Anda di halaman 1dari 33

HOSPITALISASI

OLEH
HJ.SITTI AMINAH
Pengertian Hospitalisasi

• Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena


suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah.
• Reaksi anak terhadap hospitalisasi di pengaruhi
oleh perkembangan usia, pengalaman
sebelumnya di rawat, system dukungan tersedia,
keterampilan coping
Reaksi Anak Terhadap Stres Menurut
Perkembangan
1. Infant (bayi)
a. Cemas akibat perpisahan
• Sebelum mengenal orang tua reaksi bayi
terhadap perawatan di rumah sakit adalah
sakit, immobilisasi, perubahan aktivitas
perawatan.
• Mulai mengenal orang tua (usia 4-6 bulan) bayi
mulai protes terhadap perpisahan dengan orang
tuanya
b. Perlukaan dan rasa sakit
• Sesuai dengan usianya, indikasi bila bayi
merasakan sakit adalah menangis, pergerakan
seluruh badan, tidak mau bekerja sama, menolak
bila ada orang lain mendekati.
2. Toddler
Respon terhadap stres pada umumnya melakukan
pertahanan fisik, agresif, negativisme, regresi
a. Cemas akibat perpisahan
• Fase protes : Anak menangis kuat-kuat, menjerit,
memanggil orang tua, menolak perhatian orang
lain.
• Fase putus asa : Tangis anak mulai berkurang,
tidak aktif lagi, tidak senang makan/bermain,
menarik diri dari orang lain, anak terlihat sedih,
apatis dan menyendiri.
• Fase menerima : Anak terlihat samar-samar
menerima perpisahan, menjadi lebih perhatian
terhadap sesuatu di sekelilingnya, bermain
dengan orang lain dan membina hubungan
dangkal dengan orang lain
b. Kehilangan kontrol
Terjadi karena persepsi yang salah terhadap
pengobatan dan kegiatan rumah sakit setiap
pembatasan yang dilakukan akan mengancam
rasa aman. terganggu aktivitas rutin kehilangan
mengakibatkan kehilangan kontrol.
c. Takut akibat perlukaan dan sakit
Perasaan takut akan perlukaan dan sakit pada
tubuh merupakan kejadian tersering. Data yang
diperlukan adalah keadaan sewaktu lahir, reaksi
terhadap rangsang sakit, pengalaman sakit
sebelumnya, reaksi anak terhadap rasa sakit pada
tiap perkembangannya.
3. Pra sekolah
a. Perpisahaan
b. Kehilangan control
c. Takut terhadap perlukaan dan sakit
• Agresif /pertahanan fisik : Mendorong orang
keluar, menyembunyikan alat,
bersembunyi/mengunci diri.
• Ekspresi verbal : “keluar dari sini” “saya benci
kamu”
• Regresi : Merangkul orang tua, menolak
bermain dengan anak lain, menolak untuk
ditinggal sendiri, ingin selalu di gendong
4. Usia sekolah
a. Perpisahan
Dapat menerima adanya perpisahan, tapi stress
meningkat karena kebutuhan keamanan dan bimbingan
dari orang tua. Reaksi perpisahan terjadi akibat:
berpisah dari aktivitas sehari-hari dan teman
sebayanya.
b. Kehilangan Kontrol
Karena anak berusaha independen dan produktif,
sehingga anak akan merasa kehilangan kontrol akibat
adanya penurunan kekuatan, lingkungan rumah sakit
dan penyakit dapat juga menyebabkan kehilangan
kontrol.
c. Perlukaan dan rasa sakit
Anak mulai memperhatikan kemungkinan untung rugi
efek suatu prodesur, rasa ingin tahu anak melalui
prodesur apakah menyakitkan atau tidak, apa
manfatnya bagaimana cara mengatasinya agar tidak
sakit, rasa sakit yang timbul seperti apa..
5. Usia remaja
a. Perpisahan dengan orang tua atau rumah mungkin
dapat diterima. kehilangan kontak dengan teman
sebaya mengancam emosi karena kehilangn status
dalam keluarga, ketidakmampuan mengontrol
keluarga, kehilangan rasa diterima oleh kelompok.
b. Kehilangan kontrol
Akan terjadi karena ada sesuatu yang mengancam
identitas mereka. reaksi yang terjadi menolak,
tidak kooperatif menarik diri.
c. Perlukaan dan rasa sakit
Setiap perubahan yang membedakannya dengan
teman sebayanya akan membuat tragedy bagi
remaja, cepat mengalami perubahan body image.
Tingkah Laku Post Hospitalisasi Pada Anak
1. Young Children
Pada tahap awal menjauhkan diri pada orang tua.
Kertergantungan cenderung lengket pada orang
tua, menuntut perhatian dari orang tua, sangat
takut akan perpisahan.
Tingkah laku negatif seperti ketakutan, sulit tidur,
menarik diri, pemalu, regresi, hiperaktif,
temperamental, rewel terhadap makan, senang
terhadap selimut dan boneka.
2. Older children
Tingkah laku negatif seperti emosi dingin sangat
tergantung orang tua, marah terhadap orang atau
cemburu terhadap orang lain (sibling).
Reaksi Orang Tua
Reaksi orang tua terhadap anak sakit tergantung pada
beberapa faktor yakni penyakit yang serius pada anak,
pengalaman masa lalu tentang sakit dan di rawat, prosedur
medis, kemampuan coping, ego, stres tambahan dalam
keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, pola komunikasi di
antara anggota keluarga.
Respon orang tua terhadap anak yang sakit:
• Takut dan cemas dapat disebabkan oleh karena penyakit
anaknya serius, prosedur pengobatan yang
menimbulkan rasa sakit.
• Frustrasi dapat disebabkan oleh kurangnya informasi,
tidak biasa dengan peraturan rumah sakit, sikap kurang
bersahabat dengan dokter dan staf, takut akan
pertanyaan-pernyataan, menjawabnya.
• Marah dan merasa bersalah.
Reaksi Saudara Kandung
Reaksi saudara kandung yang dapat terjadi antara
lain marah, penolakan, cemburu rasa bersalah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
karena takut ketularan penyakit, usia masih
mudah, hubungan yang dekat/akrab, penjelasan
yang kurang tentang penyakit, perubahan sikap
orang tua.
Peran Perawat Untuk Mengurangi Reaksi
Hospitalisasi
Tindakan keperawatan harus berfokus pada
menghilangkan atau meminimalkan stressor akibat
perpisahan, kehilangan kontrol, injury/trauma fisik
dan rasa sakit, membantu suksesnya coping, memberi
dukungan khusus untuk anggota keluarga.
1. Mencegah mengurangi cemas akibat perpisahan
Untuk mencegah perpisahan di butuhkan fasilitas
rawat gabung, sikap perawat terhadap orang tua
sehingga perawat dapat menciptakan lingkungan
agar orang tua dapat menemani anaknya.
2. Mengurangi kehilangan kontrol Kehilangan kontrol
dapat disebabkan:
• Pembatasan fisik
Libatkan orang tua mengurangi pembatasan fisik, atur
lingkungan agar anak tidak bosan.
• Terganggunya aktivitas rutin
Usaha rencana keperawatan sesuai dengan aktivitas
rumah sediakan perlengkapan untuk memanaskan
makanan dan menyimpan makanan, libatkan orang
tua dalam pembuatan rencana keperawatan.
3. Mengurangi takut akibat perlukaan dan sakit
Umumnya anak takut akan perlakuan dan sakit, baik
takut begerak, perubahan gambaran diri,
ketidakmampuan, kematian. Tindakan untuk
mengurangi rasa takut:
• Meyiapkan anak sebelum melakukan prosedur
yang menyakitkan
• Pengkajian nyeri, melalui QUEST :
• Q – Question the child ; U – Using rating scale ; E
– Evaluation berhaivor and physhologic ; S –
Secure parent invlepment ; T – Take cause the pain
into account T- Take action and evaluation the
result.
Peran Perawat Dalam Membantu
Perkembangan Anak
1. Meningkatkan hubungan orang tua-anak
Orang tua lebih menyadari kebutuhan anak,
memberi kesempatan pada orang tua untuk
mempelajari lebih banyak pertumbuhan dan
perkembangan, support orang tua terhadap
anak lebih baik.
2. Kesempatan memberi pendidikan
Anak belajar tentang penyakit, orang tua belajar
tentang kebutuhan anak untuk mandiri,
menemukan support system baru.
3. Meningkatkan penguasaan diri
Perawatan di rumah sakit memberi kesempatan
untuk pengambilan keputusan dan mandiri anak
belajar tentang pengalaman di rumah sakit dapat
mengatasi krisis.
4. Memungkinkan sosialisasi dengan lingkungan
baru
Anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan
baru, orang tua dapat bersosialisasi dengan
orang tua lain dan saling bertukar pengalaman.
Mempersiapkan Anak Yang Akan Dilakuan
Prosedur Diagnostik
1. Prinsip persiapan
a. Persiapan mental
• Menentukan dengan detail bentuk prosedur
yang akan dilakukan.
• Komunikasi dengan anak dan orang tua untuk
menentukan tingkat pengetahuan.
• Rencanakan pengajaran yang di sesuaikan
dengan perkembangan dan pengetahuan
anak.
• Libatkan orang tua dalam pengajaran dengan
tujuan orang tua dapat kerja sama dalam
pelaksanaan prosedur, karena jika orang tua
tidak berpartisipasi akan menyebabkan anak
merasa cemas
Sebelum melakukan Penting untuk pertimbangan situasi :
• Gunakanlah alat bantu yang konkrit/nyata, jangan abstrak
untuk menerangkan prosedur misalnya dengan
menggunakan gambar.
• Beritahukan bagian tubuh yang mana akan dilakukan
prosedur.
• Gunakanlah kata-kata yang dapat dimengerti anak
misalnya anastesi adalah tidur yang special.
• Izinkanlah anak untuk melakukan beberapa prosedur yang
melibatkan dirinya misalnya Tarik napas dalam.
Terangkan pada anak jika karena sesuatu prosedur ada
bagian tubuh yang berhubungan, misalnya setelah
dilakukan tonsilektomi akan terjadi perubahan suara
sementara tapi anak masih dapat berbicara.
• Berikanlah kepercayaan pada anak dengan cara
menyenangkan secara jujur jika suatu prosedur
memberikan rasa tidak menyenangkan.
• Tekankan akhir dari prosedur dan hal-hal yang
menyenangkan setelah pelaksanaan prosedur misalnya
boleh pulang untuk bertemu dengan keluarga.
b. Persiapan anak dilihat dari prosedur perkembangan
• Infant (0-1 tahun)
Pada masa ini karakteristik dari perkembangannya
membutuhkan kasih sayang orang tua, maka untuk
tindakan perawatan dalam hal melakukan prosedur
kita harus melibatkan orang tua anak. Usahakan agar
orang tua dapat mendampingi anak setelah dilakukan
prosedur.
• Toodler (1-3 tahun)
Pada usia ini anak lebih menunjukkan sikap
egosentris sehingga perawat perlu menerangkan
prosedur sehubungan dengan apa yang akan
dialaminya, didengarnya, dirasakan dan di cium.
• Pra sekolah (3-5 tahun)
Pada usia ini anak lebih senang bermain, maka cara
pendekatan seorang perawat untuk menerangkan
suatu prosedur harus secara sederhana dengan
menggunakan alat bantu sebagai demonstrasi,
jelaskan prosedur pada anak sebelum dan setelah
pelaksanaan untuk menghindarkan pengertian yang
salah.
• Usia sekolah (6-12 tahun)
Pada usia ini.anak ingin selalu belajar dan ingin
selalu tahu sehingga dalam menerangkan prosedur,
kita gunakan ilmu pengetehuan yang sesuai.
Terangkan prosedur yang akan dilakukan dengan
menggunakan anatomi dan gambar yang sederhana
serta terangkan juga fungsi dan ,mekanismenya.
• Usia remaja
Masa ini merupakan masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa. Biasanya tidak mau
berhubungan atau menerima orang yang berusaha
menjatuhkan harga dirinya. Waktu wawancara jaga
kerahasiaan dan bila anak tersebut merasa stress
diskusikan masalahnya dengan teman sebayanya,
orang di luar keluarga .
2. Perawatan anak dalam prosedur diagnostik
a. Pengkajian dan perencanaan
b. Diagnose keperawatan
Sebagiian besar anak, mempunyai tingkat
pengalaman yang berbeda –beda misalnya :
• Cemas sehubungan dengan :
 Adanya ancaman terhadap integritas tubuh
akibat prosedur invasive.
 Merasa kehilangan seseorang yang di anggap
penting karena perpisahan sementara.
 Perubahan lingkungan asing
 Kecemasan orang tua.
• Takut sehubungan dengan :
 Hospitalisasi
 Pembedahaan dan akibatnya
 Anestesi
 Kurangnya pengetahuan
• Koping individu yang tidak efektif sehubungan
dengan :
 Lingkungan yang asing
 Nyeri akibat prosedur
 Keterbatasan pengetahuan
• Ketidak nyamanan sehubungan :
 Akibat tindakan
 Posisi yang tidak sesuai
c. Pelaksanaan prosedur
• Sebelum prosedur dimulai hendaknya perawat
memberikan pengarahan dan juga
mempersiapkan peralatan dan ruangan .
• Setiap anak yang akan dilaksanakan prosedur
harus disiapkan terlebih dahulu. Dengan
pendekatan yang baik akan menolong anak
dapat mempersiapkan sehingga rasa sakit atau
tidak nyaman dapat dirasakan seminimal
mungkin.
• Prosedur diagnostic merupakan tindakan yang
dilakukan untuk membantu menegakkan suatu
diagnosis. Saat persiapan , izinkan anak untuk
bertanya sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman.
• Waktu untuk mempersiapkan anak adalah bervariasi
sesuai dengan tingkat usia dan jenis prosedur yang
akan dilakukan. Jika prosedur yang dilaksanakan
kompleks maka waktu yang dibutuhkan cukup lama.
Tempatkan anak dalam situasi yang menarik
perhatiannya terhadap prosedur akan berkurang.
• Izinkan anak untuk mengekpresikan perasaannya
misalnya marah, cemas, takut, atau emosi karena
sesuatu tingkah laku yang diperlihatkan anak
merupakan koping. Ini adalah hal yang wajar, respon
apapun yang di perlihatkan anak adalah perawat
harus dapat menerimanya. Bimbinglah cara untuk
membantu koping anak yaitu berikan informasi
melalui penjelasan secara verbal, perawatan terhadap
stress, modeling, kehadiran orang tua, aktivitas gerak,
bermain dan relaksasi.
MANAJEMEN TERPADU
BALITA SAKIT (MTBS)
Pengertian MTBS
• MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu
Balita Sakit adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia
0-5 tahun (balita) secara menyeluruh.
• Kegiatan MTBS merupakan upaya yang
ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan
kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat
jalan kesehatan
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang
menguntungkan yaitu:
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan
dalam tatalaksana balita sakit (petugas
kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS
dapat memeriksa dan menangani pasien balita)
2. Memperbaiki sistem kesehatan .
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat
dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian
pertolongan balita sakit
Tujuan MTBS
• Menurunkan secara bermakna angka kematian dan
kesakitan yang terkait penyakit tersering pada
balita.
• Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak..
Cara menatalaksana balita sakit dengan
pendekatan MTBS
CONTOH : ketika anak sakit datang berobat, petugas
kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali
secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-
tanda bahaya umum seperti:
• Apakah anak bisa minum/menyusu?
• Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
• Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah
anak tampak tidak sadar?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan
keluhan utama lain:
• Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
• Apakah anak menderita diare?
• Apakah anak demam?
• Apakah anak mempunyai masalah telinga?
• Memeriksa status gizi
• Memeriksa anemia
• Memeriksa status imunisasi
• Memeriksa status pemberian vitamin A
• Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan penilaian tersebut, petugas akan
mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu
petugas melakukan langkah-langkah
tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam
penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat
berupa:
• Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
• Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
• Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan
perawatan anak sakit di rumah, misal aturan
penanganan diare di rumah
• Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran
pemberian makanan selama anak sakit maupun
dalam keadaan sehat
• Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas
kesehatan
• dan lain-lain
Model pengelolaan mtbs meliputi :
• Penilaian adanya tanda bahaya dan gejala suatu
penyakit dengan cara bertanya, melihat mendengar
dan meraba.
• Membuat klasifikasi dengan menentukan tingkat
kegawatan suatu penyakit
• Menentukan tindakan dan melaksanakan serta
mengajari ibu tindakan yang harus dilakukan di
rumah.
• Memberi konseling misalnya dengan menilai cara
pemberian makan, obat dan kapan anak harus
kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
• Memberi pelayanan tindak lanjut pada kunjungan
ulang
MTBS dilaksanakan pada 2 kategori yaitu:
• MTBS UMUR 1 hari – 2 bulan:
• MTBS UMUR 2 bulan – 5 Tahun
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai