& EKLAMSIA
1
Oleh :
1
1. Amalia Fajar Riyani
(37718856)2. 2
2. Chelsea Andriyanto
(31718525)3. 3
02 Etiologi
03 Cara Penanganan
04 Kasus
Apa itu
Preeklamsia/Eklamsia?
01 02
.
Preekla Preeklam
msi si Berat
Ringan
Preeklamsi
Ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu
atau segera setelah kehamilan. Penyebab
preeklamsi ringan belum diketahui secara
jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation sundrome” akibat
vasospasme general segala akibat
Tanda & gejala
No. Preeklamsi Ringan
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih,
diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg,
diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg
2. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter
dalam 24 jam atau secara kualitatif positi 2 (+2)
3. Oedema pada pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah atau tangan
Penanganan preeklamsi RINGAN
No. Penatalaksaan rawat jalan Penatalaksaan rawat tinggal
pasien preeklamsi ringan pasien preeklamsi ringan
1. Ibu dianjurkan banyak istirahat Setelah 2 minggu pengobatan rawat
(berbaring tidur/miring) jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2. Diet: cukup protein, rendah lemak, Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau
rendah karbohidrat, dan rendah lebih permnggu selama 2 kali berturut-
garam turut (2 minggu)
Oliguria <
Proteinuria > Nyeri
400 ml/24
3 gr/liter episgastrium
jam
Skotoma dan
gangguan
virus lainnya Perdarahan Odem
atau nyeri retina pulmonum
frontal yang
berat
PENANGANAN PREEKLAMSI
BERAT
A. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assessment yakni pemeriksaan nonstress test (NST) dan USG,
dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda-
tanda atau gejala impending eklamsi, kehgagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi
terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo (tidak ada
perbaikan)
Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG):
adanya tanda Intravena Uterine Growt retardatin (IUGR)
B. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan
dirumah sakit dan atas instruksi dokter) yaitu :
segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi.
Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit
Reflek patella setiap jam
Infus RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi
infus RL (60-125 cc/jam) 500CC
Berikan antasida
Diet cukup protein
Rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam,
Pemberian obat anti kejang, MgSO4,
Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka, diberikan furosemid injeksi 40mg/IM.
C. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis
lebih 180 mmHg. Diastolis lebih dari 110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran pengobatan adalah
tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
D. Bila dibutuhkan penurunan tekanan
umumnnya.
darah secepatnya, dapat diberikan obat-
obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu).
E. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan
tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib
Bakri, 1997). jantung jika ada indikasinya yakni ada
F. Pengobatan
tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid.
Penanganan preeklamsi berat pada
saat persalinan
A. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi
Berikan diet rendah garam, lemak dan tinggi protein
Berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr bokong kanan, dan 4 gr bokong kiri
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap jam;
Syarat pemberia MgSO4 adalah reflek patella positif
Diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir,
Respirasi 16 x/ menit dan harus tersedia antidotnya yaitu calsium
gluconas 10% dalam ampul sedia 10cc
Infus dextrose 5% dan ringer laktat
Berikan obat anti hipertensi
Injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari
Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul IV lasix
Segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam
B. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam
Dengan ekstraksi wakum atau forceps
Ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli
kandungan)
Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri
Pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi
Kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam
24 jam postpartum.
C. Bila ada indikasi obstetric
Dilakukan seksio sesarea
Perhatikan bahwa : tidak terdapat koagulopati :
anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi
spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh
dokter kandungan)
D. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau
kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan
induksi dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500 ml dextrose 10
tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh
dilakukan oleh bidan)
Pengertian Eklamsia
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan
timbul akibat neurologik) dan/ atau koma
Eklamsi adalah penyakit
dimana sebelumnya akut
sudah dengan kejang
menunjukkan
dan koma
gejala- pada
gejala wanita hamil dan wanita
preeklamsi.
masa nifas disertai dengan hipertensi,
oedema dan protenuria.
Eklamsi lebih sering terjadi pada kehamilan
kembar, hydramnion, mola hydatidosa, dan
eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan
bulan ke-6.
Tanda & gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh
makin memburuknya preeklamsi dan
terjadinya gejala-gejala seperti :
1. Epilepsi
Dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum
hamil atau pada hamil muda dan tanda preeklamsi tidak
ada.
2. Kejang karena obat anastesi
Apabila obat anastesi lokal diinjeksikan kedalam vena,
dapat timbul kejang
3. Koma
Karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak,
meningitis, ensefalitis, dan lain-lain
Protap
Penanganan
Preeklamsi &
Eklamsi
Contoh Kasus &
Pendokumentasian
SOAP Eklampsias
Kasus
Ny. S (37 Tahun) yang beragama islam, dan berasal dari suku jawa datang pada tanggal 6 Mei 2016 jam
10.00 WIB diantar oleh suami dan keluarga, ke BPM, yang beralamat di Yogyakarta, ibu datang dengan kondisi
kejang, mata menonjol, terbuka tanpa melihat, tangan bergetar dan mengepal, seluruh otot-ototnya
berkontraksi dengan cepat, mulut membuka dan menutup dari mulut keluar ludah yang berbusa, suami
mengatakan ibu kejang sejak 2 menit yang lalu, sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala hebat,
pandangan kabur dan nyeri ulu hati, suami ny. S mengatakan istrinya, tidak mempunyai penyakit keturunan
seperti diabetes dan kejang, sebelum hamil istrinya tidak punya penyakit apa-apa dan saat hamil muda pun
istrinya tidak pernah mengalami kejang seperti ini, suami ny. S mengatakan istrinya hamil 8 bulan dengan hpht
24 september 2015 dengan taksiran persalinan 1 juni 2016 dan suami mengatakan ini kehamilan yang ke 3,
sudah memiliki 2 orang anak dan belum pernah keguguran. suami Ny. S mengaku istrinya sering mengatakan
bahwa janinnya sering bergerak dan saat janinnya bergerak tidak merasakan sakit. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan hasil keadaan umum : kejang, kesadaran : sopor TD : 160/140mmHg, Suhu : 38,5℃, Nadi : 110×/mnt,
respirasi : 40×/mnt. Di bagian wajah terlihat sianosis dan kaku, bagian mata : bola mata menonjol, oedema
pada kelopak mata, bagian telinga simetrtis, bagian hidung simetris, bagian mulut : mengeluarkan ludah
berbusa. Bagian leher kaku, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tymor tidak ada, jantung frekuensi cepat,
pemeriksaan payudara areola hitam kecoklat-coklatan, simetris, hiperpigmentasi, kolostrum (-), pada
ekstremitas tangan mengepal dan bergetar, pada kaki dan tangan oedema (+), pada pemeriksaan obstetri :
perut membesar dengan arah melebar, pembesaran vena (-), line nigra (+), strie alba (+) kelainan tidak ada,
saat palpasi TFU 27 cm, Leopold I : teraba bulat, lunak,dan tidak melenting (bokong), Leopold II : bagian kanan
teraba panjang keras seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas),
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold IV : konvergen, TBJ : (27-11) ×155 = 2480 gr.
Pemeriksaan auskultasi DJJ puntum maksimum 2 jari bawah pusat dengan frekuensi : 165×mnt. Pemeriksaan
laboratorium : pemeriksaan urine protein (+++), reduksi (-). Sedimen (-), HCG (+)
Soap
Data Subyektif :
Identitas
Nama : Ny S
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Alamat : Yogyakarta
Keluhan Utama :
Ibu Ny. S datang dengan kondisi kejang, mata menonjol,
terbuka tanpa melihat, tangan bergetar dan mengepal,
seluruh otot-ototnya berkontraksi dengan cepat, mulut
membuka dan menutup dari mulut keluar ludah yang
berbusa, suami mengatakan ibu kejang sejak 2 menit yang
lalu, sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala
hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati.
Riwayat Perkawinan :
Suami Ny. S mengatkan ini perkawinan yang pertama, Lama
pernikahan 6 Tahun
Riwayat kehamilan ini :
Status Kehamilan : G3P2A0
HPHT : 24 september 2015
TP : 1 juni 2016
Riwayat Obstetri Lalu :
Tindakan segera :
1. Berikan obat antikonvulsan
2. Bebaskan jalan nafas, dengan memasang tong spatel pada mulut
ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.
3. Beri oksigen 4-6 liter/mnt
4. Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenburg
untuk mengurangi risiko aspirasi
5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam memberikan therapy
selanjutnya
Penatalaksanaan :
Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan ibu saat ini
bahwa keadaan umum : kejang, kesadaran : sopor, TD
160/140 mmHg, suhu : 38, 5℃, nadi : 110×mnt, respirasi :
40×mnt, Tapsiran berat janin (TBJ) : (27-11)×155 : 2480.
Pemeriksaan auskultasi DJJ : 165×mnt. Keluarga sudah
mengetahui hasil pemeriksaan.
Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk
pemberian therapy selanjutnya. Kolaborasi telah dilakukan
dan dokter memberikan instruksi agar pasien diberi 4g 40
% MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-
lahan, diikuti 8 g IM dan sediakan kalsium glukonas 1 g
dalam 10 ml sebagai antidotum, pasang infus dekstran 5
% dengan tetesan 20 tetes/menit, pasien telah diberi
therapy oleh bidan sesuai dengan intruksi dari dokter
Sp.OG
Memasang folley cateter untuk mengetahui diuresis dan untuk menentukan
protein dalam air kencing secara kuantitatif, folley cateter telah terpasang, dan
langsung dilakukan pemeriksaan protein dengan hasil (+++)
Menganjurkan keluarga untuk membantu mengatur posisi ibu dengan kaki
sedikit lebih tinggi daripada kepala untuk mengeluarkan lendir yang
menghambat jalan nafas ibu dan selanjutnya posisikan miring kiri dan kanan
tiap jam untuk menghindari rasa pegal pada ibu, keluarga telah mengerti dan
mampu melaksanaannya.
Memantau perkembangan yang adekuat dan ukur keseimbangan cairan,
cateresasi urine, observasi tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan DJJ
selama 30 menit, reflek setiap jam agar tidak terjadi kejang berulang sebelum
ibu sampai di tempat rujukan. Pemantauan telah dilakukan oleh bidan sebelum
melakukan rujukan
Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu segera
di rujuk agar ibu dapat mendapatkan penanganan yang
lebih intensif, ibu dan keluarga mengerti dan menyatakan
siap untuk dirujuk
Membuat informed consent untuk diisi oleh keluarga
sehingga tindakan yang akan dilakukan telah mendapat
persetujuan dari suami dan keluarga yaitu tindakan untuk
merujuk ke RS Sekar Wangi. Informed consent telah diisi
dan ditandatangani oleh suami
Menyiapkan manajemen rujukan berupa BAKSOKU (B:
Bidan, bidan yang mengatarkan Ny. S ke rumah sakit , A :
alat-alat, alat-alat resusitasi berupa ambu bag, oksigen,
telah siap untuk di bawa, standar infus dan cairan infus
sudah terpasang dan siap untuk di bawa,
spigmomanometer, termometer, dan doppler
juga telah siap untuk dibawa agar kondisi ibu tetap terpantau
selama perjalanan menuju RS., K : kendaraan, kendaraan, yang
dipakai adalah ambulance, S : Surat, surat rujukan telah dibuat
dan sudah lengkap. O : obat, obat yang di bawa yaitu MgSO4,
Lignokain, dan kalsium glukonas, K : Keluarga, keluarga dan suami
sudah siap mengantarkan Ny. S ke RS, keluarga juga ikut
mempersiapkan membantu mengikat tubuh ibu dengan kain
panjang agar posisi ibu baik dan ibu tidak jatuh saat perjalanan
rujukan jika kejang berulang.,U : uang, uang sudah siap atas
pernyataan suami Ny S. Manajemen rujukan telah disiapkan.
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan pada Ny.
S yang telah diberikan dalam SOAP. Pendokumentasian telah
di lakukan
Thank You
Anyquastions??