SEDIAAN STERIL
Arina Zulfah
Primananda.,M.Farm.,Apt
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KUDUS
2020
APA ITU STERILISASI?
PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta
sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme
hidup.
Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai kondisi
konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari
mikrorganisme /angka kematian mikroba.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup.
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama
dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan
tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan
harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa.
Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik,
kimia atau mikrobiologi.
SEDIAAN STERIL DAPAT
BERWUJUD:
Padat steril contoh : obat kering yang disuspensikan bila akan digunakan
(metode liofilisasi)
Semi padat contoh : salep mata
Cair contoh : injeksi
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KUALITAS
SEDIAAN
Terapi Dosis efektif obat dan Lama penggunaan obat
Farmakokinetka obat
Sifat fisika-kimia Ukuran partikel, Sifat alir, Kompaktibilitas,
Ketahanan terhadap kelembaban.
SYARAT SEDIAAN STERIL
Efikasi
Safety
Aceptable
Sediaan obat harus jernih
Tidak berwarna
Bebas dari partikel asing
Keseragaman volume/berat
Memenuhi uji kebocoran
PERSYARATAN DALAM
LARUTAN INJEKSI
Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi
Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang
ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat
perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan
tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan
material dinding wadah.
Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling
menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara
fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.
SEDIAAN PARENTERAL
Definisi:
Bentuk Obat:
1. Infus
2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
SEDIAAN PARENTERAL
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan
pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa,
sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen
toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa.
Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara
fisik, kimia atau mikrobiologi.
Produk steril termasuk sediaan parentral. Preparat parental bisa diberikan
dengan berbagai rute.
Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan,
intrakutan dan intraspinal.
Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan
kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita
tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau
tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak
efektif dengan cara pemberian yang lain.
SEDIAAN PARENTERAL
Persyaratan:
6. Memperbaiki dengan
cepat cairan tubuh atau
ketidak-seimbangan
elektrolit atau mensuplai
kebutuhan nutrisi.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
R menimbulkan keracunan.
o Contoh : Injeksi kamfer, injeksi
o Larutan sedapat kinin antipirin, injeksi
mungkin dibuat isotoni fenilbutazon, injeksi amidopirin,
injeksi kortison asetat.
o bersifat mengiritasi
jaringan subkutan
o Membutuhkan laju
absorbsi yang cepat
o Dapat diberikan dalam
volume hingga 5,0 ml
o menggunakan syringe
3 – 5 mL
o Sudut penyuntikan 90°
RUTE-RUTE
UTAMA -
INTRAVENA
Intravena
Injeksi langsung ke dalam
vena (pembuluh darah).
Dalam jumlah kecil tidak
mutlak harus isotoni dan
isohidri.
Dalam jumlah besar harus
isotoni dan isohidri
Tidak tepat untuk zat aktif
yang merangsang dinding
pembuluh darah.
INTRAVENA Tidak diperkenankan
penggunaan zat aktif
Sediaan yang diberikan penyebab hemolisa seperti
plasmokhin, saponin,
umumnya berbentuk nitrobenzol, nitrit dan
larutan sejati dengan sulfonal.
pembawa air. Pemberian larutan 10 mL
Penggunaan suspensi atau lebih besar sekali
masih dipertentangkan suntik, harus bebas
dengan membatasi pirogen.
ukuran partikel zat
aktif < 0,1 µm, ukuran Contoh : injeksi kalsium
glukonat, injeksi aminofilin,
yang lebih besar dapat infus glukosa, infus Ringer.
menyebabkan emboli.
TUJUAN PEMBERIAN
INTRAVENA
Tujuan pemberian intravena :
a. Menjamin penyampaian dan distribusi obat dalam
keadaan syok
b. Mengembalikan segera kesetimbangan elektrolit
dan cairan tubuh
c. Efek farmakologis yang segera (darurat)
d. Pengobatan infeksi yang serius
e. Pemberian nutrisi secara kontinyu
f. Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan melalui
rute lainnya.
g. Untuk tujuan khusus : transfusi darah,
plasmaferesis dll.
KOMPLIK
ASI
INTRA
VENA
Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian secara
intravena :
a.Trombosis
b.Penyuntikan mikroorganisme, toksin, partikel atau
udara.
c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia beberapa
senyawa sebelum atau pada saat penyuntikan.
d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan berlebihan
RUTE-RUTE UTAMA -
SUBKUTAN
Sub Kutan
Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan longgar di bawah
kulit (dermis), disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian
yang sedikit lemaknya.
Larutan yang disuntikkan
sebaiknya isotoni dan
isohidri dengan kerja zat
aktif lebih lambat
dibandingkan dengan
pemberian intravena dan
intramuskular.
Sudut penyuntikan 45-90°
SUBKUTAN Larutan yang sangat
menyimpang isotoninya
dapat menimbulkan rasa
nyeri atau nekrosis dan
absorpsi zat aktif tidak
optimal.
Obat yang diberikan melalui
rute sk : insulin, vaksin,
narkotika, epinefrin, vit B12.
Obat yang tidak boleh
diberikan melalui rute sk :
yang bersifat asam kuat,
basa kuat, iritan, yang dapat
menimbulkan rasa sakit,
inflamasi, nekrosis jaringan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
1. Kelarutan obat dan volume injeksi
- Obat harus terlaut sempurna, lebih disukai dalam air, sblm dapat
diberika scr injeksi intra vena.
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yg diperlukan untuk
menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume injeksi yg
harus diberikan.
- Rute pemberian obat scr parenteral selain iv memiliki
ketrbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
2. Karakteristik bahan pembawa
- Pembawa air : dapat diberikan melalui
rute parenteral apa saja.
- Pembawa non air : yg dap bercampur
atau tidak dengan air biasanya
diberiakn dgn im.
- Larutan suntik dengan pelarut campur.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
3. Ph atau osmolaritas larutan injeksi
- Larutan suntik harus di formulasi pH dan
osmolaritas yg sama dengan cairan tubuh (isohidri
dan isotoni).
- Terkait dengan masalah stabilitas,kelarutan atau
dosis
- Pada umumnya larutan parenteral hipertonis
dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub kutan
atau intramuskular.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
4. Jenis bentuk sediaan obat
- suspensi : hanya im dan sc. Tidak boleh iv
atau rute parenteral selain diatas krna obat
langsung masuk ke cairan biologis atau jaringan
sensitif(otak dan mata).
- Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna
dalam pembawa yg sesuai sebelum diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
5. Komposisi bahan pembantu
- Sediaan parenteral berulang
mengandung antimikroba sebagai
pengawet, selain itu dapat
mengandung surfaktan untuk
mendpatkan kelarutan yang sesuai.
Surfaktan dapat merubah permeabilitas
membran, sehingga harus diketahui
keberadaannya ketika akan diberikan
secara subkutan atau intramuskular.
ASPEK BIOFARMASI SEDIAAN
INJEKSI
Pengaruh Kelarutan Obat Terhadap
Absorbsi Obat Secara Injeksi
1. Larutan Dalam Air 2. Suspensi Dalam Air
Penambahan bahan Penyuntikan suspensi
makromolekul yang larut dalam air dapat
air ke dalam larutan memperlama aksi obat
dengan pelarut air dapat dan aksi ini tergantung
memperlama waktu aksi pada ukuran partikelnya.
zat yang terkandung Karena pemakaian partikel
berukuran yang lebih
besar akan menyulitkan
penyuntikan dan
menimbulkan rasa sakit
PENGARUH KELARUTAN
OBAT TERHADAP ABSORBSI
OBAT SECARA INJEKSI
3. Larutan dan Suspensi Dalam Minyak
Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam
pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan dengan
pembawa air
4. Pengendapan Zat Aktif pada Tempat Penyuntikan
Molekul tertentu yang diberikan dalam larutanair atau larutan
campuran air pelarut organik akan mengendap pada tempat
penyuntikan karena pengaruh perbedaan pH antara pembawa
dan cairan biologik. Pengendapan juga dapat memperpanjang
aksi zat aktif. Misal untuk pembiusan setempat
JENIS-JENIS PELARUT
1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air.
PELARUT AIR
Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan
yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH PADA UNIT
PRODUKSI STERIL