Anda di halaman 1dari 15

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

“ KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI”

DISUSUN OLEH KEL 1:


ADE SINTIYA
ALTA MILLTRI
ANDESTA JAYA
CACA ANGGELA
CHENNY MUSTIKA
CINDY CHINTIA
DELTIN TIARA RINDIANI
DINA FITRIANI
DINI ROSVI AMANDA
FIVIN FARISKI
 
DOSEN PENGAJAR : LUSI ANDRIANI, SST.M.KES
 
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI

 Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan


secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan
hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
 Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan
prosesnya.
 Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah..
 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta
proses reproduksi.
SEJARAH KESEHATAN REPRODUKSI

Sejarah kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi mendapat perhatian


khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi
Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International
Conference on Population and Development, ICPD), di Kairo, Mesir pada
tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya
perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi
serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi (Widyastuti,2009:1).
Paradigma baru ini berpengaruh besar antara lain terhadap hak dan peran
perempuan sebagai subyek dalam ber-KB. Perubahan pendekatan juga
terjadi dalam penanganan kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi
remaja, pencegahan dan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk HIV/AIDS, serta kesehatan Universitas Sumatera Utara 13
reproduksi usia lanjut, yang dibahas dalam konteks kesehatan dan hak
reproduksi.
TUJUAN KESEHATAN REPRODUKSI
 Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak
reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian
perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang
pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
 Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap
akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan
dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.
SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI
1. Sasaran Utama.
 Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri yang belum
menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang termasuk
keluarga prasejahtera. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja.
 Seksualitas.
 Beresiko/menderita HIV/AIDS.
 Beresiko dan pengguna NAPZA.

2. Sasaran Antara
 Petugaskesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan, Perawat,
Pemberi Layanan Berbasis Masyarakat.
 Kader Kesehatan, Dukun.
 Tokoh Masyarakat.
 Tokoh Agama.
 LSM.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN REPRODUKSI

1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
3. Faktor prilaku
4. Kebersihan organ-organ genital
5. Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan
6. Hubungan seksual pranikah
7. Penyalahgunaan NAPZA
8. Pengaruh media sosial
9. Akses terhadap kesehatan reproduksi
10. Hubungan harmonis dengan keluarga
11. Penyakit menular seksual
12. Faktor sosial-ekonomi dan demografi
13. Faktor psikologis
14. Faktor biologis
RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI DALAM
SIKLUS KEHIDUPAN

Secara lebih luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi


meliputi :
 Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

 Keluarga Berencana

 Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran


Reproduksi ( ISR ), termasuk PMS-HIV / AIDS
 Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi

 Kesehatan Reproduksi Remaja

 Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

 Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis

 Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker


serviks, mutilasi genetalia, fistula dll.
PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAM

 Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup


kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-
fase kehidupan tersebut. Dalam pendekatan siklus hidup ini dikenal
lima tahap, yaitu :
 Konsepsi

 Bayi dan anak

 Remaja

 Usia subur

 Usia lanjut
HAK-HAK REPRODUKSI
 Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara
praktis, antara lain :
 Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
 Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai individu)
berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas,
reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis
yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehtan
reproduksi.
 Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak
melawan hukum.
 Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
 Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan, dsb.
LANJUTAN.....
 Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :
 Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
 Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
  Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
  Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
  Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

 Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual


adalah:
 Hak untuk hidup
 Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
  Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
  Hak privasi
 Hak kebebasan berpikir
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI

Salah satu bagian terpenting dari kesehatan adalah kesehatan reproduksi.


Pengertian kesehatan reproduksi hakekatnya telah tertuang dalam Pasal 71
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan
bahwa kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan
perempuan.
Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi yang paling penting adalah
masalah kesehatan ibu, infertilitas dan aborsi, terutama pada kesehatan
reproduksi perempuan.
Maka dari itu dengan adanya kasus yang telah terjadi di akhir – akhir ini
menyatakan bahwa munculnya kasus negative mengenai kesehatan reproduksi.
Sehingga akan membawa dampak pada menurunnya kualitas hidup masyarakat
serta derajat kesehatan masyarakat,berdasarkan permasalahan tersebut maka
saya akan menganalisis mengenai sebuah kebijakan yang sesuai dengan
pendekatan segitiga kebijakan yang bersifat retrospektif (analysis of policy)
yang meliputi berbagai hal terutama mengenai permasalahan tersebut aspek
yang terdapat di pendekatan segitiga tersebut adalah :
LANJUTAN....
1. Actor
a. Siapa Pembuat atau penyusunan Kebijakan
 Kementerian Kesehatan
 Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri
 Pemerintah Pusat (Presiden Republik Indonesia)
 LSM nasional dan internasional
 Dinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
 Kelompok intersektoral dipimpin oleh Bappenas di tingkat pusat dan
Bappeda di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
b. Siapa penyediaan layanan
 Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Klinik, dan Praktek perorangan

 LSM, yang bekerja sebagai promotif dan preventif.

2. Context
Beberapa faktor dari context ini meliputi hal yaitu :
Konteks Situasional

Konteks kultural

Konteks global
LANJUTAN......
3. Proses
 Identifikasi Masalah dan Isu

 Perumusan Kebijakan

 Pelaksanaan Kebijakan
4. Isi (konten)
DERAJAT KESEHATAN REPRODUKSI

Gambaran Derajat Kesehatan Reproduksi di Indonesia


Derajat Kespro di Indonesia masih rendah antara lain :
 Angka Kematian Ibu ( AKI, 1997 ) : 373/100.000 KH
 Anemia ibu hamil : 50 %
 Kurang Energi Kronis ( KEK ) pd ibu hamil 30 %
 Angka Kematian Bayi ( AKB 1995 ) : 53 per 1000 KH
 Cakupan pelayanan KB ( CPR, 1997 ) : 57 %
 Partisipasi laki-laki dalam ber KB ( 1997) : 1,1 %
 Ibu hamil yang mempunyai satu atau lebih keadaan ”4 terrlalu”
( 65 % ibu hamil )
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai