Anda di halaman 1dari 24

KIMIA MEDISINAL

ANTIHISTAMIN
KELOMPOK 3B

1. Agus Setiawan (08061381320030) 12. Reafy Anjani (08061281320016)


2. Brillian Jhanatra (08111006061) 13. Regiena Shanty (08061381320010)
3. Delisa Sihotang (08061381320032) 14. Salsalina Asrienda (08061181320022)
4. Dero Prima (08111006050) 15. Septalia Pratiwi (08111006042)
5. Dian Wijayanti (08061181320012) 16. Siti Mukaromah (08061381320006)
6. Disa Akmariana (08061281320010) 17. Winta Sari A. (08111006026)
7. Eka Putri F (08061381320006) 18. Wita Nurleny (08111006011)
8. Fitri Irdiyanti (08111006004) 19. Yesi Pratiwi (08111006033)
9. Intan Sri Mustika (08061181320008) 20. Yola Oktalita (08111006003)
10. Oon Fatihana (08061381320014) 21. Yuni Eka Sari (08061181320018)
11. Putri Chandrika K (08061281320014)
HISTAMIN
• Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh yaitu
pada jaringan sel mast dan peredaran basofil
• Mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi
MEKANISME KERJA HISTAMIN
• Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor
histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3
• Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab,
pruritik, dermatis, dan urtikaria.
• Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan
peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan
tukak lambung
• Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak
dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan
histamin, mediator alergi, dan perdangan.
ANTIHISTAMIN
• Obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan histamin dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi
reseptor H1, H2, dan H3
• Berdasarkan hambatan pada reseptor khas,
antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu;
antagonis H1, antagonis H2, dan antagonis H3
ANTAGONIS H1

Ar : gugus aril (fenil, fenil tersubsitusi, dan


heteroaril)
Ar’ : gugus aril kedua
R dan R’ : gugus alkil
X : gugus isosterik, seperti O, N, dan CH
HUBUNGAN STRUKTUR DAN
AKTIVITAS
Turunan eter
aminoalkil

Turunan
etilendiamin

Turunan
alkilamin
Antagonis H1
Turunan
piperazin

Turunan
fenotiazin

Turunan
lain-lain
TURUNAN ETER AMINOALKIL

• Pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin
aromatik juga meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek
samping
• Pemasuka gugs CH3 pada posisi para cincin aromatik
meningkatkan aktivitas. Pada posisi orto menghilangkan efek
antagonis H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik
• Memiliki aktivitas antikolinergik karena mempunyai struktur
mirip dengan eter aminoalkohol (senyawa pemblok kolinergik)
DIFENHIDRAMIN HCL

• Efek : antihistamin, antiemetik, antitusif, dan sedatif


• Penggunaan :
• Antihistamin: urtikaria, rinitis musiman (hay fever),
dermatosis
• Antispasmodik
• Efek samping : kantuk, penggunaan bersama dg minuman
beralkohol & depresan SSP harus dihindari
• Dosis: Dosis lazim dewasa oral: 25–50 mg; I.M/ I.V : 10–50 mg
• Bentuk Sediaan : kapsul, eliksir, sirup, tablet, injeksi
TURUNAN ETILENDIAMIN

• N (X) : atom penghubung


• Rantai 2 atom C : penghubung gugus diaril inti dengan gugus
amino tersier
TURUNAN ALKILAMIN

• Feniramin : gugus fenil, gugus 2-piridil aril & gugus


dimetilamino terminal
• Merupakan antihistamin H1 paling aktif, efek sedasi rendah
• Memiliki sedikit kerja antiemetik
• Aktivitas antikolinergik signifikan (< aminoalkil eter)
• Pemasukan gugus klor/brom pada posisi para
cincin aromatik feniramin maleat akan
meningkatkan aktivitan antihistamin
• Isomer dekstro klorfeniramin maleat mempunyai
aktivitas yang lebih besar dibanding campuran
rasematnya
TURUNAN PIPERAZIN

X: gugus H, Cl
R : CH2 – R2

• Efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat


dan masa kerja panjang ± 9-24 jam
• Penggunaan: Antiemetik, antimual, antivertigo, serta
mengurangi gejala alergi seperti urtikaria
TURUNAN FENOTIAZIN

Pemasukan gugus halogen atau C pada posisi 2


dan perpanjangan atom C rantai samping akan
meningkatkan aktivitas tranquilizer dan menurunkan
efek antihistamin
Prometazin HCl Metdilazin HCl
TURUNAN LAIN-LAIN

1. Siproheptadin HCl 2. Azatadin maleat


• Struktur berhubungan • Aza isomer dari
dengan fenotiazin; atom S siproheptadin dengan cara
pada cincin trisiklik diganti mereduksi ikatan rangkap
dengan -CH=CH- dan N C10 dan C11
diganti dengan atom C sp2
• Efek: antiserotonin,
antimigrain, perangsang
nafsu makan, dan
transquilizer.
ANTAGONIS H1 GENERASI
KEDUA

• ≠ efek sedasi pd dosis tx penetrasi SSP buruk & afinitas terhadap


reseptor histamin pusat, kolinergik & adrenergik rendah
• Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif karena disosiasi
lambat pada reseptornya.
• Sedikit afinitas terhadap reseptor muskarinik, serotonik / adrenergik
(gugus difenilmetilpiperidin).
• Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol) & AB
makrolida (Eritromisin, Klaritromisin) Menghambat metabolisme:
kadar obat proaritmia
• Blocker reseptor H1 selektif (antihistamin ≈ terfenadin)
• Efek antikolinergik ≠ signifikan.
• Interaksi : ≠ abnormalitas ritme jantung
• Hanya 5 % dari total dosis yg dimetabolisme sisanya
diekskresi dalam empedu & urin
• T ½ 14 jam
• Dosis lazim, Oral : 60 mg b.i.d
LORATADIN

• Antagonis H1 periferal
selektif.
• Aktivitas serotonergik
lebih kuat dari efek
SSP/otonom
• T ½ 8–15 jam
• Dosis lazim : oral, 10–
40 mg sehari
ANTAGONIS H2

• Struktur serupa dengan histamin; mengandung


cincin imidazol atau bioisosteriknya, tetapi
berbeda pada panjang gugus rantai samping.
• Pada interaksi obat dengan reseptor H2, cincin
imidazol atau bioisosteriknya terikat pada sisi
reseptor khas melalui ikatan dipol, sedang rantai
samping yang panjang dan tidak bermuatan
terikat melalui ikatan hidrofob dan kekuatan van
der Waals pada reseptor tidak khas.
HUBUNGAN STRUKTUR DAN
AKTIVITAS
1) Modifikasi pada cincin
2) Modifikasi pada rantai samping
3) Modifikasi pada gugus N
5
1
4
2
3

Anda mungkin juga menyukai