Anda di halaman 1dari 21

SHARING JURNAL

MANAJEMEN PRE-EKLAMPSIA DENGAN STRECHING


DAN TERAPI AUTOGENIK

OLEH:
ENDAR PUJANINGSIH (190070300111067)
DWINITA MAHARIZKY (190070300111074)
AKMAL THARIQ (190070300111043)
LATAR BELAKANG
 Hipertensi dalam kehamilan (HDK) merupakan salah satu
penyebab dominan kematian ibu di Indonesia yang memiliki
pola meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2010 AKI yang
disebabkan oleh HDK 21,5 %, tahun 2011 24,7 %, tahun 2012
26,9 % dan tahun 2013 27,1 % (Kemenkes, 2016).
 Preeklampsia merupakan salah satu jenis HDK yang terjadi
setelah usia kehamilan 20 minggu disertai dengan adanya
gangguan organ. Adapun gangguan organ yang dapat terjadi
meliputi protein urin, trombositopeni, gangguan ginjal,
gangguan liver, gangguan neurologis, edema paru dan
gangguan sirkulasi uteroplasenta (Wibowo, R., E., M.K.K., & J.C.,
2016).
 Tidak hanya di Indonesia saja, pre eklampsia juga menjadi
salah satu dari tiga penyebab dominan kematian ibu di dunia
(Asghari, et al., 2016).
PRE-EKLAMSIA
 Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Taufan, 2011).
 Pre eklamsi adalah suatu sindroma klinis dalam
kehamilan viable (usia kehamilan >20 minggu
dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai
dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala
ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu
bila terjadi penyakit trofoblastik (Taufan, 2011).
PRE-EKLAMSIA
Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah
secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga
berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya pre eklamsia:
 Primigravida atau primipara mudab (85%).
 Grand multigravida
 Sosial ekonomi rendah.
 Gizi buruk.
 Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
 Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
 Hipertensi kronik.
 Diabetes mellitus.
 Mola hidatidosa.
 Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda atau
polihidramnion (14-20%).
 Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara perempuan).
 Hidrofetalis.
 Penyakit ginjal kronik.
PRE-EKLAMSIA
Manifestasi Klinis
 Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dengan urutan

pertambahan BB yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi,


dan akhirnya proteinuria.
 Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala

subyektif. Sedangkan pada pre eklampsia berat ditemukan


gejala subjektif berupa sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, dan mual atau
muntah. Gepetunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
 Penegakkan diagnosa pre eklampsia yaitu adanya 2 gejala di

antara trias tanda utama, dimana tanda utamanya yaitu


hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu edema atau proteinuria.
Tetapi dalam praktik medis hanya hipertensi dan proteinuria
saja yang dijadikan sebagai 2 tanda dalam penegakkan
diagnosa pre eklamsia.
RELAKSASI STRETCHING
 Relaksasi merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan
pergerakan anggota badan dan bisa dilakukan dimana saja
(potter & perry, 2005). Teknik ini didasarkan kepada keyakinan
bahwa tubuh berespon pada ansietas yang merangsang karena
nyeri atau kondisi penyakitnya, tekhnik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan fisiologis (Asmadi, 2008).
 Relaksasi progresif adalah latihan terinstruksi yang meliputi
pembelajaran untuk mengerutkan dan merilekskan kelompok
otot secara sitemik, dimulai dengan kelompok otot wajah dan
berakhir pada otot kaki. Tindakan ini biasanya memerlukan
waktu 15-30 menit, dapat disertai dengan instruksi yang
mengarahkan individu untuk memperhatikan kelompok otot
yang direlaksasikan ( Johnson, 2005). Selain itu manfaat tekhnik
relaksasi progresif bagi pasien diantaranya mengurangi
ketengangan dan kecemasan (paula, 2002).
RELAKSASI STRETCHING
Manfaat
Menurut Burn (dikutip oleh Beech, dkk 2000), ada beberapa
keuntungan yang diperoleh dari relaksasi yaitu :
 Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari

reaksi yang berlebihan karena adanya stress


 Masalah yang berhubungan dengan stress seperti

hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat diobati atau diatasi


dengan relaksasi
 Mengurangi tingkat kecemasan
 Mengontrol antixipatory anxiety sebelum situasi yang

meminimalkan kecemasan
 Kelelahan, aktivitas mental, latihan fisik dapat diatasi lebih

cepat dengan tekhnik relaksasi


 Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan

penyakit tertentu dan pasca operasi


RELAKSASI AUTOGENIK
 Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari
diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek atau
pikiran yang biasanya membuat pikiran tenang.
 Istilah autogenik menyiratkan bahwa kita memiliki
kemampuan untuk mengendalikan beragam fungsi tubuh,
seperti frekuensi jantung, aliran darah dan tekanan darah
(Setyawati, 2010).
 Terapi autogenik juga dikenal sebagai autogenik training
(AT), merupakan teknik relaksasi menyeluruh dan
komprehensif dikembangkan pada tahun 1932 oleh seorang
psikiater Jerman, Dr Johannes Schultz (Saunders, 2007).
Autogenik memiliki makna pengaturan sendiri. Autogenik
merupakan salah satu contoh dari teknik relaksasi yang
berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan
persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat)
yang difasilitasi oleh sugesti diri sendiri (Kanji, et al, 2006;
Saunders, 2007).
RELAKSASI AUTOGENIK
 Prosedur pasif dari relaksasi ini dikembangkan dengan
melatih individu untuk menguasai munculnya emosi yang
bergelora, yang dikenal sebagai relaksasi autogenik. Pada
latihan autogenik pasien tidak lagi bergantung kepada
terapisnya tetapi melalui tehnik sugerti diri (Auto
suggestive), seseorang dapat melakukan sendiri perubahan
dalam dirinya sendiri, juga dapat mengatur pemunculan
emosinya (Saunders, 2007). Widyastuti (2004)
menambahkan bahwa relaksasi autogenik membantu
individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh
seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah.
RELAKSASI AUTOGENIK
Kontraindikasi
 Relaksasi autogenik tidak dianjurkan untuk anak

dibawah 5 tahun, individu yang kurang motivasi


atau individu yang memiliki masalah mental dan
emosional yang berat. Individu dengan masalah
serius seperti DM atau masalah jantung harus
dibawah pengawasan dokter atau perawat ketika
melakukannya.
 Beberapa peserta latihan mengalami kenaikan

tekanan darah dan sebagainya mengalami


penurunan tekanan darah yang tajam. Jika cemas
atau gelisah selama atau sesudah latihan, atau
mengalami efek samping tidak bisa diam, maka
latihan harus dihentikan (Saunders, 2007).
JURNAL
Judul
 Effect of stretching exercises versus

autogenic training on preeclampsia.


Pengarang
 Mohamed A. Awad, Marwa E. Hasanin,

Mona Mohamed Taha, Amir A. Gabr.


Tahun Terbit dan Penerbit
 Journal of Exercise Rehabilitation

2019;15(1):109-113.
JURNAL
Metode (Desain Penelitian)
 Desain penelitian pada penelitian ini adalah studi kelompok

paralel yang dilakukan secara acak (randomized parallel


group).
 Responden pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan

Rumah Sakit Universitas Kairo Mesir, sebanyak 40 wanita


primipara dengan preeklamsia ringan. Usia responden
bekisar antara 25-35 tahun, usia kehamilan mereka > 24
minggu, dan indeks massa tubuh responden tidak melebihi
35 kg/ m2.
 Kriteria inklusi bagi responden adalah wanita dengan

penyakit kardiorespirasi, diabetes melitus, kehamilan


gemeli, riwayat persalinan preterm sebelumnya, riwayat
aborsi, perdarahan, dan anomali pertumbuhan janin.
 Responden dibagi secara acak ke dalam dua grup, grup A

(n= 20) dan grup B (n=20) oleh orang independen yang


tidak mengetahui protokol penelitian dan tidak terlibat
HASIL PENELITIAN
Tekanan Darah Sistolik
 Ada penurunan signifikan secara statistik dalam tekanan darah

sistolik pada kedua kelompok pasca intervensi. Namun saat


membandingkan kedua kelompok, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara tekanan darah sistolik pre
intervensi dan post intervensi.

Tekanan Darah Diastolik


 Ada penurunan yang signifikan secara statistik dalam tekanan

darah diastolik pada kedua kelompok pasca intervensi. Namun


saat membandingkan kedua kelompok, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara tekanan darah pre intervensi dan
post intervensi.

Proteinuria
 Terjadi penurunan proteinuria yang signifikan secara statistik pada

kedua kelompok pasca intervensi. Namun saat membandingkan


kedua kelompok, tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik antara angka proteinuria pre intervensi dan post
DISKUSI
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan pada
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan proteinuria pada
kedua kelompok setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu. Namun
tidak ada perbedaan signifikan antara dua kelompok pre intervensi dan
post intervensi. Hal ini dapat ditemukan karena latihan seperti
peregangan prenatal (PSE), tai chi atau yoga dapat menyebabkan efek
hebat pada saraf otonom. Respon tersebut dapat mengurangi stress.
 Hasil penelitian Bahadoran et al: 2015 menunjukkan bahwa efek latihan
peregangan dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Temuan ini
konsisten dengan penelitian Yeo: 2009 yang menunjukkan bahwa wanita
yang melakukan latihan peregangan prenatal secara rutin mengalami
insiden PE yang jauh lebih rendah dari pada yang tidak melakukan
latihan. Olahraga juga dapat melindungi melawan PE dengan mengurangi
konsentrasi zat oksidatif yang diproduksi oleh wanita hamil karena stress.
Hal ini juga dapat merangsang pembuluh darah dan pertumbuhan
plasentas dan mencegah disfungsi endotelnya (Falcao et al, 2010).
DISKUSI
 Sedangkan efek dari autogenik terapi pada gejala PE,
dapat dilihat dari hasil penelitian Schwickert et al: 2006
yang melaporkan bahwa teknik relaksasi sangat efektif
dalam mengurangi hipertensi, denyut jantung, dan laju
pernapasan. Efek relaksasi dalam mengurangi tekanan
darah dapat dikaitkan dengan efeknya dalam
menurunkan respons simpatik hipotalamus yang
diharapkan dapat menurunkan tekanan darah.
Pelepasan ketegangan pada otot rangka yang diperoleh
dengan relaksasi meningkatkan aliran darah perifer
yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan
detak jantung, serta menyebabkan pernapasan menjadi
lebih lambat.
KESIMPULAN
 Latihan peregangan otot dan terapi
relaksasi autogenik yang merupakan
terapi non farmakologis efektif dalam
meringankan gejala preeklamsia melalui
penurunan tekanan darah dan
proteinuria.
 Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa terapi non
farmakologis efektif untuk menurunkan
preeklamsia.
IMPLIKASI DI INDONESIA
 Penelitian MA Awad et al (2019) yang melakukan studi
perbandingan tentang efektifitas senam peregangan otot
dengan teknik relaksasi autogenik terhadap penurunan
tekanan darah dan proteinuria pada klien preeklamsia,
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa kedua
intervensi sama-sama efektif dalam menurunkan tekanan
darah dan proteinuria.
 Penurunan tekanan darah yang terjadi dimungkinkan karena
efek aktivitas parasimpatis yang dihasilkan dari aktivitas
fisik yang dilakukan, sehingga mempengaruhi penurunan
tekanan darah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aune
et al (2014) bahwa Intensitas aktivitas fisik yang baik
berbanding terbalik dengan kejadian preeklamsia. Artinya
semakin banyak atau semakin teratur aktivitas fisik yang
dilakukan maka semakin rendah resiko preeklamsia.
IMPLIKASI DI INDONESIA
 Di Indonesia sendiri telah ada studi yang meneliti tentang
hubungan jalan pagi dengan angka kejadian preeklamsia,
didapatkan hasil: sebagian besar ibu hamil yang melakukan jalan
pagi 84,6%, sebagian besar tidak menderita pre-eklampsia
(69.2%). Namun penelitian lain membuktikan hasil yang lebih baik
dari stretching exercise dibandingkan dengan jalan-jalan, yaitu
penelitian Bahadoran et al (2015), penurunan tekanan darah yang
lebih signifikan terjadi pada kelompok responden dengan
intervensi stretching exercise.
 Selain aktivitas fisik, faktor kecemasan juga mempengaruhi
evidence preeklamsia. Penelitian Desi Trisiani (2016) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan kejadian
preeklamsia. Penurunan kecemasan dapat dilakukan dengan
berbagai macam teknik relaksasi, salah satunya relaksasi
autogenik, nafas dalam, dll. Dalam suatu penelitian yang dilakukan
oleh Mahboobeh et al (2016) yang menunjukkan tekanan darah
secara signifikan menurun pada kelompok relaksasi otot progresif
dan kontrol pernapasan.
JURNAL PENDUKUNG
…. THANK YOU …..

Anda mungkin juga menyukai