Anda di halaman 1dari 47

PELATIHAN

PENGENALAN DASAR DASAR


PENGUKURAN UDARA EMISI & AMBIEN
Disampaikan oleh:
Toto Wiradisastra
PT. SysLab

Bogor, 23 Maret 2010


KUALITAS UDARA LINGKUNGAN
Udara sekeliling kita atau
lebih dikenal dengan udara
ambien, mempunyai kualitas
yang mudah berubah.
Intensitas perubahannya
dipengaruhi oleh interaksi
berbagai polutan yang di
lepas (di emisikan) ke udara
ambien, serta faktor-faktor
meteorologis ( kecepatan &
arah angin, suhu,
kelembaban, cahaya
matahari serta hujan ).
POLUTAN UDARA
Secara fisik, polutan dapat berupa :
1. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
2. Gas (CO, NOx, SOx, H2S, Hidrokarbon)
3. Energi (suhu dan kebisingan)

Berdasarkan kejadian, terbentuknya


polutan terdiri dari :
1. Polutan primer
2. Polutan sekunder

Contoh polutan primer adalah : CO, NO, NO2, SO2, Cl2 serta debu (partikel) dsb.
Contoh polutan sekunder adalah : SO3, HNO3, H2SO4, H2O2, O3, garam NO3 & SO4.

Akibat dorongan angin , maka polutan akan terdispersi sesuai dengan arah angin pada
saat itu. Sebagian polutan dalam perjalanannya ada yang terdesposisi atau mengendap ke
permukaan tanah, air, bangunan, dan tanaman. Sebagian lainnya tetap tersuspensi di
udara.

Seluruh kejadian tersebut akan mempengaruhi kadar polutan-polutan di udara ambien.


DAMPAK POLUTAN
Udara yang tercemar oleh partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang berbeda tingkat dan jenisnya, hal ini tergantung kepada
macam, ukuran dan komposisi kimiawinya.

Tumbuhan di daerah berkualitas udara buruk dapat menyebabkan berbagai


jenis penyakit pada tumbuhan itu sendiri. Hujan asam akan menyebabkan
daun memiliki bintik-bintik kuning, hujan asam juga akan menurunkan pH air
sehingga kemudian meningkatkan kelarutan logam berat misalnya merkuri
(Hg) dan seng (Zn). Akibatnya bioakumulasi logam berat di hewan air
bertambah. Penurunan pH juga akan menyebabkan hilangnya tumbuhan air
dan mikroalga yang sensitif terhadap asam.
KUALITAS UDARA EMISI GAS BUANG

Emisi Gas Buang adalah : sisa hasil pembakaran


bahan bakar didalam mesin pembakaran
dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang
dikeluarkan melalui sistem pembuangan
mesin.

Emisi gas buang terdiri dari : CO, NOx, SOx, HC,


Gas-gas lain, Partikel (Debu) & logam serta
opasitas.

Sumber emisi gas buang terdiri dari 2 (dua)


jenis yaitu :
1. Sumber tidak bergerak
2. Sumber bergerak

Dari kedua sumber tersebut menghasilkan


polutan yang hampir sama, hanya dalam
pemantauan dibatasi oleh regulasi yang
berbeda termasuk didalamnya parameter-
parameter yang harus diperiksa/diukur.
KUALITAS UDARA EMISI GAS BUANG
SUMBER TIDAK BERGERAK

Untuk memenuhi baku mutu regulasi yang ditentukan, maka


pengukuran parameter uji dari gas buang ini harus melihat
sumber & lokasi yang di pantau.

Di dalam kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas :


- Emisi Insinerator, mengacu kepada
Kep.03/BAPEDAL/09/1995
- Emisi Lainnya, mengacu kepada Kep. MENLH No. 129/2003.
KUALITAS UDARA EMISI GAS BUANG
SUMBER TIDAK BERGERAK

KepMENLH No.129/2003 adalah baku mutu kualitas udara


emisi yang masih digunakan di kegiatan Industri Migas
(sebelum diberlakukan peraturan baru yaitu Per. MENLH
No.13/2009 yang diberlakukan mulai 24 April 2010).

Parameter yang di uji adalah :


1. Total Partikulat
2. Nitrogen Oksida (sebagai NO2)
3. Sulfur Oksida (SOx)
4. Opasitas
TOTAL PARTIKULAT
Ada dua jenis utama sampling udara yang berhubungan dengan
sumber emisi tidak bergerak (cerobong):
Sampling Isokinetic : melibatkan
pengumpulan polutan yang memiliki
energi kinetik (biasanya ada sebagai
bentuk partikulat & uap). Untuk
mendapatkan sampel yang
representatif aliran gas yang
mengandung partikel padat atau
cair, sampel harus ditarik dari
sumber emisi sehingga kecepatan
dan arah memasuki gas sampling
nozzel adalah sama dengan gas
dalam saluran pada titik sampling.
Jika sampel adalah isokinetic, distribusi
ukuran partikel (dari kecil ke besar)
memasuki probe akan sama dengan
yang di dalam gas buang itu sendiri.
Dengan kata lain, sampel partikulat akan
menjadi wakil dari distribusi ukuran
partikel gas buang.

Namun, jika tingkat sampel terlalu rendah atau terlalu tinggi


sehubungan dengan kecepatan gas sampling dikatakan bukan
isokinetic dan kesalahan dapat berakibat pada pengukuran
konsentrasi partikulat.
Flue Gas Sampling: melibatkan kumpulan
polutan yang ada dalam udara gas buang.
Karena gas dinamis (energi pergerakan
bebas), multipoint sampling pada umumnya
tidak diperlukan. Sebuah survei yang sesuai
konstituen dari aliran gas (seperti karbon
dioksida atau oksigen) harus dilakukan untuk
menentukan tingkat stratifikasi.

Dalam kasus-kasus di mana itu tidak ada, satu titik sampling


pada seperempat diameter cerobong mewakili emisi gas. Jika
stratifikasi ada, penentuan emisi gas akan memerlukan teknik
sampling multipoint, kecuali rencana sampling alternatif dapat
ditemukan.
METODA SAMPLING ISOKINETIK
Dalam US Code of Federal Reference (CFR) 40 Part 60 Appendix A, terdapat
lima metode dasar:
1. USEPA Method 1: Pemilihan lokasi dan pengambilan titik sampel dan
traverse (sampling) point (SNI…)
2. USEPA Method 2: Penentuan kecepatan gas cerobong dan volume laju alir
(SNI…)
3. USEPA Method 3: Penentuan berat molekul kering (SNI…)
4. USEPA Method 4: Penentuan kadar air pada gas cerobong (SNI…)
5. USEPA Method 5: Penentuan emisi partikulat dari sumber tidak bergerak
(SNI…)
PENENTUAN LOKASI SAMPLING
USEPA Method 1 menentukan teknik dalam memilih tempat sampling
(port) and traverse (sampling) points.

Setiap titik-titik lintas pengukuran harus dipilih pada lokasi dengan


menyesuaikan diameter cerobong. Jumlah titik-titik lintas pengukuran
paling sedikit 4 titik untuk diameter cerobong kurang dari 1 m dan paling
banyak 20titik untuk diameter lebih dari 4.5 m. Masing masing titik lintas
pengukuran mewakili lokasi dengan luasan yang sama besar.
Parameter NOX sebagai NO2

Nitrogen Oksida (NOx) merupakan senyawa


campuran yang terdiri dari NO, NO2 & N2O.

Terbentuk atas 3 (tiga) faktor yaitu :


- Suhu
- Waktu reaksi
- Konsentrasi oksigen dan nitrogen
Ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu :
Termal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada
suhu tinggi pada ruang bakar (>1800oK). Thermal NOx ini
didominasi oleh emisi NO (NOx=NO+NO2)

Prompt. NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona
pembakaran, terbentuk pada saat awal pada tahap
pembakaran (suhu rendah). Formasi melibatkan reaksi
komplex antara Nitrogen & Oksigen di udara dan hidrokarbon
di dalam bahan
Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan
bakar.
Sekitar 90% dari emisi NOx disebabkan proses thermal NOx,
dan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil) menghasilkan emisi
NOx sekitar 20-30%.
NOx sangat dipertimbangkan sebagai masalah terhadap
lingkungan, sebab dikenal sebagai penyebab terbentuknya
Ozon rendah (reaksi antara NOx & HC membentuk kabut
berawan coklat) yang dapat merusak pabrik-pabrik, karet jadi
retak, mengurangi jarak pandang, merusak bangunan,
merusak hutan dan danau serta masalah kesehatan .
SAMPLING & ANALISIS NOX

Sampling NOx dapat dilakukan dengan cara dihisap dengan


menggunakan labu vakum. Di dalam labu vakum tersebut
telah diisikan larutan penjerap terlebih dahulu (H2SO4 +
H2O2), volume gas yang diserap sama dengan volume labu
vakum dan dikoreksi dengan kondisi tekanan dan suhu pada
saat pengukuran serta setelah pengukuran.
Sampel yang sudah dijerap, dianalisis dengan metode Phenol
Disulphonic Acid (PDS), dengan rentang kisaran konsentrasi
antara 20 – 560 mg/m3.
Rangkaian Pengambilan Contoh Uji Gas NOx

Keterangan:
A adalah Tabung sampling gas S1, S2, S3 adalah Karet silikon
B adalah Isolator panas I adalah Tabung pengering
C adalah Filter (serat silika) J adalah Pompa hisap
D adalah Pemanas (t …. 120 ° C) Q dan R adalah Kran cabang tiga
E adalah Tabung contoh gas
Parameter SOX

Sulfur Oksida (SOx=SO2 + SO3)


Senyawa sulfur yang terkandung di dalam bahan bakar,
selama pembakaran terjadi oksidasi menghasilkan gas sulfur
oksida yaitu campuran dari SO2 & SO3. Karena hasil yang
didapat lebih banyak menghasilkan SO2 maka di dalam
pengukuran emisi gas buang dinyatakan pengukurannya
sebagai Sulfur dioksida (SO2).
Dari sekitar (1-5% ) SO2 dioksidasi lagi menjadi SO3, ketika gas
SO3 ini bereaksi dengan uap air didalam pembakaran gas
terbentuk uap asam sulfat (H2SO4) yang akan mengakibatkan
korosif.
SAMPLING & ANALISIS SOX

Gas SO2 dari sumber emisi dijerap dengan


menggunakan pompa hisap dengan media
penjerap (H2O2 3%). Hasil sampel yang dijerap
dilanjutkan dengan analisis menggunakan metode
Turbidimetri dengan rentang kisaran pengukuran
15 – 775 mg/m3.
OPASITAS

Opasitas emisi adalah tingkat ketidak


tembusan cahaya terhadap asap yang
dihasilkan dari gas buang proses
pembakaran pada emisi sumber.
Opasitas digunakan sebagai indicator
praktis pemantauan dan dikembangkan
untuk memperoleh korelatif dengan
pengamatan total partikel. Asap hitam
adalah gas yang mengandung partikel
partikel dari hasil pembakaran yang
kurang sempurna dengan jumlah yang
dapat diamati, keluar melalui cerobong.
OPASITAS
Metoda yang digunakan adalah
RINGELMANN, metoda ini
menggambarkan hubungan antara
kegelapan asap dengan efisiensi
pembakaran.

Kerapatan asap yang keluar dari cerobong


ditentukan dengan cara membandingkan
warna abu abu asap yang paling sesuai
dengan warna skala asap Ringelmann.
Untuk mengukur kegelapan maka dibuat
skala pembanding yang umumnya terdiri
dari 5 skala pembanding dengan masing
masing mempunyai nilai kelipatanya
sebesar 20% .
Tipe asap

Model Pengamatan
PERHITUNGAN NILAI OPASITAS

Rasio dalam rata rata kerapatan asap menunjukkan jumlah


penangkapan cahaya dengan asap dan diindikasikan kedalam skala 1
(20%).

Jumlah Total Asap


Rasio Kerapatan = ------------------------------------------- x 0.20 (constant)
Waktu Pengukuran (min)

Contoh:
Kerapatan skala 1 11 menit
Skala 2 3 menit
Skala 3 4 menit

((1x11) + (2x3) + (3x4))


--------------------------------------- x 0.20 = 0.322 (32.2 %)
18
PENGUKURAN KUALITAS UDARA AMBIEN

• Dalam perencanaan pematauan kualitas udara harus


dipertimbangkan mengenai :
• Tujuan pemantauan ;
• Parameter polutan yang diukur;
• Jumlah dan lokasi sampling;
• Lamanya periode sampling; dan
• Metode sampling & pengukuran.
TUJUAN PENGUKURAN KUALITAS UDARA AMBIEN
• Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu daerah,
dengan mengacu kepada ketentuan dan peraturan yang ada
• Menyediakan pengumpulan data yang diperlukan dalam evaluasi
pengaruh pencemaran dan pertimbangan perencanaan, seperti :
pengembangan kota dan tata guna lahan; perencanaan transportasi;
evaluasi penerapan strategi pengendalian pencemaran yang telah
dilakukan; validasi model difusi dan dispersi pencemaran udara.
• Mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang ada di
daerah pengendalian pencemaran udara tertentu.
• Mengaktifkan dan menentuka prosedur pengendalian darurat untuk
mencegah timbulnya episode pencemaran udara.
• Memantau suatu sumber tertentu
• Mengetahui tingkat pencemaran “latar belakang”
• Menilai keefektiFan kebijakan-kebijakan pengolahan kualitas udara
yang diterapkan dalam rangka rencana pengelolaan kualitas udara
yang menyeluruh.
PARAMETER YANG DIUKUR
Polutan Indikatif :
Polutan yang dijadikan indikator pencemaran udara secara
umum (yang biasa tercantum di dalam Peraturan Pemerintah)
seperti : TSP, CO, THC, NOx, SO2, O3.

Polutan Spesifik :
Polutan ini yang bersifat spesifik yang diemisikan dari
sumbernya seperti : gas Cl2, NH3, H2S, R-SH, Formaldehid dll.
PERIODE & FREKUENSI SAMPLING
Konsentrasi polutan di udara ambien berkaitan erat dengan
waktu serta tempat. Oleh sebab itu, penentuan periode dan
frekwensi sampling harus memperhatikan berbagai hal
sebagai berikut :

• Sampling terus menerus ( kontinyu) : merupakan metoda


yang paling ideal dalam suatu program pemantaun &
pengawasan kualitas udara di daerah Perkotaan atau daerah
yang diduga tercemar berat untuk mengetahui dan
mengawasi fluktuasi tingkat pencemaran dan episodenya.
PERIODE & FREKUENSI SAMPLING
• Sampling semi kontinyu : dapat diterapkan di daerah-
daerah yang agak tercemar, yang tidak terlalu ditandai
dengan fluktuasi episodik yang tinggi.

• Sampling sesaat : biasanya merupakan metode yang hanya


dilakukan untuk maksud tertentu, misalnya menguji
keabsahan data yang diperoleh dari sampling kontinyu atau
semi kontinyu atau suatu langkah awal penentuan titik-titik
sampling yang diperlukan dalam program pemantauan dan
pengawasan kulaitas udara (sampling ini bukan merupakan
metoda permanen).
METODA & PENGUKURAN

• Adsorpsi : berdasarkan kemampuan gas polutan


teradsorpsi pada permukaan padat adsorben (misalnya
kabon aktif atau aluminium, seperti sampling metil sulfida
atau metil merkaptan pada sampling kebauan)
• Pendinginan : teknik sampling dengan cara membekukan
gas polutan pada titik bekunya.
• Kantong udara (tedlar Bag) : digunakan untuk gas polutan
yang memerlukan pemekatan.
METODA SAMPLING & PENGUKURAN
Untuk pengumpulan sampel udara diperlukan peralatan
sampling yang umumnya terdiri dari :
• Impinger
• Fritted bubbler/tube absorber
• Flow meter baik berupa dry gas meter, wet gas meter atau
rotameter
• Pompa vacum.
• High volume sampler (HVS)
METODA ANALISIS

• Suspended Particulate Matter (SPM)


• High Volume Sampler (secara Gravimetrik)
• Sulfur Dioksida (SO2)
• Pararosanilin-spektrofotometri
• Nitrogen Dioksida (NO2)
• Griess Saltman - spektrofotometri
• Karbon Monoksida (CO)
• Nondispersive Infrared (NDIR)
• Ozon (O3)
• Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI) - spektrofotometri
• Hidrokarbon
• GC dengan detektor FID
• Timbal (Pb)
• Gravimetri / ICP
BAKU MUTU UDARA AMBIEN
PPRI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

No. Parameter Waktu Baku Mutu Metoda Peralatan


Pengukuran Analisis
1 SO2 24 jam 365 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
2 CO 24 jam 10000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
3 NO2 24 jam 150 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
4 O3 1 jam 235 ug/Nm3 NBKI Spektrofotometer
5 HC 3 jam 150 ug/Nm3 Flame GC
Ionization
6 PM10 24 jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Volume Sampler
7 PM2.5 24 jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Volume Sampler
8 TSP 24 jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Volume Sampler
9 Pb 24 jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Volume Sampler
Skema Penetapan Lokasi Pemantauan Kualitas
Udara Ambien
A
raha
ngindo
m ina
n

indu
stri
pemukim
an,
temp
atspesif
ik

=lo
kasip
e m
anta
uan
Penempatan Sampling Probe

• Jarak dari jalan raya >15 m


• Ketinggian 3-6 m dari tanah, untuk partikulat minimal 2 m
• Jarak dari emisi terdekat >15m
• Minimal 2 kali ketinggian gedung atau penghalang
terdekat
Lokasi alat pemantau meteorologi yang dekat
penghalang

• Tinggi pemantau meteorologi


min 2 1/2 kali tinggi probe dengan sudut max 30o
terhadap penghalang

• Tinggi pemantau meteorologi min 2m lebih


tinggi dari penghalang
• Tinggi pemantau meteorologi min 10 m dengan
tinggi sampling probe min 3 m
Gambar Lokasi Probe dan Pemantauan Meteorologi
yang Dekat Penghalang

anemometer
Min 2 m

inlet
Max
30o Max
30o

b
Shelter
Lokasi Probe dan Pemantau Meteorologi yang
Jauh dari Penghalang

• Tinggi pemantau meteorologi min 21/2 kali tinggi


probe
• Tinggi pemantau meteorologi min 10 m dengan
tinggi sampling probe min 3 m
Gambar Lokasi Probe dan Pemantauan
Meteorologi yang Jauh dari Penghalang

anemometer

h1 inlet

a h2

shelter

10 h1 10 h2
Pengukuran Tingkat Kebisingan

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang
hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang waktu 06.00
- 22. 00 dan aktifitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 -06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam
hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 7.00 mewakli jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
Pengukuran Tingkat Kebisingan

Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan
Sinambung
Setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah
(fluktuatif selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan
dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.
Satuannya adalah dB (A).
- LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
- LS = Leq selama siang hari
- LM = Leq selama malam hari
- LSM = Leq selama siang dan malam hari.
METODA PERHITUNGAN

LS dihitung sebagai berikut :


LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.1001L5) dB (A)
LM dihitung sebagai berikut :
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.1001L5) dB (A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingkat
kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dari rumus :
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.1001L5) dB (A)

Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan
yang ditetapkan dengan toleransi +3 dB(A)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai