Anda di halaman 1dari 20

*

Atresia ani disebut juga anorektal anomali atau


imperforata anus. Merupakan kelainan kongenital dimana
terjadi perkembangan abnormal pada anorektal di saluran
gastrointestinal.
Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi
congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang ke luar
(Wong,2004).
Atresia ani / Atresia rekti adalah ketiadaan atau
tertutupnya rectal secara kongenital (Dorland, 1998).
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal
sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya
(Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 :
2003).

*
* Penyebab kelainan ini belum diketahui secara pasti.
Dalam beberapa kasus, atresia ani kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan
(seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol
selama masa kehamilan) namun hal ini masih belum jelas
(Bobak, 2005).
* Kelainan genetik atau bawaan (autosomal) anus
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada
minggu kelima sampai ketujuh pada usia kehamilan,
terjadi gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan
sinus urogenital, biasanya karena gangguan
perkembangan septum urogenital.

*
* Pada usia gestasi minggu ke-5, kloaka berkembang menjadi saluran
urinari, genital dan rektum. Usia gestasi minggu ke-6, septum
urorektal membagi kloaka menjadi sinus urogenital anterior dan
intestinal posterior. Usia gestasi minggu ke-7, terjadi pemisahan
segmen rektal dan urinari secara sempurna. Pada usia gestasi minggu
ke-9, bagian urogenital sudah mempunyai lubang eksterna dan bagian
anus tertutup oleh membrane. Atresia ani muncul ketika terdapat
gangguan pada proses tersebut.
* Selama pergerakan usus, mekonium melewati usus besar ke rektum
dan kemudian menuju anus. Persarafan di anal kanal membantu
sensasi keinginan untuk buang air besar (BAB) dan juga menstimulasi
aktivitas otot. Otot tersebut membantu mengontrol pengeluaran
feses saat buang air. Pada bayi dengan malformasi anorektal (atresia
ani) terjadi beberapa kondisi abnormal sebagai berikut: lubang anus
sempit atau salah letak di depan tempat semestinya, terdapat
membrane pada saat pembukaan anal, rectum tidak terhubung
dengan anus, rectum terhubung dengan saluran kemih atau sistem
reproduksi melalui fistula, dan tidak terdapat pembukaan anus.

*
1. Kolostomi
Bayi laki-laki maupun perempuan yang didiagnosa mengalami
malformasi anorektal (atresia ani) tanpa fistula membutuhkan satu
atau beberapa kali operasi untuk memperbaikinya. Kolostomi adalah
bentuk operasi yang pertama dan biasa dilakukan. Kolostomi
dilakukan untuk anomaly jenis kelainan tinggi (High Anomaly),
rektovaginal fistula, rektovestibular fistula, rektouretral fistula,
atresia rektum, dan jika hasil jarak udara di ujung distal rektum ke
tanda timah atau logam di perineum pada radiologi invertogram > 1
cm. Tempat yang dianjurkan ada 2 : transverso kolostomi dan
sigmoidostomi. Bentuk kolostomi yang aman adalah stoma laras
ganda. Kolostomi merupakan perlindungan sementara (4-8 minggu)
sebelum dilakukan pembedahan. Pemasangan kolostomi dilanjutkan
6-8 minggu setelah anoplasty atau bedah laparoskopi. Kolostomi
ditutup 2-3 bulan setelah dilatasi rektal/anal postoperatif anoplasty.
Kolostomi dilakukan pada periode perinatal dan diperbaiki pada usia
12-15 bulan

*
2. Dilatasi Anal (secara digital atau manual)
Dilatasi anal dilakukan pertama oleh dokter, kemudian
dilanjutkan oleh perawat. Setelah itu prosedur ini diajarkan
kepada orang tua kemudian dilakukan mandiri. Klien dengan
anal stenosis, dilatasi anal dilakukan 3x sehari selama 10-14
hari. Dilatasi anal dilakukan dengan posisi lutut fleksi dekat ke
dada. Dilator anal dioleskan cairan/minyak pelumas dan
dimasukkan 3-4 cm ke dalam rektal. Pada perawatan
postoperatif anoplasty, dilatasi anal dilakukan beberapa minggu
(umumnya 1-2 minggu) setelah pembedahan. Dilatasi anal
dilakukan dua kali sehari selama 30 detik setiap hari dengan
menggunakan Hegar Dilator. Ukuran dilator harus diganti setiap
minggu ke ukuran yang lebih besar. Ketika seluruh ukuran dilator
dapat dicapai, kolostomi dapat ditutup, namun dilatasi tetap
dilanjutkan dengan mengurangi frekuensi.

*
3. Anoplasty
Anoplasty dilakukan selama periode neonatal jika
bayi cukup umur dan tanpa kerusakan lain. Operasi
ditunda paling lama sampai usia 3 bulan jika tidak
mengalami konstipasi. Anoplasty digunakan untuk
kelainan rektoperineal fistula, rektovaginal fistula,
rektovestibular fistula, rektouretral fistula, atresia
rektum.
4. Bedah Laparoskopik/Bedah Terbuka Tradisional
Pembedahan ini dilakukan dengan menarik rectum
ke pembukaan anus.

*
1. Toilet Training
Toilet training dimulai pada usia 2-3 tahun.
Menggunakan strategi yang sama dengan anak
normal,misalnya pemilihan tempat duduk berlubang
untuk eliminasi dan atau penggunaan toilet. Tempat
duduk berlubang untuk eliminasi yang tidak ditopang
oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman.
Menjejakkan kaki le lantai juga memfasilitasi defekasi
(Stark, 1994 dalam Hockenberry,2009).
2. Bowel Management
Meliputi enema/irigasi kolon satu kali sehari untuk
membersihkan kolon.

*
3. Diet Konstipasi
Makanan disediakan hangat atau pada suhu ruangan,
jangan terlalu panas/dingin. Sayuran dimasak dengan
benar. Menghindari buah-buahan dan sayuran mentah.
Menghindari makanan yang memproduksi
gas/menyebabkan kram, seperti minuman karbonat,
permen karet, buncis, kol, makanan pedas, pemakaian
sedotan.
4. Diet Laksatif/Tinggi Serat
Diet laksatif/tinggi serat antara lain dengan
mengkonsumsi makanan seperti ASI, buah-buahan,
sayuran, jus apel dan apricot, buah kering, makanan
tinggi lemak, coklat, dan kafein.

*
Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi pada klien
atresia ani adalah asidosis hiperkloremi, infeksi saluran
kemih yang berkepanjangan, dan kerusakan uretra.
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi antara lain
eversi mukosa anal, stenosis, infaksi dan kostipasi,
masalah toilet training, prolaps mukosa anorectal, dan
fistula kambuhan. Komplikasi lainnya antara lain
obstruksi intestinal dan inkontinensia bowel.

*
Pada tanggal 25 november 2019 jam 11:35 WIB
telah lahir bayi Ny.M di BPM. BB 2900 gram, RR :
45 x/menit, Nadi : 125 x/menit, Suhu : 36,5 C
Jenis kelamin laki-laki menangis kuat. Ketika
akan di lakukan pemeriksaan fisik khusus di
temukan bahwa bayi tidak memiliki anus.

*
IDENTITAS BAYI IDENTITAS ORANG TUA
Nama : By Ny.M Nama Ayah /ibu : Ny.M / Tn.T
Umur : 2 jam Umur : 25 tahun / 27 tahun
Jenis kelamin : laki-laki Suku : jawa
Agama : islam
Tanggal lahir : 25 november
2019 Pendidikan : SMA
Anak ke : 1 Pekerjaan : IRT / SWASTA
Alamat : kutorejo mojokerto

*
1. Pemeriksaan fisik
KU : Baik
Kesadaran umum : composmentis
Pemeriksaan TTV :
N : 125x/menit
S : 36,5 oC
RR : 45x/menit
BB : 2900 gram
PB : 45 cm
2. Pemeriksaan fisik khusus
kulit : bersih, tidak ada verniks caseosa, turgor kulit normal, ada
rambut lanugo
kepala : penyebaran rambut merata, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada odema, tidak ada kelainan bentuk kepala, tidak
ada mollage
Mata : besih, konjungtiva merah muda, sklera putih porselen, tidak
odem, tidak strabismus
Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung
Mulut : bersih, bibir lembab, lidah bersih
Telinga : bersih, tidak serumen/purulen
Leher : bersih,tidak terdapat pemebesaran kelenjar thyroid, tidak
terdapat bendungan vena jugularis, bullneck
Dada : bersih, tidak ada penarikan intercosate yang berlebihan, tidak
ada bunyi whezing/ ronchi
Abdomen : bersihh/ tidak terdapat benjolan abnormal
Genetalia eksterna : bersih, testis sudah turun
Anus : tidak terdapat lubang anus
Ekstremitas atas/bawah : bersih, tidak ada sindaktil dan polidaktil
3. Pemeriksaan reflek
 Eyeblink reflek : bayi dapat mengedipkan mata
 Konjungtiva mandibularis : bayi dapat mengerutkan keningnya
 Glabella reflek : bayi dapat mengerutkan keningnya
 Breathing reflek : bayi bernafas dengan normal
 Rooting reflek : bayi dapat mencari putting susu ibu
 Sucking reflek : bayi dapat menghisap putting susu ibu
 Swallowing reflek : bayi dapat menelan asi
 Tonic neck reflek : bayi dapat mengembalikan posisi kepala
kearah semula
 Palmar reflek : bayi dapat menggenggam dengan baik
 Gland reflek : bayi mengangkat kakinya ketika disentuh pada
lipatan paha
 Babinski reflek : bayin dapat m,engerutkan jari kakinya ketika
diusap telapaknya
LANJUTAN…
 Moro reflek : bayi merespon ketika dikagetkan
 Yawning reflek : bayi dapat menangis kuat
4. Pemeriksaan antropometri
 Cirkum ferensia :
1. Fronto oksipitalis 34 cm
2. Mento oksiptalis 35 cm
3. Sub oksipito bregmatika 32 cm
 Diameter
1. Oksipito frontalis 12cm
2. Mento oksipito 13,5m
3. Sub oksipito bragmatika 9,5cm
4. Bipareatalis 9,25cm
5. Bitemporalis 8cm
 lingkar dada 28cm
 Lingkar lengan atas 12cm
* Bayi baru lahir usia 2 jam, jenis kelamin Laki-
laki, KU baik, dengan atresia ani

*
1. Membina hubungan kekeluargaan saling percaya dengan klien
evaluasi : keluarga pasien percaya kepada petugas kesehatan untuk
menangani permaslahan bayinya
2. Menjelaskan kepada keluarga pasien akan kondisi anaknya
sekarang
Evaluasi : keluarga mengerti dan menerima serta paham akan keadaan
dan kondisi anaknya sekarang
3. memberikan dukungan emosional (emotinal support) dan
keyakinan kepada ibu bayi
Evaluasi : ibu dan keluarga menerima dengan sepenuh hati kondisi
anaknya
4. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga pasien
Evaluasi : ibu dan keluarga bayi meneima dan paham akan tindakan yang
akan diberikan

*
5. Melakukan pemeriksaan lubang anus
Evaluasi : pada daerah anus bayi tidak terdapat lubang anus
6. Menjaga bayi agar tetap hangat dan keringkan bayi
dengan seksama, pasang bedong bayi dengan
selimut atau kain bersih dan kering, serta selimuti
kepala bayi dengan kain ataupun topi
Evaluasi : bayi terbungkus dengan kain besih dan kering
7. melakukan pesiapan untuk rujukan menuju rumah
sakit yang menyediakan pelayanan pengoprasian
atresia ani
Evaluasi : bayi akan dirujuk jam 13:45 WIB

Anda mungkin juga menyukai