Anda di halaman 1dari 39

REFLEKSI KASUS

ANEMIA APLASTIK

Fathiyyaturrahmah M
N111 16 029

Pembimbing Klinik
dr. Suldiah, sp. A
PENDAHULUAN

- Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoisis yang


ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid, dan
megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya
pansitopenia pada darah tepi.

- Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sumsum


tulang. Pansitopenia adalah keadaan defisiensi pada semua
elemen sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit). Terjadinya
pansitopenia dikarenakan oleh menurunnya produksi sumsum
tulang atau dikarenakan meningkatnya destruksi perifer.
PENDAHULUAN

• Menurut The International Agranulocytosis and


Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia
aplastik bila didapatkan hasil pemeriksaan kadar
hemoglobin < 10 g/dl atau hematokrit < 30; hitung
trombosit < 50.000/mm3; hitung leukosit <
3.500/mm3 atau granulosit < 1.5x109/l.
LAPORAN KASUS

• Keluhan Utama : Pucat


• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien masuk ke RSUD Undata dengan keluhan pucat sejak
2 minggu yang lalu, pasien juga mengeluhkan badan terasa
lemas dan mudah lelah, terdapat lebam di badan, demam
(+) naik turun pernah dialami pasien 2 minggu yang lalu
disertai pucat dan perdarahan gusi (+), mimisan (-), kejang (-
), nyeri retroorbital (-), sakit kepala (+), sesak (+), batuk
kering (+), muntah (+), sakit menelan (-), sakit perut (-),
buang air besar di RS warna hitam bercampur darah segar,
buang air kecil lancar dan seperti biasa.
LAPORAN KASUS

• Riwayat Penyakit Sebelumnya : Pasien sebelumnya pernah


sakit varicella

• Riwayat Penyakit Keluarga : Pada anggota keluarga pasien


tidak ada yang menderita keluhan yang sama.

• Riwayat Sosial-ekonomi : Ayah pasien bekerja sebagai petani


sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.

• Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan: Pasien tinggal bersama


ibunya. Menurut ibu pasien, keadaan lingkungan sekitar rumah
bersih. Di sekitar rumah tidak terdapat pabrik ataupun limbah
pabrik.
LAPORAN KASUS

• Riwayat Kehamilan dan Persalinan: Pasien merupakan anak


ketiga dari empat bersaudara, lahir spontan di rumah, dibantu
bidan. Berat bedan lahir 2150 gram. Selama kehamilan ibu sehat,
nafsu makan baik, dan ibu sering memeriksakan kandungannya.
• Riwayat Tumbuh Kembang: Saat umur 1 tahun pasien sudah
bisa berbicara dan berjalan.
• Anamnesis Makanan: Pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir
hingga usia 3 bulan, kemudian dilanjutkan pemberian susu
formula hingga 4 tahun. Pemberian makanan pendamping ASI
(bubur saring) diberikan saat usia 6 bulan hingga 1 tahun dan
pemberian nasi sejak usia 1 tahun sampai sekarang
• Riwayat Imunisasi: Pasien tidak pernah mendapat imunisasi
dasar lengkap
LAPORAN KASUS

PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum: Sakit Sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Berat Badan: 19 kg
• Tinggi Badan: 116 cm
• Status Gizi: CDC 90% Gizi Baik
• Tanda-Tanda Vital
- Nadi : 98x/menit
- Suhu : 36,7 C
- Respirasi: 24x/menit
- Tekanan Darah: 90/60 mmHg
LAPORAN KASUS

• Kulit: Ruam (+), Rumple leed (-), Efloresensi (-), sianosis (-), Turgor (+)
baik.
• Kepala
- Bentuk kepala: normocephal
- Ubun-ubun : menutup
- Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (+/+)
- Hidung : bentuk normal, sekret (-)
- Telinga : bentuk normal, sekret (-)
- Mulut : bibir tidak sianosis, tonsil T1/T1 tidak hiperemis
• Leher
- Pembesaran kelenjar getah bening (-) dan tidak teraba
- Pembesaran kelenjar tiroid (-) dan tidak teraba
LAPORAN KASUS

• Thorax
- Inspeksi : bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
rektraksi (-)
- Palpasi : vokal fremitus normal kiri dan kanan, massa (-)
- Perkusi : sonor, batas paru hepar linea midclavicularis dextra
spatium intercostal VI
- Auskultasi : bunyi paru bronkovesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
• Jantung
- Inspeksi : denyut ictus cordis terlihat
- Palpasi : denyut ictus cordis teraba di SIC V line midclavicula
sinistra
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : bunyi jantung S1/S2 murni regular, bising (-)
LAPORAN KASUS

• Abdomen
- Inspeksi : kesan datar
- Auskultasi : peristaltik usus (+), kesan normal
- Perkusi : bunyi timpani seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
• Genitalia : Tidak ada kelainan
• Ekstremitas
- Atas : akral hangat, edema (-)
- Bawah : akral hangat, edema (-)
• Punggung : Deformitas (-)
• Refleks : Normal
LAPORAN KASUS

PEMERIKSAAN PENUNJANG
WHOLE BLOOD HASIL RUJUKAN SATUAN
WBC 5,1 4,0 – 10,0 103/uL
RBC 0,81 3,80 – 6,50 106/uL
HGB 2,1 11,5 – 17,0 g/dL
HCT 8,6 37,0 – 54,0 %
PLT 7 150 - 500 103/uL
LAPORAN KASUS

• RESUME
Pasien masuk ke RSUD Undata dengan keluhan pucat sejak
2 minggu yang lalu, pasien juga mengeluhkan badan terasa
lemas dan mudah lelah, terdapat lebam di badan, demam
(+) naik turun pernah dialami pasien 2 minggu yang lalu
disertai pucat dan perdarahan gusi (+), sakit kepala (+),
sesak (+), batuk kering (+), muntah (+), buang air besar di
RS warna hitam bercampur darah segar, buang air kecil
lancar dan seperti biasa.
LAPORAN KASUS

• Pada pemeriksaan ditemukan keadaan sakit sedang,


kesadaran kompos mentis, status gizi baik. Pemeriksaan
tanda vital: tekanan darah: 90/60 mmHg, Nadi: 98 x/menit,
Suhu: 36,7°C dan Respirasi: 24 x/menit. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan konjungtiva anemis (+/+), perdarahan gusi
(+), hepatomegali (-), splenomegali (-).

• Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan


pansitopenia: eritrosit 0.81 x 103/uL, hemoglobin 2.1 g/dL,
hematokrit 8.6%, leukosit 5.1 x 103/uL, trombosit 7 x
103/mm3.
LAPORAN KASUS

• DIAGNOSIS KERJA
Anemia Aplastik

• TERAPI
• IVFD RL 24 tpm
• Paracetamol 4 x 2 cth
• Ambroxol 10 mg + Salbutamol 2 mg + ctm 2 mg (3 x 1
pulv)
• Transfusi PRC 200cc
FOLLOW UP PH-1 (24-12-2017)
Subject Object Assesment Plan

• Demam (+) • Konjungtiva • Anemia • IVFD RL 24 tpm


• Sakit kepala (+) anemis (+/+) Aplastik • Paracetamol
• Batuk (+) • Tanda Vital : 4x2 cth
• Nyeri dada (+) • Denyut Jantung • Puyer batuk
• Muntah (+) : (ambroxol 10mg
75x/menit + salbutamol
• Mual (-)
• Respirasi 2mg + ctm 2mg)
• BAB (+) 3x1 pulv
:
• BAK (+) 24x/menit
• Suhu
: 37,8 0C
• TD : 100/70
mmHg
• Kulit : tampak
ruam pada
tubuh pasien
Hasil Pemeriksaan Lab (Urinalisis)
• Leukosit : 5 (0-2)
• Eritrosit : 3 (0-1)
FOLLOW UP PH-2 (25-12-2016)
Subject Object Assesment Plan

• Demam (+) • Konjungtiva • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Sakit kepala (+) anemis (+/+) Aplastik • Paracetamol
• Batuk (+) • Perdarahan gusi 4x2 cth
(+) • Inj. Cefotaxime
• Nyeri dada (+)
• Tanda Vital : 2x500 mg
• Muntah (+) • Denyut Jantung
• Mual (-) • Inj.
: 75x/menit Dexamethason
• BAB (+) warna • Respirasi 2x3 mg
coklat : 24x/menit
kemerahan • Puyer batuk
• Suhu (ambroxol 10mg
• BAK (+) teh : 37,8 0C
+ salbutamol
pekat • TD : 100/70 2mg + ctm 2mg)
mmHg 3x1 pulv
• Kulit : tampak
ruam pada tubuh • Transfusi
pasien
PEMERIKSAAN PENUNJANG
WHOLE BLOOD HASIL RUJUKAN SATUAN
WBC 3,5 4,0 – 10,0 103/uL
RBC 2,21 3,80 – 6,50 106/uL
HGB 6,8 11,5 – 17,0 g/dL
HCT 19,7 37,0 – 54,0 %
PLT 5 150 - 500 103/uL
FOLLOW UP PH-3 (26-12-2016)
Subject Object Assesment Plan

• Demam (-) • Konjungtiva • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Sakit kepala (+) anemis (+/+) Aplastik • Paracetamol
• Batuk (+) • Perdarahan 4x2 cth
• Nyeri dada (-) gusi (+) • Inj. Cefotaxime
• Muntah (-) • Tanda Vital : 2x500 mg
• Mual (-) • Denyut Jantung • Inj.
: Dexamethason
• BAB (+)
84x/menit 2x3 mg
• BAK (+)
• Respirasi • Puyer batuk
: (ambroxol 10mg
22x/menit + salbutamol
• Suhu 2mg + ctm 2mg)
: 36,6 0C 3x1 pulv
• TD : 100/70
mmHg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
WHOLE BLOOD HASIL RUJUKAN SATUAN
WBC 3,05 4,0 – 10,0 103/uL
RBC 2,21 3,80 – 6,50 106/uL
HGB 9,8 11,5 – 17,0 g/dL
HCT 30,0 37,0 – 54,0 %
PLT 16 150 - 500 103/uL
FOLLOW UP PH-5 (28-12-2016)

Subject Object Assesment Plan

• Demam (-) • Tanda Vital : • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Pucat (+) • Denyut Aplastik • Paracetamol
• Sakit kepala (+) Jantung 4x2 cth
• Batuk (+) : • Inj. Cefotaxime
• Nyeri dada (-) 84x/menit 2x500 mg
• • Inj.
Muntah (-) • Respirasi Dexamethason
• Mual (-) : 2x3 mg
• Lemas (+) 22x/menit • Puyer batuk
• BAB (-) • Suhu (ambroxol 10mg
• BAK (+) : 36,6 + salbutamol
0C 2mg + ctm 2mg)
• TD : 100/70 3x1 pulv
mmHg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
WHOLE BLOOD HASIL RUJUKAN SATUAN
WBC 3,91 4,0 – 10,0 103/uL
RBC 3,42 3,80 – 6,50 106/uL
HGB 4,2 11,5 – 17,0 g/dL
HCT 30,2 37,0 – 54,0 %
PLT 14 150 - 500 103/uL
FOLLOW UP PH-10 (02-01-2017)

Subject Object Assesment Plan

• Demam (+) • Tanda Vital : • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Sakit kepala (-) • Denyut Aplastik • Paracetamol
• Batuk (-) Jantung 4x2 cth
• Nyeri dada (-) : • Inj. Cefotaxime
• Muntah (-) 96x/menit 2x500 mg
• • Inj.
Mual (-) • Respirasi Dexamethason
• BAB (+) : 2x3 mg
• BAK (+) 22x/menit • Puyer batuk
• Suhu (ambroxol 10mg
: 38 0C + salbutamol
• TD : 100/70 2mg + ctm 2mg)
mmHg 3x1 pulv
PEMERIKSAAN PENUNJANG
WHOLE BLOOD HASIL RUJUKAN SATUAN
WBC 2,21 4,0 – 10,0 103/uL
RBC 3,18 3,80 – 6,50 106/uL
HGB 9,9 11,5 – 17,0 g/dL
HCT 30,1 37,0 – 54,0 %
PLT 8 150 - 500 103/uL
FOLLOW UP PH-11 (03-01-2017)
Subject Object Assesment Plan

• Demam (+) • Tanda Vital : • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Pucat (+) • Denyut Aplastik • Paracetamol
• Sakit kepala (-) Jantung 4x2 cth
• Batuk (-) : • Inj. Cefotaxime
• Nyeri dada (-) 102x/menit 2x500 mg
• • Inj.
Perdarahan • Respirasi Dexamethason
gusi (+) : 2x3 mg
• Muntah (-) 35x/menit • Puyer batuk
• Mual (-) • Suhu (ambroxol 10mg
• Lemas (+) : 38,5 + salbutamol
• BAB (+) coklat 0C 2mg + ctm 2mg)
dan bercak 3x1 pulv
darah • TD : 100/60
• BAK (+) teh mmHg
pekat
FOLLOW UP PH-14 (06-01-2017)

Subject Object Assesment Plan

• Demam (-) • Tanda Vital : • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Pucat (-) • Denyut Aplastik • Paracetamol
• Sakit kepala (-) Jantung 4x2 cth
• Batuk (-) : • Inj. Cefotaxime
• Nyeri dada (-) 64x/menit 2x500 mg
• • Inj.
Perdarahan • Respirasi Dexamethason
gusi (-) : 2x3 mg
• Muntah (-) 20x/menit
• Mual (-) • Suhu
• Lemas (+) : 36,2
• BAB (+) 0C
• BAK (+) • TD : 100/60
mmHg
FOLLOW UP PH-15 (07-01-2017)

Subject Object Assesment Plan

• Demam (-) • Tanda Vital : • Anemia • IVFD RL 8 tpm


• Pucat (-) • Denyut Aplastik • Paracetamol
• Sakit kepala (-) Jantung 4x2 cth
• Batuk (-) : • Inj. Cefotaxime
• Nyeri dada (-) 64x/menit 2x500 mg
• • Inj.
Perdarahan • Respirasi Dexamethason
gusi (-) : 2x3 mg
• Muntah (-) 20x/menit • As.
• Mual (-) • Suhu Traneksamat
• Lemas (+) : 36,2 3x200 mg
• BAB (+) 0C
• BAK (+) • TD : 100/60
mmHg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
WHOLE BLOOD HASIL RUJUKAN SATUAN
WBC 2,21 4,0 – 10,0 103/uL
RBC 3,18 3,80 – 6,50 106/uL
HGB 9,9 11,5 – 17,0 g/dL
HCT 30,1 37,0 – 54,0 %
PLT 8 150 - 500 103/uL
DISKUSI

• Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoisis yang ditandai oleh


penurunan produksi eritroid, mieloid, dan megakariosit dalam sumsum
tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak
dijumpai adanya keganasan sistem hematopoitik ataupun kanker
metastatik yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya
pada satu, dua atau ketiga sistem hematopoisis.

• Menurut The International Agranulocytosis and Aplastic Anemia Study


(IAAS) disebut anemia aplastik bila didapatkan hasil pemeriksaan kadar
hemoglobin < 10 g/dl atau hematokrit < 30; hitung trombosit <
50.000/mm3; hitung leukosit < 3.500/mm3 atau granulosit < 1.5x109/l.
DISKUSI

• Secara etiologik penyakit anemia aplastik ini dapat dibagi menjadi 2


golongan besar, yaitu:
– Anemia aplastik herediter
– Anemia aplastik didapat

Jika pada seorang pasien tidak diketahui penyebab anemia


aplastiknya, maka pasien tersebut akan digolongkan ke dalam kelompok
anemia aplastik idiopatik.
DISKUSI

Klasifikasi Anemia Aplastik

Klasifikasi Kriteria

Anemia Aplastik Berat < 25%


- Selularitas sumsum tulang - Hitung neutrofil < 500/ml
- Sitopenia sedikitnya dua dari tiga - Hitung trombosit < 20.000/ml
seri sel darah - Hitung retikulosit absolut <
60.000/ml
Anemia Aplastik Sangat Berat Sama seperti diatas kecuali hitung
neutrofil < 200/ml
Anemia Aplastik Tidak Berat Sumsum tulang hiposelular namun
sitopenia tidak memenuhi kriteria
berat
DISKUSI
Epidemiologi
• Ditemukan lebih dari 70% anak – anak menderita anemia
aplastik derajat berat pada saat didiagnosis. Tidak ada
perbedaan secara bermakna antara anak laki – laki dan
perempuan, namun dalam beberapa penelitian tampak
insidens pada anak laki – laki lebih banyak dibandingkan
anak perempuan. Penyakit ini termasuk penyakit yang jarang
dijumpai di negara barat dengan insiden 1 – 3 / 1 juta /
tahun.
DISKUSI

Patogenesis dan patofisiologi


Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat
ini, patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara tuntas.
Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini
yaitu:
• Kerusakan sel induk hematopoietik
• Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
• Proses imunologik yang menekan hematopoiesis
Imunologik

Gangguan
Sel Induk lingkungan
hemopoetik mikro

Kerusakan
Sel Induk
Pansitopenia

Eritrosit Leukosit Trombosit


Menurun Menurun menurun

Sindrom Mudah Mudah


Anemia Infeksi Perdarahan
DISKUSI

Gejala Klinis
Aplasia sistem eritropoitik dalam darah tepi akan terlihat
sebagai retikulositopenia yang disertai dengan merendahnya
kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit serta MCV
(Mean Corpuscular Volume). Secara klinis pasien tampak
pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti
anoreksia, lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung dan
sebagainya. Oleh karena sifatnya aplasia sistem hematopoitik,
maka umumnya tidak ditemukan ikterus, pembesaran limpa
(splenomegali), hepar (hepatomegali) maupun kelenjar getah
bening (limfadenopati).
Pemeriksaan penunjang
- Apusan darah tepi
- Laju endap darah
- Biopsi sumsum tulang
Penatalaksanaan:
- Pengobatan terhadap infeksi
- Transfusi darah
- Transplantasi sumsum tulang
Prognosis:
Prognosis penyakit anemia aplastik bergantung pada:
• Gambaran sumsum tulang hiposeluler atau aseluler.
• Kadar Hb F yang lebih dari 200mg% memperlihatkan
prognosis yang lebih baik.
• Jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3 menunjukkan
prognosis yang lebih baik.
• Pencegahan infeksi sekunder, terutama di Indonesia
karena kejadian infeksi masih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai