ANGELA DWINAWATI P
TRIA MARINI
VINA KARLINA
A. DEFINISI
• Suatu keadaan menurunya kadar hemoglobin (Hb) dan
atau jumlah eritrosit lebih rendah dari nilai normal.
(Masjoer, 2001)
• Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume
sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100
ml darah. (Ngastiyah, 1997)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya anemia yaitu : Meningkatnya proses pemecahan
eritrosit (hemolisis)
Perdarahan
a) Akut • Faktor didapat
1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara awitan, durasi, lokasi, dan factor
pencetus.
Tanda dan gejala utama dapat mencakup:
• Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
• Anorexia dan penurunan BB.
• Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi berat dan epistaksis.
• Infeksi yang sering
• Nyeri tulang dan sendi
b. Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-faktor
resiko gangguan hematologic.
• Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau inkompatibilitas
ABO.
• Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas, BBLR, diet
kurang besi atau diet berat dengan susu sapi (selama masa bayi),
perdarahan (mis., menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan
terhadap inveksi virus. Factor resiko riwayat keluarga antara lain
riwayat anemia sel sabit, atau gangguan perdarahan.
2. Manifestasi Umum
a) Kelamahan otot
b) Mudah lelah : sering istirahat, napas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi)
c) Kulit pucat : pucat lilin terlihat pada anemia berat
3. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
b) Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan factor pada
sebagian besar gangguan hematologic. Namun takikardi dan
takipnea mungkin harus diperlukan.
c) Inspeksi
• Kulit. Pucat, kemerahan, ikterus, purpura, petekie, ekimosis, tanda-
tanda pruritus (tanda garukan), sianosis, atau warna kecklatan
yang mungkin terlihat.
• Mata. Sclera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau
pandangan kabur mungkin terlihat.
• Mulut. Mukosa dan gusi yang pucat mungkin terlihat.
• Neurologic. Kerusakan proses berpikir atau letargi mungkin terlihat.
• Musculoskeletal. Pembengkakan sendi mungkin terlihat.
• Genitourinaria. Darah dalam urine dan perdarahan menstruasi
yang berlebihan atau abnormal mungkin terlihat.
d) Palpasi
• Kulit. Kemungkinan terdapat pemanjangan waktu pengisian kapiler.
• Nodus limfe. Limfadenopati atau nyeri tekan mungkin dapat dipalpasi.
• Gastrointestinal. Nyeri tekan abdomen, hepatomegali, atau
splenomegali mungkin dapat dipalpasi.
e) Auskultasi
• Jantung. Murmur dapat diauskultasi.
• Pulmonal. Suara napas tambahan (bila terjadi gagal jantung kongestif
pada dapat diauskultasi
4. Temuan pemeriksaan labolatorium dan uji diagnostik
a. Hitung darah lengkap (HDL) memberikan gambaran lengkap yang jelas tentang
elemen-elemen pembentuk darah
1. Hitung SDM menentukan jumlah SDM total setiap sentimeter kubik darah.
2. Hitung SDP merupakan pengukuran jumlah total leukosit yang bersirkulasi
3. Hitung SDP diferensial (granulosit dan agrabulosit) membedakan SDP
berdasarkan lima tipe sel – neutrófil, eosinófilo, basófilo (granulosit), limfosit,
dan monosit (agranulosit).
4. Hemoglobin (Hb) dikaji untuk menentukan anemia, tingkat keparahan, dan
respons terhadap pengobatan.
5. Hematokrit (Ht) menentukan massa SDP dengan pengukuran ruang dalam kantung
SDM.
6. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular volume) adalah untuk
mengetahui ukuran SDM individu.
7. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular hemoglobin) mengukur
barat rata-rata hemoglobin dalam SDM.
8. Konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata (MCHC, mean corpuscular
hemoglobin concentration) mengukur konsentrasi rata-rata hemoglobin dalam SDM.
9. Hitung trombosit mengukur jumlah total trombosit yang bersirkulasi untuk
mengevaluasi gangguan perdarahan.
b. Hitung retikulosit membantu membedakan berbagai tipe anemia.
c. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi sebagai alat diagnosis banding gangguan
perdarahan.
d. Kapasitas pengikatan besi total (TIBC, total iron-binding capacity), feritin dan zat
besi, dan transferin digunakan dalam mengevaluasi anemia.
e. Temuan aspirasi sumsum tulang sebagai alat bantu dalam mendiagnosis anemia
aplastik dan gangguan lain.
1) Persiapan untuk uji ini biasanya memerlukan beberapa bentuk sedasi.
2) Pada area luka aspirasi, harus dipantau dengan cermat adanya perdarahan
dan pembentukan hematoma setelah prosedur selesai dilakukan.
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL