Anda di halaman 1dari 34

KEHAMILAN DENGAN HIV

Pembimbing
Dr. Indrawan Ekomurtomo SpOG

Muh. Dina Tursina Chekmat


PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 1998, lebih dari 33 juta orang mengidap HIV

• Setengahnya adalah wanita usia reproduksi

> 1 juta anak hidup dengan HIV karena mendapat infeksi dari ibunya

• Kebanyakan di negara- berkembang

Jika penyebaran AIDS belum dapat ditanggulangi, akan meningkatkan


angka kematian bayi sebanyak 25%.
Definisi
 HIV/AIDS adalah suatu sindrom defisiensi imun yang
ditandai oleh adanya infeksi oportunistik dan atau keganasan
yang tidak disebabkan oleh defisiensi imun primer atau
sekunder atau infeksi kongenital melainkan oleh human
immunodeficiency virus.
 Kausa sindrom imunodefisiensi ini adalah retrovirus DNA
yaitu HIV-1 dan HIV-2.
KLASIFIKASI
PATOGENESIS

Sel T mempunyai Reseptor yang disebut reseptor


CD4, tempat dimana HIV mengikatkan diri

Enzim protease pd sel T penting bagi virus HIV untuk


menjadi matur dan infeksius

Destruksi sel T oleh virus menyebabkan terjadinya


disfungsi sel imun
FISIOLOGI SISTEM IMUNITAS

Innate Immunity Acquired Immunity

Kemampuan tubuh menahan Kemampuan tubuh


segala bentuk invasi organisme membentuk suatu respon
target terhadap organisme
spesifik melalui beberapa
 Barir alami tubuh: Kulit
fungsi sistem/komponen
 Substansi toksik: Asam imunitas
lambung
 Sistem komplemen
 Sel fagosit: Sel darah
komplek yang diaktivasi oleh
putih dan makrofag
reaksi antigen-antibodi
 Substansi kimia darah
 Kekebalan yang
yang dapat menghancurkan
melibatkan aktivitas sel
organisme yang masuk
limfosit B dan T

Imunitas tubuh merupakan hasil kerja berbagai tipe sel dan substansi biologis
yang komplek.
IMUNITAS YANG DIBENTUK OLEH SEL LIMFOSIT

Imunitas Sel

Limfosit - B Limfosit - T

Sel Memori B Sel Plasma Sel Memori T Sel T Aktivasi

IgA, IgD, IgE, IgG, IgM Sitotoksik Supresor Helper

Kekebalan yang dibentuk oleh sel-sel limfosit berkembang selama


periode embrionik pada jaringan hemopoetik janin yang kemudian
berdiferensiasi ke berbagai sistem limfatik
klasifikasi HIV/AIDS berdasarkan
stadium WHO (2003)
 Stadium 1 : asimtomatik, limfadenopati • Stadium 4
generalisata • HIV wasting syndrome
 Stadium 2 • Pneumonia Pneumocystis carinii
 Berat badan turun < 10 % • Toksoplama serebral
 Manifestasi mukokutan minor (dermatitis • Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
seboroik, prurigo, infeksi jamur, kuku, ulkus • Sitomegalovirus pada organ selain hati,
oral rectum, cheilitis angularis) limpa, atau kelenjar getah bening (misalnya
 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir retinitis CMV)
 Infeksi saluran nafas atas rekuren • Infeksi herpes simpleks, mukokutan (> 1
 Stadium 3 bulan) atau viseral
 Berat badan turun > 10 % • Progressive multifocal leucoencephalopathy
 Diare yang tidak diketahui penyebab, > 1 bulan • Mikosis endemic diseminata
 Demam berkepanjangan (intermitten atau
• Kandidiasis esofagus, trakea, dan bronkus
konstan), > 1 bulan • Mikobakteriosis atipik, diseminata atau
 Kandidiasis oral paru
 Oral hairy leucoplakia • Septikemia salmonela non-tifosa
• Tuberkulosis ekstrapulmoner
 Tuberculosis paru
• Limfoma
 Infeksi bakteri baru (pneumonia, piomiositis)
• Sarkoma Kaposi
• Ensefalopati HIV
Cara Penularan Ibu ke Anak
Beberapa pokok kunci:
 Status HIV bayi dipengaruhi oleh kesehatan ibunya
 Status HIV bayi tidak dipengaruhi sama sekali oleh status HIV
ayahnya
 Status HIV bayi tidak dipengaruhi oleh status HIV anak lain
dari ibu
Dua faktor utama untuk menjelaskan
faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
 Faktor ibu • Faktor bayi
 kadar HIV (viral load) di darah ibu - bayi yang lahir prematur
pada menjelang ataupun saat dan memiliki berat badan
persalinan
lahir rendah,
 kadar HIV di air susu ibu ketika
ibu menyusui bayinya - melalui ASI yang diberikan
pada usia enam bulan
pertama bayi,
- bayi yang meminum ASI
dan memiliki luka di
mulutnya
Faktor cara penularan
 menular saat persalinan melalui percampuran darah ibu dan
darah bayi,
 bayi menelan darah ataupun lendir ibu,
 persalinan yang berlangsung lama,
 ketuban pecah lebih dari 4 jam
 penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum
atau forceps, dan tindakan episiotomi
 bayi yang lebih banyak mengonsumsi makanan campuran
daripada ASI
Faktor yang meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi
Masa kehamilan Masa persalinan Masa menyusui
Ibu baru terifeksi HIV Ibu baru terinfeksi HIV Ibu baru terinfeksi HIV
Ibu memiliki infeksi virus, bakteri, Ibu mengalami pecah ketuban lebih Ibu memberikan ASI dalam periode
parasit dari 4 jam sebelum persalinan yang lama

Ibu memiliki infeksi menular seksual Terdapat tindakan medis yang dapat Ibu memberikan makanan campuran
meningkatkan kontak dengan darah ibu (mixed feeding) untuk bayi
atau cairan tubuh ibu (sepert
penggunaan elktrode pada kepala janin,
penggunaan vakum atau forceps, dan
episiotomi

Ibu menderita kekurangan gizi Bayi merupakan janin pertama dari Ibu memiliki masalah pada payudara,
suatu kehamilan ganda (karena lebih seperti mastitis, abses, luka di puting
dekat dengan leher rahim/serviks) payudara

Ibu memiliki korioamniositis (dan IMS Bayi memiliki luka di mulut


yang tak diobati atau infeksi lainnya)
Pemeriksaan Penunjang
 ELISA/EIA
 WESTERN BLOT

Parameter Serologi Infeksi 11IV–1 Konsentrasi


Relatif
Pengaruh kehamilan pada perjalanan penyakit HIV

Tidak secara signifikan mempengaruhi:


penurunan CD4
peningkatan kadar HIV
progresivitas menjadi AIDS
Pengaruh infeksi HIV pada kehamilan

Di negara maju

Tidak meningkatkan
Prematuritas
BBLR
Gangguan pertumbuhan
intrauterin
Pengaruh infeksi HIV pada kehamilan

Di negara berkembang
Meningkatkan
abortus
prematuritas
BBLR
gangguan pertumbuhan
kematian janin intrauterin
terutama pada stadium lanjut
TRANSMISI

intrauterin intrapartum pascapersalinan

Kriteria: tes kadar HIV bayi positif dalam 48 jam setelah kelahiran diikuti tes kadar HIV
positif sesudahnya

Mekanisme
diduga melalui plasenta
intrauterin intrapartum pascapersalinan

Faktor yang mempengaruhi


Kadar HIV ibu
jumlah CD4+ ibu
malnutrisi
defisiensi vitamin A
rokok
amniosentesis
berat badan ibu
TRANSMISI

intrauterin intrapartum pascapersalinan

Kriteria
tes kadar HIV bayi negatif dalam 48 jam setelah kelahiran, 1 minggu kemudian positif, bayi tidak
menyusui
intrauterin intrapartum pascapersalinan

Faktor yang mem Kadar HIV ibu


< 1000 kopi 
pengaruhi Kadar HIV cairan servikovaginal
penularan minimal
cara persalinan
Tidak ada angka pasti
ketuban pecah dini > 4 jam
persalinan prematur
korioamnionitis
penyakit ulkus genital aktif
episiotomi
penggunaan vakum atau forseps
anak kembar: risiko anak pertama >>
Kadar HIV ibu menjelang persalinan dan risiko transmisi

Women & Infants Transmission Study (WITS)

45
persentase penularan

40
35
30
25
20
15
10
5
0
<1000 1000- 10001- 50001- >100000
10.000 50000 100000

kadar HIV
intrauterin intrapartum pascapersalinan

Faktor yang mem Kadar HIV ibu


pengaruhi Kadar HIV cairan servikovaginal
32% cairan
cara persalinan
serviks, 10%
ketuban pecah dini > 4 jam vagina
persalinan prematur
Duh abnormal,
korioamnionitis
CD4+ rendah,
penyakit ulkus genital aktif defisiensi vit A
episiotomi
penggunaan vakum atau forseps
anak kembar: risiko anak pertama >>
TRANSMISI

intrauterin intrapartum pascapersalinan

Faktor yang mempengaruhi


air susu ibu
mastitis
o Konsentrasi HIV 1 per 104 sel abses payudara
o Kadar tertinggi:
mulai minggu pertama, kolostrum sampai 3 lesi mukosa mulut bayi
bulan
o Masih dapat dideteksi sampai bayi prematur
9 bulan
o Risiko penularan tertinggi respons imun bayi
6 bulan pertama
PENCEGAHAN TRANSMISI
HIV DARI IBU KE ANAK

1. Manajemen antepartum
2. Manajemen intrapartum
3. Manajemen postpartum
ANTENATAL CARE (ANC),
1. Kunjungan pertama: Anamnesis lengkap,
pemeriksaan, suplemen folat dan VCCT
2. Kunjungan kedua : monitoring kemajuan
kehamilan, konseling mengenai pmtct dan pilihan
menyusui,tetanus toxoid, suplemen besi/folic .
3. Kunjungan ketiga : monitoring kemajuan
kehamilan, tekanan darah, Hb dan analisa urine,tetanus
toxoid, supplemen besi/folic. Dukungan konseling
4. Kunjungan keempat : sama seperti diatas.
Pendaftaran program pmtct , Beri obat antiretroviral
PENCEGAHAN TRANSMISI HIV
IBU KE ANAK
1. Prong 1 : Mencegah terjadinya
penularan HIV pada perempuan usia
reproduktif
2. Prong 2 : Mencegah kehamilan yang
tidak direncanakan pada ibu HIV positif
3. Prong 3 : Mencegah terjadinya
penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya
4. Prong 4 : Memberikan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu
HIV positif beserta bayi dan keluarganya
Strategi Utama WHO/UNAIDS
VCT
Pertahankan HIV-negatif
Tidak ingin Tidak hamil
2
Wanita 1 hamil
Menjadi
Hamil
HIV-positif

HIV Care VCT


4
ARV
Pemberian Susu Bayi

3
1 Mencegah infeksi HIV pada wanita
2 Mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki Bayi tak
3 Mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak terinfeksi
4 Menyediakan perawatan HIV bagi wanita dgn HIV dan keluarganya
Program pelayanan PMTCT
Semua perempuan
 ANC
 Penyuluhan HIV
 HIV testing (VCT)
 Partner testing
 Keluarga Berencana

HIV+ Perempuan HIV- Perempuan


 Counseling diagnosis HIV  Counseling Pencegahan
 Couple counseling
 ARV untuk PMTCT
 Counseling infant feeding
 Dukungan Psychosocial Masyarakat
 Penyuluhan
 HIV care
 Penjangkauan
 Diagnosis HIV untuk bayi
Antiretroviral Dalam Kehamilan
1. Zidovudine (ZDV)
2. Lamivudine (3TC)
3. Nevirapine
Cara Pemberian Zidovudine
PACTG (Pediatric AIDS Clinical Trial Group)
Waktu pemberian Regimen

Antepartum Pemberian peroral 100mg ZDV 5 kali sehari, inisiasi


pada 14-34 minggu kehamilan dan dilanjutkan terus
selama kehamilan

Intrapartum Pemberian IV dalam 1 jam 2 mg/kg BB, dilanjutkan


dengan infus 1 mg/kgBB hingga persalinan.

Postpartum Pemberian per oral kepada bayi. Sirup 2 mg/kgBB


setiap 6 jam selama 6 minggu pertama kelahiran,
dimulai 8-12 jam setelah lahir.
Seksio sesarea
• Seksio sesarea direkomendasikan pada Odha dengan HIV
RNA minggu ke-36 > 1000 kopi / mL. Seksio sesarea
direncanakan pada usia kehamilan 38 minggu, untuk
mengurangi kemungkinan ruptur membran.

• Pada Odha hamil dengan HIV RNA minggu ke-36 < 1000
kopi / mL, kemungkinan transmisi 1 – 2% dengan
persalinan pervaginam. Seksio sesarea dilakukan atas
indikasi obstetrik.
 Pencegahan Transmisi Vertikal

Anda mungkin juga menyukai