Anda di halaman 1dari 63

TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL
Arina Zulfah
Primananda.,M.Farm.,Apt
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KUDUS
2020
APA ITU STERILISASI?
PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta
sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme
hidup.
Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai kondisi
konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari
mikrorganisme /angka kematian mikroba.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup.
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama
dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan
tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan
harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa.
Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik,
kimia atau mikrobiologi.
SEDIAAN STERIL DAPAT
BERWUJUD:
Padat steril contoh : obat kering yang disuspensikan bila akan digunakan
(metode liofilisasi)
Semi padat contoh : salep mata
Cair contoh : injeksi
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KUALITAS
SEDIAAN
Terapi  Dosis efektif obat dan Lama penggunaan obat
Farmakokinetka obat
Sifat fisika-kimia  Ukuran partikel, Sifat alir, Kompaktibilitas,
Ketahanan terhadap kelembaban.
SYARAT SEDIAAN STERIL
Efikasi
Safety 
Aceptable
Sediaan obat harus jernih
Tidak berwarna
Bebas dari partikel asing
Keseragaman volume/berat
Memenuhi uji kebocoran
PERSYARATAN DALAM
LARUTAN INJEKSI
Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi
 Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang
ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat
perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan
tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan
material dinding wadah.
Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling
menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara
fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.
SEDIAAN PARENTERAL

Definisi:

Sediaan steril yang digunakan tanpa melalui


mulut namun langsung ke dalam pembuluh
darah sehingga memperoleh efek yang cepat
dan langsung sampai sasaran.

Bentuk Obat:

1. Infus
2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
SEDIAAN PARENTERAL
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan
pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa,
sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen
toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa.
Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara
fisik, kimia atau mikrobiologi.
Produk steril termasuk sediaan parentral. Preparat parental bisa diberikan
dengan berbagai rute.
Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan,
intrakutan dan intraspinal.
Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan
kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita
tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau
tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak
efektif dengan cara pemberian yang lain.
SEDIAAN PARENTERAL

Produk parenteral didesain dan digunakan tanpa melalui mulut serta


tidak melewati saluran cerna, sedangkan produk enteral di desain dan
digunakan melalui mulut dan melewati proses cerna.
SEDIAAN PARENTERAL
Keuntungan : Kerugian :
1. Pemberian obat harus dilakukan
1.Respons fisiologis segera o/ personel terlatih (dokter) tidak
2.Untuk obat yang tidak efektif jika o/ pasien.
diberikan secara oral karena 2. Pemberian obat perlu waktu lebih
obat mudah rusak akibat sekresi lama dr bentuk sediaan lain.
lambung. 3. Pemberian obat perlu teknik
3.Pengobatan pada pasien yang aseptis.
tidak sadar 4. Menimbulkan rasa nyeri pada
4.Bila diinginkan efek lokal lokasi penyuntikkan
5.Koreksi gangguan 5. Sukar menghilangkan efek
kesetimbangan cairan & fisiologis jika obat sudah berada
dalam sirkulasi sistemik.
elektrolit (dg diinfus)
6. Harga lebih mahal
SEDIAAN PARENTERAL

Persyaratan:

1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket &


tidak terjadi pengurangan kualitas selama
penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi
interaksi antara obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman & pirogen.
5. Isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

1. Untuk menjamin penyampaian obat yang belum diketahui


sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit dalam kadar
yang cukup.
Contoh :
Pemberian injeksi antibiotik gol. aminoglikosida secara
intraventrikular  sulit menembus lap. pembatas darah-
otak-selaput otak yg dilakukan pd penderita radang selaput
otak
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

2. Pengendalian langsung terhadap parameter


farmakologi tertentu (kadar puncak dalam
darah, dll)

3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat


(khusus untuk penderita rawat jalan)

4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin


dicapai melalui rute lain
contoh: insulin tdk dapat diabsorpsi/rusak
oleh asam lambung jika diberikan secara oral
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

5. Penderita yang 7. Mendapatkan efek lokal


tidak sadarkan yang diinginkan : anastesi
diri / gila. lokal pada pencabutan gigi

6. Memperbaiki dengan
cepat cairan tubuh atau
ketidak-seimbangan
elektrolit atau mensuplai
kebutuhan nutrisi.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Bahaya dan komplikasi umum :

1. Sepsis, Trombosis (i.v, intraarterial),


2. Reaksi terhadap bahan asing yg tak
terlarut (iv / intra-arterial),
3. Ketidaktercampuran & reaksi karena pH
serta tonisitas ekstrim,
4. Reaksi hipersensitivitas, over dosis,
emboli udara ( iv dan intraarterial),
demam dan keracunan.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Bahaya dan komplikasi khusus :


Disebabkan oleh senyawa yang
disuntikkan, meliputi beberapa efek
samping yang sifatnya idiosinkratik
terhadap senyawa yang diberikan
(trombositopenia, anemia,
neutropenia), imunosupresi, aritmia,
rasa nyeri.
RUTE-RUTE
PEMBERIAN
SEDIAAN
PARENTERAL
3 Rute utama pemberian
sediaan parenteral :
1. Intramuskular
2. Intravena
3. Sub kutan.

Rute lain : intraperitonial,


intratekal, intradermal,
Intraspinal, dll
RUTE-RUTE UTAMA -
INTRAMUSKULAR
Intramuskular
Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi,
meliputi :
• Otot gluteal
• Otot deltoid
• Otot trisep
• Otot pektoral
• Vastus lateralis.
o Zat aktif dengan kerja lambat
INTRAMUSKULA serta mudah terakumulasi dapat

R menimbulkan keracunan.
o Contoh : Injeksi kamfer, injeksi
o Larutan sedapat kinin antipirin, injeksi
mungkin dibuat isotoni fenilbutazon, injeksi amidopirin,
injeksi kortison asetat.
o bersifat mengiritasi
jaringan subkutan
o Membutuhkan laju
absorbsi yang cepat
o Dapat diberikan dalam
volume hingga 5,0 ml
o menggunakan syringe
3 – 5 mL
o Sudut penyuntikan 90°
RUTE-RUTE
UTAMA -
INTRAVENA
Intravena
Injeksi langsung ke dalam
vena (pembuluh darah).
Dalam jumlah kecil tidak
mutlak harus isotoni dan
isohidri.
Dalam jumlah besar harus
isotoni dan isohidri
Tidak tepat untuk zat aktif
yang merangsang dinding
pembuluh darah.
INTRAVENA Tidak diperkenankan
penggunaan zat aktif
Sediaan yang diberikan penyebab hemolisa seperti
plasmokhin, saponin,
umumnya berbentuk nitrobenzol, nitrit dan
larutan sejati dengan sulfonal.
pembawa air. Pemberian larutan 10 mL
Penggunaan suspensi atau lebih besar sekali
masih dipertentangkan suntik, harus bebas
dengan membatasi pirogen.
ukuran partikel zat
aktif < 0,1 µm, ukuran Contoh : injeksi kalsium
glukonat, injeksi aminofilin,
yang lebih besar dapat infus glukosa, infus Ringer.
menyebabkan emboli.
TUJUAN PEMBERIAN
INTRAVENA
Tujuan pemberian intravena :
a. Menjamin penyampaian dan distribusi obat dalam
keadaan syok
b. Mengembalikan segera kesetimbangan elektrolit
dan cairan tubuh
c. Efek farmakologis yang segera (darurat)
d. Pengobatan infeksi yang serius
e. Pemberian nutrisi secara kontinyu
f. Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan melalui
rute lainnya.
g. Untuk tujuan khusus : transfusi darah,
plasmaferesis dll.
KOMPLIK
ASI
INTRA
VENA
Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian secara
intravena :
a.Trombosis
b.Penyuntikan mikroorganisme, toksin, partikel atau
udara.
c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia beberapa
senyawa sebelum atau pada saat penyuntikan.
d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan berlebihan
RUTE-RUTE UTAMA -
SUBKUTAN
Sub Kutan
Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan longgar di bawah
kulit (dermis), disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian
yang sedikit lemaknya.
Larutan yang disuntikkan
sebaiknya isotoni dan
isohidri dengan kerja zat
aktif lebih lambat
dibandingkan dengan
pemberian intravena dan
intramuskular.
Sudut penyuntikan 45-90°
SUBKUTAN Larutan yang sangat
menyimpang isotoninya
dapat menimbulkan rasa
nyeri atau nekrosis dan
absorpsi zat aktif tidak
optimal.
Obat yang diberikan melalui
rute sk : insulin, vaksin,
narkotika, epinefrin, vit B12.
Obat yang tidak boleh
diberikan melalui rute sk :
yang bersifat asam kuat,
basa kuat, iritan, yang dapat
menimbulkan rasa sakit,
inflamasi, nekrosis jaringan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
1. Kelarutan obat dan volume injeksi
- Obat harus terlaut sempurna, lebih disukai dalam air, sblm dapat
diberika scr injeksi intra vena.
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yg diperlukan untuk
menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume injeksi yg
harus diberikan.
- Rute pemberian obat scr parenteral selain iv memiliki
ketrbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
2. Karakteristik bahan pembawa
- Pembawa air : dapat diberikan melalui
rute parenteral apa saja.
- Pembawa non air : yg dap bercampur
atau tidak dengan air biasanya
diberiakn dgn im.
- Larutan suntik dengan pelarut campur.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
3. Ph atau osmolaritas larutan injeksi
- Larutan suntik harus di formulasi pH dan
osmolaritas yg sama dengan cairan tubuh (isohidri
dan isotoni).
- Terkait dengan masalah stabilitas,kelarutan atau
dosis
- Pada umumnya larutan parenteral hipertonis
dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub kutan
atau intramuskular.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
4. Jenis bentuk sediaan obat
- suspensi : hanya im dan sc. Tidak boleh iv
atau rute parenteral selain diatas krna obat
langsung masuk ke cairan biologis atau jaringan
sensitif(otak dan mata).
- Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna
dalam pembawa yg sesuai sebelum diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
5. Komposisi bahan pembantu
- Sediaan parenteral berulang
mengandung antimikroba sebagai
pengawet, selain itu dapat
mengandung surfaktan untuk
mendpatkan kelarutan yang sesuai.
Surfaktan dapat merubah permeabilitas
membran, sehingga harus diketahui
keberadaannya ketika akan diberikan
secara subkutan atau intramuskular.
ASPEK BIOFARMASI SEDIAAN
INJEKSI
Pengaruh Kelarutan Obat Terhadap
Absorbsi Obat Secara Injeksi
1. Larutan Dalam Air 2. Suspensi Dalam Air
Penambahan bahan Penyuntikan suspensi
makromolekul yang larut dalam air dapat
air ke dalam larutan memperlama aksi obat
dengan pelarut air dapat dan aksi ini tergantung
memperlama waktu aksi pada ukuran partikelnya.
zat yang terkandung Karena pemakaian partikel
berukuran yang lebih
besar akan menyulitkan
penyuntikan dan
menimbulkan rasa sakit
PENGARUH KELARUTAN
OBAT TERHADAP ABSORBSI
OBAT SECARA INJEKSI
3. Larutan dan Suspensi Dalam Minyak
Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam
pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan dengan
pembawa air
4. Pengendapan Zat Aktif pada Tempat Penyuntikan
Molekul tertentu yang diberikan dalam larutanair atau larutan
campuran air pelarut organik akan mengendap pada tempat
penyuntikan karena pengaruh perbedaan pH antara pembawa
dan cairan biologik. Pengendapan juga dapat memperpanjang
aksi zat aktif. Misal untuk pembiusan setempat
JENIS-JENIS PELARUT

1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air.
PELARUT AIR

Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan


dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat
bercampur dengan cairan fisiologis tubuh :
a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi
sehingga dapat melarutkan senyawa an-organik
seperti elektrolit.
b. Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan
hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah
senyawa organik seperti alkohol, aldehid, keton, dll.
PERSYARATAN AIR PRO INJEKSI (USP)
1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen
2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari
10 ppm.
3. pH 5,0 – 7,0
4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat,
kalsium, amonium, nitrat, nitrit.
5. Batas logam berat
6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
7. Batas jumlah partikel
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

CO2 yang bersifat asam lemah mampu menguraikan


garam natrium dari senyawa organik seperti
barbiturat dan sulfonamida kembali membentuk
asam lemahnya yang mengendap.
Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + CO 2 + H2O 
Fenobarbital (endapan) (1:1000 bagian air) +
Na2CO3
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + CO 2 + H2O 


Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar larut dalam air) +
Na2CO3
Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan etilendiamin
dengan adanya CO2 dapat menyebabkan terbentuknya
teofilin (endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian air
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

Air pro Injeksi bebas CO2 dibuat dengan jalan


mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit
setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
WATER FOR INJECTION
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang
dibuat dari proses depirogenasi purified water
menggunakan water for Injection generator. Air
jenis ini dipakai sebagai pelarut obat tetes mata
ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin
untuk proses steril. Persyaratan dari air ini adalah
harus bebas bacterial endotoxin dan harus steril.
PENYIMPANAN
Untuk penyimpanan water for injection
harus didalam tanki dan dijaga pada panas
lebih dari 80ºC dan diputar dengan looping
system, secara periodik dilakukan proses
sterilisasi pada pipa- pipa yang dilalui oleh
air jenis ini dengan menggunakan clean
steam (pyrogen free steam) pada
temperatur tidak kurang dari 121ºC selama
tidak kurang dari 20 menit.
PORTABLE WATER
Portable water digunakan untuk bahan baku pembuatan
purified water (PW), Highly purified water (HPW) dan water
for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak produk tetapi
pembilasan akhir harus dg PW atau WFI Untuk pendingin atau
pemanas pada HE atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
PORTABLE WATER
Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi
Sumbernya : Well water, surface water
Dipengaruhi oleh musim, shg validasi water system
harus melewati semua musim (minimal 1 tahun)
Ditetapkan alert limit (batas waspada) dan action
limit (batas ambil tindakan)
Misalnya Action limit mikrobiologi ditetapkn 500
cfu/ml, maka jika hasil pemeriksaan 500 cfu/ml
harus segera diambil tindakan sesuai SOP (misalnya
disanitasi)
HIGH PURITY WATER
HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam penyusunan produk
medis dimana air berkualitas biologis tinggi diperlukan kecuali
WPI diperlukan. (BP 2003)
Diproduksi dengan cara : double passed RO dikombinasikan
dengan ultrafiltrasi atau deionisasi.
WATER FOR INJECTION
Water For Injections merupakan air yang digunakan
untuk produksi sediaan injeksi. Dengan demikian,
syaratnya sangat ketat. Water for Injection
bukanlah air steril dan bukan final dosage form. WFI
merupakan produk ruah intermediet (intermediate
bulk product).
WATER FOR INJECTION
International pharmacopoeia dan European Pharmacopoeia
mengharuskan Destilasi sebagai tahap final purifikasi. (Bebas
pyrogen, bebas endotoxin, bebas microba, bebas kandungan
kimia, dan bebas partikel, serta menggunakan destilasi
sebagai tahap akhir pemurnian
Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For Injection
merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air – air lainnya
untuk industri farmasi. Cara/teknik  pemurnian termasuk
bagian dari spesifikasi dari WFI.
WATER FOR INJECTION
Diproduksi dengan cara destilasi dari PW
Spesifikasi WFI :
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak berrasa
Nitrat maksimum 0.2 ppm
Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis solution)
Logam berat maksimum 0.1 ppm
WATER FOR INJECTION
Conductivity : maks 1.1 us/cm pada 20 C
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
BACTERIOSTATIC WFI (USP)

Bacteriostatic WFI (USP)


 Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau
lebih zat antimikroba yg sesuai
 Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum
maksimal 30 ml
 Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan
volume kecil
 Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka
digunakan steril WFI, bukan bakteriostatik WFI
 Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi
dengan bahan obat
Berbagai uji mutu terhadap air untuk sediaan parenteral, yaitu
uji pirogen atau uji endotoxin.

Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan
yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH PADA UNIT
PRODUKSI STERIL

Air Pro Injeksi


Dibuat dengan jalan didihkan air selama 30 menit
dihitung dari setelah air mendidih di atas api lalu
didinginkan (Rep. Tek Fa. Steril)
Air pro Injeksi Bebas CO2
Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi
selama 20-30 menit setelah air mendidih, lalu dialiri
gas nitrogen sambil didinginkan.
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH PADA UNIT
PRODUKSI STERIL

Air pro Injeksi Bebas Oksigen


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-
30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan
dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas
nitrogen.
PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT &
ADJUVANT DLAM FORMULASI
PARENTERAL

• Tonisitas adalah Tonisitas,


:menurut farmasi fisik ; tonisitas
larutan dapat ditentukan dengan
menggunakan salah satu yaitu
hemolisis, pengaruh berbagai
larutan di periksa berdasarkan
timbulnya efek ketika
disuspensikan dengan darah.
PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT &
ADJUVANT DLAM FORMULASI
PARENTERAL
• Osmotisitas, adalah istilah yang di gunakan untuk
membandingkan osmolaritas dari solusi dengan osmolaritas
solusi lain
• Osmolalitas konsentrasi suatu larutan (dalam 1 kilogram)
ditinjau dari jumlah ion larutannya, sinyatakan dengan satuan
Osmol/kg.
• Osmolaritas : konsentrasi suatu larutan (dalam 1 liter)
ditinjau dari jumlah partikelnya, dinyatakan dengan satuan
osmol/L.
EFEK FISIOLOGIS LARUTAN
1.
Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar
dengan konsentrasi dalam sel darah merah
sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara
keduanya, maka larutan tersebut dikatakan isotoni
(ekivalen dengan 0,9% NaCl)
EFEK FISIOLOGIS LARUTAN
2.
Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, tekanan osmosisnya lebih
rendah dari serum darah menyebabkan air akan melintasi
membran sel darah merah yang semipermeabel
memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel
darah merah. Peristiwa demikian dikenal dengan Hemolisa.
EFEK FISIOLOGIS LARUTAN
3.
Hipertonis
Turunnya titik beku besar, tekanan osmosenya
lebih tinggi dari serum darah menyebabkan air
keluar dari sel darah merah melintasi membran
semipermeabel mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah merah, peristiwa demikian
dikenal dengan nama Plasmolisa.
TUGAS
BEDAH LITERATURE TERKAIT
INDONESIA GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) GUIDELINE/CPOB TAHUN
2018
(BAB 1- BAB 10)
SETIAP KELAS DIBAGI 10 KELOMPOK
(DIBUAT PPT).
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai