atau menunjukkan
intravitalitas
Pemeriksaan dalam/bedah mayat:
• Busa halus dan benda-benda yang terdapat di dalam air (pasir,
tumbuhan, dsb) akan dapat ditemukan dalam saluran
pernafasan/batang tenggorok dan cabang-cabangnya. Diatomae 
ganggang bersel satu dapat ditemukan dalam paru-paru dan organ
tubuh lainnya
• Pada tenggelam air tawar (fresh water drowning, paru-paru sangat
mengembang, pucat, berat dan bila ditekan akan mencekung, keadaan
mana dikenal dengan nama emphysema aquasum, teraba krepitasi dan
paru-paru tersebut akan tetap bentuknya bila dikeluarkan dari rongga
dada, dan pada pengirisan setiap potongan akan mempertahankan
bentuknya, pada pemijatan keluar sedikit busa dan sedikit cairan
• Pada tenggelam air asin (salt waterdrowning), paru-paru berat, penuh
berisi air, perabaan memberi kesan seperti meraba jelly dan bila
dikeluarkan dari rongga dada bentuknya tidak akan bertahan
sedangkan pada pengirisan tampak banyak cairan yang keluar
• Dalam lambung dan organ-organ dalam tubuh serta sumsung tulang
dapat ditemukan pula benda-benda asing yang berasal dr dalam air,
seperti lumpur, tumbuhan dan secara mikroskopis dapat dilihat adanya
ganggang
Hukum mengenai abortus
• Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau
menyuruh orang lain melakukannya (KUHP ps 346,
hukuman maksimun 4tahun)
• Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa
seizinnya (KUHP ps 347, hukuman maksimum 12 tahun; bila
wanita tersebut meninggal, hukuman maksimum 15 tahun)
• Seorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan
seizin wanita tersebut. (KUHP ps 348, hukuman maksimum
5 tahun 6 bulan; dan bila wanita tersebut meninggal,
maksimum 7 tahun)
• Dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan kejahatan di
atas (KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan
sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya)
Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah
• Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara
menggugurkan kandungan kepada anak di bawah
usia 17 tahun/di bawah umur (KUHP ps 283,
hukuman maksimum 9 bulan)
• Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi
obat kepada seorang wanita dengan memberi
harapan agar gugur kandungannya (KUHP ps 299,
hukuman maksimum 4 tahun)
• Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka
alat/cara menggugurkan kandungan (KUHP pasal
535) hukuman maksimum 3 bulan
Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah
UNDANG-UNDANG
• Pasal 75 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
– Setiap orang dilarang melakukan aborsi
– Dapat dikecualikan : indikasi kedaruratan medis yang
dideteksi sejak usia dini, yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin; menderita penyakit genetik berat; cacat
bawaan; kelainan yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi hidup di luar kandungan; akibat
perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
– Tindakan hanya dapat dilakukan setelah konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan → diakhiri dengan
konseling pasca tindakan
– Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi diatur dengan PP
Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah
UNDANG-UNDANG
• Pasal 76 UU No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan → aborsi hanya dapat dilakukan :
– Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung
dari HPHT, kecuali dalam keadaan darurat
– Oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan menteri
– Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
– Dengan izin suami (kecuali korban perkosaan)
– Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang ditetapkan Menteri
UNDANG-UNDANG
• Pasal 77 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
– Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan
dari aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Pasal 194 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
– Setiap orang yang sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan dalam pasal 75 ayat (2) → pidana
penjara paling lama 10 tahun, denda paling banyak 1 miliar
rupiah

Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Jakarta:


Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah
UU no 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
• Pasal 1
Tangga
• Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
• Pasal 2
• Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi :
– suami, isteri, dan anak;
• Pasal 26
• Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan
dalam rumah tangga kepada kepolisian baik di tempat
korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
• Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau
orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah
tangga kepada pihak kepolisian baik di tempat korban
berada maupun di tempat kejadian perkara.
• Pasal 27
• Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh, atau anak yang
bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KUHP
• Pasal 351
• Penganiayaan diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah,
• Pasal 356
• Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353,
354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:
– bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya,
bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya;
Hukum Pada Kasus KDRT
• Pasal 8 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga
• Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
meliputi:
• a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
• b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkungan rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu
• Pasal 46 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga
• Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling
banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)
• Pasal 47 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga
• Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya
melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp.
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
• Pasal 48 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga
• Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47
mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya
selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut,
gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak
berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana paling singkat 5 (lima) tahun
atau pidana paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikir Rp.
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
• Pasal 53 UU no 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga
• Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 yang dilakukan oleh
suami terhadap istri atau sebaliknya
merupakan delik aduan
Hukum Perlindungan Anak
• Pasal 1
• Dalam undang-undang ini yang dimaksud
dengan :
– Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
– Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau
ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah dan/atau ibu
angkat.
• Pasal 80 UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
– Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau
penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
– Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.
• Pasal 81 UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
• (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)
• (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain
• Pasal 82 UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak
• Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk anak untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah)
Hukum pembunuhan anak sendiri
• KUHP tentang pembunuhan anak sendiri mengatur hal-hal tersebut
sebagai berikut:
• Pasal 341 : Seorang ibu karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.

• Pasal 342 : Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

• Pasal 343 : Kejahatan yang diterangkan dalam pasai 34l dan 342
dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagi
pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
3 faktor penting
• Ibu
– Hanya ibu kandung yang dapat dihukum
– Tidak dipersoalkan apakah dia kawin atau tidak
– Orang lain yang melakukan atau turut membunuh
anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau
pembunuhan berencana dengan hukuman yang
lebih berat
– Pasal 388 tanpa rencana penjara 15 tahun
– Pasal 339 dan 340 dengan rencana penjara 20
tahun, seumur hidup/hukuman mati
• Waktu
– “Pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”
– Dianggap pada saat belum timbul rasa kasih
sayang seorang ibu terhadap anaknya

• Psikis
– Karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang telah melahirkan anak itu
– Biasanya anak dari hubungan yang tidak sah
• Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak
semestinya
• Misalnnya tempat sampah, got, sungai dan
sebagainya
• Maka bayi tersebut mungkin adalah :
– Korban pembunuhan anak sendiri ( pasal 341, 342)
– Pembunuhan ( pasal 338, 339, 340, 343 )
– Lahir mati kemudian dibuang ( pasal 181 )
– Bayi yang ditelantarkan sampai mati ( pasal 308 )
• Pasal 181 : Barang siapa mengubur, • Pasal 305 : barang siapa
menyembunyikan, membawa lari menempatkan anak yang umurnya
atau menghilangkan mayat dengan belum tujuh tahun untuk ditemukan
maksud menyembunyikan kematian atau meninggalkan anak itu dengan
atau kelahirannya, diancam dengan maksud untuk melepaskan diri
pidana penjara selama 9 bulan atau daripadanya, diancam dengan pidana
pidana denda paling banyak empat penjara paling lama 5 tahun 6 bulan
ribu lima ratus rupiah
• Pasal 306 :
• Pasal 308 : Jika seorang ibu karena – (1) Jika salah satu perbuatan
takut akan diketahui orang tentang berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
kelahiran anaknya, tidak lama mengakibatkan luka-luka berat, yang
sesudah melahirkan, menempatkan bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan
anaknya untuk ditemukan atau – (2) Jika mengakibatkan kematian,
meninggalkannya dengan maksud pindana penjara paling lama 9 tahun
untuk melepaskan diri dari padanya,
maka maksimum pidana tersebut
dalam pasal 305 dan 306 dikurangi • Pasal 307 : bila pelaku ayah/ibu :
separuh. ditambah sepertiganya

Anda mungkin juga menyukai