Anda di halaman 1dari 47

RANCANGAN

PENELITIAN

Shinta Mayasari,S.Farm,M.Farm,Klin.,Apt
Divisi Farmasi Klinik & Komunitas
Program Studi Sarjana Farmasi
STIKES dr Soebandi Jember
DEFINISI

Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana


tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian
Rancangan penelitian kesehatan
berdasarkan klasifikasi penelitian

Rancangan Jenis Contoh


Observasional (non- Deskriptif Lap kasus
eksperimen) Studi kasus
Survei
Analitik Cross sectional
Kasus kontrol
Kohort

Eksperimen Laboratorium Biomedik


Klinik Trial klinik
Epidemiologi Intervensi komunitas
PENELITIAN
OBSERVASIONAL
Penelitian observasional dibedakan tiga pendekatan:
– Cross Sectional
– Kasus Kontrol/ Retrospektif
– Cohort / Prospektif
CROSS SECTIONAL
– Penelitian Cross Sectional adalah penelitian observasional dimana pengambilan data
variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang
bersamaan
– Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas
dan variabel tergantung maupun tidak
– Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
– Populasinya adalah: Semua Wanita Usia Subur (baik yang menggunakan depo
provera maupun tidak, serta baik yang obesitas maupun tidak)
– Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel
sekaligus
– Setiap responden (WUS) dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data
tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami
obesitas atau tidak.
7

INSTRUMEN
– Survey
– Wawancara
– Isian kuesioner
8

CIRI-CIRI PENELITIAN
Observasi terhadap variabel independent (faktor resiko) dan
dependent (efek) dilakukan satu kali, pada saat yang sama.
Dapat untuk deskriptif maupun analitik.
Dapat diketahui jumlah subjek yang mengalami efek pada
kelompok yang mempunyai faktor resiko dan yang tidak.
Rasio prevalens menggambarkan peran faktor resiko terhadap
terjadinya efek.
Paling sering digunakan untuk studi klinik/lapangan.
Tahapan CROSSSECTIONAL

– Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai


– Mengidentifikasi variabel penelitian
– Menetapkan subjek penelitian
– Melakukan observasi/ pengukuran
– Melakukan analisis
Kelebihan Cross Sectional
– Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat
– Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
– Kemungkinan subjek “drop out” kecil
– Tidak banyak hambatan etik
– Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
Kelemahan cross sectional

– Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat


– Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak
– Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan durasi sakit yang
pendek
– Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort
– Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit
PENDEKATAN CASECONTROL

– Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel akibat


(dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diukur varibel
sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu (retrospektif)
– Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita
Usia Subur
– Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya
adalah:
– Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok sampel)
– Sedang kelompok kontrolnya adalah semua WUS yang tidak mengalami obesitas
Tahapan Case Control

1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai


2. Menetapkan variabel penelitian
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melakukan pengukuran variabel
5. Analisis hasil
Menentukan Kontrol

– Batasan
Merupakan kelompok yg digunakan sbg pembanding dan memiliki
kriteria:
1. Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dgn klp kasus
2. Tidak menderita penyakit yang diteliti
3. Bersedia ikut dalam penelitian
Menentukan Kontrol

– Sumber kontrol
1. Pasien rumah sakit yang memenuhi kriteria
2. Dapat diambil dari masyarakat tempat kasus berasal. Subyek studi
ayng telah ditentukan dan semua individu yang memenuhi kriteria di
daerah tersebut adalah populasi studi kemudian diambil sampel scr
acak untuk menjadi klp kontrol.
3. Teman, saudara, tetangga dan keluarga penderita yang memenuhi
syarat
Menentukan Kontrol
– Banyaknya kontrol/kasus
– Jumlah kasus dan kontrol tidak harus selalu sama, karena:
1. Lebih mudah mencari kontrol dibanding kasus
2. Memperkecil jumlah kasus yg dibutuhkan
– Contoh
√ 1:2 √ 0,8
√ 1:3 √ 1,5
ODSSRATIO
– Odds ratio merupakan ukuran besarnya efek, menjelaskan kekuatan
hubungan antara dua nilai data biner
– Digunakan pada analisis bivariat dengan desain case control
ODSSRATIO
– Menentukan OR secara manual : OR = ad/bc
Penyakit
Kasus (+) Kontrol (-) Jumlah
+ a b a+b
Pajanan
- c d c+d
Jumlah a+c b+d N
Interpretasi
< 1 (kondisi/penyakit kurang cenderung terjadi pada kelompok kasus)
= 1 (kondisi/penyakit kemungkinan terjadi pada kedua kelompok)
>1 ( kondisi/peyakit lebih mungkin terjadi pada kelompok kasus)
– Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara hepatomegali dgn
terjadinya syok pada pasien anak yang mengalami DBD. Desain
penelitian yg digunakan adalah case control
Syok
ya tidak Jumlah
ya 18 34 52
Hepatomegali
tidak 14 94 108
Jumlah 32 128 160

OR= 1692/476
= 3,55

Artinya “pasien dengan hepatomegali mempunyai kemungkinan


3,55 kali mengalami syok dibanding pasien yang tidak mengalami
hepatomegali”
Confounding (perancu)
– Merupakan pengaruh variabel eksternal yang seluruhnya/sebagian
dapat mempengaruhi efek hubungan antara pajanan & penyakit yang
sesungguhnya.
– Mis: Antara pajanan & penyakit yg tampaknya menunjukkan ada
hubungan padahal sesungguhnya tidak, atau
– Tampak tidak ada hubungan padahal sebenarnya ada.
Confounding (perancu)

– Ciri-ciri faktor perancu


– Merupakan faktor risiko terhadap timbulnya penyakit yg diteliti

– Memiliki asosiasi non-kausal dengan pajanan yang diteliti


– Cara pengendalian
– Perhitungan secara terpisah
– Stratifikasi
– matching
Matching
– Merupakan cara untuk menyamakan variabel-variabel tertentu antara
klp kasus dan klp kontrol.
– Variabel yang dapat di gunakan
– Umur
– Jenis kelamin

– Pendidikan

– Pekerjaan

– Gol. Darah

– dll
Matching
– Dilakukan untuk menghindari bias yang timbul akibat tidak
komparabelnya klp kasus dan kontrol.
– Dilakukan pada saat persiapan yaitu saat pengambilan sampel.
– Dapat juga dilakukan pada saat analisis = disebut postmatching
Matching
– Syarat matching
– Variabel yang digunakan untuk matching tidak berhubungan dgn pajanan
thd faktor risiko
– Bukan merupakan sebab timbulnya penyakit
– Dapat merupakan fk. Risiko yang berasal dari variabel penyebab akibat
adanya asosiasi nonkausal
– Kriteria matching menurut Wold (1956) dan Susser (1973)
A B
E= PAJANAN
E F= VARIABEL PERANCU/
D E
FAKTORMATCHING
D = PENYAKIT
ASOSIASIKAUSAL
D ASOSIASINONKAUSAL

F F
Kelebihan kasus kontrol
1. Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan
2. Hasil cepat, ekonomis
3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit
4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin
berhubungan dengan penyakit
5. Kesimpulan korelasi > baik, krn ada pembatasan dan pengendalian
faktor risk
6. Tidak mengalami kendala etik
Kelemahan kasus kontrol
– Bias
– Tdk diketahui pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik
matching
– Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di
“matching”kan banyak
– Kelompok kasus dan kontrol tidak random apakah faktor luar
seimbang?
PENDEKATAN COHORT
– Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel bebas
(sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu
kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung
(akibat)
– Populasi adalah semua responden yang mempunyai kriteria variabel
sebab (sebagai kelompok studi)
– Pada penelitian cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak
mempunyai kriteria variabel sebab
Skema Studi Kohort Prospektif

Waktu peneli tian dimulai DIIKUTIPROSPEKTIF Apakah terjadi efek?

Efek (+)

Faktor ri siko (+)

Efek (-)
Subyektanpafa
ktor risiko
&tanpa
efek Efek (+)

Faktor risiko (-)

Efek (-)
Skema Studi Kohort retrospektif
Pengambilan kelompok
Saat pelaksanaan
kohort dari data yang
penelitian
telah lalu

