suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. • Reaksi anak terhadap hospitalisasi di pengaruhi oleh perkembangan usia, pengalaman sebelumnya di rawat, system dukungan tersedia, keterampilan coping Reaksi Anak Terhadap Stres Menurut Perkembangan 1. Infant (bayi) a. Cemas akibat perpisahan • Sebelum mengenal orang tua reaksi bayi terhadap perawatan di rumah sakit adalah sakit, immobilisasi, perubahan aktivitas perawatan. • Mulai mengenal orang tua (usia 4-6 bulan) bayi mulai protes terhadap perpisahan dengan orang tuanya b. Perlukaan dan rasa sakit • Sesuai dengan usianya, indikasi bila bayi merasakan sakit adalah menangis, pergerakan seluruh badan, tidak mau bekerja sama, menolak bila ada orang lain mendekati. 2. Toddler Respon terhadap stres pada umumnya melakukan pertahanan fisik, agresif, negativisme, regresi a. Cemas akibat perpisahan • Fase protes : Anak menangis kuat-kuat, menjerit, memanggil orang tua, menolak perhatian orang lain. • Fase putus asa : Tangis anak mulai berkurang, tidak aktif lagi, tidak senang makan/bermain, menarik diri dari orang lain, anak terlihat sedih, apatis dan menyendiri. • Fase menerima : Anak terlihat samar-samar menerima perpisahan, menjadi lebih perhatian terhadap sesuatu di sekelilingnya, bermain dengan orang lain dan membina hubungan dangkal dengan orang lain b. Kehilangan kontrol Terjadi karena persepsi yang salah terhadap pengobatan dan kegiatan rumah sakit setiap pembatasan yang dilakukan akan mengancam rasa aman. terganggu aktivitas rutin kehilangan mengakibatkan kehilangan kontrol. c. Takut akibat perlukaan dan sakit Perasaan takut akan perlukaan dan sakit pada tubuh merupakan kejadian tersering. Data yang diperlukan adalah keadaan sewaktu lahir, reaksi terhadap rangsang sakit, pengalaman sakit sebelumnya, reaksi anak terhadap rasa sakit pada tiap perkembangannya. 3. Pra sekolah a. Perpisahaan b. Kehilangan control c. Takut terhadap perlukaan dan sakit • Agresif /pertahanan fisik : Mendorong orang keluar, menyembunyikan alat, bersembunyi/mengunci diri. • Ekspresi verbal : “keluar dari sini” “saya benci kamu” • Regresi : Merangkul orang tua, menolak bermain dengan anak lain, menolak untuk ditinggal sendiri, ingin selalu di gendong 4. Usia sekolah a. Perpisahan Dapat menerima adanya perpisahan, tapi stress meningkat karena kebutuhan keamanan dan bimbingan dari orang tua. Reaksi perpisahan terjadi akibat: berpisah dari aktivitas sehari-hari dan teman sebayanya. b. Kehilangan Kontrol Karena anak berusaha independen dan produktif, sehingga anak akan merasa kehilangan kontrol akibat adanya penurunan kekuatan, lingkungan rumah sakit dan penyakit dapat juga menyebabkan kehilangan kontrol. c. Perlukaan dan rasa sakit Anak mulai memperhatikan kemungkinan untung rugi efek suatu prodesur, rasa ingin tahu anak melalui prodesur apakah menyakitkan atau tidak, apa manfatnya bagaimana cara mengatasinya agar tidak sakit, rasa sakit yang timbul seperti apa.. 5. Usia remaja a. Perpisahan dengan orang tua atau rumah mungkin dapat diterima. kehilangan kontak dengan teman sebaya mengancam emosi karena kehilangn status dalam keluarga, ketidakmampuan mengontrol keluarga, kehilangan rasa diterima oleh kelompok. b. Kehilangan kontrol Akan terjadi karena ada sesuatu yang mengancam identitas mereka. reaksi yang terjadi menolak, tidak kooperatif menarik diri. c. Perlukaan dan rasa sakit Setiap perubahan yang membedakannya dengan teman sebayanya akan membuat tragedy bagi remaja, cepat mengalami perubahan body image. Tingkah Laku Post Hospitalisasi Pada Anak 1. Young Children Pada tahap awal menjauhkan diri pada orang tua. Kertergantungan cenderung lengket pada orang tua, menuntut perhatian dari orang tua, sangat takut akan perpisahan. Tingkah laku negatif seperti ketakutan, sulit tidur, menarik diri, pemalu, regresi, hiperaktif, temperamental, rewel terhadap makan, senang terhadap selimut dan boneka. 2. Older children Tingkah laku negatif seperti emosi dingin sangat tergantung orang tua, marah terhadap orang atau cemburu terhadap orang lain (sibling). Reaksi Orang Tua Reaksi orang tua terhadap anak sakit tergantung pada beberapa faktor yakni penyakit yang serius pada anak, pengalaman masa lalu tentang sakit dan di rawat, prosedur medis, kemampuan coping, ego, stres tambahan dalam keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, pola komunikasi di antara anggota keluarga. Respon orang tua terhadap anak yang sakit: • Takut dan cemas dapat disebabkan oleh karena penyakit anaknya serius, prosedur pengobatan yang menimbulkan rasa sakit. • Frustrasi dapat disebabkan oleh kurangnya informasi, tidak biasa dengan peraturan rumah sakit, sikap kurang bersahabat dengan dokter dan staf, takut akan pertanyaan-pernyataan, menjawabnya. • Marah dan merasa bersalah. Reaksi Saudara Kandung Reaksi saudara kandung yang dapat terjadi antara lain marah, penolakan, cemburu rasa bersalah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi karena takut ketularan penyakit, usia masih mudah, hubungan yang dekat/akrab, penjelasan yang kurang tentang penyakit, perubahan sikap orang tua. Peran Perawat Untuk Mengurangi Reaksi Hospitalisasi Tindakan keperawatan harus berfokus pada menghilangkan atau meminimalkan stressor akibat perpisahan, kehilangan kontrol, injury/trauma fisik dan rasa sakit, membantu suksesnya coping, memberi dukungan khusus untuk anggota keluarga. 1. Mencegah mengurangi cemas akibat perpisahan Untuk mencegah perpisahan di butuhkan fasilitas rawat gabung, sikap perawat terhadap orang tua sehingga perawat dapat menciptakan lingkungan agar orang tua dapat menemani anaknya. 2. Mengurangi kehilangan kontrol Kehilangan kontrol dapat disebabkan: • Pembatasan fisik Libatkan orang tua mengurangi pembatasan fisik, atur lingkungan agar anak tidak bosan. • Terganggunya aktivitas rutin Usaha rencana keperawatan sesuai dengan aktivitas rumah sediakan perlengkapan untuk memanaskan makanan dan menyimpan makanan, libatkan orang tua dalam pembuatan rencana keperawatan. 3. Mengurangi takut akibat perlukaan dan sakit Umumnya anak takut akan perlakuan dan sakit, baik takut begerak, perubahan gambaran diri, ketidakmampuan, kematian. Tindakan untuk mengurangi rasa takut: • Meyiapkan anak sebelum melakukan prosedur yang menyakitkan • Pengkajian nyeri, melalui QUEST : • Q – Question the child ; U – Using rating scale ; E – Evaluation berhaivor and physhologic ; S – Secure parent invlepment ; T – Take cause the pain into account T- Take action and evaluation the result. Peran Perawat Dalam Membantu Perkembangan Anak 1. Meningkatkan hubungan orang tua-anak Orang tua lebih menyadari kebutuhan anak, memberi kesempatan pada orang tua untuk mempelajari lebih banyak pertumbuhan dan perkembangan, support orang tua terhadap anak lebih baik. 2. Kesempatan memberi pendidikan Anak belajar tentang penyakit, orang tua belajar tentang kebutuhan anak untuk mandiri, menemukan support system baru. 3. Meningkatkan penguasaan diri Perawatan di rumah sakit memberi kesempatan untuk pengambilan keputusan dan mandiri anak belajar tentang pengalaman di rumah sakit dapat mengatasi krisis. 4. Memungkinkan sosialisasi dengan lingkungan baru Anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan baru, orang tua dapat bersosialisasi dengan orang tua lain dan saling bertukar pengalaman. Mempersiapkan Anak Yang Akan Dilakuan Prosedur Diagnostik 1. Prinsip persiapan a. Persiapan mental • Menentukan dengan detail bentuk prosedur yang akan dilakukan. • Komunikasi dengan anak dan orang tua untuk menentukan tingkat pengetahuan. • Rencanakan pengajaran yang di sesuaikan dengan perkembangan dan pengetahuan anak. • Libatkan orang tua dalam pengajaran dengan tujuan orang tua dapat kerja sama dalam pelaksanaan prosedur, karena jika orang tua tidak berpartisipasi akan menyebabkan anak merasa cemas Sebelum melakukan Penting untuk pertimbangan situasi : • Gunakanlah alat bantu yang konkrit/nyata, jangan abstrak untuk menerangkan prosedur misalnya dengan menggunakan gambar. • Beritahukan bagian tubuh yang mana akan dilakukan prosedur. • Gunakanlah kata-kata yang dapat dimengerti anak misalnya anastesi adalah tidur yang special. • Izinkanlah anak untuk melakukan beberapa prosedur yang melibatkan dirinya misalnya Tarik napas dalam. Terangkan pada anak jika karena sesuatu prosedur ada bagian tubuh yang berhubungan, misalnya setelah dilakukan tonsilektomi akan terjadi perubahan suara sementara tapi anak masih dapat berbicara. • Berikanlah kepercayaan pada anak dengan cara menyenangkan secara jujur jika suatu prosedur memberikan rasa tidak menyenangkan. • Tekankan akhir dari prosedur dan hal-hal yang menyenangkan setelah pelaksanaan prosedur misalnya boleh pulang untuk bertemu dengan keluarga. b. Persiapan anak dilihat dari prosedur perkembangan • Infant (0-1 tahun) Pada masa ini karakteristik dari perkembangannya membutuhkan kasih sayang orang tua, maka untuk tindakan perawatan dalam hal melakukan prosedur kita harus melibatkan orang tua anak. Usahakan agar orang tua dapat mendampingi anak setelah dilakukan prosedur. • Toodler (1-3 tahun) Pada usia ini anak lebih menunjukkan sikap egosentris sehingga perawat perlu menerangkan prosedur sehubungan dengan apa yang akan dialaminya, didengarnya, dirasakan dan di cium. • Pra sekolah (3-5 tahun) Pada usia ini anak lebih senang bermain, maka cara pendekatan seorang perawat untuk menerangkan suatu prosedur harus secara sederhana dengan menggunakan alat bantu sebagai demonstrasi, jelaskan prosedur pada anak sebelum dan setelah pelaksanaan untuk menghindarkan pengertian yang salah. • Usia sekolah (6-12 tahun) Pada usia ini.anak ingin selalu belajar dan ingin selalu tahu sehingga dalam menerangkan prosedur, kita gunakan ilmu pengetehuan yang sesuai. Terangkan prosedur yang akan dilakukan dengan menggunakan anatomi dan gambar yang sederhana serta terangkan juga fungsi dan ,mekanismenya. • Usia remaja Masa ini merupakan masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Biasanya tidak mau berhubungan atau menerima orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya. Waktu wawancara jaga kerahasiaan dan bila anak tersebut merasa stress diskusikan masalahnya dengan teman sebayanya, orang di luar keluarga . 2. Perawatan anak dalam prosedur diagnostik a. Pengkajian dan perencanaan b. Diagnose keperawatan Sebagiian besar anak, mempunyai tingkat pengalaman yang berbeda –beda misalnya : • Cemas sehubungan dengan : Adanya ancaman terhadap integritas tubuh akibat prosedur invasive. Merasa kehilangan seseorang yang di anggap penting karena perpisahan sementara. Perubahan lingkungan asing Kecemasan orang tua. • Takut sehubungan dengan : Hospitalisasi Pembedahaan dan akibatnya Anestesi Kurangnya pengetahuan • Koping individu yang tidak efektif sehubungan dengan : Lingkungan yang asing Nyeri akibat prosedur Keterbatasan pengetahuan • Ketidak nyamanan sehubungan : Akibat tindakan Posisi yang tidak sesuai c. Pelaksanaan prosedur • Sebelum prosedur dimulai hendaknya perawat memberikan pengarahan dan juga mempersiapkan peralatan dan ruangan . • Setiap anak yang akan dilaksanakan prosedur harus disiapkan terlebih dahulu. Dengan pendekatan yang baik akan menolong anak dapat mempersiapkan sehingga rasa sakit atau tidak nyaman dapat dirasakan seminimal mungkin. • Prosedur diagnostic merupakan tindakan yang dilakukan untuk membantu menegakkan suatu diagnosis. Saat persiapan , izinkan anak untuk bertanya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. • Waktu untuk mempersiapkan anak adalah bervariasi sesuai dengan tingkat usia dan jenis prosedur yang akan dilakukan. Jika prosedur yang dilaksanakan kompleks maka waktu yang dibutuhkan cukup lama. Tempatkan anak dalam situasi yang menarik perhatiannya terhadap prosedur akan berkurang. • Izinkan anak untuk mengekpresikan perasaannya misalnya marah, cemas, takut, atau emosi karena sesuatu tingkah laku yang diperlihatkan anak merupakan koping. Ini adalah hal yang wajar, respon apapun yang di perlihatkan anak adalah perawat harus dapat menerimanya. Bimbinglah cara untuk membantu koping anak yaitu berikan informasi melalui penjelasan secara verbal, perawatan terhadap stress, modeling, kehadiran orang tua, aktivitas gerak, bermain dan relaksasi. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) Pengertian MTBS • MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. • Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu: 1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan menangani pasien balita) 2. Memperbaiki sistem kesehatan . 3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan balita sakit Tujuan MTBS • Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita. • Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.. Cara menatalaksana balita sakit dengan pendekatan MTBS CONTOH : ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda- tanda bahaya umum seperti: • Apakah anak bisa minum/menyusu? • Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? • Apakah anak menderita kejang ? Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak tidak sadar? Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain: • Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas? • Apakah anak menderita diare? • Apakah anak demam? • Apakah anak mempunyai masalah telinga? • Memeriksa status gizi • Memeriksa anemia • Memeriksa status imunisasi • Memeriksa status pemberian vitamin A • Menilai masalah/keluhan-keluhan lain Berdasarkan penilaian tersebut, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa: • Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah • Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah • Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan penanganan diare di rumah • Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat • Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan • dan lain-lain Model pengelolaan mtbs meliputi : • Penilaian adanya tanda bahaya dan gejala suatu penyakit dengan cara bertanya, melihat mendengar dan meraba. • Membuat klasifikasi dengan menentukan tingkat kegawatan suatu penyakit • Menentukan tindakan dan melaksanakan serta mengajari ibu tindakan yang harus dilakukan di rumah. • Memberi konseling misalnya dengan menilai cara pemberian makan, obat dan kapan anak harus kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan. • Memberi pelayanan tindak lanjut pada kunjungan ulang MTBS dilaksanakan pada 2 kategori yaitu: • MTBS UMUR 1 hari – 2 bulan: • MTBS UMUR 2 bulan – 5 Tahun SEKIAN DAN TERIMA KASIH