Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI

NILAI ETIKA
DALAM
MASYARAKAT
ACEH
KELOMPOK 3 :
annisa
annisa raudhatul wardhiah
hanan haflisyah
puja maiprillia
putri utami verenia
rahmatul ulya
rissa junita
1. Nilai Etika dan Estetika

A. ETIKA
Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani,yaitu “ethos” yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika
biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “mos” dan dalam
bentuk jamaknya “mores”, yang berarti juga adat kebiasaan
atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuataan yang
baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk.
B. Estetika
Menurut Supranto (2011), estetika mempelajari tentang hakikat
keindahan dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang
mengkaji tentang hakikat indah dan buruk. Estetika membantu
mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik dan
suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan mudah
dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan
kualitas dan pembentukan mode-mode yang estetis dan suatu
pengalaman ilmiah itu. Dalam banyak hal, satu atau lebih sifat
dasar sudah dengan sendirinya terkandung didalam suatu
pengetahuan apabila pengetahuan itu sudah lengkap
mengandung sifat dasar pembenaran, sistemik, dan
intersubjektif
Estetika mempunyai 3 sifat :

Universal
1

Komunikatif
2

Progresif
3
2. Nilai Etika dan Estetika dalam Masyarakat Aceh
A. Nilai Etika dalam Masyarakat Aceh
Bagi masyarakat Aceh yang menganut agama Islam, maka
agama,budaya dan etika merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan kesehariaannya. Semboyan “Adat
ngon hukom lagee zat ngen sifeuet merupakan cerminan
bahwa bagi masyarakat Aceh adat-budaya, termasuk didalamnya
dan hukum syariat Islam adalah satu, seperti zat dan sifat, tidak
dapat dipisahkan dan berlaku bolak-balik. Hal ini disebabkan
karena sesungguhnya budaya Aceh pada dasarnya berazaskan
hukum islam yang bersumber dari alquran dan hadist.
Secara umum, Nilai Etika Masyarakat Aceh sebagai berikut :
a. Menghargai orang lain.
b. Menghormati aturan hukum, Undang-Undang dan syariat
Islam.
c. Tenggang rasa dan penolong, tenang dan tidak lekas naik da
rah.
d. Tidak congkak, iri dengki dan sombong apalagi tinggi hati
e. Tidak egois, lebih suka mementingkan kebutuhan orang lain.
f. Setia, loyal dapat dipercayai oleh atasan,majikan atau
keluarganya.
g. Menjunjung tinggi budayanya.
h. Menghormati suku bangsa dan agama lainnya.
1. Budi Bahasa dalam Etika Budaya Aceh
Aceh kaya akan suku bangsa. Suku bangsa Aceh, Alas, Aneuk
Jamee, Gayo, Kluet, Simeulue, Singkil dan Tamiang adalah pilar-pilar
tangguh yang dapat menjaga kekayaan bahasa. Sebagai bangsa
yang berbudaya tinggi, tentu saja bahasa tidak cukup hanya untuk
Digunakan secara komunikatif. Akan tetapi, harus mempunyai nilai
Budi bahasa. Budi bahasa tidak hanya mencakup etika bertutur kata.

