Anda di halaman 1dari 18

BABXVI

THAHARAH
DEFINISI
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut
istilah syara’ thaharah adalah bersih dari hadas  dan najis. Selain itu
thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan
shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.[1]
                                        
Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan pekerjaan dimana tidak
sah melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau
mensucikan diri dari hadas dan najis dengan air.[2]

Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara
menghilangkannya harus  dicuci dengan airsuci dan mensucikan.
DALIL-DALIL THAHARAN
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
)122 : ‫ (البقرة‬. ‫ان الله يحـب التوابين ويحب المتطهرين‬
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah :
122).
)‫شط ُر اإليْ َمان" (رواه المسلم‬
ْ ‫عن ابي سعيد الخدرى "الطهور‬
 Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman

‫ يا‬,‫ اال تدعـو اللـه لي‬:‫ دخل عبـد اللـه بن عمر على ابن سعوده وهو مريض فقال‬:‫ قال‬,‫عـن ُم ْص َعب بن َس ْع ٍد‬
‫ وال صدقة‬,‫طهور‬
ٍ ‫ال تقبل الصالة بغيـر‬: ‫ يقول‬,‫ـمعترسول اللـه صـلى اللـه عليـه وسل ّم‬
ُ ‫ إنّـي س‬:‫ابـن عمر؟ قال‬
‫غلولوكنت على البصرة‬ ٍ ‫من‬.
ْ
Artinya: dari mus”ab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah
menjenguk ibnu amir yang sedang sakit. Ibnu amir berkata:
“Apakah kamu tidak mau mendo’akan aku, hai ibnu umar?”. Ibnu
umar berkata: “saya pernah mendengar Rasulullah SAW.
Bersabda: “Shalat yang tanpa bersuci tidak diterima begitu pula
sedekah dari hasil korupsi”. Sedang kamu adalah penguasa
bashrah”.[3]
Dasar Hukum Thaharah
Dalam Al-Qur'an maupun Hadits banyak sekali penjelasan-penjelasan maupun perintah-perintah, agar umat
islam senantiasa bersih dan suci. adapun dalil yang menjelaskan tentang disyariatkannya Thaharah dalam Islam
adalah sebagai berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."
(Al-Maidah :6 )

Ayat diatas dipandang sebagai dalil yang paling mewakili untuk membahas seputar thaharah. Hal ini disebabkan,
karena kandungan ayat ini memuat tiga persoalan yang termasuk masalah tharah yaitu, Wudlu, Mandi Janabah
dan Tayamum
TUJUAN THAHARAH
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan
disyariatkannya thaharah, diantaranya:
1.      Guna menyucikan diri dari kotoran berupa
hadats dan najis.
2.      Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah
seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:
 “Allah tidak  menerima shalat seorang diantara
kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”, karena
termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah
SWT memuji orang-orang yang bersuci : firman-
Nya, yang  artinya :“sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan mensucikan
dirinya”.(Al-Baqarah:122)
 PEMBAGIAN THAHARAH

1.      Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan
kebersihan badan,  pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh  dikatakan
bahwa thaharah secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis.
Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang ada noda darah atau air
kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak terbebas dari ketidak sucian
secara hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang
menempel baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah
ritual, caranya bermacam-macam tergantuk level kenajisannya.bila najis itu
ringan cukup dengan memercikan air saja, maka najis itu dianggap sudah
lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya
dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara,
mencusikanya dengan air biasa hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang
bau najisnya dan hilang  rasa najisnya.
2.      Thaharah Hukmi.
‫الحكميـه هـي التـى تجاوز محـل مـا ذكـر فـى غسـل األعضاء عـن الحدث فإ ّنـمحل‬
]4[‫ مثال خرج منه خارج‬.‫السبب الفرج‬
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi
secara fisik tidak ada kotoran yang menimpanya.
Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara
berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu
seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani.
Meski dia telah membersihkannya  dengan bersih,
lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia
tetap belum dikatakan suci dari hadas besar
hingga selesai dari mandi janabah.
Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian
secara ritual, dimana secara fisik memang tidak
ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah
dirinya tidak suci untuk melakukan ibadah ritual.
Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara
wudhu atau mandi janabah.
TUJUAN THAHARAH

Tujuan taharah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :


•Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.

•Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang
lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.

•Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-harinya


karena kebersihan adalah sebagian dari iman.

•Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah
terjangkit penyakit.

•Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun lingkungannya,
maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.
ALAT THAHARAH
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci misalnya, kita
tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi 
kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk
menggantikan air jika sedang kesulitan mendapatkan air atau tidak menemukan air setelah
berusaha mencarinya.
            Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan tidak
boleh digunakan untuk bersuci.
Macam-macam air       
Air yang dapat digunakan untuk bersuci
            Air mutlak adalah air yang suci dan adalah :

1.   Air mutlak
mensucikan, terdapat tujuh jenis air mutlak yaitu :  
 Air hujan,  Air sumur,  Air laut,  Air sungai/danau/telaga, Air mata air,  Air salju dan Air embun.

2.   Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan


 yaitu air yang halal untuk diminum tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup,
air kelapa dll.

3.   Air musyammas
 yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan perak. Air ini makruh digunakan
untuk bersuci.

4.   Air mustakmal
 yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak
berubah rasa, bau maupun warnanya.

5.   Air mutanajjis      
 yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak
berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)
HADAS DAN NAJIS
PENGERTIAN :

-Hadas, yaitu keadaan diri pada seorang muslim yang menyebabkan ia tidak
suci, dan tidak sah untuk mengerjakan sholat.

-Najis, menurut bahasa berarti kotor, tidak bersih atau tidak suci. Sedangkan
menurut istilah adalah kotoran yang seorang muslim wajib membersihkan diri
dan mencuci apa-apa yang terkena najis.
HADAS DIGOLONGKAN MENJADI DUA BAGIAN:
-Hadas kecil
-Hadas besar

MACAM-MACAM HADAS KECIL DIANTARANYA:


-Mengeluarkan sesuatu dari qubul atau dubur, meskipun kentut.
-Tidur nyenyak, dengan miring ataupun telentang (hilang akal)
-Menyentuh kemaluan
Cara bersuci dari hadas kecil seperti diatas dengan cara berwudhu atau tayamum
MACAM-MACAM HADAS BESAR DIANTARANYA ADALAH :

-BERSETUBUH
-KELUAR MANI
-Haid/Nifas

Cara bersuci dari hadas besar seperti diatas dengan cara mandi besar/janabat.
MACAM-MACAM NAJIS
Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa cara membersihkan najis
              

yang kena badan, pakaian, dan tempat hendaknya disesuaikan dengan


tingkat najisnya. Apapun jenis najis itu dapat dibedakan menjadi:
-Najis ringan (Mukhafaffah), yaitu naijs yang cara mensucikannya cukup
memercikan air kepada tempat atau benda yang di kenainya. Contoh najis
ini adalah kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan, kecuali asi.
-Najis sedang (Mutawassithah), yaitu najis yang cara mensucikannya
dengan membersihkan najis itu terlebih dahulu, kemudian mengalirkan air
kepada tempat yang dikenainya.
-Najis berat (Mughaaladzah), yaitu najis yang harus dibersihkan dengan air
sebanyak 7 kali, salah satunya dicampur dengan tanah. Contoh najis ini
adalah terkena air liur anjing atau jilatan anjing.

-Najis yang dimaafkan (Ma’fu), yaitu najis yang dimaafkan karena sulit
untuk mengenalinya. Contoh najis ini adalah terkena percikan najis
dijalanan.
CARA MENSUCIKAN NAJIS
-Dibersihkan hingga hilang bau, rasa, dan warnanya. Bila telah diupayakan tetapi masih ada sedikit,
tidaklah mengapa.
-Untuk liur anjing, dibasuh 7 kali dan salah satunya dengan menggunakan tanah.
-Istinja’
Bersuci dari najis setelah membuang hajat besar atau hajat kecil.
Pelaksanaannya:
1.Dilakukan dengan tangan kiri.
2.Tidak dengan menghadap kiblat.
3.Menggunakan air.
4.Boleh dan mencukupi dengan menggunakan 3 buah batu atau sesuatu yang lain. Pengertian 3 buah batu
adalah tiga usapan, ini sudah mencukupi tidak menggunakan tiga batu, sebab maksud istinja’ ini adalah
membersihkan kotoran atau najis.
HIKMAH THAHARAH

4 Hikmah dari thaharah adalah

1. Hikmah pertama yaitu bersuci, karena bersuci salah satu bentuk pengakuan Islam terhadap
fitrah manusia sebagai umat Islam.

2. Hikmah kedua selalu menjaga kemuliaan serta wibawa dari umat Islam.

3. Hikmah ketiga adalah melindungi diri dan menjaga kesehatan dari berbagai jenis penyakit.
Karena kebersihan merupakan pangkal kesehatan.

4. Hikmah keempat dengan menyiapkan diri dalam kondisi yang baik ketika menghadap Allah
SWT. Seorang hamba Allah, setiap umat Islam memang wajib mensucikan diri baik secara
lahir dan batin, jasmani dan rohani.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai