Anda di halaman 1dari 25

Penentuan Biaya P

roduk Bersama da
n Produk Samping
an
Nama Anggota 2

170810301092 170810301103
Shafira Hemas Wiguna Ulfatun Nikmah

170810301104 170810301106
Agatha Bella C. P. N. Riska Martiningsih

Kelompok 5
Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan
Produk Bersama dan Produk Sampingan 3

Produk Bersama Produk Utama Produk Sampingan


Produk bersama (joint prod Produk utama adalah satu p Produk sampingan adalah s
uct) adalah dua produk atau roduk atau lebih yang nilai j atu produk atau lebih yang n
lebih yang diproduksi secar ualnya (kuantitas dikalikan ilai jualnya relatif lebih rend
a serentak dengan serangka harga jual per satuan) relatif ah, yang diproduksi bersam
ian proses atau dengan pro lebih tinggi, yang diproduksi a dengan poduk lain yang ni
ses bersama. bersama dengan produk lai lai jualnya relatif lebih tingg
n yang nilai jualnya lebih ren i.
dah.

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


Biaya Bersama 4

Biaya Bersama
Biaya bersama (joint cost) adalah biaya yang dik
eluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diola
h sampai dengan saat berbagai macam produk
dapat dipisahkan identitasnya.

Titik Pisah
Titik pisah adalah tahapan dalam proses produksi p
ada saat beberapa produk diidentifikasi secara jelas.

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


KARAKTERISTIK PRODUK UTAMA 5

03 Dalam mengolah produk bersama, produs


en tidak dapat menghindari untuk mengh
asilkan semua jenis produk bersama.
02 Harga jual produk utama relatif lebih tinggi bila diban
dingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan p
ada saat yang sama.

01 Produk utama merupakan tujuan utama kegiatan pro


duksi.

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


KARAKTERISTIK PRODUK SAMPINGAN 6

1. Produk sampingan bukan meru


pakan tujuan utama kegiatan prod 2. Harga jual produk sampingan re
uksi. latif lebih rendah apabila dibandi
ngkan dengan produk utama yang
dihasilkan pada saat yang sama.

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


Produk Sampingan 7

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada
saat terpisah dari produk utama

Produk sampingan yang dapat langsung dijual setelah terpisah dari produk utama tanpa m
emerlukan pengolahan lebih lanjut.

Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari p
roduk utama.

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


Akuntansi Produk Bersam
a 1 Metode Nilai Pasar a
tau Metode Nilai Jua
l Relatif
2
Metode rata-Rata Bi
aya Per Satuan
3
Metode Rata-Rata T
ertimbang

Metode Unit Kuantit4


atif atau Metode Sat
uan Fisik
Contoh: Metode Nilai Pasar
PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pengilangan
minyak. Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak tersebut adalah
sebesar Rp 1.000.000. Proses produksi bersama yang dilaksanakan pada perusahaan tersebut
secara bersamaan menghasilkan bensin sebanyak 40.000 liter, minyak pelumas sebanyak 35.000
liter, dan minyak tanah sebanyak 25.000 liter. Harga jual masing-masing produk per liter setelah
titik pisah adalah bensin Rp 1.000, minyak pelumas Rp 750, dan minyak tanah Rp 500.

Produk Jumlah Harga Nilai Jual Nilai Jual Alokasi Biaya Biaya Unit
Bersama (5) = (4) x
Bersama Produk Jual/Unit (3) = Relatif (6) = (5)/(1)
Rp 1.000.000
(1) (2) (1) x (2) (4)
Bensin 40.000 liter Rp 1.000 Rp 40.000.000 50,80% Rp 508.000 Rp 12,70

Pelumas 35.000 liter Rp 750 Rp 26.250.000 33,33% Rp 333.300 Rp 9,52


Mintak tanah 25.000 liter Rp 500 Rp 12.500.000 15,87% Rp 158.700 Rp 6,35
Total 100.000 liter   Rp 78.750.000 100,00% Rp 1.000.000  
Contoh: Metode Rata-Rata Biaya Per Satuan
PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pengilangan
minyak. Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak tersebut adalah
sebesar Rp 1.000.000. Proses produksi bersama yang dilaksanakan pada perusahaan tersebut
secara bersamaan menghasilkan bensin sebanyak 40.000 liter, minyak pelumas sebanyak 35.000
liter, dan minyak tanah sebanyak 25.000 liter. Dengan demikian total produksi secara keseluruhan
adalah sebanyak 100.000 liter. Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung biaya produksi rata-rata
per liter adalah sebesar Rp 10 (Rp 1.000.000/100.000 liter). Berdasarkan data tersebut maka
dapat dibuat alokasi biaya bersama sebagai berikut:

Produk Kuantitas Rata-Rata Biaya Per Alokasi Biaya Bersama


(1) Satuan (2) (3) = (1) x (2)
Bensin 40.000 liter Rp 10 Rp 400.000
Pelumas 35.000 liter Rp 10 Rp 350.000
Mintak tanah 25.000 liter Rp 10 Rp 250.000
Total 100.000 liter   Rp 1.000.000
Contoh: Metode Rata-Rata Tertimbang
PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
pengilangan minyak. Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak tersebut
adalah sebesar Rp 1.000.000. Proses produksi bersama yang dilaksanakan pada perusahaan
tersebut secara bersamaan menghasilkan bensin sebanyak 40.000 liter, minyak pelumas
sebanyak 35.000 liter, dan minyak tanah sebanyak 25.000 liter. Angka penimbang untuk masing-
masing produk, yaitu: bensin 3, minyak pelumas 2, dan minyak tanah 1. Berdasarkan data
tersebut maka dapat dibuat alokasi biaya bersama sebagai berikut

Jumlah Produk x Alokasi Biaya


Produk Jumlah Produk (1) Angka Penimbang Angka Penimbang Bersama (4) =
(2) (3) = (1) x (2) (3)/215.000 liter x
Rp 1.000.000
Bensin 40.000 liter 3 120.000 liter Rp 558.140
Pelumas 35.000 liter 2 70.000 liter Rp 325.581
Mintak tanah 25.000 liter 1 25.000 liter Rp 116.279
Total 100.000 liter   215.000 liter Rp 1.000.000
Contoh: Metode Unit Kuantitatif
PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pengilangan
minyak. Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak tersebut adalah
sebesar Rp 1.000.000. Dalam pelaksanaan proses produksinya, perusahaan tersebut
menggunakan bahan minyak mentah sebanyak 100.000 liter untuk diolah menjadi bensin, minyak
pelumas, dan minyak tanah. Berdasarkan analisis, diketahui bahwa bensin menggunakan minyak
mentah sebanyak 40.000 liter, minyak pelumas menggunakan minyak mentah sebanyak 35.000
liter, dan minyak tanah menggunakan minyak mentah sebanyak 25.000 liter. Dari data tersebut,
dapat ditentukan alokasi biaya bersama untuk bensin adalah 40% (40.000 liter/100.000 liter),
poelumas 35% (35.000 liter/100.000 liter), dan minyak tanah 25% (25.000 liter/100.000 liter).
Berdasarkan data tersebut maka dapat dibuat alokasi biaya bersama sebagai berikut

Produk Kuantitas Pemakaian Presentase (2) Alokasi Biaya Bersama (3)


Bahan Baku (1) = (2) x Rp 1.000.000
Bensin 40.000 liter 40% Rp 400.000
Pelumas 35.000 liter 35% Rp 350.000
Mintak tanah 25.000 liter 25% Rp 250.000
Total 100.000 liter 100% Rp 1.000.000
1
Metode Penentuan Biaya Produk Sampingan 2

Metode perlakuan terhadap biaya produk sampingan ada dua cara berikut ini:

1. Metode Tanpa Alokasi:


a. Metode pengakuan pendapatan kotor
Pada metode ini, setiap pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
pendapatan produk sampingan atau sebagai pengurang biaya produk utama.
b. Metode pengakuan pendapatan bersih
Pada metode ini, biaya yang terjadi setelah titik pisah akan dikurangkan dari jumlah pendapatan yang diperoleh da
ri hasil penjualan produk sampingan.
2. Metode Dengan Alokasi
Jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk sampingan akan dikurangi dengan seluruh biaya y
ang terjadi setelah titik pisah.

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


Metode Tanpa Alokasi
1. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk sampingan akan disajikan di dalam laporan
laba rugi melalui beberapa cara berikut ini: (1) Pendapatan lain-lain; (2) Tambahan pendapatan penjualan
produk utama; (3) Pengurangan harga pokok penjualan produk utama; (4) Pengurang biaya total produksi
produk utama.
Laporan laba rugi PT. Graha Anugrah Insani:

PT Graha Anugerah Insani


Laporan Laba Rugi
Penjualan (produk utama, 10.000 unit @Rp60)   Rp600.000
Harga Pokok Penjualan :    
Persediaan awal (1.000 unit @Rp45) Rp45.000  
Biaya produksi total (11.000 unit @Rp45) Rp495.000  
Barang tersedia dijual Rp540.000  
Persediaan akhir (2.000 unit @Rp45) (Rp90.000)  
Harga Pokok Penjualan   (Rp450.000)
Laba Kotor   Rp150.000
Biaya pemasaran dan administrasi   (Rp60.000)
Laba Operasi   Rp90.000
Pendapatan produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain. Pada metode ini, pendapatan yang diperoleh dari
hasil penjualan produk sampingan merupakan penambah terhadap laba operasi.

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @Rp60)   Rp600.000


 
Harga Pokok Penjualan :  

Persediaan awal (1.000 unit @Rp45) Rp45.000  


Biaya produksi total (11.000 unit @Rp45) Rp495.000  
Barang tersedia dijual Rp540.000  
Persediaan akhir (2.000 unit @Rp45) (Rp90.000)  
Harga Pokok Penjualan   (Rp450.000)
Laba Kotor   Rp150.000
Biaya pemasaran dan administrasi   (Rp60.000)
Laba Operasi   Rp90.000
Pendapatan lain-lain :    
Pendapatan dan hasil penjualan produk sampingan   Rp45.000
Laba sebelum pajak   Rp135.000
Pendapatan produk sampingan sebagai tambahan pendapatan penjualan. Pendapatan dari hasil penjualan 1
produk sampingan yang pada laporan laba rugi metode sebelumnya merupakan penambah terhadap laba 6
operasi tetapi pada metode ini, pendapatan tersebut disajikan sebagai penambah terhadap pendapatan
penjualan produk utama sehingga pendapatan penjualan berubah menjadi Rp645.000. sebagai akibatnya, laba
kotor meningkat, sedangkan semua angka lainnya akan tetap sama.

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @Rp60)   Rp600.000


Pendapatan dari hasil penjualan produk sampingan   Rp45.000
    Rp645.000
Harga Pokok Penjualan :    
Persediaan awal (1.000 unit @Rp45) Rp45.000  
Biaya produksi total (11.000 unit @Rp45) Rp495.000  
Barang tersedia dijual Rp540.000  
Persediaan akhir (2.000 unit @Rp45) (Rp90.000)  
Harga Pokok Penjualan   (Rp450.000)
Laba Kotor   Rp195.000
Biaya pemasaran dan administrasi   (Rp60.000)
Laba Operasi   Rp135.000
 Pendapatan produk sampingan sebagai pengurang harga pokok penjualan. Pada metode ini, pendapatan yang
diperoleh dari hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp45.000 akan dikurangkan dari harga pokok
penjualan sebesar Rp450.000 sehingga mengurangi harga pokok penjualan dan meningkatkan laba kotor serta
laba sebelum pajak.

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @Rp60)   Rp600.000


Harga Pokok Penjualan :    
Persediaan awal (1.000 unit @Rp45) Rp45.000  
Biaya produksi total (11.000 unit @Rp45) Rp495.000  
Barang tersedia dijual Rp540.000  
Persediaan akhir (2.000 unit @Rp45) (Rp90.000)  
  Rp450.000
Pendapatan dari hasil penjualan produk sampingan (Rp45.000)  
    (Rp405.000)
Laba Kotor   Rp195.000
Biaya pemasaran dan administrasi   (Rp60.000)
Laba Operasi   Rp135.000
Pendapatan produk sampingan sebagai pengurang biaya produksi

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @Rp60)     Rp600.000


Harga Pokok Penjualan :      
Persediaan awal (1.000 unit @Rp40,5)   Rp40.500  
Biaya produksi total (11.000 unit @Rp45) Rp495.000    
Pendapatan dari penjualan produk sampingan (Rp45.000)    
Biaya produksi neto   Rp450.000  
Barang tersedia untuk dijual (12.000 unit   Rp490.500  
@Rp40,875 biaya rata-rata)
Persediaan akhir (2.000 unit @Rp40,875)   (Rp81.750)  
      (Rp408.750)
Laba Kotor     Rp191.250
Biaya pemasaran dan administrasi     (Rp60.000)
Laba Operasi     Rp131.250
2. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih

Di dalam metode pengakuan pendapatan bersih, jumlah pendaptan yang diperoleh dari
hasil penjualan produk sampingan akan dikurangi dengan seluruh biaya yang terjadi
setelah titik pisah. Biaya yang terjadi setelah titik pisah, antara lain biaya penempatan
produk sampingan di pasar (biaya administrasi dan biaya pemasaran) dan setiap
tambahan biaya yang terjadi sehubungan dengan pemrosesan lebih lanjut produk
sampingan. Di dalam metode ini, pendapatan bersih produk sampingan dapat diperlakukan
sebagai berikut.
1. Pendapatan lain-lain.
2. Tambahan pendapatan penjualan produk utama.
3. Pengurangan harga pokok penjualan produk utama.
4. Pengurangan biaya total produksi utama.
20

Metode Dengan Alokasi

Sebagian biaya produksi bersama akan dialokasikan kepada produk sampingan.

Biaya produk sampingan meliputi jumlah biaya bersama yang dialokasikan kepada produk sampingan ditambah deng
an biaya yang terjadi setelah titik pisah untuk memproses lebih lanjut produk tersebut.

Untuk menentukan jumlah biaya bersama yang dialokasikan kepada produk sampingan terdapat dua metode:
1. Metode biaya pengganti (replacement cost); 2. Metode biaya reversal (reversal cost)

Akuntansi Biaya: Penentuan Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


2
Metode Biaya Pengganti
1
 Diterapkan pada perusahaan yang pr
oduk sampingannya digunakan sebag
ai bahan dalam proses produksinya s
ehingga perusahaan tidak perlu mem
beli bahan baku atau bahan penolong
tertentu dari pemasok luar. Metode Biaya Reversal
 Akun Barang Dalam Proses akan dikre  Pada dasarnya sama dengan metode biaya
dit sebesar biaya pengganti produk sa pengganti. Namun, dalam metode ini jumla
mpingan sehingga akan mengurangi b h biaya bersama dialokasikan kepada prod
iaya produksi produk utama dan diim uk sampingan dengan cara yang berbeda.
bangi dengan pendebitan terhadap a  Dalam metode ini biaya bersama yang dialo
kun Produk Sampingan. Akun tersebu kasikan kepada produk sampingan adalah
t akan dikredit pada saat produk sam sebesar taksiran biaya produk sampingan p
pingan tersebut digunakan untuk pro ada saat titik pisah.
duksi.
Formula Perhitungan Metode Biaya
Reversal

Nilai pasar produk sampingan Rp. XXX


Dikurangi :
Taksiran laba kotor Rp. XXX
Taksiran biaya pemasaran Rp. XXX
Taksiran biaya administrasi dan umum Rp. XXX
Taksiran biaya proses lanjut Rp. XXX (Rp. XXX)
Taksiran biaya produk sampingan Rp. XXX
Contoh Perhitungan Metode Biaya Reversal
Elemen Produk Utama Produk Sampingan
Biaya bahan baku Rp.1.500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp.2.100.000
Biaya overhead pabrik Rp.1.200.000
Total biaya produksi (40.000 unit) Rp.4.800.000
Nilai pasar (5.000 unit @Rp.54) Rp.270.000
Taksiran laba kotor:
Laba kotor (20% dari harga jual) Rp.54.000
Biaya pemasaran dan adm. (5% dari harga jual) Rp.13.500 (Rp.67.500)
Rp.202.500
Taksiran biaya produksi setelah pemisahan:
Biaya bahan baku Rp.30.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp.36.000
Biaya overhead pabrik Rp.9.000 (Rp.75.000)
Taksiran nilai produk sampingan pada saat
pemisahan dikurangkan ke produk utama (Rp.127.500) Rp.127.500
Biaya produk utama Rp.4.672.500
Ditambah dengan biaya produksi sesungguhnya
setelah pemisahan Rp.69.000
Biaya produk sampingan Rp.196.500
Total jumlah unit 1.200.000 unit 150.000 unit
Biaya produk per unit Rp.116,82 Rp.39,30
2
4

Analisis Biaya Bersama Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen dan Analisis


Kemampuan Menghasilkan Laba

Jumlah yang Nilai pasar per Total nilai Rasio nilai produk Alokasi biaya
Produk diproduksi unit pasar dari bersama
    pada titik pisah   total nilai pasar  

A 60.000 unit Rp.10 Rp.600.000  3,125% Rp.150.000

B 45.000 unit Rp.120 Rp.5.400.000  28,125% Rp.1.350.000

C 30.000 unit Rp.140 Rp.4.200.000 21,875% Rp.1.050.000

D 45.000 unit Rp.200 Rp.9.000.000  46,875% Rp.2.250.000

Total 180.000 unit   Rp.19.200.000  100,000% Rp.4.800.000


Misalkan produk A memiliki total nilai pasar pasti sebesar Rp.750.000.
Total nilai pasar sebesar Rp.750.000 tersebut dapat terjadi apabila
Produk A diproses lebih lanjut setelah titik pisah. Alternatif yang lain
adalah Produk A dapat dijual dengan harga Rp.600.000 pada saat titik
pisah tanpa memerlukan pemrosesan lebih lanjut. Apabila biaya
pemrosesan lebih lanjut setelah titik pisah dan biaya tersebut dapat
ditelusur secara langsung kepada Produk A adalah sebesar
Rp.100.000, terjadi perbedaan pendapatan sebesar Rp.150.000
(Rp.750.000- Rp.600.000), dikurangi biaya pemrosesan lebih lanjut
sebesar Rp.100.000 setelah titik pisah sehingga menghasilkan selisih
positif sebesar Rp.50.000 (Rp.150.000- Rp.100.000). Berdasarkan
metode perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemrosesan
lebih lanjut memang diperlukan karena menghasilkan pilihan yang lebih
baik.

HASIL ANALISIS

Anda mungkin juga menyukai