Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PERSALINAN KALA III


DOSEN PEMBIMBING : LISDIYANTI USMAN, S.ST,M.Kes

KELOMPOK 3
1. ILHAM TUNA
2. KURNIAAWAN A. AKASE
3. RAHMAT KADILI
4. HADJRA MEERADJI
KELAS 2C DIII KEPERAWATAN
5. NURLATIFAH ZAKARIA
POLTEKKES KEMENKES
GORONTALO 6. RAHMATIA B. NONU
T.A 2019/2020 7. SALSA BILLA AZAHRA LIHAWA
8. SITI NURFADILA DARISE
Pengertian Persalinan kala tiga disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta dan juga merupakan kelanjutan dari
Kala III persalinan kala satu (kala pembukaan) dan persalinan kala dua
(kala pengeluaran). Dengan demikian, berbagai aspek akan
dihadapi pada kala tiga, sangat berkaitan pada tahap-tahap
sebelumnya.

Tahap ketiga (kala III) persalinan berlangsung sejak janin


dilahirkan sampai plasenta lahir. Plasenta biasanya lepas setelah
tiga atau empat kontraksi uterus yang kuat setelah bayi
dilahirkan (Bobak, 2004). Pemisahan plasenta biasanya terjadi
dalam beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta
terpisah dari dinding rahim, rahim terus kontraksi sampai
plasenta dikeluarkan. Proses ini biasanya memerlukan waktu 5
sampai 30 menit pasca melahirkan bayi dan terjadi secara
spontan.
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spotan atau
dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput
ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan
kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. persalinan kala tiga normal di bagi 4
fase yaitu :
Etiologi 01 Fase laten
Kala III Di tandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta,
namun dinding tempat plasenta melekat masih tipis.

02 Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat melekat plasenta (dari
1 cm menjadi > 2 cm).

03 Fase pelepasan Plasenta


Fase plasenta menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus dan
lepas. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara palsenta
yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta.

04 Fase Pengeluaran
Dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah darah
kecil berkumpul di dalam rongga rahim. Menunjukan pelepasan
plasenta merupakan akibat bukan sebab.
Patogenesis

a.Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus


atau servik; kelemahan atau tidak efektifnya kontraksi
uterus.
b.Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah
atau plasenta previa.
c.Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti
manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadi
pelepasan plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu.
Manifestasi klinis

Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :


a. Semburan darah
b. Pemanjangan tali pusat
c. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi
bentuk bundar (globular)
d. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di
dalam abdomen.
Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehilangan darah
dalam jumlah banyak 500 cc, nadi lemah, pucat, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi shock
hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstermitas dingin,
mual.
Fisiologi Tanda-tanda lepasnya
Persalinan plasenta :
Kala III
1. Perubahan bentuk dan
Persalinan kala III, otot uterus tinggi fundus.
(miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini 2. Tali pusat memanjang.
menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena 3. Semburan darah mendadak
tempat perlekatan semakin kecil, dan singkat.
sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau kedalam vagina.
Cara-cara Pelepasan Plasenta :

Metode Ekspulsi Schultze. Pelepasan ini dapat


dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir
plasenta. Ditandai oleh makin panjang
keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini
dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya
perdarahan per vaginam. Lebih besar
kemungkinannya terjadi pada plasenta yang
melekat di fundus.

Metode Ekspulsi Matthew-Duncan. Ditandai


oleh adanya perdarahan dari vagina apabila
plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan
tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini
patologik.Lebih besar kemungkinan pada
implantasi lateral. Apabila plasenta lahir,
umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi,
pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan
perdarahan segera berhenti. Pada keadaan
normal akan lahir spontan dalam waktu lebih
kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga
1. Kala tiga persalinan yg lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
Tujuan manajemen aktif kala tiga
adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah
kala tiga persalinan jika Pemberian suntikan oksitosin
dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Melakukan penegangan
Sebagian besar kasus kesakitan
dan kematian ibu di indonesia tali pusat terkendali
disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri
retensio plasenta yang sebenarnya
dapat dicegah dengan melakukan
manajemen aktif kala tiga.
ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL KALA III
Pengkajian Dasar Klien
1. Data dasar (biodata)
2. Nama klien,umur,jenis kelamin,alamat,agama,suku,,bangsa,pendidikan,
pekerjaan.
3. Aktivitas/istirahat
• Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
4. Sirkulasi
• Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ketingkat noramal dengan cepat.
• Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
• Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah
jantung.
5. Makanan/ cairan
• Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
6. Nyeri / ketidak nyamanan
• Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
7. Keamanan
• Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menentukan adanya robekan atau laserasi.
• Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
8. Seksualitas
• Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi
saat plasenta lepas dari endometerium,
biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah
melahirkan bayi.
• Tali pusat memanjang pada muara vagina.
• Uterus berubah dari diskoit menjadi bentuk
globulat dan meninggikan abdomen.
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin


2. Resiko cedera pada ibu d.d malposisi janin (posisi
posterior)
3. Resiko hipovolemia d.d kekurangan intake cairan
4. Resiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer (ketuban pecah sebelum waktunya)
5. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar
informasi
Diagnosa Intervensi Keperawatan
No. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri melahirkan b.d Setelah dilakukan tindakan Manajmen nyeri
pengeluaran janin keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
diharapkan tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan 2. Identifikasi skala nyeri
KH: 3. Identifikasi nyeri non verbal
 Keluhan nyeri meurun 4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Meringis menurun Terapeutik :
 Kesulitan tidur menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin )
2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan staregi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
2. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan Pencegahan cedera
pada ibu d.d keperawatan selama 3x24 Observasi :
malposisi janin jam diharapkan tingkat
1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedara
(posisi posterior) resiko cedera menurun
2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabakan cedera
dengan
Terapeutik :
KH :
1. Sediakan pispot/urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika perlu
 Kejadian cedera
menurun 2. Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat digunakan

 Luka / lecet menurun 3. Diskusikan anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
 Perdarahan menurun Edukasi :
 Ekspresi wajah 1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh kepasien dan keluarga
kesakitan menurun 2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan dududk selama
beberapa menit sebelum berdiri
3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
hipovolemia d.d keperawatan selama 3x24 Observasi :
kekurangan intake jam diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
cairan membaik dengan lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi mentimpan, turgor kulit menurun,
KH : membrane mukosa kering, volume urine menurn, hematokrit meningkat, haus, lemah)
 Kekuatan nadi 2. Monitor intake dan outpute cairan
meningkat Terapeutik :
 Perasaan lemah 1. Hitung kebutuhan cairan
menurun 2. Berikan asupan cairan oral
 Rasa haus menurun Edukasi :
 Intake cairan membaik 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis (NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan iv hipotonis (glukosa 2,5%, NaCl 0,4% )
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid ( albumin, plasmanate )
4. Kolaborasi pemberian produk darah
4 Resiko infeksi d.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
. ketidakadekuatan tindakan keperawatan Observasi :
pertahanan tubuh primer selama 3x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemis
(ketuban pecah sebelum diharapkan tingkat Terapeutik :
waktunya) infeksi menurun dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
KH : 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
 Nyeri menurun 3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko
 Bengkak menurun tinggi
 Letargi menurun Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka/luka operasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan :

pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :


diharapkan tingkat pengetahuan
b.d kurangnya 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
meningkat dengan
terpapar 2. Identifikasi factor factor yang dapat meningkatkan dan
KH :
informasi menurunkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Perilaku sesuai anjuran
meningkat
Terapeutik :

 Perilaku sesuai dengan 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


pengetahuan meningkat 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Presepsi yang keliru 3. Berikan kesempatan untuk bertnya
terhada masalah menurun Edukasi :
 Menjalani pemeriksaan
1. Jelaskan faktro resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
yang tidak tepat menurun
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajrkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat oleh perawat

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukakn berdasarkan tujuan dan outcome
THANK YOUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU…………………….

Anda mungkin juga menyukai