Anda di halaman 1dari 20

ANEMIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

 ANDI AKHIRUL RIZAL

 ANGELA DWINAWATI P

 TRIA MARINI

 VINA KARLINA
A. DEFINISI
• Suatu keadaan menurunya kadar hemoglobin (Hb) dan
atau jumlah eritrosit lebih rendah dari nilai normal.
(Masjoer, 2001)
• Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume
sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100
ml darah. (Ngastiyah, 1997)
B. ETIOLOGI
 Penyebab terjadinya anemia yaitu :  Meningkatnya proses pemecahan
eritrosit (hemolisis)
 Perdarahan
a) Akut • Faktor didapat

b) Kronis • Faktor bawaan

 Gangguan pembentukan sel darah


merah (eritrosit)
a) Infiltrasi sumsun tulang
b) Perubahan sintesa hemoglobin (Hb)
c) Perubahan sintesa DNA
d) Gangguan pada sel induk (stem
sel)
e) Bahan baku pembentukan eristosit
tidak ada
C. KLASIFIKASI ANEMIA
1) Anemia Aplastik 7) Anemia Pascaperdarahan
2) Anemia Hemolitik 8) Anemia Pernisiosa
3) Anemia Sel Sabit 9) Anemia Defisiensi Folat
4) Malaria 10)Anemia Defisiensi Besi
5) Penyakit Hemolitik Pada Bayi 11)Anemia Sideroblastik
Baru Lahir
6) Reaksi Tranfusi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan
a. Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara awitan, durasi, lokasi, dan factor
pencetus.
Tanda dan gejala utama dapat mencakup:
• Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
• Anorexia dan penurunan BB.
• Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi berat dan epistaksis.
• Infeksi yang sering
• Nyeri tulang dan sendi
b. Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-faktor
resiko gangguan hematologic.
• Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau inkompatibilitas
ABO.
• Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas, BBLR, diet
kurang besi atau diet berat dengan susu sapi (selama masa bayi),
perdarahan (mis., menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan
terhadap inveksi virus. Factor resiko riwayat keluarga antara lain
riwayat anemia sel sabit, atau gangguan perdarahan.
2. Manifestasi Umum
a) Kelamahan otot
b) Mudah lelah : sering istirahat, napas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi)
c) Kulit pucat : pucat lilin terlihat pada anemia berat
3. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
b) Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan factor pada
sebagian besar gangguan hematologic. Namun takikardi dan
takipnea mungkin harus diperlukan.
c) Inspeksi
• Kulit. Pucat, kemerahan, ikterus, purpura, petekie, ekimosis, tanda-
tanda pruritus (tanda garukan), sianosis, atau warna kecklatan
yang mungkin terlihat.
• Mata. Sclera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau
pandangan kabur mungkin terlihat.
• Mulut. Mukosa dan gusi yang pucat mungkin terlihat.
• Neurologic. Kerusakan proses berpikir atau letargi mungkin terlihat.
• Musculoskeletal. Pembengkakan sendi mungkin terlihat.
• Genitourinaria. Darah dalam urine dan perdarahan menstruasi
yang berlebihan atau abnormal mungkin terlihat.
d) Palpasi
• Kulit. Kemungkinan terdapat pemanjangan waktu pengisian kapiler.
• Nodus limfe. Limfadenopati atau nyeri tekan mungkin dapat dipalpasi.
• Gastrointestinal. Nyeri tekan abdomen, hepatomegali, atau
splenomegali mungkin dapat dipalpasi.
e) Auskultasi
• Jantung. Murmur dapat diauskultasi.
• Pulmonal. Suara napas tambahan (bila terjadi gagal jantung kongestif
pada dapat diauskultasi
4. Temuan pemeriksaan labolatorium dan uji diagnostik
a. Hitung darah lengkap (HDL) memberikan gambaran lengkap yang jelas tentang
elemen-elemen pembentuk darah
1. Hitung SDM menentukan jumlah SDM total setiap sentimeter kubik darah.
2. Hitung SDP merupakan pengukuran jumlah total leukosit yang bersirkulasi
3. Hitung SDP diferensial (granulosit dan agrabulosit) membedakan SDP
berdasarkan lima tipe sel – neutrófil, eosinófilo, basófilo (granulosit), limfosit,
dan monosit (agranulosit).
4. Hemoglobin (Hb) dikaji untuk menentukan anemia, tingkat keparahan, dan
respons terhadap pengobatan.
5. Hematokrit (Ht) menentukan massa SDP dengan pengukuran ruang dalam kantung
SDM.
6. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular volume) adalah untuk
mengetahui ukuran SDM individu.
7. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular hemoglobin) mengukur
barat rata-rata hemoglobin dalam SDM.
8. Konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata (MCHC, mean corpuscular
hemoglobin concentration) mengukur konsentrasi rata-rata hemoglobin dalam SDM.
9. Hitung trombosit mengukur jumlah total trombosit yang bersirkulasi untuk
mengevaluasi gangguan perdarahan.
b. Hitung retikulosit membantu membedakan berbagai tipe anemia.
c. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi sebagai alat diagnosis banding gangguan
perdarahan.
d. Kapasitas pengikatan besi total (TIBC, total iron-binding capacity), feritin dan zat
besi, dan transferin digunakan dalam mengevaluasi anemia.
e. Temuan aspirasi sumsum tulang sebagai alat bantu dalam mendiagnosis anemia
aplastik dan gangguan lain.
1) Persiapan untuk uji ini biasanya memerlukan beberapa bentuk sedasi.
2) Pada area luka aspirasi, harus dipantau dengan cermat adanya perdarahan
dan pembentukan hematoma setelah prosedur selesai dilakukan.
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Gangguan perfusi jaringan perifer


2. Perubahan cardiac output
3. Keletihan
4. Intoleransi aktivitas
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
7. Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Evaluasi

1. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.


• Tujuan : pasien dan keluarga mendapatkan pengetahuan tentang gangguan,
tesdiagnostik, dan pengobatan.
• Intervensi (rasional) :
• Siapkan anak untuk tes (untuk menghilangkan ansietas/rasa takut).
• Tetap bersama anak selama tes dan memulai transfusi (untuk
memberikan dukungan dan observasi pada kemungkinan komplikasi).
• Jelaskan tujuan pemberin komponen darah (untuk meningkatkan
pemahaman terhadap gangguan, tes diagnostik, dan pengobatan).
Evaluasi :
• Anak dan keluarga menunjukkan ansietas yang minimal.
• Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang gangguan, tes diagnostik, dan
pengobatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan pengiriman oksigen ke
jaringan.
Tujuan :
• Pasien mendapatkan istirahat yang adekuat.
• Pasien menunjukkan pernapasan normal.
• Pasien mengalami stres emosional.
• Pasien menerima elemen darah yang tepat.
Intervensi (rasional) :
• Observasi adanya tanda kerja fisik (takikardia, palpitasi, takipnea, napas pendek,
hiperpnea, sesak napas, pusing, kunang-kunang, berkeringat, dan perubahan warna
kulit) dan keletihan (lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang, tidak dapat
mentoleransi aktivitas tambahan) (untuk merencanakan istirahat yang tepat).
• Antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin di luar batas
toleransi anak (untuk mencegah kelelahan).
• Beri aktivitas bermain pengalihan (yang meningkatkan istirahat dan tenang tetapi
mencegah kebosanan dan menarik diri).
• Pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan minat yang sama yang memerlukan
aktivitas terbatas (untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat).
Evaluasi :
• Anak bermain dan istirahat dengan tenang dan melakukan aktivitas
yang sesuai dengan kemampuan.
• Anak tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas fisik atau keletihan.
• Pasien bernapas dengan mudah; frekuensi dan kedalaman pernapasan
normal.
• Anak tetap tenang.
• Anak menerima elemen darah yang tepat tanpa masalah.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan besi yang dilaporkan; kurang
pengetahuan mengenai makanan yang diperkeya dengan besi.
Tujuan :
• Pasien mendapat suplai besi adekuat.
• Pasien mengkonsumsi suplemen besi.
Intervensi (rasional) :
Berikan konseling diet pada pemberian perawatan, khususnya mengenai hal-
hal berikut:
• Sumber besi dari makanan (mis., daging, legum, kacang, gandum, sereal bayi yang diperkaya
dengan besi dan sereal kering) (untuk memastikan bahwa anak mendapat suplai besi yang
adekuat).
• Beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan padat diberikan (karena terlalu
banyak minum susu akan menurunkan masukan makanan padat yang mengandung besi).
• Ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya besi adekuat dalam diet (untuk mendorong
kepatuhan).
Evaluasi :
• Anak sedikitnya mendapatkan kebutuhan besi minimum harian.
• Keluarga menghubungkan riwayat diat yang memperjelas kepatuhan anak terhadap anjuran ini.
• Anak diberikan suplemen besi yang dibuktikan dengan feses yang berwarna hijau, seperti ter.
• Anak meminum obat dengan tepat.
ANY QUESTION ?

Anda mungkin juga menyukai