Anda di halaman 1dari 28

Peraturan Perundang-undangan

LINGKUNGAN HIDUP

Wawong Dwi Ratminah


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Menggantikan UU 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan


(menggantikan PP no 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup)
2. Permen LH no 16 Tahun 2012 Pedoman penyusunan Dokumen Lingk
Hidup (menggantikan PermenLH no8 Tahun 2006 AMDAL dan
PermenLH 13 Tahun 2010 UKL/UPL dan SPPL)
3. Permen LH no 17 Tahun 2012 Pedoman Keterlibatan masyarakat dalam
proses AMDAL dan Izin Lingkungan (menggantikan KepmenLH no 8
Tahun 2000)
4. Permen LH no 13 tahun 2010 UKL/UPL dan SPPL (Menggantikan
KepMen LH Nomor 86 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup)
5. Permen LH no 14 Tahun 2010 Dokumen Lingk Hidup bagi Usaha yg telah
memperoleh izin tapi belum memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
6. PerMen LH Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Usaha dan atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Pengganti PermenLH nomor 11 Tahun 2006)
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

AMDAL
UU
29/86 REVISI Tambang
AMDAL AMDAL
27/99 PP
51/93 04/09
7/14

1967 1982 1986 1993 1997 1999 2000 2005 2009

4/82 23/97 Permen


UULH 18/08 UUPPLH
UULH

UU 32/09
Tambang

11/67

1. Teknis 1. Teknis 1. Teknis


2. Ekonomis 2. Ekonomis 2. Ekonomis
3. Lingkungan (himbauan) 3. Lingkungan 3. Lingkungan
4. CD
5. MC
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya


sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.

Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


yang selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan
tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup,
serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun
waktu tertentu.
Perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
dilaksanakan melalui tahapan:

1. inventarisasi lingkungan hidup;


2. penetapan wilayah ekoregion;
3. penyusunan RPPLH.

Inventarisasi lingkungan hidup terdiri atas :


a. tingkat nasional;
b. tingkat pulau/kepulauan; dan
c. tingkat wilayah ekoregion.
Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan
untuk memperoleh data dan informasi
mengenai sumber daya alam yang meliputi:

a. potensi dan ketersediaan;


b. jenis yang dimanfaatkan;
c. bentuk penguasaan;
d. pengetahuan pengelolaan;
e. bentuk kerusakan; dan
f. konflik dan penyebab konflik yang timbul
akibat pengelolaan.
Penetapan wilayah ekoregion
• Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan
ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi
manusia dengan alam yang menggambarkan integritas
sistem alam dan lingkungan hidup.

Penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan


mempertimbangkan kesamaan:
a. karakteristik bentang alam;
b. daerah aliran sungai;
c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g. kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.
RPPLH memuat rencana tentang:
a. pemanfaatan dan/atau pencadangan
sumber daya alam;
b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas
dan/atau fungsi lingkungan hidup;
c. pengendalian, pemantauan, serta
pendaya-gunaan dan pelestarian sumber
daya alam;
d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim.
Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
berdasarkan RPPLH.

Dalam hal RPPLH belum tersusun, pemanfaatan


sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan
memperhatikan:
a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan
masyarakat.
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup dilaksanakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran,
dan tanggung jawab masing-masing.
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup terdiri atas:
1. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
2. tata ruang;
3. baku mutu lingkungan hidup;
4. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
5. AMDAL;
6. UKL-UPL;
7. Perizinan (Izin Lingkungan)
8. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
9. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
10. anggaran berbasis lingkungan hidup;
11. analisis risiko lingkungan hidup;
12. audit lingkungan hidup; dan
13. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau
perkembangan ilmu pengetahuan.
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup wajib melakukan
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.

Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup dilakukan dengan:
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Setiap orang yang melakukan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib
melakukan pemulihan fungsi lingkungan
hidup.

Pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan


dengan tahapan:
1. penghentian sumber pencemaran dan
pembersihan unsur pencemar;
2. remediasi;
3. rehabilitasi;
4. restorasi; dan/atau
5. cara lain yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan
melalui upaya:

a. konservasi sumber daya alam;


b. pencadangan sumber daya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi atmosfer.
Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup,
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengembangkan dan menerapkan instrumen
ekonomi lingkungan hidup.

Instrumen ekonomi lingkungan hidup meliputi:


1. perencanaan pembangunan dan kegiatan
ekonomi;
2. pendanaan lingkungan hidup; dan
3. insentif dan/atau disinsentif.
Instrumen perencanaan
pembangunan meliputi:
a. neraca sumber daya alam dan lingkungan
hidup;
b. penyusunan produk domestik bruto dan
produk domestik regional bruto yang
mencakup penyusutan sumber daya alam
dan kerusakan lingkungan hidup;
c. mekanisme kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup antar daerah;
d. internalisasi biaya lingkungan hidup.
“neraca sumber daya alam” adalah gambaran
mengenai cadangan sumber daya alam dan
perubahannya, baik dalam satuan fisik maupun
dalam nilai moneter.

“produk domestik bruto” adalah nilai semua barang


dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada
periode tertentu.

“produk domestik regional bruto” adalah nilai semua


barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah
pada periode tertentu.
“mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
antar daerah” adalah cara-cara kompensasi/imbal yang
dilakukan oleh orang, masyarakat, dan/atau pemerintah
daerah sebagai pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada
penyedia jasa lingkungan hidup.

“internalisasi biaya lingkungan hidup” adalah memasukkan


biaya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dalam perhitungan biaya produksi atau biaya suatu usaha
dan/atau kegiatan.
PENGAWASAN (Pasal 71 – 75)
1.Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya wajib melakukan
pengawasan terhadap penanggung jawab
usaha atas ketentuan peraturan
perundangan di bidang LH dan/atau
PPLH
terhadap izin lingkungan; PROPER
 Pemantauan  EMAS = MEMENUHI JAUH
2.Dalam melaksanakan
 Meminta keterangan pengawasan
LEBIH DARI
Menteri,
 Membuat Gubernur, Bupati/Walikota
catatan PERSYARATAN MINIMUM LH
menetapkan
 Membuat salinan pejabat
dokumen pengawas
 HIJAU = MEMENUHI LEBIH DARI
 Memasuki tempat tertentu
lingkungan hidup; PERSYARATAN MINIMUM LH
 Memotret
 Membuat rekaman audio  BIRU = MEMENUHI
PERSYARATAN
visual MINIMUM LH
 Mengambil sampel
 Memeriksa peralatan  MERAH = BELUM MEMENUHI
 Memeriksa instalasi/alat PERSYARATAN MINIMUM LH
transportasi  HITAM = TIDAK ADA UPAYA
KETENTUAN PIDANA (Pasal 97-
120)
No Jenis Pelanggaran Minimal Maksimal
.
1 Sengaja melampaui baku mutu 3 tahun 10 tahun
udara ambien, air, air laut atau penjara dan penjara dan
kriteria baku kerusakan denda Rp. 3 denda Rp. 10
lingkungan hidup milyar milyar
2 Kelalaian yang mengakibatkan 1 tahun 3 tahun
melampaui baku mutu udara penjara dan penjara dan
ambien, air, air laut atau denda Rp. 1 denda Rp. 3
kriteria baku kerusakan milyar milyar
lingkungan hidup
3 Melampaui baku mutu air Sanksi 3 tahun
limbah, emisi atau baku mutu administrasi penjara dan
gangguan denda Rp. 3
milyar
4 Melepaskan atau mengedarkan 1 tahun 3 tahun
produk rekayasa genetik ke penjara dan penjara dan
media lingkungan yang denda Rp. 1 denda Rp. 3
bertentangan dengan PUU milyar milyar
5 Melakukan pengelolaan limbah 1 tahun 3 tahun
B3 tanpa izin atau penjara dan penjara dan
menghasilkan limbah B3 dan denda Rp. 1 denda Rp. 3
KETENTUAN PIDANA
No Jenis Pelanggaran Minimal Maksimal
.
7 Memasukkan limbah B3 ke 5 tahun penjara 15 tahun
NKRI atau memasukkan B3 dan denda Rp. 5 penjara dan
yang dilarang menurut PUU ke milyar denda Rp. 15
NKRI milyar
8 Melakukan pembakaran lahan 3 tahun penjara 10 tahun
tidak sesuai ketentuan dan denda Rp. 3 penjara dan
milyar denda Rp. 10
milyar
9 Melakukan usaha/kegiatan 1 tahun penjara 3 tahun penjara
tanpa izin lingkungan dan denda Rp. 1 dan denda Rp.
milyar 3 milyar
10 Menyusun AMDAL tanpa - 3 tahun penjara
memiliki sertifikat kompetensi dan denda Rp.
penyusun AMDAL 3 milyar
11 Pejabat pemberi izin - 3 tahun penjara
lingkungan tanpa dilengkapi dan denda Rp.
dgn AMDAL atau UKL-UPL atau 3 milyar
pejabat pemberi izin usaha
tanpa dilengkapi izin
lingkungan
12 Pejabat berwenang sengaja 1 tahun penjara
IMPLIKASI PADA KEGIATAN PERTAMBANGAN

1. untuk memberikan jaminan kepastian hukum


dan bukan untuk menghukum atau membebani
kegiatan industri (pertambangan);
2. sebagai alat untuk menuju kualitas lingkungan
yang lebih baik, membangun kerjasama yang
harmonis antara dunia industri dengan
lingkungan sekitarnya untuk mencapai industri
yang beretika yang pada akhirnya memberikan
manfaat optimal bagi industri itu sendiri dan
masyarakat sekitarnya.
3. Kegiatan penambangan beroperasi
memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan
lingkungan hidup
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 2012
TENTANG
IZIN LINGKUNGAN

Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada


setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha
dan/atau Kegiatan.
Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis
oleh penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan
selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, harus
dilengkapi dengan:
a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
b. dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
c. profil Usaha dan/atau Kegiatan.

Permohonan Izin Lingkungan disampaikan bersamaan


dengan pengajuan penilaian Andal dan RKL-RPL atau
pemeriksaan UKL-UPL.
Izin Lingkungan diterbitkan oleh:

1. Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan


Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh Menteri;
2. Gubernur, untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh gubernur; dan
3. Bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh bupati/walikota.
Izin Lingkungan paling sedikit memuat:
1. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL;
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan
3. berakhirnya Izin Lingkungan.

Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan


Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, Izin Lingkungan
mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
antara lain :
1. izin pembuangan limbah cair,
2. izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
3. izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya
dan beracun,
4. izin pengumpulan limbah bahan berbahaya dan
beracun,
5. izin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan
beracun,
6. izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan
beracun,
7. izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun,
8. izin penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun,
9. izin pembuangan air limbah ke laut,
10. izin dumping,
11. izin reinjeksi ke dalam formasi, dan/atau izin venting.

Anda mungkin juga menyukai