Anda di halaman 1dari 16

CICHA CORNELIASARI

30901800032
1. Klasifikasi dari ansietas?
Menurut Stuart (2014) klasifikasi ansietas adalah :
 a. Ansietas ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan seharihari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkat lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas
ringan :
Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
Respons emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
b. Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus padahal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit perhatian lapang
persepsi individu. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas
sedang adalah sebagai berikut :
 Respon fisik :
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukul tangan
Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
 Respons kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
 Respons emosional
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sabar
Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan
distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
 Respons fisik

Ketegangan otot berat


Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, mengertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
 Respons kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
 Respons emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas

d . Tingkat panik
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik :
 Respons fisik
Flight, fight, atau freeze
Ketegangan otot sangat berat
Agitasi motorik kasar
Pupil dilatasi
Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
Tidak dapat tidur
Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
Wajah menyeringai, mulut ternganga
 Respons kognitif
Persepsi sangat sempit
Pikiran tidak logis, terganggu
Kepribadian kacau
Tidak dapat menyelesaikan masalah
Fokus pada pikiran sendiri
Tidak rasional
Sulit memahami stimulus eksternal
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
 Respon emosional
Merasa terbebani
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Mengharapkan hasil yang buruk
Kaget, takut
Lelah
2. Askep ansietas
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.x
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Alasan masuk :
karena sesak napas, pasien mengatakan cemas, takut kalau meninggal akibat tidak bisa bernafas, selama
dirawat pasien tidak mau makan, hanya mau minum obat saja, gelisah, menangis dan selalu bertanya
kapan dokter dan perawat dating lagi membantunya.
3. Faktor predisposisi
pasien mengatakan suaminya meninggal satu tahun yang lalu
4. Faktor presipitasi
pasien mengatakan cemas, takut kalau meninggal akibat tidak bisa bernafas
5. Pemeriksaan fisik
TTV
TD : 140/90 mmHg.
RR : 46 x/menit
Nadi : 200 x/menit
6. Aktivitas dan istirahat tidur
pasien tidak bisa tidur dan sering terbangun ketika tidur
7. Makanan/ cairan
pasien tidak mau makan, hanya mau minum obat saja
Analisis data
 Ds: pasien mengatakan cemas, takut kalo meninggal akibat tidak bisa bernafas
Do:pasien tampak gelisah, menangis td 140/90 RR46x/mnt nadi 200x/mnit
Dx: ansietas ditandai dengan ancaman terhadap kematian (ulin)
Intervensi (siki, hal387, I.09314)
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkingkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Anjurkan keluarga untuk tetap bersam pasien, jika perlu
5. Kolaborasikan pemberian obat antiansietas, jika perlu
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (nafas dalam, peregangan, atau
majinasi terbimbing )
Kriteria hasil (slki, hal 132, L.09093)
7. verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi 3
8. Frekuensi pernapasan 3
9. Frekuensi nadi 3
10. Pola tidur
DO : RR=46 x/menit, Nadi=200 x/menit
DS : pasien mengatakan mengeluh sesak nafas
Dx: Pola nafas tidak efektif b.d kecemasan
intervensi :
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
3. Berikan minum hangat
4. tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perlu
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
Kriteria hasil
4. Frekuensi napas 3
5. Frekuensi nadi 3
DO : -
DS : pasien mengatakan tidak mau makan dan hanya minum obat saja
(sdki, hal 56, D.0019)
Intervensi (siki, hal 200, I.03119)
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
3. Monitor berat badan
4. Berikan suplemen makan jika perlu
Kriteria hasil : (slki, hal 121, L.03030)
5. Frekuensi makan 3
6. Nafsu makan 3
7. Verbalisasi keinginan untuk meningkatakna nutrisi 3
3. Penatalaksanaan ansietas?
Penatalaksanaan ansietas dapat dilakukan dengan cara terapi non farmakologi
diantaranya teknik relaksasi, distraksi, hipnotis lima jari dan kegiatan spiritual
(Keliat, 2015).
Non farmakologi
1. upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress dengan cara :
 Makan-makan yang bergizi dan seimbang
 Tidur yang cukup
 cukup olahraga
 tidak merokok
 tidak meminum minuman keras
2. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan
dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
3. Terapi psikoterapi
psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu antara lain :
4. psikoterapi suportif
untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri
5. psikoterapi re-konstruktif
untuk dimaksudkan memperbaiki kembali(re.konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan
akibatstressor
6. psikoterapi kognitif
untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,
konsentrasi dan dayaingat
Ansietas dapat diatasi dengan cara farmakologi dan non farmakologi,
cara farmakologi diantaranya dengan benzodiazepin (Isaacs,
2005).

1.Terapi psikofarmaka. 
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
2. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan
M.Nur Ghufron & Rini Risnawita, S. (2014). Teori-Teori Psikologi.
Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.
4. Komplikasi ansietas?
 Depresi.
 Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
 Gangguan pada sistem pencernaan
 Sakit kepala dan nyeri kronis di seluruh tubuh
 Gangguan tidur (insomnia)
 Masalah di sekolah atau pekerjaan
 Kualitas hidup yang buruk
 Bunuh diri
5. Proses terjadinya ansietas dan pohon masalah ?
Proses terjadinya kecemasan Perasaan tidak nyaman atau terancam pada ansietas
diawali dengan adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Surabaya Volume 10
no.2 Desember 2009. Hal.2
Risiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan

Gangguan perilaku :
kecemasan

Koping individu tidak


efektif

Stressor
6. Apa saja masalah-masalah psikososial dan jelaskan ?
Suasana hati : Kecemasan, mudah marah, perasaan sangat
tegang.
Pikiran : Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,
membesarbesarkan ancaman, memandang diri sebagai
sangat sensitif, merasa tidak berdaya
Motivasi : Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin
melarikan diri
Perilaku : Gelisah, gugup kewaspadaan yang berlebihan
Gejala biologi : Gerakan otomatis meningkat : misalnya,
berkeringat, gemetaran, : pusing, berdebar-debar, mual,
mulut kering
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Universitas Negeri Surabaya Volume 10 no.2
Desember 2009. Hal.2

Anda mungkin juga menyukai