Anda di halaman 1dari 138

PEDIATRI

Exit Exam Preparation

dr. Muhamad Ibnu Sina


Perinatologi
Respiratory Distress
Respiratory Distress
• Hyaline Membran Disease
• Transient Tachypnea of New Born
• Meconium Aspirasi Syndrome
Transient Tachypnea of Newborn
• Penyakit dengan klinis sesak nafas
ringan yang terjadi pada bayi cukup
bulan (aterm)
• Hilang dengan sendirinya dalam 3-5
hari
• Gambaran foto: Garis perihiler
meningkat
• Pengobatan cukup dengan pemberian
oksigen
Hyaline Membran Disease
• Sering terjadi pada bayi
prematur
• Terjadi akibat surfaktan paru
belum sempurna
• Klinisnya takipnea dengan
retraksi dada, sianosis,
grunting disertai napas
cuping hidung
• Gambaran: ground glass,
retikulogranular, snow storm
Meconium Aspirasi Syndrome
• Paling sering pada bayi yang
postmatur
• Terjadi akibat bayi menelan
ketuban yang telah bercampur
mekoniumnya selama proses
persalinan atau kehamilan
postdate
• Air ketuban bercampur
mekonium, pewarnaan
mekonium pada kulit bayi
• Foto: infiltrat
Perinatologi
Hyperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang
dipakai setelah ada hasil laboratorium yang
menunjukkan peningkatan kadar bilirubin
serum.

Ikterus terjadi apabila ada akumulasi


bilirubin dalam darah, sehingga kulit dan
atau sklera bayi tampak kekuningan.
Dewasa > 2 mg/dL (> 17 μmol/L)
Neonatus > 5 mg/dL ( > 86μmol/L).
Mengapa bayi baru lahir
cenderung hiperbilirubinemia??
• Jumlah eritrosit neonatus > dewasa
• Umur eritrosit neonatus < dewasa
• Sistem konjugasi hepar belum efektif,
terutama bayi prematur

Ini merupakan proses Fisiologis!!


Kapan dikatakan Fisiologis?
– Tidak terjadi pada hari pertama lahir
– Kecepatan peningkatan bilirubin total tidak
lebih dari 5 mg% /hari
– Puncak kadar bilirubin total < 13 mg%/hari
pada bayi cukup bulan atau < 10 mg%/hari
pada bayi prematur.
– Kadar bilirubin direk < 2 mg%
– Ikterus memuncak pada hari ke 3-4,
bertahan tidak lebih dari 1 minggu pada bayi
aterm atau 2 minggu pada bayi prematur.
Ikterus fisiologis
• Tidak perlu terapi spesifik
• Beri minum yang cukup, terutama ASI
hingga minimal 8-12 x/hari
Ikterus Patologis
• Semua ikterus yang terjadi pada hari 1
• Ikterus yang sangat progresif dengan kadar
lebih dari 15 mg/dl
• Ikterus yang bertahan hingga hari ke-14
• Cari etiologi:
- inkompatibilitas Rhesus
- infeksi
- sferositosis
- defisiensi G6PD
Derajat Kramer
Kramer Bil. Direct

(I). Kepala & leher 5,4

(II). Kepala, leher & umbilikus 8,9

(III). Kepala, leher, paha, lutut 11,8

(IV) Kepala + Tungkai 15,8

(V) Hingga ujung jari >15,8


Penatalaksanaan

Terapi sinar Transfusi Tukar


Usia Bayi sehat Faktor Risiko* Bayi sehat Faktor Risiko*

mg/dL  mol/L mg/dL mol/L mg/dL  mol/L mg/dL mol/L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 20 340 17 290 30 510 20 340


dst

* (American Academy of Pediatrics, Subcommittee on hyperbilirubinemia, Management of


hyperbil in NB, 2004)
Perinatologi
Resusitasi Neonatus
Lahir

Perawatan Rutin
- Cukup bulan? Ya :
- Amnion jernih dari mekonium? - Berikan kehangatan
- Bernapas/menangis? - Bersihkan/buka
30 detik

jalan napas
- Tonus baik?
- Keringkan
Tidak - Nilai warna

- Berikan kehangatan
- Posisikan; bersihkan/ buka jalan
napas (kalau perlu)*
- Keringkan, stimulasi, reposisi

Bernapas Perawatan
Evaluasi pernapasan,
FJ > 100 & Observasi
FJ, dan warna
kemerahan
Apnea Sianosis
/ FJ < kemerahan
100 Beri oksigen
Ventilasi efektif
Berikan Ventilasi Tekanan Perawatan
Positip* Pasca
FJ > 100 & Resusitasi
kemerahan
30 detik

FJ < 60 FJ < 60

- Berikan Ventilasi
Tekanan
Positip*
- Lakukan Kompresi Dada*
30 detik

FJ < 60

Berikan Epinefrin*

18
Perinatologi
Trauma Lahir
Berbagai Faktor Predisposisi

Faktor Ibu: Faktor janin


 Primigravida  Presentasi abnormal
 Disproporsi Sungsang, presentasi
sefalopelvik, muka
Ibu bertubuh kecil,  BBLSR atau prematur
Kelainan panggul  Makrosomia janin
ibu  Kepala janin besar
 Partus lama atau  Kelainan janin
partus presipitatus Intervensi obstetrik
 Distosia  Pemakaian forsep atau
 Oligohidraminion ekstraksi vakum
 Versi dan ekstraksi
20
Kaput Suksedaneum
• Paling sering ditemui Komplikasi
• Tekanan pada kulit kepala Jarang
terhadap serviks Diagnosa banding :
• Akumulasi darah/serum sefalhematoma
subkutan, ekstraperiosteal
• Melintasi garis sutura
• Menghilang dalam beberapa hari
• TIDAK diperlukan terapi

21
Sefalhematoma
• Perdarahan sub periostea
• Benturan kepala janin
dengan pelvis
• Tidak ada perluasan
melintasi garis sutura Komplikasi
• Paling umum terlihat di • Ikterus, anemia
parietal tetapi kadang- • Infeksi: aspirasi diagnostik
kadang terjadi pada • Sembuh dalam waktu 2-8
tulang occipital minggu
• Ukurannya bertambah • Kalsifikasi mungkin
sejalan dengan bertahan selama > 1 tahun
bertambahnya waktu
• Forsep atau vakum 22
23
Perdarahan Subgaleal
• Darah di bawah galea apneurosis
• Mid-forceps dan vakum
• Pembengkakan kulit kepala,
ekimosis
• Seringkali berkaitan dengan
trauma kepala (40%)
–Perdarahan intrakranial atau
–Fraktur tengkorak
–Terjadinya gambaran ini tidak
berkorelasi dengan keparahan
perdarahan
• Anemia/hipovolemia/syok

24
Diagnosis umumnya secara klinis:
• Massa padat berfluktuasi yang timbul di
kepala
• Berkembang secara bertahap dalam
waktu 12-72 jam
• Hematoma menyebar di seluruh
kalvarium
• Pembengkakan melintasi garis sutura

Perdarahan Tatalaksana: suportif


Subgaleal • Observasi ketat untuk mendeteksi
perkembangan
• Memantau hematokrit
• Memantau hiperbilirubinemia
• Pemeriksaan untuk koagulopati
mungkin diperlukan
25
Kulit Kaput Sefalhematoma
Epicranial
aponeuroses Perdarahan subgaleal
Perdarahan
extradural
Periosteum

Tengkorak

Duramater

26
Infeksi TORCH
• Toxoplasmosis  Tetra Sabin:
1. Hidrosefalus
2. Korioretinitis
3. Kalsifikasi intrakranial
4. Retardasi mental

• Rubella
Katarak kongenital
Tuli Kongenital
Kelainan jantung kongenital

• Cytomegalovirus
Mikrosefali
Perinatologi
Diagnosis Neonatus
Perinatologi
Diagnosis Neonatus
Penulisan
• Berdasarkan Usia
NKB : kurang 36 minggu
NCB : 36-42 minggu
NLB : > 42 minggu

• Berdasarkan BBL
KMK : < persentil 10
SMK : persentil 10-90
BMK : > persentil 90
36 w : 2250 – 3500 gr
34 w : 1800 – 3250 gr
32 w : 1400 – 3000 gr
Imunisasi
BCG
• Bacille Calmette Guerin  LIVE ATTENUATED Isinya M. Bovis.
• Jika > 3 bulan  Mantoux test dulu  (-) kasi BCG, (+) kasi OAT.
• Dosis 0,05 cc Intra kutan di Insertio M. Deltoid kanan. Jika umur > 1 thn, dosis
0,1 cc.
• Kalau ibu (+) TB  Anak beri profilaksis INH dulu 3 bulan. Setelah itu mantoux
test  (+) beri OAT, (-) lanjut INH sampai 6 bulan.

Kontra Indikasi
• Steroid jangka panjang, kemotrapi
• Gizi buruk  Tunggu sampai BB > 2 kg
• Mantoux (+), Indurasi > 10 mm
KIPI;
• Sikatrix
• Cold abces  akibat penyuntikan terlalu dalam
• Limfadenitis.
HEPATITIS B
• Inactivated
• Diberikan pada umur 0, 1, 6 bulan
• Dosis 0,5 cc im, M. Femoris Vastus Lataralis < 12
jam setelah lahir
• Bayi lahir ibu HBsAg(+)  Beri vaksin hepatitis B
pada paha kiri + HB Ig 0,5 cc paha kanan.
• Jika status HBV ibu tidak diketahui  tetap beri
vaksin HBV, lalu periksa ibunya  jika (+) beri HB
Ig 0,5 cc IM (sebelum umur bayi 7 hari).
POLIO
• Diberikan pada umur  0, 2, 4, 6, 18, 5 tahun. Dosis 2 gtt
oral, sebaiknya sub lingual.
• Sediaan ; OPV (Oral Polio Vaksin)  Live Attenueted 
Banyak di Indonesia
• IPV (Injected Polio Vaksin)  Inactivated  Banyak di Luar
Negeri.
• POLIO 0 bulan sebaiknya diberikan saat bayi mau pulang dari
RS, agar tidak menulari bayi yang lain karena bisa menular
dari feces.
KIPI ;
• VAPP ( Vaccine Associated Polio Paralitic )  Virus bermutasi
dalam tubuh yang sering menyebabkan AFP (Akut Flaksid
Paralisis).
• VDPV (Vaccine Derived Polio Virus)  Melalui feces bisa
ditularkan pada orang lain  wabah.
DPT
• Inactivated
• DTwP : Whole Pertusis  sering demam
• DTaP : Acellular Pertusis  tidak demam
• Jadwal 2, 4, 6, 18, 5 tahun. DT  12 tahun
• Pemberian DPT Primer (2,4,6 bln)  imunitas bertahan 1 – 3
tahun
• 18 bulan  bertahan 5 tahun
• 5 Tahun  bertahan 10 Tahun
• 12 Tahun  bertaha hinga 20 Tahun
• Dosis ; 0,5 cc im, vastus lateralis
• NB; Imunisasi tetanus pada ibu hamil  Diberikan 2x. TT
pertama dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dan TT
kedua minimal 4 minggu setelah TT pertama. Sedangkan batas
terakhir pemberian TT yang kedua adalah minimal 2 minggu
sebelum melahirkan.
CAMPAK
• Live attenuated
• Jadwal : 9 bulan & Boster 6 tahun, Dosis 0,5ml subcutan
dalam anterolateral paha.
• Kalau umur > 9 bulan tapi belum dapat campak, Contoh :
Umur 15 bulan , tapi belum dapat campak  Beri MMR saja.

• Campak, Inkubasi 7 – 14 hari, ada 3 stadium


1. Stadium Kataral  Ada bercak kebiruan, pinggirnya
merah dibelakang gigi molar 3 ( KOPLIC SPOT ). Disertai
dengan gejala 3 C : Conjunctivitis, Cough, Coryza (rinitis
akut).
2. Erupsi  timbul makula eritem dari belakang telinga.
3. Penyembuhan.
Imunisasi
Pada Berbagai Keadaan
Imunisasi pada Bayi HIV
• Pada bayi dengan HIV (+), selama masih belum
muncuk gejala HIV yang signifikan, imunisasi
TETAP diberikan sesuai jadwal
• Pada bayi umur <1 tahun, imunitas masih cukup
tinggi meskipun HIV (+), sehingga imunisasi
diberikan sedini mungkin
• Khusus vaksin Campak, berikan tambahan vaksin
Campak pada bulan ke-6 (selain vaksin campak di
bulan ke-9)
• Bayi HIV dengan gejala yang signifikan, vaksin
BCG tidak diberikan
Imunisasi pada Anak Demam
Vaksin yang paling sering menyebabkan
demam: DPT
Kontraindikasi vaksin DPT:
- Keadaan hiperpireksia (temp > 40,5 C)
- Ensefalopati dalam 7 hari terakhir
- Syok
- Kejang (dengan atau tanpa demam dalam 2
hari terakhir)
Imunisasi pada Bayi Prematur
• Vaksinasi pada usia 0 bulan, sebaiknya ditunda
sampai
- usia anak 2 bulan, atau
- berat badan anak minimal 2000 gram
Imunisasi pada Bayi yang Sedang
Mendapatkan Obat
• Imunisasi pada bayi yang sedang
mengkonsumsi kortikosteroid sebaiknya
ditunda hingga 1 bulan dari dosis terakhir
steroid yang diberikan
• Pemberian antibiotik tidak mengganggu kerja
vaksin sehingga tidak perluy menunda
pemberian vaksin
Vaksin Polio
• Jika bayi muntah setelah pemberian vaksin
polio kurang dari 10 menit, maka pemberian
vaksin DIULANG, dan jika bayi kembali
muntah, maka vaksin diulang keesokan
harinya
• Pemberian ASI tidak mengganggu kerja vaksin
polio oral pada bayi usia lebih dari 1 minggu
Imunisasi Campak dan MMR
• Bayi yang sudah pernah menderita Campak
dan MMR bukanlah kontraindikasi untuk
pemberian vaksin Campak atau MMR,
sehingga vaksin TETAP DAPAT DIBERIKAN
• Vaksinasi akan meningkatkan kekebalan, dan
tidak meningkatkan resiko
• Bayi umur > 12 bulan yang belum
mendapatkan vaksin Campak  berikan
vaksin MMR
Penanganan Kemasan Vaksin
• Vaksin yang dicurigai sudah rusak harus dilakukan
uji kocok vaksin
• Vaksin sisa dariposyandu tidak boleh dipakai lagi
• Vaksin sisa di Puskesmas masih dapat digunakan
dengan syarat:
- BCG tidak lebih dari 3 jam
- Campak tidak lebih dari 8 jam
- Polio tidak lebih dari 3 minggu
- DPT dan HepB tidak lebih dari 4 minggu
Gastroenterologi
Diare Akut
• LIQUID STOOLS  3x/DAY,
• WITH/WITHOUT VOMITING,
• WITH/WITHOUT
MUCOUS/BLOOD
ETIOLOGY OF DIARRHEA

In normal condition Infection process in Crypta epithelial cells


have an equilibrium the GI tract mucosa migrate to villi surface,
state between fluid cause disconnect this cells is immature,
absorbtion & epithelial cells can cause disturbance
secretion of the function of fluid
absorbtion, therefor
diarrhae is appear.

49
VIRAL DIARRHOEA

1. ROTAVIRUS ==> 6 MONTHS to 2.5 YEARS


2. NORWALK VIRUS
3. ENTERIC ADENOVIRUS
4. ASTROVIRUS
5. CALICI VIRUS
6. CORONA VIRUS
7. SMALL ROUND VIRUS
- PARVOVIRUS LIKE AGENT
- MINI ROTAVIRUS
- MINI REOVIRUS
DEGREE OF DEHYDRATION (WHO,2005)

TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI


DEHIDRASI RINGAN BERAT
SEDANG
KESADARAN WELL, ALERT GELISAH LETARGIS, LEMAH,
KOMA
MATA NORMAL CEKUNG CEKUNG

RASA HAUS NORMALLY, NOT SANGAT HAUS, TIDAK MAU


THIRSTY MINUM SERING MINUM
TURGOR KULIT QUICKLY LAMBAT SANGAT LAMBAT

A B C
PLAN A. Tanpa Dehidrasi
1. ORALIT
• < 2 years = 50 - 100 mL / X loose stool
• ≥ 2 years = 100 - 200 mL / X loose stool

Berikan anak cairan lebih sering dari biasa


(ad libitum)
Berikan tablet Zinc 10-20 mg selama 10 hari
berturut
PLAN B. Dehidrasi Ringan Sedang

Berikan cairan Oralit (per oral) sebanyak


ORALIT  75 mL/kg BW/3 or 4 hours

Jika anak muntah, tunggu 10 menit,


kiemudian diberikan lagi perlahan lahan
PLAN C. Dehidrasi Berat

100 mL/ kgBW/3-6 hours


IVFD RL
USIA FASE AWAL FASE LANJUTAN

< 1 tahun 30 cc/kgBB 70cc/kgBB


Dalam 1 jam Dalam 5 jam

≥ 1 tahun 30 cc/kgBB 70cc/kgBB


Dalam ½ jam Dalam 2 ½ jam
Formula Holliday Segar
(Maintenance)
• Kurang 10 kg = 100n
• 10 – 20 kg = 1000 + 50 n
• Lebih 20 kg = 1500 + 20 n

• n adalah angka satuan berat badan


anak
• Kebutuhan cairan dalam 24 jam
• 1 cc = 20 gtt/i makro = 60 gtt/i mikro

55
5 prinsip terapi GE

1. ORALIT TERUSKAN SEJAK DINI


2. BERI ZINK 10 HARI & PROBIOTIK 
[ZINKID 20 mg/tab]. Dosis ;
- Umur < 6 Bln 10 mg / hari
- Umur ≥ 6 Bln 20 mg / hari
3. TERUSKAN ASI / MAKAN
4. ANTIBIOTIK SELEKTIF
5. KIE (komunikasi, informasi edukasi) +
NASIHAT.
56
56
Mechanisms of Action of ZINC
• "Booster" effect on immune function: Zinc is the
main-cofactor of immune function enzymes

• Anti-Secretory effect: Zinc acts as a K channel


blocker of cAMP mediated chlorine secretion,
leading to increased absorption of Na+ et reduced
secretion of Cl

• Anti-oxydative effect: maintenance of tissue


integrity

57
Antidiarrhoeal
1.UNABSORBED 3. ADSORBENT :
ANTIMICROBIAL : -Kaolin/pectin
-Streptomycin -Charcoal
-Neomycin -Atapulgit / smectite
-Hydroxyquinolin
-Unabsorbed Sulfa 4. ANTISECRETORY :
-Salicylate Acid
2. ANTIMOTILITY : -Chlorpromazine
-- Loperamide
-- Diphenoxylate 5. TRIAL:
-Lactobacillus,
-Fructooligo saccharida

NB : 1 to 4  NO RECOMMENDED
Gastroenterologi
Kolera, Disentri
ENTEROTOXIN
CHOLERA

Absorption of Na+ Surface Receptor


in Villous Cells are intact

Adenyl Cyclase

C - AMP

Secretion of Cl-
in Crypt Cells
V. CHOLERAE

JEJUNUM

- COPIOUS DIARRHOEA
- FISHY RICE WATER STOOLS
- FEVER (-)
- ABDOMINAL PAIN (-)
- RAPID DEHYDRATION & SHOCK

- BIOCHEMICAL (+)
- HISTOLOGY (-)
Tanda & Gejala :
 Masa inkubasi : 24 -48 jam.
- Diare sangat cair dan banyak
- Warna tinja spt cucian beras
- Tanpa rasa sakit dan demam.
- Muntah.
- Haus, lemah
- Kramp otot ok kekurangan elektrolit.
- Kesadaran menurun
- Pernafasan Kussmaul
- Turgor jelek, oliguria
- Woman washer hand
- Dehidrasi --- syok hipovolemik ---
kematian. 62
Laboratorium:

Deteksi kuman :
- Mikroskop lapangan gelap.
- Kultur tinja.

Penatalaksanaan :
• Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 3 hari 
Sebaiknya jgn diberi pada anak <8 thn, atau
bumil >4bulan.
• Doksisiklin 300 mg SD  anak < 2tahun
• Cotrimoksazole  aman utk anak-anak
• Ampisilin
63
DISENTRI BASILER
• Etiologi : Shigella sonnei (paling sering)
Shigella flexneri
Shigella dysentriae (jarang, berat).
• Gejala klinik :
– Diare berlendir dan berdarah
– Frekuensi > 10 x/hari
– Demam tinggi
– Dehidrasi
– Keadaan umum relatif jelek
64
Laboratorium Tinja :
• Mengandung banyak lekosit & eritrosit.
• Kultur : Shigella (+) : 5 %

Pengobatan:
• Rehidrasi.
• Antibiotika :
– Kotrimoksazol 2 x 960 mg
– Siprofloksasin 2 x 500-750 mg

65
DISENTRI AMOEBA
• Def  Adalah infeksi pada kolon disebabkan oleh
Entamoeba histolitika.
• Entamoeba histolitika.
– Lingk. Hidup : anaerob atau kadar O2 5%.
– Bentuk : tropoziod dan kista.

FASE INFEKSIUS: KISTA MATANG BERINTI EMPAT


FASE INVASIF: TROPOZOIT MAGNA DAN MINUTA

66
• Patogenesa :
– Kista tertelan  pecah/menetas di usus halus
 amuba berinti 4 keluar dari kista  tjd
pembelahan sitoplasmik  terbentuk 8
tropozoid.

– Tropoziod menginvasi kolon  tjd fokus lesi 


beberapa fukus bergabung mjd ulkus
(berbentuk spt. botol)  ulkus makin dalam
 mencapai p. darah  vaskulitis  trombus!
 nekrosis  perdarahan!

67
Tanda & Gejala
• Asimtomatis : E.histolitika hidup scr komensal.
• Diare berlendir dan berdarah
• Frekuensi kurang dari 10 x/hari
• Suhu tubuh afebris atau demam subfebris
• Keadaan umum biasanya baik

• Komplikasi paling sering:


ABSES HEPAR  gambaran anekoik dengan
internal echo
68
PENGOBATAN

• Asimtomatik : Diloksanid furoat : 10 hari


(amubisid intraluminal).
• Simtomatik : Metronidazole : 10 hari
bersama dengan diloksanid furoat.
• Obat alternatif : emetin, dihidroemetin.

69
Demam dengan
Ruam
CAMPAK
( Measles, Rubeola, Morbili)
• Gejala 3C ( Cough, Coryza, Conjunctivitis)
• Dapat muncul Koplik Spot di mukosa bukal
• Ruam muncul di saat demam mencapai titik
tertinggi
• Ruam exanthem, makulopapular
• Muncul dari belakang telinga kemudian
dengan cepat turun ke bawah
• Penatalaksanaan:
- Vit A selama 2 hari berturut-turut
- analgetik, antipiretik dan simptomatik lainnya

• Komplikasi:
- Bronchopneumonia
- Encephalitis
-Croup
Roseola Infantum
(Exanthema Subitum)
• Disebabkan oleh human herpes virus tipe 6
• Demam naik secara mendadak, dapat saja
disertai dengan gejala ISPA seperti 3C (cough,
coryza dan conjunctivitis), tonsilofaringitis
• Demam mereda, kemudian diikuti dengan
munculnya ruam
• Ruam exanthema (makulopapular merah muda)
• Muncul dari sumbu tubuh kemudian menyebar
ke kepala dan ekstremitas
Varicella
(Chicken Pox, Cacar Air)
• Disebabkan oleh virus Varicella Zoster (VZV)
• Didahului dengan gejala demam, malaise dan
mialgia, diikuti dengan munculnya ruam
• Ruam polimorfik (papul, vesikel, krusta)
• Menyebar dari tengah sumbu tubuh ke bagian
perifer
• Th/ simptomatik. Antiviral efektif hanya jika
masih dalam fase prodromal
Respirologi
Tuberkulosis
IDAI Pediatric TB scoring
system
Feature 0 1 2 3 Score
Contact not clear - reported, AFB(+)
AFB(-)
TST - - - positive
BW (KMS) - <red line, BW severe -
malnutrition
Fever - unexplained - -
Cough <3weeks >3weeks - -
Node - >1 node, >1cm, - -
enlargemnt painless
Bone,joint - swelling - -
CXR normal sugestive - -
Total score ≥6
Uji Tuberkulin
Mantoux 0.1 ml PPD intermediate strength
location : volar lower arm
reading time: 48-72 h post injection
measurement : palpation, marked,
measure
report : in millimeter, even ‘0 mm’
Induration diameter :
 0 - 5 mm : negative
 5 - 9 mm : doubt
 > 10 mm : positive
3/1/2020 80
Mantoux
tuberculin
skin test

3/1/2020 81
Tuberculin positive

1. TB infection :
 infection without disease / latent TB
infection
 infection AND disease
 disease, post therapy
2. BCG immunization
3. Infection of Mycobacterium atypic

3/1/2020 82
Tuberculin negative

1. No TB infection
2. Anergy
3. Incubation period

3/1/2020 83
THERAPY
2 RHZ + 4 RH

R ( Rifampicin) : 10-15 mg/kg


H ( Isoniazide ) : 5 – 10 mg/kg
Z ( Pyrazinamide ) : 20 – 30 mg/kg
PROFILAKSIS TB ANAK
• Kontak (+), Mantoux (-), Klinis (-)
Profilaksis INH 5-10 mg/kg selama 6 bulan

• Kontak (+), Mantoux (+), Klinis (-)


Profilaksis INH 5-10 mg/kg selama 9 bulan

• Kontak (+), Mantoux (+), Klinis (+)


OAT 2 RHZ + 4 RH hingga tuntas
Respirologi
Bronkiolitis, Pertusis
Bronchiolitis
 Bronchioles inflammation
 Etiologi: Respiratory Synctitial virus
 Clinical syndromes:
fast breathing, breathing difficulties,
retractions, wheezing, poor feeding, ,
cough, irritability, (very young) apnoe.
 Predominantly < 2 years of age
(2 – 6 months)
 Difficult to differentiate with pneumonia
…Bronchiolitis

• Physical Examinations
tachypnea, tachycardia, retraction,
prolonged expiration, wheezing,
fever,pharyngitis, conjunctivitis, otitis
media, dehydration

• Radiologic examination
diffuse hyperinflation
– flat diaphragm,
– Intercostal space >
– retrosternal space >
peribronchial infiltrates / thickening
patchy atelectasis  segmental collapse
Differential Diagnosis

• Asthma
• Pneumonia
• Acute Bronchitis
• Congestive Heart Failure
• Pulmonary Edema
• Obstruction in the lower respiratory tract
…Bronchiolitis
• Management
– Mild  treated at home
– Moderate / severe disease  hospitalization
support : oxygen
intra venous fluid drip
(antibiotics)
detect & treat possible complication
prevent the spread of inf.
– Controversial : bronchodilator
corticosteroid
antiviral
antibiotic
Pertusis

 Etiologi: Bordetella pertusis


 Nama lain: Batuk rejan
 Manifestasi Klinis:
Batuk panjang diakhiri dengan suara
tercekik, hingga apnea sesaat dan
kemudian muntah
 Profilaksis dengan vaksin DPT
Patogenesis & Terapi
• Fase Inkubasi  Masuknya bakteri
• Fase Katarhalis  Infeksius
• Fase Paroksismal  Manifestasi klinis
• Fase konvalesensi  Penyembuhan

• TERAPI:
Azythromycin selama 5 hari, atau
Erythromycin selama 14 hari
Neurologi
Kejang Demam
Definisi
• Kejang yg terjadi krn kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal >38oC) yang disebabkan proses
extrakranium.
• Sering terjadi pada anak usia 6 bulan – 6
tahun. Diluar usia ini pikirkan dulu krn infeksi
SSP, atau epilepsi yg kebetulan terjadi saat
demam.
• Anak yg pernah kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam  tidak termasuk
kejang demam.
• Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan
 bukan kejang demam.
Gambaran Klinik

 Semua KD bentuk tonik – klonik


 Tidak ada mioklonik, spasme dan
absence

95
Klasifikasi KD

 Kejang demam sederhana (96.9%)


 Kejang demam kompleks (3.1%)

96
Kejang Demam Sederhana

 Lama kejang < 15 menit


 Kejang umum/kedua belah tubuh

 Serangan kejang sekali pada satu


periode demam

97
Kejang Demam Kompleks

 Lama kejang > 15 menit


 Kejang fokal/sebelah tubuh

 Serangan kejang lebih satu kali dalam 24


jam

Biasanya ada kelainan neurologi pasca


kejang

98
Terapi Berantas Kejang
 Diberikan segera pada saat kejang
terjadi
 Diberi larutan diazepam per rectal
 Diazepam rektal sangat efektif, dan
dapat diberikan di rumah
 Dosis 0,3-0,5mg/kg

 Untuk memudahkan:

 5 mg untuk BB < 10 kg
 10 mg untuk BB > 10 kg
99
Profilaksis Intermitten
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi
risiko terjadinya kejang demam,
Dosis Parasetamol yang digunakan
adalah 10 – 15 mg/kg/kali diberikan 4
kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4
kali sehari
100
Profilaksis Intermitten
Antikonvulsan
Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg
setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%-60%
kasus, begitu pula dengan diazepam rektal
dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu
>38,5oC

Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin


pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam
101
Profilaksis Kontinu

Indikasi:
Kejang lama > 15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum
atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,
paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus
Kejang fokal
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12
bulan
Kejang demam ≥ 4 kali per tahun

102
Profilaksis Kontinu
Antikonvulsan
Pemberian obat Fenobarbital atau Asam
Valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang
.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun


bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan

103
Profilaksis Kontinu
Pemakaian Fenobarbital dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar
pada 40-50% kasus

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat


 Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun Asam Valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati
 Dosis Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-
3 dosis, dan Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari
dalam 1-2 dosis
104
Gizi
Infant Feeding Practice
Pemberian Makan Pada Bayi

Terdapat 3 periode :

1. ASI eksklusif
2. ASI + MP-ASI
3. Makanan keluarga
Pemberian Makan Pada Bayi
Jadwal Pemberian MP-ASI
- makanan pokok 3x (pagi,siang ,malam)
- makanan selingan 2x ( 10.00 & 16.00 )
- ASI/PASI 3x ( bangun pagi, sebelum tidur
siang & malam )

Pemberian MP-ASI bertahap:


- 6 bln : 80% ASI/PASI, 20% MP
- 8-10 bln : 50% ASI/PASI, 50% MP
- 12 bln : 20% ASI/PASI, 80% MP
Jam 0-6 bln 6 bln 6-8 bln 8-12 bln
06.00 ASI eks. ASI ASI ASI

08.00 (on demand) ASI BS NTu

10.00 BB Buah BB/BS

12.00 ASI NTs/k NTu

14.00 ASI ASI ASI

16.00 BS Bisk BS/BB

18.00 ASI NTs/k NTu

21.00 ASI ASI ASI

BB : buah – biskuit BS : bubur susu NTs/k/u : nasi tim saring /


kasar / utuh
Gizi
Gizi Buruk
DIAGNOSIS
WHO, 1999:
Severe Malnutrition if:

 BW / BL is below 70%
 BW / BL is between 70 – 79% but
with edema presents
DIAGNOSIS
Based on Body weight according to Body
length

BW/BL

very low low normal high


70 80 90 110
120 %
-3SD -2SD +2SD
+3SD
PEM severe mod mild overweight obese
-Kwashiorkor
-Marasmus
-M-K
CLINICAL FINDINGS
Three types of clinical findings in
severly malnourished children:

1. Marasmus
2. Khwarsiorkor
3. Marasmus - Khwarsiorkor
CLINICAL FINDINGS:
Marasmus
CLINICAL FINDINGS:
Marasmus
Marasmus:
- Old man face
- Extreme wasting
- Prominent ribs
- Baggy pants
- Muscle hypotrophy
- No edema
CLINICAL FINDINGS:
Khwarsiorkor
CLINICAL FINDINGS:
Khwarsiorkor
KHWARSIORKOR:
- Moon face
- Pale and sparse hair
- Enlarged liver
- Edema
- Peeling skin (crazy
pavement dermatosis)
Marasmus
CLINICAL FINDINGS:
Khwarsiorkor
MARASMUS
KHWARSIORKOR:
The patient appears like
a marasmus child,
combined with signs of
khwarsiorkor such
edema and enlarged
liver
3 Fase Penanggulangan Gizi Buruk

1. Fase I  Stabilisasi / Inisial 


Diet F75 (1-7 hari)
2. Fase II  Transisi  Diet F.100
(2-3 minggu)
3. Fase III  Rehabilitasi  Diet
F.135 (3-6 minggu)
____________ The Ten Principal Steps
Stabilization Transition Rehabilitation Follow Up
Treatment Day Day
Week 2
Week Week
1-2 3-7 3-6 7-26
1 Hypoglycemia
2 Hypothermia
3 Dehydration
4 Koreks i elektrolit
5 Pencegahan infeksi
6 Koreksi defisiensi Without Iron With Iron
mikronutrien Supplementation Supplementation
7 Pemberian makanan Formula 75 Formula 75
8 Makanan tumbuh kejar to Formula
100

9 Stimulasi
10 Persiapan pulang
MODISCO
Fase I
• Protein : 1- 1,5 gr/kg/hari
• Energi : 100 kkal/kg/hari
• Cairan : 130 cc/kgBB/hari

Fase II
• Energi : 150 – 220 kkal/kg/hari
• Protein : 4 – 6 gr/kg/hari
• Cairan : Beri ASI

Fase III
• Energi : 130 kkal/kgBB/hari
• Protein : 3 gr/kgBB/hari
• Cairan : Beri ASI
Pediatri
Medications in Children
Pneumonia pada Anak
• Pneumonia ringan
Jika hanya tachypnea saja
• Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg
BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
• Atau Amoksisilin (25 mg/kg
BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
Pneumonia pada Anak
• Pneumonia berat
Jika tachypnea + nafas cuping hidung
+ retraksi dada ataui sianosis
• Ampisilin/amoksisilin (25-50
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6
jam) selama 72 jam pertama
• Jika tidak respons maka diberikan
Kombinasi Ampisillin+Gentamycin
atau Ampicillin+Kloramfenikol
Typhoid pada Anak
• Antibiotik:
• kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari)
selama 10-14 hari
• amoksisilin 100 mg/kgBB/ hari atau
ampisilin intravena selama 10 hari
• kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari
selama 10 hari.
• Jika tidak ada perbaikan diberikan
golongan Sefalosporin
ISK pada Anak
• Antibiotik:
• kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB
setiap 12 jam) selama 5 hari.
• Alternatif amoksisillin, ampisilin, atau
cefaleksim
• Selain pemberian antibiotik, pasien ISK
perlu mendapat asupan cairan yang
cukup, perawatan higiene daerah
perineum dan periuretra, pencegahan
konstipasi.
Otitis Media pada Anak
• OMA:
• Amoksisilin (15 mg/kgBB/kali 3 kali
sehari) atau Kotrimoksazol oral (24
mg/kgBB/kali dua kali
• OMSK
• Tetes telinga ofloxacin
• Mastoiditis
• Ampicillin 200 mg/kgBB/hari, selama
14 hari.
Meningitis pada Anak
• First line
• Ceftriakson / Cefotaksime
• Secondline
• Ampicillin / Amoxycillin +
Ceftriaxone/Cefotaxime atau
Kloramfenikol
Difteri pada Anak
• Anti Difteri Serum 40.000 IU im/iv
• Penicillin Prokain 50.000 IU / kgBB / im
• Tanda tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam yang berat dan gelisah
merupakan indikasi dilakukan
trakeostomi (atau intubasi)
Pediatri
Tumbuh Kembang
DENVER II
• Terdiri dari 125 tugas
• Dibagi 4 sektor sesuai fungsi :
– Personal Sosial – interaksi dengan orang lain
dan perhatian terhadap kebutuhan personal
– Motorik halus – koordinasi mata-tangan,
manipulasi obyek kecil dan ‘problem solving’
– Kemampuan berbahasa – mendengar-
mengerti-dan menggunakan bahasa
– Motorik kasar – duduk,jalan,lompat dan
gerakan otot-otot besar
Cara menghitung umur anak
• Rumus:
umur = tanggal saat tes - tanggal lahir
• Contoh:
tahun bulan hari
tanggal tes 2006 5 10
tanggal lahir 2005 3 2
umur 1 2 8
Jadi umur anak 1 tahun 2 bulan 8 hari.
Cara menghitung umur anak
• Penyesuaian prematuritas
– Untuk anak lahir > 2minggu dari taksiran
– Anak berumur < 2 tahun
contoh:
tahun bulan hari
tanggal tes 2006 4 20
tanggal lahir 2006 1 1
umur anak 3 19
prematur 6 minggu 1 15
umur anak yang disesuaikan 2 4

Jadi umur bayi : 2 bulan 4 hari


INTERPRETASI KESELURUHAN
• Usia < 6 bulan ; dikatakan gangguan bila
tidak dapat melakukan  2 tugas dalam 1
sektor fungsi.
• Usia 6 bln – 6 thn ; dikatakan gangguan
bila tidak dapat melakukan  4 tugas
dalam 1 sektor fungsi.
• Global development delay ; Apabila
terdapat gangguan perkembangan  2
sektor fungsi.
• Specific delay ; ; Apabila terdapat
gangguan perkembangan 1 sektor fungsi
saja.
Pediatri
Screening Tumbuh Kembang
Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan

1. Tanya perkembangan anak dengan KPSP


(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
mulai umur 3 bulan,
 minimal tiap 3 bln sampai umur 2 thn
 minimal tiap 6 bulan umur 2 - 6 thn.
2. Tanya pendengaran anak dengan TDD
(tes daya dengar) mulai umur 3 bulan
 minimal tiap 3 bulan sampai umur 1 thn
 minimal tiap 6 bulan sampai umur 6 thn
135
1. Tes penglihatan anak dengan TDL (tes
daya lihat) mulai umur 3 tahun, tiap 6
bulan.

Tanya gangguan perilaku dengan


KMME (kuesioner masalah mental
emosional), CHAT (checklist for
autisme in toddler) dan Conners untuk
Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas
Deteksi Dini Gangguan Perilaku

Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan


petugas / guru / kader (tidak rutin)
Dgn kuesioner daftar tilik untuk autisme
(Checklist for autism in toddlers / CHAT) bagi
anak umur 18 bulan s/ 3 tahun.
Dgn Kuesioner Masalah Mental Emosional
(KMME) bagi anak 3 - 6 tahun.
Dgn kuesioner Abreviated Conner Rating Scale
untuk Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas (GPPH) bagi anak umur 3 tahun
ke atas. 137
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai