2019
Dr.
Rena
Tuberkulosis paru adalah penyakit
infeksi parenkim paru kronis
Disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosa type humanus.
Ditemukan 24 Maret 1882 oleh
Robert Koch
2
Gejala respiratorik Gejala sistemik Pemeriksaan Jasmani
3
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
• menegakkan diagnosis
• menentukan potensi penularan
• menilai keberhasilan pengobatan.
mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang
dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (S-P)
2. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
• penegakan diagnosis
• Tidak untuk evaluasi hasil pengobatan.
3. Pemeriksaan Biakan
dilakukan dengan media padat (Lowenstein-
Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth
Indicator Tube)
4
Foto toraks TB aktif
multiform :
- bayangan berawan/
noduler di segmen
apikal & post LAP atau
segmen sup LBP
- kaviti
- Bayangan bercak milier
- efusi pleura unilateral
5
Foto toraks TB inaktif
- fibrotik
- kalsifikasi
- fibrotoraks atau
penebalan pleura
Destroyed Lung:
- Berdasarkan foto toraks
sulit dinilai keaktifannya
- Perlu pemeriksaan
bakteriologik dan serial
foto
6
1.Lesi minimal :
kelainan terletak di
atas chondrosternal
junction dari iga ke 2
dan pros.spinosus
Th IV atau korpus vet
Th V ; (sela iga II)
dan tidak ada kaviti
2. Lesi luas:
lebih luas dari lesi
minimal
7
1. Pasif :
penjaringan tersangka TB ketika penderita datang
ke pelayanan kesehatan.
Passive promotive case finding semua kontak
penderita TB dengan gejala harus diperiksa dahak
secara PS
2. Aktif :
Penjaringan penderita tersangka
TB dengan mendatangi penderita
8
Diagnosis TB
1. Diagnosis TB paru
2. Diagnosis TB extra paru
Tatalaksana
1. Kasus baru
2. Kasus kambuh (relaps)
3. Kasus setelah putus berobat (Default)
4. Kasus setelah gagal (failure)
9
5. Kasus pindahan (transfer in)
9
Kasus baru : pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
Kambuh : pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
Kasus setelah lalai berobat (default/ drop-out) :
pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
Kasus setelah gagal pengobatan : pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.
Kasus Pindahan (Transfer In) : pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya
10
11
12
Kriteria Terduga TB RO
1. Pasien TB gagal pengobatan Kat. 2
2. Pasien TB pengobatan Kat. 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan
3. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB tidak
standar serta menggunakan FQ dan obat injeksi lini-
2 min. 1 bulan
4. Pasien TB gagal pengobatan Kat. 1
5. Pasien TB pengobatan Kat. 1 yang tidak konversi
6. Pasien TB kasus kambuh, Kat. 1 / Kat. 2
7. Pasien TB yang kembali setelah LFU
8. Terduga TB yang kontak erat TB RO
9. Pasien TB-HIV yang tidak responsif thd OAT
10. Lain-lain:
– TB pada ODHA (termasuk pada populasi kunci)
– TB pada populasi rentan lain: ibu hamil, anak,
DM, malnutrisi, gangguan sistem imun
– TB BTA positif baru
– TB BTA negatif dengan riw pengobatan
sebelumnya
– TB ekstraparu
13
14
Tergantung organ yg terkena misal pembesaran
KGB leher limfadenitis TB
Diagnosis pasti sulit, memerlukan pemeriksaan lain
misal rontgen, biopsi, patologi anatomi
Sering disertai TB paru maka diperiksa dahak PS
dan foto toraks
15
1. TB Paru : TB pada jaringan paru
- TB Paru BTA (+): 1 dari 2 dahak PS (+) atau
foto toraks TB aktif
- TB paru BTA (-) : 2 dahak PS (-) dan
foto toraks (+)
16
2. TB ekstra paru : TB diluar organ paru
1. Pengobatan TB bertujuan:
Menyembuhkan pasien
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan dan komplikasi
Memutuskan rantai penularan
Mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT
Mengurangi dampak negatif sektor sosial dan
ekonomi.
18
TUJUAN DAN PRINSIP PENGOBATAN TB
2. Prinsip Pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip sbb :
a.OAT harus diberikan dalam bentuk paduan obat
yang adekuat dengan dosis yang tepat. Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (KDT) lebih
menguntungkan untuk meningkatkan kepatuhan dan
dianjurkan.
b.Pengobatan sesuai klasifikasi dan tipe pasien
c.Melakukan pengawasan langsung dengan PMO
d.Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap awal dan lanjutan.
19
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
PRINSIP PENGOBATAN
Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
20
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Obat yang dipakai:
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah
21
Kemasan
Obat tunggal
Obat disajikan secara terpisah, masing-masing
INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose
Combination - FDC)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 2 atau 4 obat
dalam satu tablet
22
Pengembangan pengobatan TB paru efektif
penting untuk - menyembuhkan pasien dan
- menghindari MDR TB (multidrug resistant
tuberculosis .
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol
epidemi TB merupakan prioriti utama WHO.
International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease (IUALTD) dan WHO menyarankan untuk
menggantikan paduan obat tunggal dengan
kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB pada
tahun 1998. 23
Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
27
Kemasan
a). Obat Program Nasional:
- Kombinasi dosis tetap (KDT)
- Kombipak
b). Obat yang diresepkan :
- Obat lepas (bukan kombinasi)
- Kombinasi Dosis Tetap (KDT).
28
29
30
Setiap 2 minggu pada bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan, efek samping &
komplikasi penyakit
Meliputi : keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik.
31
Awal : Status HIV, gula darah
32
33
34
1. Akhir fase intensif :
- Kat I & III 1 mg sebelum akhir bln ke-2
- Kat II 1 mg sebelum akhir bln ke-3
3. Akhir pengobatan :
untuk menilai hasil pengobatan pada Kat I & II
35
36
PENGOBATAN TB
PADA KEADAAN KHUSUS
1. Wanita hamil semua aman kecuali aminoglikosida
misal Streptomisin
2. Wanita menyusui semua aman
Pengobatan pencegahan untuk bayi : INH
3. Wanita pengguna kontrasepsi : Rifampisin
berinteraksi dengan hormonal kontrasepsi
menurunkan efektivitas
4. Penderita infeksi HIV/AIDS
Sama seperti penderita TB lainnya kecuali
thiacetazon 37
PENGOBATAN TB
PADA KEADAAN KHUSUS
5. Penderita TB dengan kelainan hati kronik
Bilirubin > 2 atau SGOT / SGPT > 3 kali
dihentikan
Peningkatan SGOT / SGPT < 3 kali diteruskan
dengan pengawasan ketat
Setelah “drug induced hepatitis” Z tidak
diberikan lagi
Anjuran : 2 RHES/4RH atau 2 HES/10HE
Hepatitis akut S dan E maksimal 3 bulan
hepatitis sembuh tambahkan R dan H
38
PENGOBATAN TB
PADA KEADAAN KHUSUS
6. Penderita TB yg memerlukan kortikosteroid;
- Meningitis
- Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar
(endobronkial TB)
- TB millier dgn gangguna napas yg berat
- Efusi pleura
- perikarditis TB
- TB abdomen dengan asites
39
Strategi PenanggulanganTBC Di Indonesia
5 komponen DOTS
Komitmen politik yang kuat
Diagnosa dengan pemeriksaan mikroskop
Penyediaan obat yg mencukupi
Pengawasan minum obat secara langsung
Surveilens yang baik TB Register
41
Persyaratan PMO
42
SIAPA YANG DAPAT
MENJADI PMO ?
44
TUGAS PMO
45
Terima kasih
46