Anda di halaman 1dari 38

JOURNAL READING

Mycobacterium Tuberculosis Infection in Systemic Lupus Erythematosus Patient


Aquila Mega Ester Nelson 42180257
Hosiana Oktaviany Winaris 42180258

Dokter Pembimbing :
dr. Lisa Kurnia Sari, Sp.PD

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PENDAHULUAN
Systemic Lupus erythematous
( SLE)
Hubungan dengan TB
Seorang dengan SLE berisiko
tinggi terkena TB

Etiologi
Multifaktoral : Genetik, Ras, Ligkungan
dan Infeksi ( Paling banyak)

Definisi
Adalah kelainan pada
multisystem autoimun diaman
terjadi inflamasi microvascular
dengan adanya sel-sel yang
autoantibodi yang bergenerasi.
Tuberkulosis
90 %
TB adalah masalah utama di asimtomatis Pasien
kesehan yang termasuk dalam 10 ( Latent TB imunosupressed
penyebab utama kematian Infection / menjadi target
LTBI ) skrining utama

Skring dengan
Bisa pula dengan menggunakan
mendeteksi gamma Tuberculin Skin
inferno di darah Test ( TSTs)
SLE dengan Tuberculosis
Kejadian TB pada SLE dilaporkan cukup tinggi yang
01 muncul sebagai TB extra paru.

TB pada SLE dapat meningkatan angka kematian


02 khususnya di negara endemic (berkembang)

TB pada SLE akan muncul sebagai penyakit kedua


03 sehingga pengobatannya juga akan berbeda.

04 Kejadian TB pada SLE di Egypt belum pernah diteliti.

Begitu pula dengan pmeriksaan IFN – Gamma untuk


05 detemsi Mycobacterium TB belum pernah diteliti.
Insert Your Image

TUJUAN PENELITIAN

• Untuk Menetukan Prevalensi Infeksi Mycobacterium TB pada pasien dewasa


dengan SLE , dan menentukan hubungannya dengan durasi penyakit,
aktivitas, kerusakan dan pengobatan.

• Untuk membandingkan pemeriksaan IFN- gamma untuk deteksi


Mycobacterium TB dengan pemeriksaan TSTs
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
1 Cross Sectional

Jumlah Sampel
2 100 pasien (diambil secara acak)

Tempat Penelitian
3 Medicine and Rheumatology department at Ain
Shams University Hospitals.

Komite Etik
4 Research Ethics Committee of Faculty of
Medicine, Ain Shams University

Analisa Statistik
5 SPSS, Chi Square, T- Test, Kappa Analisis .
PROSEDUR

USIA, JENIS KELAMIN, LAMANYA PENYAKIT, RIW. TB,


ANAMNESIS RIW. VAKSINASI BCG, TERAPI IMUNOSUPRESI

PEMRIKSAAN UMUM RHEMATOLOGI, ASSESMENT SLE


PEMERIKSAAN
MENGGUNAKAN BILAG (British Isles Lupus Assessment Group)
FISIK DISEASE ACTIVITY INDEX

GROUP A : SANGAT AKTIF


KLASIFIKASI GROUP B: SEDANG,
AKTIFITAS GROUP C: RINGAN
PENYAKIT GROUP D: SEBELUMNYA TERINFEKSI
GROUP E: BELUM PERNAH TERINFEKSI
PROSEDUR
ASSESMENT
Systemic Lupus International Collaborative Clinics/ American
DAMPAK DARI College of Rheumatology (SLICC/ACR) Damage Index
PENYAKIT

(CBC) denngan coulter, Laju sedimentasi eritrosit (ESR) jam


PEMERIKSAAN pertama dengan metode Westergren, kreatinin serum & blood urea
LAB nitrogen (BUN) dengan metode kalorimetri, analisis urin dan rasio
Protein / kreatinin.

TUBERCULIN Dengan injeksi tuberculin purified protein derivative (PPD) 0,1 ml


pada permukaan dalam lengan bawah. Reaksi tes kulit dibaca
SKIN TEST
antara 48 dan 72 jam setelah proses penyuntikan. Diameter area
(TST) indurasi akan diukur melintasi lengan bawah (tegak lurus terhadap
sumbu panjang. Indurasi 5 mm dianggap positif
PROSEDUR

Pemeriksaan Menggunakan The QuantiFERON-TB GOLD In-Tube (QFT-GIT)


test (QuantiFERON TB Gold In-Tube; Cellestis Limited, Victoria,
Interferon Australia). QFT-GIT dianggap + nbila IFN-c level of nil = 8.0 IU/ml
gamma (IFN-c) & TB antigen minus nil = 0.35 IU/ml & 25% of nil value.

Pemeriksaan
Mikroskopis BTA Dilakukan bila hasil QT TB atau TST positif.

Pemeriksaan Adanya lesi kavitas pada paru, nodules, reticulonodular


Radiologi infiltrates, effusion and hilar lymphadenopathy
PROSEDUR

TST positif atau QFT-GIT dengan hasil negatif pada pemeriksaan


Latent TB
Ziehl – ​Neelsen untuk AFB dan kultur negatif pada media LJ
Infection (LTBI) untuk basil tuberkel.

TB Aktif AFB positif di Ziehl – ​Neelsen dan kultur + pada medium LJ


HASIL PENELITIAN
Data Demografik
• 90% wanita, 10% pria, Usia rata – rata: 29.8±7.9 tahun (18-55 th)
• Durasi penyakit : 5.5±5.4 tahun (0.25 -33th)
• Vaksin BCG (+)
• Riwayat TB diri sendiri dan keluarga (-)

• Durasi pengobatan  4.29±4.38 tahun


 100% Steroid (19,3 ± 7,4 mg / hari),
 95% Hydroxychloroquine (HCQ) (374 ± 92,8 mg / hari)
 75% Azathioprine (101,6 ± 27,1 mg / hari)
 62% Cyclophosphamide (CYC) (4724,2 ± 2878,2 mg /hari)
 17% Mikophenolate mofetil (MMF) (2176,5 ± 705,8 mg / hari)

• 60% mengalami kerusakan organ; dan 30% kerusakan SSP, 22% kerusakan
ginjal;2% kerusakan GIT  indeks kerusakan rata-rata 1,4 ± 1,7 (0–8).
• Berdasarkan indeks BILAG  kerusakan ginjal (30% kategori A), GIT (0% ktgr. A)
4 Efusi pleura bilateral
4 Efusi pleura unilateral
3 opasitas paru tersebar unilateral
2 konsolidasi paru lobar
PEMBAHASAN
 Dalam penelitian ini, frekuensi LTBI 13%.
 Studi dari Spanyol
o 97,8% pasien tidak divaksinasi BCG
o IFNγ release assay  5,4% (+), 4,4%(?), 90,2% (-)
o TST 6,5% (+), 93,5% (-).
o LTBI  10% (+)
 Penelitian retrospektif dari AS
o 7% pasien SLE TB aktif dan 18% memiliki LTBI (TST +)
o Dapat dikaitkan dengan proporsi imigran dari negara endemic TB ke AS
 Penelitian di Turki pada pasien SLE
o 97,4% divaksinasi BCG
o LTBI ditemukan pada 53,8% (24,3% oleh QTF-GIT dan 50% oleh TST)
o Prevalensi LTBI yang tinggi dikarenakan oleh kehadiran sekelompok
pasien yang memiliki riwayat TB yang sembuh atau TB pada kerabat
dekat.
o Selain itu, TST dilakukan dalam teknik 2 langkah yang akan
memaksimalkan sensitivitas TST.
 Penelitian di Korea
o 77,9% pasien SLE divaksinasi BCG
o TST (+) 16,9%
o QFT-GIT (+) 19,1%
o Tidak pasti pada 16,9%
o LTBI didiagnosis pada 26,5% .
 Takeda et al. melaporkan bahwa tes QFT-GIT menghasilkan jumlah
hasil indefinensi yang secara signifikan lebih tinggi pada pasien SLE
(32,4%) dibandingkan pada mereka dengan penyakit jaringan ikat
lainnya (5,7%) atau kontrol sehat (0%)

 Dalam penelitian ini tidak ada hasil QFT-GIT yang tidak pasti yang
dihasilkan; semua hasil + atau -

 Hasil ini serupa dengan Behar et al. yang tidak menemukan hasil yg
tidak pasti pada pasien SLE.
• Di sisi lain, Cho et al. menemukan 16,9% pasien SLE memiliki hasil QFT-GIT
yang tidak tentu dan ini dikaitkan dengan aktivitas penyakit yang lebih tinggi dan
peningkatan dosis glukokortikoid.

• Ketidaksepakatan ini dapat dijelaskan oleh perbedaan karakteristik pasien,


aktivitas penyakit, aspek teknis tes pelepasan IFNγ atau insiden TB yang lebih
tinggi di Korea.
• 100% dari pasien pada penelitian ini telah divaksinasi BCG selama masa kanak-
kanak, mungkin dapat dikaitkan dengan probabilitas TST untuk memiliki hasil
negatif palsu pada pasien SLE daripada pada populasi umum, karena dari
disregulasi kekebalan terkait dengan penyakit itu sendiri atau karena
penggunaan obat imunosupresif.

• Selain itu, disarankan bahwa jika BCG diberikan pada masa bayi seharusnya
tidak menyebabkan TST positif palsu ketika TST dilakukan 10 tahun sejak
vaksinasi BCG.

• Sebaliknya, QFT-GIT dapat memperoleh hasil positif daripada TST pada pasien
yang mengalami gangguan kekebalan.
• Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pasien dengan penyakit rematik kronis,
termasuk SLE, menerima steroid lebih rentan terhadap tuberculosis.

• Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara pasien
dengan hasil QFT-GIT positif dan negatif sehubungan dengan penggunaan atau dosis
kortikosteroid dan obat imunosupresif lainnya.

• Serupa dengan Arenas Miras Mdel et al. yang tidak menemukan perbedaan yang
signifikan antara pasien dengan tes rilis IFNγ (+) dan / atau TST (+) dan pasien
dengan hasil negatif terkait azathioprine, dan penggunaan CYC
Dalam penelitian ini,
• 66% pasien mengalami kerusakan organ, dengan kerusakan ginjal terjadi pada
22%.

• Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pasien QFT-GIT-positif


dan negatif yang ditemukan sehubungan dengan indeks kerusakan BILAG atau
SLICC.

• Artritis dan penyakit ginjal secara signifikan tinggi pada pasien SLE dengan TB
dibandingkan dengan mereka yang tidak.

• Tidak ada pasien saat ini yang memiliki infeksi TB aktif.


KESIMPULAN

• 13% dari pasien SLE kami yang diteliti memiliki LTBI baik dengan
menggunakan QFT-GIT atau TST
• Tidak ada kasus TB aktif yang terdeteksi.
• Tidak ada hubungan antara LTBI dan aktivitas penyakit, kerusakan dan
menggunakan obat imunosupresif.
CASP
. Did the study address a clearly focused question / issue?

YES
Pada Penelitian ini focus pada kejadian TB pada pasien SLE, dimana
ditentukan prevalensinya, serta hubungannya dengan data pendukung
pasien dan pemeriksaan yang jelas dilakukan.
Is the research method (study design) appropriate for answering
the research question?

YES
Karena Desain Cross Sectional adalah studi epidemiologi untuk
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan
paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain
secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat. 
Is the method of selection of the subjects (employees, teams,
divisions, organizations) clearly described?

YES
 Peneliti menjelaskan berapa jumlah sampel, bagaimana cara mendapatkan
sampel dan lokasi pengambian sampel tersebut.
Yaitu 100 pasien yang dipilih secara acak dari poli rawat jalan Rheumatology
& pasien rawat inap di Bagian Internal Medicine and Rheumatology
department at Ain Shams University Hospitals.
Could the way the sample was obtained introduce (selection)bias?

NO
 Pada Penelitian ini telah dijelaskan mengenai karateristik dasar dari setiap
pasien sehingga dapat menimilasir adanya bias.
Pemeriksaan yang dilakukan juga menggunakan assessment yang valid dan
dapat dipercaya.
Was the sample of subjects representative with regard to the popu
lation to which the findings will be referred?

NO
 Pada Penelitian ini sampel yang digunakan hanya berasal dari satu rumah
sakit saja sehingga kurang memenuhi populasi dari satu daerah.
Was the sample size based on pre-study considerations of
statistical power?

NO
 Pada Penelitian ini tidak dijelaskan bagaimana proses mendapatkan jumlah
sampel hanya disebutkan dipilih secara random.
Are the measurements (questionnaires) likely to be valid
and reliable?

YES
Pengukuran menggunakan SPSS, Chi Square, T- Test, Kappa Analisis
Was the statistical significance assessed?

YES
Signifikansi statistik dinilai dengan p<0.05
Can the results be applied to your organization?

YES
Karena pemeriksaannya tersedia di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai