Anda di halaman 1dari 8

OBAT ANTIANEMIA

1. Pendahuluan
Yang akan dibahas adalah obat yang penting untuk eritropoesis
normal yaitu zat besi (Fe), vitamin B12 (sianokobalamin) dan asam
folat. Obat-obat ini yang digunakan untuk mengobati anemia disebut
hematinik. Obat lain yang berpengaruh terhadap eritropoesis yaitu
riboflavin, piridoksin, kobal dan tembaga.
Disamping itu dikenal adanya faktor pertumbuhan sel darah
merah yaitu eritropoetin yang dibentuk oleh ginjal. Zat ini berperan
sebagai regulator proliferasi eritrosit, sehingga bila terganggu dapat
berakibat anemia berat. Selain diproduksi oleh ginjal dalam jumlah
kecil protein ini disintesis oleh hati.
2. Penggolongan
2.1 Antianemia hipokromik
2.1.1 Besi dan garam-garamnya
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),
sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah
merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan
menimbulkan anemia hipokromik mikrositik.
Tubuh manusia sehat mengandung ± 3,5 g Fe yang
hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan
protein. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Fe
yang fungsional atau esensial dalam tubuh 70% dan Fe yang
nonesensial 30%.
- Kebutuhan besi : Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor umur, jenis kelamin
(sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah
darah dalam badan (Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan,walaupun
keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula. Dalam
keadaan normal seorang laki-laki dewasa memerlukan asupan 10
mg, wanita 12 mg sehari, sedangkan wanita hamil dan menyusui
diperlukan tambahan asupan 5 mg sehari. Bila kebutuhan ini tidak
dipenuhi, Fe yang terdapat dalam gudang(cadangan) akan digunakan
dan gudang lambat laun akan kosong. Akibatnya timbul anemia
defisiensi Fe. Hal ini dapat disebabkan oleh absorpsi yang jelek,
pendarahan kronik dan kebutuhan yang meningkat. Keadaan ini
memerlukan penambahan Fe dalam bentuk obat.
- Sumber alami : Makanan yang mengandung Fe dalam kadar
tinggi (> 5 mg/100g) adalah hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang,
kacang-kacangan dan buah-buahan kering tertentu. Makanan yang
mengandung Fe dalam jumlah sedang (1- 5 mg/100g) adalah
daging, ikan, unggas, sayuran warna hijau dan biji-bijian. Makanan
yang mengandung Fe dalam jumlah rendah (<1 mg/100g) susu,
sayuran tidak berwarna hijau.
- ES : berupa intoleransi terhadap sediaan oral (tergantung
jumlah Fe yang larut dan diabsorpsi saat pemberian).Gejala
yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung, konstipasi,
diare dan kolik.
Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi
lokal pada tempat suntikan berupa rasa sakit, warna coklat
pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran
kelenjar inguinal. Intoksikasi akut jarang terjadi pada
orang dewasa, kebanyakan terjadi pada anak akibat menelan
terlalu banyak tablet FeSO4 yang mirip gula-gula.Intoksikasi
akut ini dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g.
Kelainan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi,
korosi, sampai nekrosis.Gejala yang timbul sering berupa
mual,muntah,diare,hematemesis serta feses berwarna hitam
karena pendarahan pada saluran cerna, syok dan akhirnya
kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian.
- Sediaan dan Dosis : Sediaan oral tersedia dalam bentuk
berbagai garam fero dari sulfat,fumarat,glukonat,suksinat,
glutamat dan laktat. Sediaan yang banyak digunakan dan
murah ialah hidrat sulfas ferosus (FeSO4.7H2O) 300 mg yang
mengandung 20% Fe. Untuk anemia berat biasanya 3 x
300 mg sulfas ferosus sehari selama 6 bulan.
Berbeda dengan fero sulfat, fero fumarat tidak mudah
mengalami oksidasi pada udara lembab; dosis 600-800
mg/hari dalam dosis terbagi. Fero glukonat,fero laktat, fero
karbonat dosis = fero sulfat.
Sediaan parenteral : penggunaan suntikan IM dan IV hanya
dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin; misalnya
penderita bersifat intoleran terhadap sediaan oral atau
pemberian oral tidak menimbulkan respon terapeutik. Iron-
dextran (imferon) mengandung 50mg Fe /ml (larutan 5%) untuk
penggunaan IM atau IV. Dosistotal yang diperlukan dihitung
berdasarkan beratnya anemia, yaitu 250 mg Fe setiap gram
kekurangan Hb.
2.1.2 Obat lain
- Riboflavin (Vit B2) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN)
dan flavin adenin dinukleotida (FAD). Anemia defisiensi
riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi protein kalori,
dimana faktor defiensi Fe dan penyakit infeksi memegang
peranan. Dosis yang digunakan 10 mg sehari peroral /IM.
- Piridoxin (Vit B6). Defisiensi piridoxin akan menimbulkan
anemia mikrositik hipokromik.
- Kobal. Kobal dapat meningkatkan jumlah hematokrit,
hemoglobin dan eritrosit pada beberapa penderita dengan
anemia reftrakter seperti yang terjadi pada penderita talasemia,
infeksi kronik atau penyakit ginjal. Kobal merangsang
pembentukkan eritropoeitin yang berguna untuk meningkatkan
ambilan Fe oleh sumsum tulang,dan dapat menyebabkan hipoksia
intrasel sehingga dapat merangsang pembentukan eritrosit. Tapi
sebaliknya kobal dosis besar justru menekan pembentukan
eritrosit.
2.2 Antianemia Megaloblastik
2.2.1 Sianokobalamin (Vit B12)
- Defisiensi Vit B12,Ditandai dengan gangguan
hematopoesis, gangguan neurologi,kerusakan sel epitel,
terutama epitel saluran cerna dan debrilitas umum.
Defisiensi ini dapat didiagnosis dengan mengukur kadar Vit
B12 dalam plasma dan dengan uji fungsi lambung.
- Kebutuhan Vit B12 . Kebutuhan Vit B12 bagi orang sehat
sekitar 1 µg sehari.
- Sumber Vit B12 alami. Jenis makanan yang kaya Vit B12
adalah jeroan ( hati, ginjal, jantung)dan kerang. Yang
kandungannya sedang adalah kuning telur, susu kering bebas
lemak dan makanan yang berasal dari laut (ikan sardin,
kepiting).
- Sediaan : tablet oral dan larutan injeksi.
- Dosis : untuk anemia pernisiosa ;suntikan 100 mcg Vit B12
dan asam folat 1-5 mg secara IM. Selanjutnya 100 mcg Vit B12
IM dan 1-2 mg asam folat peroral diberikan 1-2 minggu.
2.2.2 Asam Folat
- Kebutuhan folat : rata-rata 50 mcg /hari. Peningkatan
metabolisme akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik dan
adanya tumor ganas akan meningkatkan kebutuhan
folat.
- Defisiensi folat. Gejala defisiensi folat yang paling menonjol
adalah hematopoesis megaloblastik ( = defisiensi vit B12),
glositis, diare dan penurunan berat badan
- Sediaan : tablet asam folat 0,1 ; 0,4 ; 4 ; 5 ; 10 atau 20 mg
dan larutan injeksi asam folat 5 mg/ml. Selain itu, tersedia
sebagai sediaan multivitamin atau digabung dengan
antianemia lain.
- Dosis : untuk tujuan diagnostik 0,1 mg peroral selama 10 hari
Terapi awal defisiensi folat tanpa komplikasi dimulai dengan
0,5-1 mg sehari secara oral selama 10 hari. Dilanjutkan
dengan dosis penunjang 0,1-0,5 mg sehari.

Anda mungkin juga menyukai