2. Nilai Etika pada Syair Aceh


aturan –aturan etika benar benar tidak dapat dipisahkan dari
Kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena etika dianggap
Sebagai tata cara yang mengatur kehidupan manusia. Tata cara
Tentang kahidupan manusia itu tidak jarang diungkapkan dalam
Bentuk karya sastra atau syair-syair. Melalui karya sastra atau syair-
Syair sebagian orang memanfaatkannya sebagai media pengajaran
Manusia agar bijaksana, memiliki aturan, pegangan, dan mengajarkan
Kitat bagaimana mengelola alam, mengelola diri, sehingga tidak
Melangkahi norma-norma dalam masyarakat.
B. Nilai Estetika dalam Masyarakat Aceh
1. Nilai Estetika pada syair
Setiap karya sastra/syair tentunya mempunyai nilai estetika
Yang sangat variative satu dengan yang lainnya.
2. Estetika dalam tari Gule
Tari Gule adalah salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyar
akat suku Gayo.
3. Estetika Rumoh Aceh
Indonesia begitu kaya. Tidak hanya bahasa, pakaian adat
dan tradisi setiap provinsi di Indonesia memiliki rumah adat
masing-masing.
4. Nilai Estetika Rencong
Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh
kemudian dikenal dengan sebutan “Tanah Rencong”.
3. Etika dalam Tari Guel
Tari Guel yang merupakan tarian yang telah turun menurun
ditarikan pada acara perkawinan masyarakat Gayo, baik yang
berada didaerah Tanoh Gayo maupun yang berdomisili diluar
Tanoh Gayo. Selain tari Guel mereka juga mengenakan pakaian
yang bermotifkan kerawang Gayo, itu semua bukti kecintaan
mereka terhadap budaya mereka. Tari Gel membahas tentang
etika gerak tari Guel, busana tari Guel, dan syair di dalam
nyanyian pengiring tari Guel. Etika kesopanan dalam menerima
tamu debgan baik ada dengan adanya tarian ini.
5. Estetika Pacuan Kuda, Gayo
Pacuan kuda di Takengon ini sudah sejak jaman kolonial Belanda dis
elenggarakan tapi setelah panen hasil panen hasil pertanian menurut se
jarahnya dan anehnya jokinya disebut joki cilik umumnya masi duduk di
bangku SMP dan saat menunggang kuda tersebut tanpa dikenakan
pelana dan kuda-kuda ini adalah hasil persilangan kuda Australia dan
kuda Gayo yang kecil-kecil yaitu bantuan dari pemerintahan setempat,
Sekarang kuda-kuda Gayo tersebut sudah mulai tinggi-tinggi.

6. Estetika Ornamen Rumoh Aceh Lubuk Sukon Kec. Ingin Jaya


Kab. Aceh Besar
Sebagaimana diketahui bahwa proses pembuatan ornament pada
Rumoh Aceh tidak hanya berangkat dari ruang kosong belaka. Kalau sel
ama ini banyak yang beranggapa bahwa ornament rumoh Aceh
Hanyalah merupakan sebagai hiasan ukiran diatas kayu semata. Tanpa
memiliki makna apapun atau makna khusus.
C. Nilai Etika dan Estetika dalam Kebudayaan
Tangibel “Benda”

Kebudayaan tangibel adalah kebudayaan berupa materi, obyek


Subtansi yang tampak nyata yang dapat disentuh dan dirasakan,
ada wujud subtansi benda material. Semua benda material
budaya termasuk dalam kategori ini.

Kekuatan obyek tangiabel dalam interaksi sosial-masyarakat


Ian ada 3 hal penting, yaitu :
a. Benda digunakan sebagai tanda-tanda nilai,
b. Benda digunakan sebagai tanda identitas,
c. Benda sebagai pembungkus jaringan budaya dan kekuasaan
politik
D. Nilai Etika dan Estetika dalam Kebudayaan
Intangibel “Tak Benda”
A. Pengertian
Kebudayaan Intangibel berarti kebudayaan yang bukan
Berujud material, tak dapat diraba secara fisik termasuk
Didalamnya sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung
Dalam sistem tersebut.

B. Kebudayaan Intangible
Kebudayaan dianggap, dipandang dari sisi lebih abstrak
karena berupa sistem, sistem tanda, sistem pengetahuan, seni
dalam aspek intelektualnya, kepercayaan, tata perilaku hidup,
cara pandang, cara berpikir semua ini masuk ranah cakupan
budaya intangible karena bukan merupakan materi yang tampak
secara kasat mata dan mudah disentuh secara fisik.
Contoh Intangible :
1. Tari Ratoeh Jaroe
Berasal dari perkataan Aceh yaitu “Ratoeh” yang artinya
berkata atau berbicara dan “Jaroe yang artinya tangan dan jari
tangan.

a. Nilai Etika dalam Tari Ratoeh Jaroe


Dapat dilihat dari gerak, busana, dan syair, mempunyai atura
n-aturan sesuai dengan norma dan hukum dalam syariat
Islam. Tari Ratoeh Jaroe memiliki 33 gerakan.

b. Estetika dalam Ratoeh Jaroe


Dapat kita lihat dari gerak, busana, musik, dan syair. Semua
nya mempunyai nilai keindahan sesuai dengan ajaran Islam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai