Anda di halaman 1dari 23

PERUNDANG-UNDANGAN FARMASI

Hasty Martha Wijaya, M. Farm., Apt


KLASIFIKASI NAKES

 Pasal 11:

Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam:


a. Tenaga medis
b. Tenaga psikologi klinis
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kebidanan
e. Tenaga kefarmasian… m. Tenaga kesehatan lain.
UU 36 2014 TTG TENAGA KESEHATAN

Pasal 1 butir 1 TENAGA KESEHATAN adalah


Setiap orang yg mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan kemampuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
► Pasal 9 ayat (1) Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum
Diploma Tiga kecuali tenaga medis.
► Pasal 1 butir 2 ASISTEN TENAGA KESEHATAN adalah
Setiap orang yg mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan kemampuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
LANJUTAN.....
 Pasal 11 ayat 6:

Tenaga kefarmasian terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

Penjelasan Pasal 11 ayat 6.


Tenaga teknis kefarmasian meliputi:
a. Sarjana farmasi
b. Ahli madya farmasi
c. Analis farmasi
SEJARAH PAFI
 Berdiri pada 13 Februari 1946 di Hotel
Merdeka Yogyakarta
 Anggota beberapa asisten apoteker
 mengusahakan pengadaan obat-obat yang
dibutuhkan
 menyelamatkan obat-obat dan mesin – mesin
yang berada di Pabrik Manggarai
 Masa Jepang : membuat bahan baku untuk
pembikinan Calcium Chloride injection,
aether adnarcose, sulfas ferrosus dan
membuat obat suntik Bihydrochloras Chinine
LEGALITAS PAFI
 SK MENKUMHAM RI No mor AHU-0069974.AH.01.07. TAHUN 2016
tanggal. 08 Agustus 2016
Pengesahan Pendirian BADAN HUKUM PAFI
(*sk Pembaharuan dari SK MenKeh& Ham RI No : C-780.HY.03.02- Th. 2002, tanggal 2 Mei
2002)
PAFI DALAM UU
 UU 36 2014 :  STRUKTUR
 Pasal 50 (2) Setiap NAKES hanya dpt
membentuk 1 OP (wadah untuk ORGANISASI
meningkatkan dan/atau mengembangkan  Pengurus Pusat (PP
pengetahuan & keterampilan, martabat PAFI) di Jakarta
dan etika profesi NAKES)
 Pengurus Daerah (PD
 Pasal 44 Registrasi (Memiliki Sertifikat
Kompetensi)
PAFI) Provinsi
 Pengurus Cabang (PC
 Surat edaran nomor PAFI) Kabupaten/Kota
HK.02.02/Menkes/ 24/2017 tentang
JUKNIS Permenkes No. 31 tahun 2016
tentang Perubahan atas Permenkes
No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin praktek, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian {REKOMENDASI
DARI ORGANISASI PROFESI u/
STR/SP}
KEANGGOTAAN PAFI
 WNI
 Lulusan SAA/SMF/SMK Kompetensi keahlian Farmasi
 Lulusan D3 Farmasi, D3 AnaFarMa, Akafarma
 Lulusan S1 Farmasi

 ANGGOTA LUAR BIASA; (mereka yg telah berkarya dan mempunyai


aktifitas dalam bidang kefarmasian)
 ANGGOTA KEHORMATAN; (mereka yg memiliki kepedulian dan telah
berjasa terhadap PAFI)

*)pasal 12 AD-ART PAFI, salinan akta No.8 – 24 Juni 2016


LINGKUP KERJA PAFI
 Meningkatkan kualitas diri anggota :
 Pelatihan
 Seminar
 Bakti sosial

 Memperjuangkan hak dan kewajiban anggota


 Sarana penyaluran aspirasi anggota
 Forum komunikasi antar anggota atau antara anggota-organisasi
 Mendorong dan memfasilitasi pendidikan berkelanjutan bagi
anggota
 Rekomendasi STRTTK
 Rekomendasi SIP TTK
(TENAGA KESEHATAN)

Pasal 8
Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas:
Tenaga Kesehatan (NAKES) dan Asisten Tenaga Kesehatan (ATK)

Pasal 9 (1) Pasal 10 (1)


NAKES harus memiliki ATK harus memiliki kualifikasi
kualifikasi minimum Diploma minimum pendidikan
Tiga, menengah di bidang kesehatan
kecuali tenaga medis

Pasal 9 (2) Pasal 10 (2)


Kualifikasi minimum NAKES ATK hanya dapat bekerja di
diatur dengan PerMen bawah supervisi NAKES

Pasal 11 (6) Pasal 10 (3)


Jenis Tenaga Kesehatan yang Ketentuan lebih lanjut
termasuk dalam kelompok mengenai ATK diatur dengan
tenaga kefarmasian terdiri atas PerMen
APT dan TTKfar
PERIZINAN NAKES (PASAL 46)
Ayat 1:
Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan
kesehatan wajib memiliki izin dalam bentuk SIP.
Ayat 3:
SIP diberikan oleh Pemda Kabupaten/Kota.
Ayat 4:
Untuk mendapatkan SIP, tenaga kesehatan harus memiliki:
a. STR yang masih berlaku
b. Rekomendasi dari organisasi profesi
c. Tempat praktik
ORGANISASI PROFESI (PASAL 50)
Ayat 1: Tenaga kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai
wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan &
keterampilan , martabat, dan etika profesi Tenaga Kesehatan.

Ayat 2: Setiap jenis tenaga kesehatan hanya dapat membentuk satu


Organisasi Profesi

Ayat 3: Pembentukan Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
ORGANISASI PROFESI (PASAL 50)
KEWENANGAN PROFESI TENAGA KESEHATAN & SANKSI PIDANA

 Pasal 64: Setiap orang yang bukan tenaga kesehatan dilarang melakukan
praktik seolah-olah sebagai tenaga kesehatan yang memiliki izin.

 Pasal 83: Setiap orang yang bukan tenaga kesehatan melakukan praktik
seolah-olah sebagai tenaga kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal
64 dipidana dengan penjara paling lama 5 tahun.
 Pasal 85 : Setiap tenaga kesehatan yang dengan sengaja menjalankan
praktik tanpa memiliki STR sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 44
Ayat 1, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100 juta.

 (Pasal 44 Ayat 1): Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib
memiliki STR
Profesi Atau
Bukan?
1.Tukang delman
2.Tukang Becak
3.Tukang Baso
4.Tukang Ojek
CIRI CIRI PROFESI
 Adanya pengetahuan khusus
 Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
 Mengabdi pada kepentingan masyarakat
 Ada izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi
 Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu
organisasi profesi
ETIKA FARMASI
Etika Farmasi adalah Nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya,
khususnya dalam pekerjaan yang dilakukan karena
melibatkan dan mengandalkan suatu keahlian dalam
bidang farmasi /obat-obatan.
PRINSIP ETIKA PROFESI
1. Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik
Berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik.
3.      Integritas
Sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya
setinggi mungkin.

4.      Objektivitas
Kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Etika profesi
berlandaskan objektivitas mengandung pengertian bahwa setiap anggota harus bersifat
objektif dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya

5.      Kompetensi
Dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi,
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesionalnya.
6. Kerahasiaan
Kerahasiaan yang dimaksud yaitu setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku profesional
Seorang apoteker profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.

Anda mungkin juga menyukai