Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang
dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang
bunyi dan cahaya.
Menerapkan konsep dan prinsip gelombang
bunyi dan cahaya dalam teknologi
Bunyi merupakan gelombang longitudinal karena arah
perambatannya sejajar dengan arah getarnya. Gelombang
bunyi berbentuk rapatan dan regangan. Semakin tinggi
frekuensi bunyi, maka semakin tinggi nada yang dihasilkan, dan
makin rendah frekuensi bunyi, maka akan semakin rendah nada
bunyi yang dihasilkan.
Berdasarkan besar kecilnya frekuensi, bunyi dapat digolongkan
menjadi tiga sebagai berikut.
1.Infrasonik, yaitu bunyi yang berfrekuensi kurang dari 20 Hz.
2.Audiosonik, yaitu bunyi yang berfrekuensi di antara 20 Hz
sampai dengan 20.000 Hz.
3.Ultrasonik, yaitu bunyi yang berfrekuensi lebih dari 20.000 Hz.
2s = v . t
Keterangan:
s : jarak orang terhadap dinding (meter)
v : kecepatan bunyi pada medium tersebut (m/s)
t : waktu dari saat dibunyikan sampai didengarnya kembali
(second)
2. Garpu tala
Frekuensi garpu tala bergantung pada bentuk, ukuran, dan bahan garpu
tala tersebut. Garpu tala hanya akan menghasilkan nada dasarnya saja
tanpa diikuti oleh nada-nada yang lainnya.
3. Kolom udara
Terjadinya bunyi pada kolom udara disebabkan oleh bergetarnya molekul-
molekul udara yang berada pada suatu kolom atau suatu ruang yang
biasa disebut dengan pipa organa.
C. Intensitas Gelombang Bunyi
Kuat lemahnya bunyi bergantung pada amplitudo getaran bunyi.
Semakin besar amplitudo getaran gelombang, maka makin kuat
bunyi yang dihasilkan. Kuat lemahnya bunyi bergantung pada
energi yang dibawa oleh bunyi.
Kuat bunyi diukur dengan menggunakan
suatu besaran yang dikenal dengan nama
taraf intensitas bunyi.
Adapun daya merupakan besarnya energi
gelombang bunyi tiap satuan waktu. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
fp : frekuensi bunyi yang didengar oleh pengamat
(Hz)
v : cepat rambat gelombang bunyi (m/s)
vp : kecepatan pengamat (m/s)
vs : kecepatan sumber bunyi (m/s)
fs : frekuensi sumber bunyi (Hz)
Untuk vp akan bertanda positif saat pendengar mendekati sumber bunyi dan
akan bertanda negatif saat pendengar menjauhi sumber bunyi. Untuk vs
akan bertanda positif saat sumber bunyi menjauhi pendengar dan akan
bertanda negatif saat mendekati pandengar.
Keterangan:
fp : frekuensi pelayangan (Hz)
f1 : frekuensi gelombang pertama (Hz)
f2 : frekuensi gelombang kedua (Hz)
F. Pembiasan Cahaya pada Prisma
Jika sinar dilewatkan pada prisma, maka sinar yang keluar
dari prisma tidak sejajar dengan sinar yang menuju prisma
(sinar datang mula-mula). Perpanjangan sinar bias terakhir
dengan sinar datang mula-mula akan membentuk sudut apit
yang disebut sebagai sudut deviasi (δ).
Keterangan:
i1 : sudut datang mula-mula
r2 : sudut bias setelah sinar melalui bidang
pembias kedua
i1 r2 d =^ - h- b : sudut pembias prisma
H. Interferensi
1. Interferensi gelombang cahaya koheren
Interferensi cahaya.
Pola interferensi gelombang.
Pada abad ke-19, Thomas Young
melakukan percobaan untuk
memperkirakan bahwa seberkas
cahaya yang melalui dua buah
celah sempit akan membentuk pola
interferensi. Gambar di samping
menunjukkan gejala gelombang
tentang terjadinya interferensi.
2. Difraksi Fraunhofer