Anda di halaman 1dari 30

Pertemuankedua, 11 Sept 2015, 20 slide (21 – 40)

MATA KULIAH : KIMIA FORENSIK


NAMA PENGAJAR : Prof (Ris.) Drs. Sunarhadijoso, M.Sc., APU

Drs. : S-1 Prodi / Jurusan Kimia, FMIPA, ITB, (1975)


M.Sc. : S-2 Prodi / Jurusan Kimia, FPS, ITB, (1988)
APU : Ahli Peneliti Utama, bidang Kimia, Keputusan
Presiden R.I., 2001.
Profesor Riset : Bidang Kimia, Keputusan Ketua LIPI, 2006.

Alamat Rumah : Komplek PUSPIPTEK Blok IV F – 12


Kecamatan Setu, Tangerang Selatan 15320
Nomor HP : 0812 837 7848
2
MATA KULIAH : KIMIA FORENSIK
PELAKSANAAN PERKULIAHAN : 12 X Pertemuan perkuliahan
1 X Ujian Tengah Semester
1 X Ujian Akhir Semester
1 X Tugas perseorangan berupa membuat
karya tulis
UNSUR EVALUASI KELULUSAN :
1. Kehadiran dalam tatap muka perkuliahan …………………. 12 %
2. Tugas karya tulis ………………………………………………………… 28 %
(Harus sudah dikumpulkan sebelum hari pelaksanaan UAS)
3. Ujian Tengah Semester………………………………………………..30%
4. Ujian Akhir Semester ………………………………………………….. 30 %

PILIHAN ALTERNATIF JUDUL KARYA TULIS :


1. Kimia Forensik, sebuah tantangan bagi karir berbasis ilmu Kimia
2. Kimia Forensik sebagai mata kuliah pilihan dalam Program S-1
Pendidikan Kimia
3. Peranan Kimia Analitik dalam pengembangan ilmu Kimia Forensik.
3
Peran ilmu forensik dalam penyelesaian kasus kejahatan

 Berdasarkan peranannya dalam menyelesaikan kasus-kasus kriminal, ilmu


forensik dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah hukum.
Dalam kelompok ini termasuk hukum pidana dan hukum perdata. Kejahatan
sebagai masalah hukum adalah aspek pertama dari tindak kriminal itu sendiri,
karena kejahatan merupakan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum.
2. Ilmu-Ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah teknis.
Kejahatan dipandang sebagai masalah teknis, karena kejahatan memerlukan
penanganan secara teknis dengan menggunakan bantuan ilmu di luar ilmu
hukum pidana maupun acara pidana. Dalam kelompok ini termasuk ilmu
kriminalistik, kedokteran forensik, kimia forensik, fisika forensik, toksikologi
forensik, serologi/biologi molekuler forensik, odontologi forensik, dan
entomogoli forensik.
3. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah manusia.
Dalam kelompok ini termasuk kriminologi, psikologi forensik, dan psikiatri/
neurologi forensik. Kejahatan sebagai masalah manusia, karena pelaku dan
objek penghukuman dari tindak kriminal tersebut adalah manusia.
4
ORGANISASI LABORATORIUM KEJAHATAN
• Sejak tahun 1960-an jumlah laboratorium kejahatan
meningkat dengan meningkatnya kebutuhan
lembaga peradilan atas keamanan hasil pembuktian
yang dievaluasi secara saintifik sebagai akibat dari
meningkatnya angka kejahatan, penggunaan obat
terlarang dalam tindak kejahatan,
• Kebutuhan fisik hasil pembuktian dan penggunaan
profil DNA untuk menangani tindak kejahatan
mendorong meningkatnya tuntutan terhadap
peningkatan jumlah dan kualitas serta peranan da
fungsi laboratorium kejahatan
5
5
BAGAIMANA STATUS DAN PERKEMBANGAN
CRIME LAB DI INDONESIA ??

DI INDONESIA  CRIME LAB = LABORATORIUM


KRIMINIL = LABORATORIUM KEJAHATAN =
LABORATORIUM FORENSIK (LAB. FOR.) - BADAN
RESERSE KRIMINAL (BARESKRIM) - POLRI

1954 -1959 1959 -1964 1964 -1970 1970 -1977

1977 -1984 1984 -1992 1992 -2010 2010 - SKRANG


6
Periode 1954 – 1959
 Kelahiran Labfor dalam bentuk Seksi Interpol dan Seksi
Laboratorium di bawah Dinas Reserse Kriminil (15-01-1954)
merupakan konsekuensi masuknya POLRI sebagai anggota
Inrterpol karena sebagai syarat diterimanya Polri menjadi
anggota Interpol, salah satunya Indonesia harus sudah
menerapkan atau menggunakan Ilmu Forensik.
 Pada tanggal 16 april 1957 didirikan Laboratorium Kriminil
Cabang Surabaya dengan Surat Keputusan Kepala Kepolisian
Negara Nomor : 26 / Lab / 1957 dan ditempatkan secara
adiministratif  di bawah Kantor Komisariat Jawa Timur. Dan
dengan bekerja sama Depot Pharmasi Depkes di Surabaya dan
kamar mayat di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya maka
dimulailah kegiatan-kegiatan pemeriksaan ilmiah laboratoris di
bidang kimia.

7
Periode 1959 – 1964
 Dengan peraturan Menteri Muda Kepolisian Nomor : 1 /
PRT / MMK / 1960 tanggal 20 Januari 1960, Seksi
Laboratorium dipisahkan dari Dinas Reserse Kriminil
Markas Besar Polisi Negara dan ditempatkan langsung
di bawah Komando dan Pengawasan Menteri Muda
Kepolisian dengan nama Laboratorium Departemen
Kepolisian.
 Dengan Instruksi  Menteri / Kepala Staf Angkatan
Kepolisian No. Pol : 4 / Instruksi / 1963 tanggal 25
Januari 1963, dilakukan penggabungan Laboratorium
Departemen Kepolisian dengan Direktorat identifikasi
menjadi Lembaga Laboratorium dan Identifikasi
Departemen Kepolisian.
8
Periode 1964 – 1970
  Dengan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas
kegiatan, maka dengan Surat Keputusan Menteri /
Panglima Angkatan Kepolisian No. Pol : 11 / SK / MK /
1964 tanggal 14 Pebruari 1964, Lembaga Laboratorium
dan Identifikasi dipecah kembali menjadi Direktorat
Laboratorium Kriminil dan Direktorat Identifikasi.
 Dengan Surat Keputusan Menteri Pertahanan
Keamanan / Panglima Angkatan Bersenjata Nomor:
Skep / A / 385 / VIII / 1970, Direktorat Laboratorium
Kriminil yang tadinya di bawah Kepala Kepolisian
menjadi berada di bawah Komando Utama Pusat
Reserse dengan nama Laboratorium Kriminil Koserse.
9
Periode 1970 – 1977
 Pada tahun 1972 Laboratorium Kriminil Koserse
dipercayakan oleh Pimpinan Polri untuk
melaksanakan Operasi Narkotik “B”. Di sini terlihat,
bahwa Laboratorium Kriminil bukan saja hanya
dibebani tugas bantuan teknik penyidikan
(represif), tetapi juga diberi tugas dalam bidang
preventif dan pembinaan masyarakat.
 Pada tahun 1972 itu juga, dibentuklah Labforcab
Medan yang melayani Aceh, Sumatera Utara,
Padang (Sumatera Barat), dan Riau.

10
Periode 1977 – 1984
 Sejak tanggal 1 Juli 1977 dengan Surat Keputusan
MENHANKAM/PANGAB Nomor : SKEP / 15 / IV /
1977 dan Surat Keputusan KAPOLRI No. Pol. : SKEP /
50 / VII / 1977, Laboratorium Kriminil ditetapkan
sebagai Badan Pelaksana Pusat di Tingkat Mabes
Polri yang berkedudukan langsung di bawah Kapolri.
 Pada tanggal 9 Desember 1982 dibentuk Labforcab
Semarang yang melayani Jawa Tengah dan
Yogyakarta serta tugas khusus sebagai teaching
laboratory  bagi taruna Akpol dan pendidikan
sejenis lainnya

11
Periode 1984 – 1992
 Pada tahun 1984 terjadi perubahan tentang
kedudukan Laboratorium Kriminal Polri yaitu dari
langsung di bawah Kapolri menjadi berkedudukan
di dalam Direktorat Reserse. Tetapi pada tahun yang
sama terjadi perubahan lagi kembali menjadi
berkedudukan di bawah Kapolri, dengan tugas
membina Fungsi Khusus Kriminalistik, dan
menyelenggarakan serta melaksanakan fungsi
tersebut dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas fungsi Reserse Kepolisian dan fungsi-fungsi
operasional lainnya serta pelayanan umum Polri.
 Pada tahun 1985 dibentuklah Labforcab Makassar
yang melayani Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
12
Periode 1992 – 2010
 Berdasarkan Surat Keputusan Pangab No. Kep/11/ X/1992,
tanggal 5 Oktober 1992 Laboratorium Kriminil berubah
nama menjadi Pusat Laboratorium Forensik.
 Dan pada tanggal 3 Maret 1999 dengan Keputusan Kapolri
No. Pol : Kep / 11 / III / 1999 dibentuk dan disahkan
Laboratorium Forensik Cabang Palembang dan Denpasar.
 Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Kep / 9 / V /2001,
tanggal 25 Mei 2001 Puslabfor kembali menjadi bagian dari
Korserse Polri dan dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. :
Kep / 53 / X / 2002 dengan perubahan Korserse menjadi
Bareskrim maka sampai sekarang Puslabfor berkedudukan
di bawah Bareskrim Polri atau menjadi Puslabfor Bareskrim
Polri.

13
Periode 2010 – sekarang
 Berdasarkan Peraturan Kapolri nomor 21 tahun 2010 Puslabfor
tetap berada dibawah struktur Bareskrim Polri bersama Pusinafis
dan Pusiknas. Dalam organisasi baru terdapat beberapa
perubahan dan penambahan antara lain penambahan bidang
baru yaitu bidang Narkobafor, penambahan subbid Komputer
Forensik  serta beberapa perubahan nomenklatur dan
titelaturnya. 
 Saat ini Puslabfor Bareskrim Polri telah mempunyai 6 Labforcab
yang tersebar di Medan, Palembang, Semarang, Surabaya,
Makasar dan Denpasar 
Dalam rangka peningkatan pelayanan sesuai tugas pokok, fungsi
dan perannya, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan
segera di bangun Labforcab Balikpapan, Pontianak, Pekanbaru
dan Papua.

14
LOKASI DAN WILAYAH LAYANAN LAB. FORENSIK POLRI.
NO LAB. FOR. CAB./PUSAT WILAYAH LAYANAN JASA ANALISIS FORENSIK
1 PUSLABFOR BARESKRIM Polda Metro Jaya, Polda Jawa Barat, Polda Banten,
POLRI, JAKARTA Polda Kalimantan Barat, Back up seluruh cabang
2 LABFOR CABANG MEDAN Polda Aceh, Polda Sumatera Utara, Polda Sumatera
Barat, Polda Riau (Daratan), Polda Kepulauan Riau
3 LABFORCAB SURABAYA Polda Jawa Timur, Polda Kalimantan Tengah, Polda
Kalimantan Selatan, Polda Kalimantan Timur
4 LABFORCAB SEMARANG Polda Jawa Tengah, Polda Daerah Istimewa
Yogyakarta, Tugas khusus sebagai teaching laboratory
 bagi taruna Akpol dan pendidikan sejenis lainnya.
5 LABFORCAB MAKASAR Polda Sulawesi Selatan, Polda Sulawesi Tenggara,
Polda Sulawesi Utara, Polda Sulawesi Tengah, Polda
Gorontalo, Polda Maluku, Polda Maluku Utara, Polda
Papua.
6 LABFORCAB PALEMBANG Polda Sumatera Selatan, Polda Lampung, Polda Jambi,
Polda Bengkulu, Polda Bangka Belitung
7 LABFORCAB DENPASAR Polda Bali, Polda Nusa Tenggara Barat, Polda Nusa
Tenggara Timur

15
BIDANG PELAYANAN LAB. FORENSIK DI INDONESIA
a. Bidang Dokumen dan Uang Palsu Forensik (Biddokupalfor)
b. Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik (Bidbalmetfor)
c. Bidang Fisika dan Komputer Forensik (Bidfiskomfor)
d. Bidang Kimia, Toksikologi, dan Biologi Forensik (Bidkimbiofor)
e. Bidang Narkotika, Psikotropika dan obat berbahaya forensik
(Bidnarkobafor)

PRODUK PELAYANAN LABORATORIUM FORENSIK


Jenis pelayanan Laboratorium Forensik Polri tersebut di sajikan dalam
bentuk produk pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri yang
dikategorikan sesuai kepentingannya sebagai berikut :
a. Kepentingan Peradilan (PRO JUSTICIA).  ATAS PERMINTAAN
LEMBAGA PENEGAKAN HUKUM DALAM RANGKA PROSES
PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN
b. Kepentingan Non Peradilan (NON JUSTICIA).  ATAS PERMINTAAN
KELOMPOK/MASYARAKAT DALAM RANGAK PROSES PENEGAKAN
ATURAN KELOMPOK/MASYARAKAT 16
KELAINAN
EKSTRIM

(RAS) SERANGGA
17
Ilmu Forensik vs. Kriminologi
Ilmu Forensik Kriminologi
Penggunaan
teori dan metode
Penerapan sosiologi untuk
sarana dan mempelajari sifat
metoda ilmu kriminalitas dan
Apakah itu
pengetahuan bagaimana
?
alam pada komunitas
kasus hukum masyarakat
dan keadilan merespon
tindakan
kriminal
Aspek Pidana dan
Hanya pidana18
Ilmu Forensik Kriminologi
Pengumpulan dan
analisis bukti fisik Upaya untuk
Terfokus (darah, cairan memperoleh kejelasan
pada? tubuh, rambut tentang kasus
dsb) untuk kasus kejahatan itu sendiri
kejahatan
Mengembangkan
Mengatasi kasus kerangka teoritik
kejahatan dengan
Tujuan menggunakan teknik untuk menjelaskan
ilmiah sifat atau karakter
tindak kejahatan
 Perlu metode, peralatan dan proses
 Berhubungan dengan bahan yang
Persamaan terkait tindak pidana
 Bertujuan membuat jelas kasus 19
20
TERSA ASI
NGKA
IFIK
IDENT
M ERA
OP
OD N D
US I
ARAH
KAN
ADA/ PENYELIDI
/
KAITAN TAK ADA N
PENYIDIKA
SESEORANG TINDAK
- TKP PIDANA M
M EN
KE EN OL
TE R AK
-KO NGKA

RA IM /
TER ITAN

N
NG A
RBA
SA

AN
KA

21
(Prinsip pertukaran materi dari Locard)

Sesuatu dapat disebut sama atau berbeda dengan cara pembandingan

22
23
24
Pertemuan ke 3 - 18 September 2015

25
26
 KIMIA ANALITIK MERUPAKAN SALAH SATU CABANG ILMU KIMIA YANG
BERFOKUS PADA ANALISIS BAHAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI
KOMPOSISI, STRUKTUR SERTA FUNGSI KIMIAWI BAHAN TERSEBUT

KIMIA ANALITIK KUALITATIF: KIMIA ANALITIK KUANTITATIF:


 IDENTIFIKASI JENIS UNSUR  IDENTIFIKASI JUMLAH KANDUNGAN
ATAU SENYAWA DALAM UNSUR ATAU SENYAWA DALAM
BAHAN BAHAN

PENDEKATAN TARGET : PENDEKATAN METODA:


 BIOANALITIK  SPEKTROSKOPI
 ANALISIS MATERIAL  SPEKTROMETRI
 ANALISIS LINGKUNGAN  KROMATOGRAFI
 ANALISIS FORENSIK  ELEKTROFORESIS, ELEKTROKIMIA
 MIKROSKOPI

27
Kimia-Forensik-sebagai-Pengembangan-Ilmu-Kimia-
Analisis
 Kimia forensik dapat dipandang sebagai bagian dari kimia
analisis yang didedikasikan untuk investigasi kimiawi atas zat
tertentu yang mungkin penting atau digunakan untuk
melaksanakan tindak kriminal.
 Sebagai kegiatan analisis, Kimia forensik terbagi menjadi :
 toksikologi forensik yang mempelajari mengenai analisis
kualitatif dan kuantitatif racun atau bahan berbahaya terhadap
bahan biolog, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
 Kriminalistik yang mempelajari tentang analisis kualitatif dan
perbandingan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam tindak
kriminal.
 Perkembangan kebutuhan dalam analisis forensik mendorong
perkembangan dan pemakaian teknik analisis kimia sehingga
kimia forensik dapat dipandang sebagai satu bentuk
pengembangan kimia analisis 28
METODE ILMIAH DALAM ANALISIS BARANG BUKTI
Beberapa definisi penting 
 Questioned sample : Sample yang diperoleh dan dikumpulkan dari TKP tetapi
belum diketahui asal mulanya
 Known samples : Sample yang dikumpulkan dan diperoleh dari asal muasal
yang telah diketahui dan dapat dijadikan standar atau pembanding bagi
questioned samples.
 Presumptive analysis : Analisis awal yang bersifat dugaan terkait sifat fisik atau
sifat kimia sample yang tidak unik namun dapat diharapkan memberikan
klasifikasi ke arah penggolongan yang lebih sempit  Klasifikasi

Sample belum tentu positif


methamhetamin, tetapi sudah dapat
diklasifikasikan ke dalam golongan Senyawa
dengan struktur

 C – NH – C 

 Confirmatory analysis : Analisis yang dapat memberikan informasi terkait


dengan sifat fisik atau sifat kimia yang unik dari sample sehingga identifikasi
tunggal dari sample dapat ditentukan  Individualisasi 29
29
DIAGRAM ALIR
PROSES ANALISIS
FORENSIK TERHADAP
SAMPLE BARANG BUKTI

30
30

Anda mungkin juga menyukai