Anda di halaman 1dari 22

PERCOBAAN V

ANTI INFLAMASI
Kelompok:3/J
1. Khoirul Abdissabbach (1041611089)
2. Maria Ulfa (1041611097)
3. Mega Dhea Suryani (1041611099)
4. Nur Halimah (1041611118)
Tujuan Praktikum
1. Dapat memahami azas eksperimen dan
memperoleh petunjuk-petunjuk yang praktis.
2. Dapat menunjukkan beberapa kemungkinan
dan batasan yang merupakan sifat teknik
percobaan.
• Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan
fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini
menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain
yang menimbulkan reaksi radang berupa: panas, nyeri dan
bengkak dan gangguan fungsi.
• Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal
terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat
kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi
adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan
mengatur derajat perbaikan jaringan.
• Fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum
dijelaskan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal yang
telah diketahui dan disepakati. Fenomena inflamasi ini
meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya permeabilitas
kapiler dam migrasi leukosit ke jaringan radang.
• Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor
tumor, dolor dan functio laesa. Selama berlangsungnya
fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan
secara lokal antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin(5ht),
faktor kemotaktik, bradikinin,  leukotrin, dan PG.
Pembagian golongan obat anti inflamasi

1. Golongan obat Anti Inflamasi Non Steroid


bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga
dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi
prostaglandin Prostaglandin sendiri merupakan sediaan pro-
inflamasi, tetapi juga merupakan sediaan gastroprotektor. Oleh
karena AINS dengan selektivitas menghambat COX-2, maka sediaan
ini diduga bebas dari efek samping yang menakutkan pada saluran
cerna.
2. Golongan Obat steroid
terutama glukokortikoid yang menginduksi pelepasan protein
spesifik (lipocortin atau lipomodulin) dari leukosit. Lipocortin
kemudian akan menghambat enzim fosfolipase A2 yang berperan
dalam produksi asam arachidonat dari membran sel.
Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Plestimograf 1. Karagenin 1%
2. Alat Suntik (jarum tumpul) 2. Parasetamol
3. Ibuprofen
3. Spuit 1 ml
4. Na Diklofenak
5. Asam Mefenamat
6. Deksametason
7. Metilprednisolon

8. Hewan Uji :
- Tikus Putih Jantan (200-300gr)
SKEMA KERJA
Data pengamatan
Perhitungan
DATA PERHITUNGAN ANAVA 1 JALAN DAI
Grafik Hubungan Volume Udema vs Waktu

0.18

0.16

0.14

0.12
kontrol
Parasetamol
0.1
Ibu Profen
Asam Mefenamat
0.08 Natrium Diklofenak
Dexamethasone
0.06 Metil Prednisolon

0.04

0.02

0
0 30 60 90 120 150 180

W A K T U (MENIT)
Pembahasan ini iyaa nggak menurutmu?
Kalau engga bisa dihapus aja hehe

• Nyeri/inflamasi timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer
maupun sentral. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan berbagai jenis
mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, histamin dan sebagainya.
Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri.
• Berawal dari perubahan fosfolipid menjadi asam arakidonat yang merupakan substrat
bagi enzim prostaglandin endoperoxide synthase (PGHS; COX, cyclooxygenase) menjadi
PGG2, dan reduksi peroxidative PGG2 menjadi PGH2.
• Selanjutnya sebagai bahan baku prostaglandin, endoperoxide PGH2 dirubah menjadi
berbagai prostaglandin. Saat ini dikenal dua iso-enzim COX, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-
1 sebagai enzim "constitutive" merubah PGH2 menjadi berbagai jenis prostaglandin
(PGI2, PGE2) dan tromboxan (TXA2) yang dibutuhkan dalam fungsi homeostatis.
• COX-2 yang terdapat di dalam sel-sel imun (macrophage dll), sel endotel pembuluh
darah dan fibroblast sinovial, sangat mudah diinduksi oleh berbagai mekanisme, akan
merubah PGH2 menjadi PGE2 yang berperan dalam kejadian inflamasi, nyeri dan
demam. Oleh karena itu COX-2 dikenal sebagai enzim "inducible". Pada kenyataannya,
baik COX-1 dan COX-2 adalah isoenzim yang dapat diinduksi.
• Pada praktikum kali ini mencit di induksi dengan karagenin
(digunakan karagenin karena karagenin bersifat sebagai
pengembang, tidak diabsorbsi, tidak merusak sel, jika
karagenin habis maka sel akan kembali ke bentuk semula)
pada kaki tikus hingga kelihatan membengkak. Kemudian
diukur pembengkakan tersebut dengan menggunakan
plestimograf. Tujuan dilakukannya pengukuran awal ini adalah
agar nantinya dapat diketahui seberapa besar efek obat –
obat anti inflamasi tersebut dalam mengurangi bengkak /
peradangan pada kaki tikus yang telah diinduksi. Setelah
pengukuran awal tadi, tikus kemudian diberi minum obat.
• Dalam percobaan ini digunakan 6 jenis obat – obat anti inflamasi
yaitu Deksametason, Metil prednisolon, Na diklofenak, Ibuprofen,
Parasetamol, Asam Mefenamat.
• Pada alat plestimograf digunakan air raksa karena memiliki daya
kohesi yang tinggi sehingga tidak membasahi kaki tikus.
Digunakan air raksa dan air berwarna merah karena air raksa
yang memiliki daya kohesi lebih besar daripada daya adhesi tidak
dapat bercampur dengan air berwarna sehingga dapat
mendorong cairan berwarna untuk lebih mudah dibaca skalanya.
• Penggunaan cairan bisa diganti dengan cairan lain dengan
penambahan warna lain namun harus memiliki prinsip cairan
tidak bercampur satu sama lain.
• Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di
simpulkan bahwa obat yang paling cepat berefek
sebagai antiinflamasi yaitu Na-Diklofenak, Ibuprofen,
Paracetamol, Deksametason, Asam Mefenamat,
Metilprednisolon.
• Berdasarkan literatur, t1/2 dari obat – obat
antiinflamasi tersebut adalah 1,8 jam, metil prednisolon
188 menit, Na diklofenak 1,5 jam dan ibuprofen 2 jam.
• Jadi, berdasarkan literatur obat antiiflamasi yang paling
baik adalah deksametason dengan t1/2 1,8 jam. Jadi
hasil yang diperoleh tidak sama dengan literatur.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka
dapat di simpulkan bahwa obat yang paling
cepat berefek sebagai antiinflamasi yaitu Na-
Diklofenak yang kemudian disusul dengan
Ibuprofen, Paracetamol, Deksametason, Asam
Mefenamat, Metilprednisolon.

Anda mungkin juga menyukai