Efek (+)
Klp studi (+) insiden
Efek (-)
Faktor
risiko Efek (+)
Klp kontrol (-) insiden
Efek (-)
– Syarat umum subyek dapat dimasukkan dalam studi kohort
1. Tidak menderita efek yang diteliti
2. Belum terpajan terhadap faktor risiko yang diteliti
– Pemilihan kelompok kontrol
bagian dr populasi yg tdk terpajan faktor risiko
– Keuntungan :
1. Berasal dari populasi yang sama
2. Dapat dilakukan follow up dgn prosedur yg sama
Mengamati timbulnya efek
– Pengamatan dalam periode tertentu
– Lama waktu pengamatan tergantung pada karakteristik penyakit atau
efek yang diteliti
– Loss to follow-up. Batas: 10% untuk studi klinis dan 15 % untuk studi
lapangan
– Pengamatan tunggal: dilakukan 1X pada akhir penelitian
– Pengamatan berkala: periodik menurut interval waktu yang ditetapkan
sampai akhir penelitian
Analisis hasil
– Membandingkan insiden penyakit antara kelompok dengan faktor risiko dengan
kelompok tanpa risiko Risiko Relatif (Relative Risk RR)
– Menyertakan interval kepercayaan
Risiko Relatif
EFEK
Ya Tidak Jumlah
FAKTO R Ya a b a+b
RISIKO Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sel a: subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek


Sel b: subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
Sel c: subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
Sel d: subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalamiefek

Relative Risk (RR) = Insiden pada kelompok terpapar


Insiden pada kelompok tidak terpapar
A(A+B)/C(C+D)
Interpretasi RR
– RR>1 Paparan merupakan faktor risiko
– RR<1 Paparan merupakan faktorprotektif
– RR=1 Paparan bukan merupakan faktorrisiko
– Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita
Usia Subur
– Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya
adalah:
– Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok
sampel)
– Sedangkan kelompok kontrolnya adalah semua WUS yang tidak
menggunakan Depo Propera
– Setelah diamati beberapa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan
pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok
sebab maupun kelompok akibat
– Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai
Contoh Studi Kohort

– Anemia pada ibu hamil BBLR


– Kebiasaan merokok pada orang tua ISPApada balita
– Kebiasaan menggunakan alas kaki kecacingan pada anak SD
– Cuci tangan dengan sabun diare pada anak
Kelebihan Kohort
– Dapat digunakan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan faktor risiko
yg diperkirakan sbg penyebab timbulnya penyakit dgn akibatnya
– Menghitung rate insiden scr langsung
– Mengetahui perubahan2 yg terjadi dgn berjalannya waktu atau parjalanan
penyakit alamiah
– Menghitung besarnya risiko kelompok terpajan dan kelompok tdk terpajan
hingga dapat dihitung risiko atribut dan risiko relatif atau population
atributable risk (PAR) secara langsung
– Mempelajari berbagai efek terhadap suatu pajanan hingga dapat diperoleh
informasi yang lebih mendalam.
Kelemahan Kohort
– Membutuhkan waktu lama
– Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar
– Lamanya pengamatan dan kemajuan yg pesat dalam bidang kedokteran
mengakibatkan perubahan pada masalah yang dihadapi sehingga
kemungkinan hasil penelitian menjadi tidak relevan
– Tidak efisien untuk penyakit yang jarang atau penyakit dengan fase laten
yang panjang
– Seringkali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam
penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan
membutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan.
Eksperimental
– Memberikan perlakuan/manipulasi terhadap subjek dan diamati efek perlakuan
tersebut
– Disebut juga rancangan percobaan
– Kapasitas korelasi paling tinggi dibandingkan rancangan penelitian yang lain
– Variabel penelitian:
– Var. tercoba, yang dipelajari efek perlakuan
– Var. eksperimental, yang dimanipulasi
– Var. non-eksperimental
– Var. terkendali, var. luar yang dapat dikendalikan
– Var. tak terkendali, var. luar yang tidak dapat dikendalikan
– Pengendalian dengan:
– rancangan penelitian

– statistik
Kelebihan Eksperimental
– Memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan melakukan penilaian penelitian
dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada
penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional.
– Teknik randomisasi bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar
kelompok hampir sama dalam penelitian.
– Desain ini juga memungkinkan peneliti melakukan double-blind, dimana peneliti
maupun responden tidak mengetahui status responden apakah apakah
termasuk dalam kelompok intervensi atau non-intervensi.
– Desain ini dapat meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias
dalam hasil penelitian
Kelemahan Eksperimental
– Berhubungan dengan masalah etika, waktu dan masalah
pengorganisasian penelitian
– Butuh managemen yang tidak mudah karena melibatkan
banyak pihak.
– Contoh : intervensi bekaitan dengan manusia, dan
membutuhkan kerjasama dari responden pada kelompok
intervensi atau non intervensi, tenaga kesehatan, peneliti,
laboran dan sebagaimananya terkait penelitian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai