Anda di halaman 1dari 38

Pangan Dan Gizi Sebagai

Indikator Kemiskinan

Yulita, SKM, MPH


Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan seringkali
diukur dari dimensi ekonomi:
 Nilai pendapatan per kapita
 GDP (Gross Domestic Product) utk tiap
daerah
 GNP (Gross National Product) utk tk
nasional
 Laju pertumbuha nekonomi
Pembangunan yang berhasil harus mampu
menghapus kemiskinan
Pengertian Kemiskinan
Bappenas (2004) mendefinisikan
kemiskinan sebagai kondisi dimana
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki
dan perempuan, tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat.
BPS mengartikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi standar
minimum kebutuhan dasar yang meliputi
kebutuhan makanan maupun non-
makanan.
Macam Kemiskinan
Kemiskinan absolut vs relatif:
Kemiskinan absolut, sebagai ketidak mampuan
untuk memenuhi standar minimum kebutuhan
hidup. Keadaan ini terjadi dalam kurun waktu
tertentu serta sulit bagi mereka mendapatkan
pendidikan yang tinggi, kesehatan memadai,
dan kebutuhan lainnya.
Ex : keluarga yang kurang mampu
menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan
SMP, atau SMA
Kemiskinan relatif sebagai ketidakmampuan
untuk memenuhi standar hidup sesuai yang
diperlukan.
Kemiskinan Kultural
• kebiasaan atau sikap masyarakat dengan budaya santai dan
tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat
modern.
• Contohnya: suku Badui yang teguh mempertahankan adat
istiadat dan menolak kemajuan jaman.
Kemiskinan Natural
• merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya
langka akan sumber daya alam.
• masyarakat setempat memiliki produktivitas yang rendah.

Kemiskinan Struktural
• Disebabkan oleh faktor buatan manusia seperti kebijakan
ekonomi yg tidak adil, distribusi aset produksi yg tdk merata.
• Contoh :masyarakat Papua yang tidak mendapatkan manfaat
dari Freeport.
Garis Kemiskinan
 Garis kemiskinan merupakan salah satu indikator
kemiskinan yang menyatakan rata-rata pengeluaran
makanan dan non-makanan per kapita pada kelompok
referensi (reference population) yang telah ditetapkan
(BPS, 2004)
 Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk
kelas marjinal, yaitu mereka yang hidupnya
dikategorikan berada sedikit di atas garis kemiskinan.
 Berdasarkan definisi dari BPS, sejumlah rupiah yang
diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar
kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per
hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,
serta aneka barang dan jasa lainnya
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa
Garis Kemiskinan (GK) penduduk Indonesia
pada Maret 2018 sebesar Rp
401.220/kapita/ bulan.
Artinya angka tersebut merupakan batas
minimum pendapatan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh standar hidup, baik
untuk kebutuhan makanan dan
nonmakanan di suatu wilayah.
Garis kemiskinan tersebut terdiri dari GK
makanan Rp 294.806/kapita/bulan
ditambah GK non makanan Rp
106.414/kapita/bulan.
Faktor Penyebab Kemiskinan
Laju Pertumbuhan Penduduk
Angka Pengangguran Tinggi
Tingkat Pendidikan yang Rendah
Bencana Alam
Distribusi yang Tidak Merata
Laju Pertumbuhan Penduduk
• Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju
pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi besar.
• Laju pertumbuhan tidak sebanding dengan pertumbuhan
ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan
akan semakin meningkat di suatu negara.

Angka Pengangguran Tinggi


• Lapangan kerja yang terbatas menyebabkan angka
pengangguran di suatu negara menjadi tinggi.
• Semakin banyak pengangguran maka angka kemiskinan juga
akan meningkat.

Tingkat Pendidikan yang Rendah


• Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah cenderung
tidak memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan
yang memadai.
• angka pengangguran dan kemiskinan menjadi bertambah.
Bencana Alam
• Bencana alam merupakan faktor penyebab kemiskinan yang
tidak dapat dicegah karena berasal dari alam.
• Peristiwa bencana alam yang besar dapat mengakibatkan
masyarakat mengalami kemiskinan karena kehilangan harta.

Distribusi yang Tidak Merata


• Ketidaksamaan pola kepemilikian sumber daya akan
menimbulkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan.
• masyarakat yang hanya memiliki sumber daya terbatas dan
berkualitas rendah berada di bawah garis kemiskinan
Dampak Kemiskinan
Kriminalitas Meningkat
bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian, perampokan,
begal, penipuan, bahkan pembunuhan.
Angka Kematian yang Tinggi
 Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya
tidak mendapatkan akses kesehatan yang memadai.
 Gizi yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi
pada masyarakat miskin. Asupan gizi yang kurang
menyebabkan kesehatan dan perkembangan fisik masyarakat
miskin sangat buruk.
Akses Pendidikan Tertutup
 Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan
masyarakat miskin tidak dapat menjangkau dunia
pendidikan
 kurangnya pendidikan membuat mereka tidak bisa
bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.
Pengangguran Semakin Banyak
 Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses
pendidikan akan sulit bersaing di dunia kerja maupun
usaha  pengangguran semakin meningkat.

Munculnya Konflik di Masyarakat


Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin
biasanya dilampiaskan dengan berbagai tindakan
anarkis
Indikator kemiskinan
Headcount Index : mengukur persentase
penduduk miskin terhadap total penduduk
Indeks kedalaman kemiskinan/poverty Gap
Index
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin
thd garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk dari garis kemiskinan.
Indeks keparahan kemiskinan/poverty severty
index : semakin tinggi indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin.
Sayogyo
 Rumah tangga miskin adalah dengan
pengeluaran setara beras kurang dari 320 kg per
kapita per tahun untuk di desa dan 480 kg per
kapita per tahun untuk di kota
 Rumah tangga sangat miskin/miskin sekali
adalah dengan pengeluaran setara beras kurang
dari 240 kg per kapita per tahun untuk di desa dan
360 kg per kapita per tahun untuk di kota.
 Keterbatasan:
 Kebutuhan individu terdiri dari panganda nnon
pangan yang tidak bisa hanya diukur pengeluaran
setara beras;
 Beras tidak selalu jadi makanan pokok (di
 Irian)
Badan Pusat Statistik membagi:
Sangat miskin:
kemampuan minimal untuk memenuhi konsumsi setara
atau kurang dari 1900 kalori per orang per hari dan
pengeluaran Non Makanan atau senilai Rp120.000 per
bulan.
Miskin:
kemampuan minimal untuk memenuhi konsumsi
antara 1900-2100 kalori per orang dan pengeluaran
non makanan atau senilai Rp150.000 per orang bulan.
 Mendekati Miskin:
kemampuan minimal untuk memenuhi konsumsi
antara 2100-2300 kalori per orang per hari dan
pengeluaran Non makanan atau senilai Rp175.000
perorangbulan.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN)
Berbeda dengan BPS, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) lebih
melihat dari sisi kesejahteraan
dibandingkan dari sisi kemiskinan.
Unit survey juga berbeda di mana pada
BPS digunakan rumah tangga, sedangkan
BKKBN menggunakan keluarga.
Data kemiskinan dilakukan lewat
pentahapan keluarga sejahtera yang dibagi
menjadi lima tahap, yaitu:
 Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin)
 Keluarga Sejahtera I (miskin)
 Keluarga Sejahtera II
 Keluarga Sejahtera III
 Keluarga Sejahtera III plus
Pra Sejahtera (sangat miskin) diartikan
sebagai ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal,
seperti kebutuhan akan pengajaran agama,
pangan, sandang, papan dan kesehatan.
Sejahtera tahap I (miskin) diartikan sebagai
keluarga yang mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya tetapi belum mampu
memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya.
kebutuhan akan pendidikan, keluarga
berencana, interaksi dalam keluarga,
interaksi dalam lingkungan tempat tinggal
dan transportasi.
Indikator yang digunakan BKKBN dalam
pentahapan keluarga sejahtera
Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin) 
Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator yang meliputi:
 Indikator Ekonomi  Makan dua kali atau lebih
sehari Memiliki pakaian yang berbeda untuk
aktivitas (misalnya di rumah, bekerja/ sekolah
dan bepergian) Bagian terluas lantai rumah
bukan dari tanah.
 Indikator Non-Ekonomi  Melaksanakan ibadah
Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Keluarga Sejahtera I (Miskin) 
keluarga yang karena alasan ekonomi tidak
dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi:
 Indikator Ekonomi  Paling kurang sekali
seminggu keluarga makan daging atau ikan
atau telor Setahun terakhir seluruh anggota
keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru Luas lantai rumah paling kurang
8 m 2 untuk tiap penghuni.
 Indikator Non-Ekonomi  Ibadah teratur Sehat
tiga bulan terakhir Punya penghasilan tetap
Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin
Usia 6-15 tahun bersekolah Anak lebih dari 2
orang, ber-KB
Keluarga Sejahtera II  keluarga yang
karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi
salah satu atau lebih indikator meliputi:
 Memiliki tabungan keluarga
 Makan bersama sambil berkomunikasi
 Mengikuti kegiatan masyarakat
 Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
 Meningkatkan pengetahuan agama
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV,
dan majalah
 Menggunakan sarana transportasi
Keluarga Sejahtera III  Sudah dapat
memenuhi beberapa indikator, meliputi:
 Memiliki tabungan keluarga
 Makan bersama sambil berkomunikasi
 Mengikuti kegiatan masyarakat
 Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
 Meningkatkan pengetahuan agama
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV,
dan majalah
 Menggunakan sarana transportasi
Keluarga Sejahtera III Plus  Sudah
dapat memenuhi beberapa indikator
meliputi:
 Aktif memberikan sumbangan material
secara teratur
 Aktif sebagai pengurus organisasi
kemasyarakatan.
Tugas
Jika sebuah jeluarga di wilayah perkotaan
mempunyai 4 orang anggota keluarga
mengkonsumsi beras 2 kg per hari.
1. Berapa konsumsi beras keluarga tersebut per
orang per th ?
2. Terkategori apakah keluarga tersebut menurut
Sayogya ?
 Sebutkan Paket komoditi kebutuhan dasar
makanan diwakili 52 jenis komoditi
 Sebutkan Paket komoditi kebutuhan dasar bukan
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di
perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

Anda mungkin juga menyukai