Anda di halaman 1dari 22

Penetrating Bladder

Trauma: A High Risk


Factor For Associated
Rectal Injury
OLEH
SARSI SUTOMO PANGARIBUAN

DOKTER PEMBIMBING
dr. M. AFDOL MARTIAS Sp.B
PENDAHULUAN
Trauma tembus mengimplikasikan bahwa luka senjat
a api atau luka tusuk dapat menembus hingga ke dal
am cavum abdomen, luka senjata api dengan daya t
embak yang tinggi dapat meningkatkan risiko cedera
didalam rongga intraperitoneal yang membuat progn
osis semakin buruk, keduanya, pada luka senjata api
baik peluru maupun alur masuknya sangat sulit untu
k diprediksi, apabila peluru mencapai hingga fragme
n tulang dapat menyebabkan terjadinya tingkat cede
ra yang lebih parah lagi.
Namun, dalam setiap kejadian trauma kita tetap harus cu
riga dan waspada akan adanya bahaya yang timbulkan o
leh adanya occult trauma.
- Trauma tembus di kandung kemih dapat disebabkan ol
eh karena adanya trauma di abdomen, paha, bokong, se
bagai akibat trauma pada daerah rectum.
- Beberapa kasus dengan luka tembus pada trauma di d
aerah rectum haruslah dilakukan penilaian yang ketat unt
uk menghindari komplikasi berat yang dapat terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk melapork
an setiap pengalaman penulis dengan k
asus-kasus trauma kandung kemih/rekt
um selama lebih kurang 22 tahun, dan
agar kita lebih lagi untuk lebih berhati-
hati dalam penanganan kasus-kasus tra
uma dan juga waspada dalam melakuka
n penanganan untuk kasus luka tembus
Anatomi Tractus Urinarius Pada Pria dan Wanita
ANATOMI COLON DAN RECTUM
Trauma Tembus Pada
TraumaAbdomen
Tembus Bladder Trauma Pada Rectum
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelit


ian analitik dengan menggunakan data seb
anyak 2,693 dengan tindakan laparatomi d
an penelitian ini telah disetujui oleh badan
komite trauma pusat. Pada bagian trauma
menggunakan desain penelitian retrospekti
f yang dimana mengambil data mulai dari j
anuari 1990 hingga desember 2012 dari ba
gian bedah trauma dan universitas terkait y
ang kebanyakan data merupakan trauma b
esar dan non-traumatik dengan populasi p
enduduk sebesar 2.7 juta jiwa.
Variabel pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, m
ekanisme terjadinya luka tembus (luka akibat senjata api
dan luka tembus), tekanan darah sistolik, American Associ
ation From the Surgery of Trauma Organ Injury Sealing (A
AST-OIS) (3), cedera organ-organ lainnya (misalnya terdap
at cedera pada ileum/jejunum, ataupun pada pembuluh d
arah iliaca), skor keparahan cedera (ISS), komplikasi yang
terjadi pada sistem perkemihan dan non-perkemihan dan
lamanya hari rawatan juga di analisis, skor keparahan ced
era adalah suatu penilaian yang berfungsi untuk menilai f
ungsi dari anatomi, skor ini memiliki nilai dari 0 hingga 7
5, yang mana ini berfungsi untuk menilai pasien-pasien d
engan kasus multipel trauma dengan skor mulai dari 10 s
ampai 25 menunjukkan adanya cedera pada organ anato
mi yang lebih berat.
Trauma pada kandung kemih diasumsikan t
erjadi oleh karena adanya mekanisme trau
ma didaerah kandung kemih yang jelas terj
adi dengan gejala khas hematuria, ini serin
g dapat diagnose dengan menggunakan re
trograde plain film cystography, dan denga
n menggunakan computed comography (C
T) cystography pada kasus-kasus dengan k
eadaan hemodinamik pasien yang stabil da
n terdapatnya rasa nyeri pada keadaan acu
te abdomen dan juga pemeriksaan ini dilak
ukan pada saat sulitnya menentukan diagn
osa.
Penatalaksanaan trauma di kandung kemih, bertuju
an untuk menentukan lokasi dan luasnya cedera ya
ng diidentifikasi selama persiapan preoperative. Sec
ara singkat, dapat dikatakan bahwa rupture intraperi
toneal haruslah dilakukan tindakan pembedahan. Tr
auma di ekstraperitoneal banyak menyebabkan mas
alah pada kandung kemih dan dapat ditatalaksana
dengan tindakan non-operatif menggunakan draina
se catheter, antibiotic profilaksis, dan cystogram sela
ma 14 hari.
Pasien-pasien dengan rupture ekstraperitoneal may
or diindikasikan untuk dilakukan bedah laparatomi
dibandingkan dengan kasus terjadinya cedera pada
daerah tractus urinarius lainnya dengan cara dilakuk
annya pembukaan secara local, menghindari adanya
kesalahan dari kejadian hematom pelvic. Trauma int
raperitoneal rectum ditatalaksana dengan penjahita
n primer, colostomy, dan drainase pada cavitas abd
omen, atau pada kasus dengan cedera traumatik ya
ng berat, maka dilakukan tindakan Hartmann Proce
dure, luka ekstraperitoneal di rectum ditatalaksana
dengan atau tanpa penjahitan primer. Penutupan o
mentum dilakukan diantara trauma rectum dan blad
der.
HASIL
- Dari keseluruhan total data 2,693 laparatomi akibat trauma, dit
emukan cedera pada kandung kemih 113, menunjukkan 4.1% (1
13/2.693). Luka tembus pada kandung kemih yang luas dengan f
rekuensi 51.3% (n=58), ketika traumanya hihubungkan akibat tra
uma tumpul. Disini didapatkan, 41.3% (n=24) menunjukkan cede
ra pada rectum, laki-laki menunjukkan persentase 95.8% dari se
mua kasus cedera baik pada kandung kemih atau rektum, denga
n usi rata-rata didapatkan sekitar 29.8 tahun.

- Luka tembus merupakan penyebab tersering untuk terjadinya c


edera pada kandung kemih dan rektum (79.1%), diikuti oleh kare
na adanya luka yang disebabkan kecelakaan (20.9%). Berdasarka
n tanda dan gekala klinis yang ada, paling banyak pasien yang
dibawa ke unit gawat darurat dalam keadaan kesadaran compos
mentis (91.6% dengan Glasgow Coma Score 14-15), keadaan he
modinamik yang stabil (tekanan darah sistolik rata-rata 119.5 m
mHg), ditandai dengan gross hematuria (95.8%)
Rata-rata pasien dirawat sekitar 10 hari di r
umah sakit. Terdapat sekitar 20% komplikas
i dari semua operasi, namun tidak ada pasi
en yang meninggal. Komplikasi pada siste
m non-urinaria (sistemik/rectum) menunjuk
kan angka sekitar 12%, terdapat pneumoni
a nasokomial, renal insufisiensi, koagulopati
, sepsis, abses intra-abdomen, dan thromb
oemboli. Komplikasi pada tractus urinarius
meliputi adanya infeksi saluran kemih pada
7 orang pasien (6.2%) dan adanya fistula ur
inaria pada 2 orang pasien (1.8%).
DISKUSI

Penelitian ini bertujuan untuk membahas masalah-


masalah yang terdapat pada rektum dan trauma te
mbus pada kandung kemih. Tidak dilakukannya pen
anganan pada kasus trauma dari rektum harus sege
ra diperhatikan, evaluasi harus dilakukan pada kom
plikasi yang berat seperti sepsis, karena akan menin
gkatkan morbiditas dari cedera traumatic yang diti
mbulkan, berdasarkan cakupan yang ada setiap kec
urigaan harus disingkirkan untuk mengatasi masala
h pada trauma yang tidak terlihat dan perawatan ha
rus dilakukan sesegera mungkin, tanda khas trauma
tusuk pada abdomen bagian bawah, paha, atau peri
neum sangat memungkinkan untuk terjadinya ceder
a pada kandung kemih.
pada pemeriksaan colok dubur tanpa ditemukannya
darah mengindikasikan untuk dilakukannya tindaka
n protoscopy dan tindakan bedah eksplorasi pada r
ectum, pemeriksaan fisik tidaklah terlalu sensitive da
n hanya 25% pada pasien dengan cedera rectum ya
ng menunjukkan adanya perdarahan dari anus atau
terdapatnya darah pada saat tindakan colok dubur.
Pasien-Pasien dengan hemodinamik yang stabil, da
n saat terdapatnya keraguan pada masalah didalam
cavum abdomen, CT-Scan haruslah dilakukan untuk
mencari masalah yang ada, ini dapat menentukan al
ur lintasan dari inspeksi luar pada bagian cavum int
raperitoneal yang bermasalah (11, 12), tindakan pe
mbedahan wajib dilakukan untuk melihat adanya tr
auma tembus pada abdomen terutama pada bagian
visceral abdomen. Laparaskopi dapat menjadi suatu
alternative untuk prosedur tindakan diagnostik dala
m menilai tanda-tanda perforasi yang tidak terlihat
dalam pemeriksaan fisik pada trauma intraabdomen
Sesuai dengan perkiraan kami, luka tembak pada tractus
urinarius bagian bawah yang diidentifikasi sebanyak 50%
pasien dari laporan American Single Center, menjadi 84%
cedera kandung kemih (42 dari 50), dengan umur rata-rat
a 25 tahun dan 94% merupakan pria; bagaimanapun, ini t
ermasuk dalam trauma rektum sekitar 34% (17 dari 50) d
an yang terbesar dari trauma yang terjadi pada kandung
kemih. Di beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahw
a trauma rektum sekitar 41.3% (24 pasien) dan dengan ka
sus yang terbanyak yaitu cedera pada intraperitoneum (6
6.6%).
Berdasarkan sumber literatur yang ada, fistula urinar
ia ditemukan sebanyak 2 kasus (1.8%) pasien dalam
penelitian ini, diambil dari Crisper, dkk. (20), tanpa fi
stula 8% dan urinoma 8%, dan Franko dkk (21). Dila
porkan adanya fistula retrovesica sekitar 24% dan a
bses 18%.
KESIMPULAN

Trauma tembus pada kandung kemih memi


liki angka tertinggi pada trauma rectum (4
1.3%), harus dipahami bahwa setiap kecuri
gaan pada masalah-masalah occult traum
a harus ditangani untuk menghindari masal
ah yang akan terjadi. . Pemeriksaan dengan
colok dubur menunjukkan angka senstifitas
25% dan pemeriksaan colok dubur dengan
tidak ditemukannnya darah dapat diindikas
ikan untuk dilakukan protoskopi dan tindak
an bedah untuk mengeskplorasi bagian rek
tum.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai