Anda di halaman 1dari 27

Hospitalisasi, Atraumatic care,

dan konsep bermain


DISUSUN OLEH
1.SANTI ROSITA
2 TIKA NOR JANAH
Hospitalisasi
Menurut Potter & Perry (2005) PROSES HOSPITALISASI
hospitalisasi DAPAT MENIMBULKAN
adalah  pengalaman yang TRAUMA ATAU DUKUNGAN ,
penuh tekanan, utamanya BERGANTUNG PADA
karena perpisahan dengan INSTITUSI, SIKAP
lingkungan normal dimana KELUARGA DAN TEMAN,
orang lain berarti, seleksi RESPON STAF, DAN JENIS
perilaku koping terbatas,  dan PENERIMAAN MASUK
RUMAH SAKIT (STUART,
perubahan status kesehatan . 2007, HAL :102).
Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit
berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongandalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi
atau meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan
gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhikesembuhan dan
perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak
dapat dianggap sebagai pengalaman yang
mengancam dan stressor.
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi
dipengaruhi :

 1.Tingkat perkembangan usia


 2.Pengalaman sebelumnya
 3.Support sistem dalam keluarga
 4.Keterampilan koping
 5.Berat ringannya penyakit
Reaksi  anakterhadap hospitalisasi :
1.      Masa bayi(0-1 th) 2.   Masa todler (2-3 th)
v  Sumber utama adalah cemas akibat
v  Pembentukan rasa percaya diri dan kasih perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan
sayang tahapnya.
v  Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety v  Tahap protes menangis, menjerit, menolak
/cemas perhatian orang lain
v  Menangis keras v  Putus asa menangis berkurang,anak tak
aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih,
v  Pergerakan tubuh yang banyak
apatis
v  Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
v  Pengingkaran/ denial
v  Mulai menerima perpisahan
v  Membina hubungan secara dangkal
3.      Masa prasekolah ( 3 - 6 tahun ) 4.      Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
v  Menolak makan  Kehilangan kontrol berdampak pada
perubahan peran dalam keluarga, kehilangan
v  Sering bertanya
kelompok sosial,perasaan takut
v  Menangis perlahan mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa
v  Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan digambarkan dengan verbal dan non verbal
5.      Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

v  Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan


v  Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :
v  bertanya-tanya
v  menarik diri
v  menolak kehadiran orang lain
Atraumatic care
HASIL PENELITIAN SHERLOCK
(1990) DALAM SUPARTINI
(2004) MENUNJUKKAN BAHWA
American Heart Association (AHA) LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
tahun 2003, menyatakan anak-anak YANG DAPAT MENIMBULKAN
sangat rentan terhadap stress yang TRAUMA BAGI ANAK ADALAH
berhubungan dengan prosedur LINGKUNGAN FISIK RUMAH
tindakan invasif. SAKIT, TENAGA KESEHATAN
BAIK DARI SIKAP MAUPUN
PAKAIAN PUTIH, ALAT-ALAT
YANG DIGUNAKAN, DAN
LINGKUNGAN SOSIAL ANTARA
SESAMA PASIEN.
Definisi Atraumatic care

 Atraumatic care adalah penyediaan  Atraumatic care adalah bentuk


asuhan terapeutik dalam lingkungan, perawatan terapeutik yang diberikan
oleh personel, dan melalui oleh tenaga kesehatan dalam
penggunaan intervensi yang tatanan pelayanan kesehatan anak,
menghapuskan atau memperkecil melalui penggunaan tindakan yang
distres psikologis dan fisik yang dapat mengurangi distres fisik
diderita oleh anak-anak dan maupun distres psikologis yang
keluarganya dalam sistem pelayanan dialami anak maupun orang tua
kesehatan (Wong, et al., 2009). (Supartini, 2014).
Tujuan utama perawatan atraumatik
adalah
“Pertama, jangan melukai”
PRINSIP ATRAUMATIC CARE

 Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.


 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak.
 Mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis).
 Tidak melakukan kekerasan pada anak.
 Modifikasi lingkungan.
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
DEFINISI BERMAIN

 Bermain adalah kegiatan yang tidak


dapat dipisahkan dari kehidupan
anak-anak sehari-hari karena
 Bermain adalah pekerjaan anak, bermain sama dengan bekerja pada
dalam bermain anak secara kontinu orang dewasa (Supartini, 2004).
mempraktikan proses hidup yang
rumit dan penuh stres, komunikasi,
dan mencapai hubungan yang
memuaskan dengan orang lain
(Wong, 2008).
KLASIFIKASI PERMAINAN

A. Berdasarkan Isi Permainan :


1. Social Affective Play
Permainan yang membuat bayi/anak
merasakan kesenangan dalam
berhubungan dengan orang lain.
2. Sense of Pleasure Play
Permainan dengan menggunakan alat
yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasikkan
sehingga susah untuk di hentikan.
3. Skill Play
Permainan ini menggunakan objek yang
dapat melatih kemampuan keterampilan
anak shg diharapkan mampu untuk
berkreatif dan terampil dalam sebagai hal.
Mis: bayi memegang benda, memindahkan
benda, naik sepeda, main bongkar pasang,
dll.
4. Gamess
Permainan dengan menggunakan alat
tertentu dengan perhitungan (skore). Mis:
ular tangga, congklak, puzzle
5. Unoccupied Behavior
Anak tidak bermain tetapi memfokuskan
perhatian mereka secara singkat pada apapun
yang menarik perhatian mereka. Mis: melamun,
memainkan pakaian atau objek yang lain,
mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit,
bungkuk, memainkan kursi, meja
6. Dramaticc Play
Permainan berpura-pura dalam berperilaku,
seperti anak memperankan sebagai orang
dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan
sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak
dituntut aktif dalam memerankan sesuatu.
Berdasarkan Karakter Sosial

1. Onlookerr Play
Anak melihat atau mengobservasi
permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain.
Permainan ini biasanya dimulai pada usia
toddler. Misalnya memerhatikan kakak
menendang bola.
2 Solitaryy Play
Selama permainan tunggal, anak bermain
sendiri dengan mainan yang berbeda dengan
mainan yang digunakan oleh anak lain di
tempat yang sama. Minat dipusatkan pada
aktifitas mereka sendiri tanpa terkait dengan
aktifitas anak lain
3. Parallel Play
Bermain sendiri di tengah-tengah anak
lain yang sedang bermain akan tetapi tidak
ikut dalam kegiatan orang lain.
4. Associativee Play
Pada permainan asosiatif anak bermain
bersama dan mengerjakan aktifitas serupa
atau bahkan sama, tetapi tidak ada
organisasi, pembagian kerja, penetapan
kepemimpinan, atau tujuan bersama.
Permainan ini dimulai pada usia todler
sampai usia prasekolah.
5. Cooperative Play
Permainan yang terorganisir dalam
kelompok, ada tujuan kelompok dan
ada memimpin. Permainan ini di mulai
dari usia prasekolah, usia sekolah dan
remaja.
JENIS PERMAINAN BERDASARKAN
USIA

1Usia 0-1 tahun (Bayi) 2. Usia 1-3 tahun (Todler)


 Permainan unuk melatih reflex,
 Permainan pada usia ini bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan
melatih kerja sama antara mata dan
mendorong atau menarik, melatih
tangan, mata dan telinga melatih imajinasi, melatih anak melakukan
mengenal suara, kepekaan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan
perabaan. beberapa bunyi dan mampu
membedakannya
 Mainan yang dapat dimasukkan
kedalam mulut, gambar bentuk
 Jenis permainan pada usia ini seperti alat
permainan yang dapat didorong dan di
muka, boneka orang  dan binatang,
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-
alat permaianan yang dapat balok, buku bergambar, kertas, pensil
digoyang dan menimbulkan suara. berwarna, dll.
3. Usia 3-6 tahun (Prasekolah) 4. Usia 6-12 tahun (Sekolah)
 Pada usia ini, anak sudah mulai  Karakteristik permainan untuk anak usia
mampu mengembangkan sekolah dibedakan menurut jenis
kreativitasnya dan sosialisasi, kelaminnya. Bermain dengan kelompok,
dapat belajar dengan aturan-aturan
mengembangkan dan mengontrol
kelompok, belajar mandiri, kooperative
emosi, motorik kasar dan halus. bersaing, menerima orang lain dan
 Jenis permainan yang dapat tingkah laku yang diterima.
digunakan seperti benda-benda  Alat permainan yang digunakan adalah:
sekitar rumah, buku gambar, majalah Puzzle (teka-teki), kartu, buku, alat untuk
anak-anak, alat gambar, kertas untuk mencat/melukis, bersepeda, olah raga,
belajar melipat, gunting, dan air. mengumpulkan perangko, mainan kartu.
TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG
DIHOSPITALISASI

 Anak sakit tetap membutuhkan aktivitas


bermain
 Bermain memberi kesempatan kpd anak
utk meyelesaikan tugas perkembangan
& membangun koping thdp stres
 Bermain menyediakan kebebasan utk
mengekspresikan emosi &
menanggulangi pengalaman yg tdk
menyenangkan
 Respon hospitalisasi berkurang shg anak
lebih kooperatif
PRINSIP BERMAIN DI RUMAH
SAKIT

 Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan


sederhana.
 Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
 Kelompok umur yg sama.
 Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
 Semua alat permaianan dpt dicuci
 Melibatkan ortu.
TERIMAKASIH YA

Anda mungkin juga menyukai