Dokter Pembimbing :
dr. Lisa Kurnia Sari, Sp.PD
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PENDAHULUAN
Systemic Lupus erythematous
( SLE)
Hubungan dengan TB
Seorang dengan SLE berisiko
tinggi terkena TB
Etiologi
Multifaktoral : Genetik, Ras, Ligkungan
dan Infeksi ( Paling banyak)
Definisi
Adalah kelainan pada
multisystem autoimun diaman
terjadi inflamasi microvascular
dengan adanya sel-sel yang
autoantibodi yang bergenerasi.
Tuberkulosis
90 %
TB adalah masalah utama di asimtomatis Pasien
kesehan yang termasuk dalam 10 ( Latent TB imunosupressed
penyebab utama kematian Infection / menjadi target
LTBI ) skrining utama
Skring dengan
Bisa pula dengan menggunakan
mendeteksi gamma Tuberculin Skin
inferno di darah Test ( TSTs)
SLE dengan Tuberculosis
Kejadian TB pada SLE dilaporkan cukup tinggi yang
01 muncul sebagai TB extra paru.
TUJUAN PENELITIAN
Jumlah Sampel
2 100 pasien (diambil secara acak)
Tempat Penelitian
3 Medicine and Rheumatology department at Ain
Shams University Hospitals.
Komite Etik
4 Research Ethics Committee of Faculty of
Medicine, Ain Shams University
Analisa Statistik
5 SPSS, Chi Square, T- Test, Kappa Analisis .
PROSEDUR
Pemeriksaan
Mikroskopis BTA Dilakukan bila hasil QT TB atau TST positif.
• 60% mengalami kerusakan organ; dan 30% kerusakan SSP, 22% kerusakan
ginjal;2% kerusakan GIT indeks kerusakan rata-rata 1,4 ± 1,7 (0–8).
• Berdasarkan indeks BILAG kerusakan ginjal (30% kategori A), GIT (0% ktgr. A)
4 Efusi pleura bilateral
4 Efusi pleura unilateral
3 opasitas paru tersebar unilateral
2 konsolidasi paru lobar
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, frekuensi LTBI 13%.
Studi dari Spanyol
o 97,8% pasien tidak divaksinasi BCG
o IFNγ release assay 5,4% (+), 4,4%(?), 90,2% (-)
o TST 6,5% (+), 93,5% (-).
o LTBI 10% (+)
Penelitian retrospektif dari AS
o 7% pasien SLE TB aktif dan 18% memiliki LTBI (TST +)
o Dapat dikaitkan dengan proporsi imigran dari negara endemic TB ke AS
Penelitian di Turki pada pasien SLE
o 97,4% divaksinasi BCG
o LTBI ditemukan pada 53,8% (24,3% oleh QTF-GIT dan 50% oleh TST)
o Prevalensi LTBI yang tinggi dikarenakan oleh kehadiran sekelompok
pasien yang memiliki riwayat TB yang sembuh atau TB pada kerabat
dekat.
o Selain itu, TST dilakukan dalam teknik 2 langkah yang akan
memaksimalkan sensitivitas TST.
Penelitian di Korea
o 77,9% pasien SLE divaksinasi BCG
o TST (+) 16,9%
o QFT-GIT (+) 19,1%
o Tidak pasti pada 16,9%
o LTBI didiagnosis pada 26,5% .
Takeda et al. melaporkan bahwa tes QFT-GIT menghasilkan jumlah
hasil indefinensi yang secara signifikan lebih tinggi pada pasien SLE
(32,4%) dibandingkan pada mereka dengan penyakit jaringan ikat
lainnya (5,7%) atau kontrol sehat (0%)
Dalam penelitian ini tidak ada hasil QFT-GIT yang tidak pasti yang
dihasilkan; semua hasil + atau -
Hasil ini serupa dengan Behar et al. yang tidak menemukan hasil yg
tidak pasti pada pasien SLE.
• Di sisi lain, Cho et al. menemukan 16,9% pasien SLE memiliki hasil QFT-GIT
yang tidak tentu dan ini dikaitkan dengan aktivitas penyakit yang lebih tinggi dan
peningkatan dosis glukokortikoid.
• Selain itu, disarankan bahwa jika BCG diberikan pada masa bayi seharusnya
tidak menyebabkan TST positif palsu ketika TST dilakukan 10 tahun sejak
vaksinasi BCG.
• Sebaliknya, QFT-GIT dapat memperoleh hasil positif daripada TST pada pasien
yang mengalami gangguan kekebalan.
• Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pasien dengan penyakit rematik kronis,
termasuk SLE, menerima steroid lebih rentan terhadap tuberculosis.
• Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara pasien
dengan hasil QFT-GIT positif dan negatif sehubungan dengan penggunaan atau dosis
kortikosteroid dan obat imunosupresif lainnya.
• Serupa dengan Arenas Miras Mdel et al. yang tidak menemukan perbedaan yang
signifikan antara pasien dengan tes rilis IFNγ (+) dan / atau TST (+) dan pasien
dengan hasil negatif terkait azathioprine, dan penggunaan CYC
Dalam penelitian ini,
• 66% pasien mengalami kerusakan organ, dengan kerusakan ginjal terjadi pada
22%.
• Artritis dan penyakit ginjal secara signifikan tinggi pada pasien SLE dengan TB
dibandingkan dengan mereka yang tidak.
• 13% dari pasien SLE kami yang diteliti memiliki LTBI baik dengan
menggunakan QFT-GIT atau TST
• Tidak ada kasus TB aktif yang terdeteksi.
• Tidak ada hubungan antara LTBI dan aktivitas penyakit, kerusakan dan
menggunakan obat imunosupresif.
CASP
. Did the study address a clearly focused question / issue?
YES
Pada Penelitian ini focus pada kejadian TB pada pasien SLE, dimana
ditentukan prevalensinya, serta hubungannya dengan data pendukung
pasien dan pemeriksaan yang jelas dilakukan.
Is the research method (study design) appropriate for answering
the research question?
YES
Karena Desain Cross Sectional adalah studi epidemiologi untuk
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan
paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain
secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat.
Is the method of selection of the subjects (employees, teams,
divisions, organizations) clearly described?
YES
Peneliti menjelaskan berapa jumlah sampel, bagaimana cara mendapatkan
sampel dan lokasi pengambian sampel tersebut.
Yaitu 100 pasien yang dipilih secara acak dari poli rawat jalan Rheumatology
& pasien rawat inap di Bagian Internal Medicine and Rheumatology
department at Ain Shams University Hospitals.
Could the way the sample was obtained introduce (selection)bias?
NO
Pada Penelitian ini telah dijelaskan mengenai karateristik dasar dari setiap
pasien sehingga dapat menimilasir adanya bias.
Pemeriksaan yang dilakukan juga menggunakan assessment yang valid dan
dapat dipercaya.
Was the sample of subjects representative with regard to the popu
lation to which the findings will be referred?
NO
Pada Penelitian ini sampel yang digunakan hanya berasal dari satu rumah
sakit saja sehingga kurang memenuhi populasi dari satu daerah.
Was the sample size based on pre-study considerations of
statistical power?
NO
Pada Penelitian ini tidak dijelaskan bagaimana proses mendapatkan jumlah
sampel hanya disebutkan dipilih secara random.
Are the measurements (questionnaires) likely to be valid
and reliable?
YES
Pengukuran menggunakan SPSS, Chi Square, T- Test, Kappa Analisis
Was the statistical significance assessed?
YES
Signifikansi statistik dinilai dengan p<0.05
Can the results be applied to your organization?
YES
Karena pemeriksaannya tersedia di Indonesia