Anda di halaman 1dari 37

PREEKLAMSIA

& EKLAMSIA
1
Oleh :
1
1. Amalia Fajar Riyani
(37718856)2. 2

2. Chelsea Andriyanto
(31718525)3. 3

3. Ninda Sari (35718324)4.


4. Zaina A Renwarin
(37718570).
Agenda Style

01 Pengertian Preeklamsi &


Eklamsi

02 Etiologi

03 Cara Penanganan

04 Kasus
Apa itu
Preeklamsia/Eklamsia?

Merupakan suatu penyulit yang timbul


pada seorang wanita hamil dan
umumnya terjadi pada usia kehamilan
lebih dari 20 minggu & ditandai dengan
adanya hipertensi &
protein uria.
Pada eklamsia selain tanda-tanda
preeklamsia juga disertai dengan
adanya kejang.
Pengertian Preeklamsi
Preeklamsi dalam kehamilan
Preeklamsi adalah salah satu
Apabila dijumpai tekanan
kasus gangguan kehamilan
darah 140/90 mmHg
yang bisa menjadi penyebab
setelah kehamilan 20
kematian ibu. Kelainan ini
minggu (akhir triwulan
terjadi selama masa
kedua – triwulan ketiga )
kehamilan, persalinan &
atau bisa lebih awal
masa nifas 2005
Prawirohardjo yang akan Hipertensi
terjadi
Atau .
tekanan darah tinggi di
berdampak
Yaitu pada ibu
preekklamsi & bayi.
adalah
penyakit dengan tanda-tanda dalam kehamilan terbagi atas
hipertensi, proteinuria & preeklamsi ringan, preeklamsi
oedema yang timbul berat, eklamsia serta
karenakehamilan, penyakit ini superimposed hipertensi ( yaitu
umumnya terjadi dalam pada ibu hamil yang sebelum
kehamilannya sudah memiliki
Secara Etiologi

Penyebab preeklamsi saat ini


belum dapat diketahui
secara pasti, walaupun
dalam penelitian dilakukan
terhadap penyakit ini
sedemikian maju. Semuanya
baru didasarkan pada teori
yang dihubung-hubungkan
dengan kejadian. Itulah
sebabnya
Adapun preeklamsi
teori tersebut disebut
antara lain :
juga “disease of theory”
1. Peran prostaksiklin & tromboksan
Pada preeklamsi & eklamsi didapatkan
kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan prostaksilin yang pada
kehamilan normal meningkat , aktivasi
pengumpalan & fibionalis yang kemudian 3. Faktor genetik
akan diganti trombin & plasmin. Trombin
akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga 1. Preeklamsi hanya terjadi pada
terjadi manusia
2. Perandeposit fibrin. Aktivitas trombosit
faktor imonologis
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) 2. Terdapat kecendrungan pada
Preeklamsi
& serotinin, sering terjadi
sehingga pada
terjadi kehamilan &
vasospasme anak-anak dari ibu yang
pertama & endotel.
kerusakan tidak timbul lagi pada kehamilan menderitra preeklamsi
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa 3. Kecendrungan meningkatnya
pada kehamilan pertama pembentukan frekuensi preeklamsi pada
blocking antibodies terhadap antigen anak & cucu ibu hamil dengan
plasenta tidak sempurna, yang semakin riwayat preeklamsi
sempurna pada kehamilan berikut. 4. Peran Renin-Angiotensin-
Menurt Fierlie FM (1992) Ia mendapatkan Aldozteron atau sisteam RAAS
beberapa data yang mendukung adanya
sistem imun pada penderita preeklamsi :
beberapa wanita dengan preeklamsi
Faktor resiko

Beberapa penelitian 1 Riwayat tekanan darah tinggi


menyebutkan ada beberapa yang kronis sebelum kehamilan
faktor yang dapat menunjang Riwayat mengalami preeklamsi
2
terjadinya preeklampsia dan sebelumnya
eklampsia. Faktor – faktor 2

tersebut antara lain, gizi 3 Riwayat preeklamsia pada ibu


buruk, kegemukan dan atau saudara perempuan.
gangguan aliran darah ke 4 Kegemukan .
rahim. Faktor resiko terjadinya
preeklamsi, preeklamsi 5 Kehamilan ganda .

umumnya terjadi pada Riwayat penyakit tertentu : kencing


kehamilan yang pertama kali, 6
manis, kelainan ginjal lupus, atau
kehamilan di usia remaja, dan rematoid arthritis.
Jenis-jenis Preeklamsi

01 02
.
Preekla Preeklam
msi si Berat
Ringan
Preeklamsi
Ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu
atau segera setelah kehamilan. Penyebab
preeklamsi ringan belum diketahui secara
jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation sundrome” akibat
vasospasme general segala akibat
Tanda & gejala
No. Preeklamsi Ringan
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih,
diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg,
diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg
2. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter
dalam 24 jam atau secara kualitatif positi 2 (+2)
3. Oedema pada pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah atau tangan
Penanganan preeklamsi RINGAN
No. Penatalaksaan rawat jalan Penatalaksaan rawat tinggal
pasien preeklamsi ringan pasien preeklamsi ringan
1. Ibu dianjurkan banyak istirahat Setelah 2 minggu pengobatan rawat
(berbaring tidur/miring) jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2. Diet: cukup protein, rendah lemak, Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau
rendah karbohidrat, dan rendah lebih permnggu selama 2 kali berturut-
garam turut (2 minggu)

3. Pemberian sedative ringan Timbul salah satu atau lebih gejala


atau tanda-tanda preeklamsi berat
4. Kunjungan ulang setiap 1 minggu
Pemeriksaan laboratorium (Hb,
5. Hemotokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi
hati, fungsi ginjal)
Perawatan obstetri

Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)


Bila desakan darah mencapai normotensif selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila
desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif
selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri
pada umur Kehamilan
kehamilan aterm
37 minggu atau lebih
(37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset
persaliana atau di pertimbangkan untuk melakukan
persalianan pada taksiran tanggal persalinan
Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila
memperpendek kala II
Preeklamsi berat

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi


kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai
proteinuria dan/atau edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih.
Tanda &Gejal
Tekanana
darah
sistolik > 160 Peningkatan
mmHg, kadar enzim
Trombosit <
tekanan darah hati atau/dan
diastolik > 110 ikterus
mmHg

Oliguria <
Proteinuria > Nyeri
400 ml/24
3 gr/liter episgastrium
jam

Skotoma dan
gangguan
virus lainnya Perdarahan Odem
atau nyeri retina pulmonum
frontal yang
berat
PENANGANAN PREEKLAMSI
BERAT
A. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assessment yakni pemeriksaan nonstress test (NST) dan USG,
dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
 Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda-
tanda atau gejala impending eklamsi, kehgagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi
terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo (tidak ada
perbaikan)
 Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG):
adanya tanda Intravena Uterine Growt retardatin (IUGR)
B. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan
dirumah sakit dan atas instruksi dokter) yaitu :
 segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi.
 Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit
 Reflek patella setiap jam
 Infus RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi
infus RL (60-125 cc/jam) 500CC
 Berikan antasida
 Diet cukup protein
 Rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam,
 Pemberian obat anti kejang, MgSO4,
 Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka, diberikan furosemid injeksi 40mg/IM.
C. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis
lebih 180 mmHg. Diastolis lebih dari 110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran pengobatan adalah
tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
D. Bila dibutuhkan penurunan tekanan
umumnnya.
darah secepatnya, dapat diberikan obat-
obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu).
E. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan
tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib
Bakri, 1997). jantung jika ada indikasinya yakni ada
F. Pengobatan
tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid.
Penanganan preeklamsi berat pada
saat persalinan
A. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi
 Berikan diet rendah garam, lemak dan tinggi protein
 Berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr bokong kanan, dan 4 gr bokong kiri
 Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap jam;
 Syarat pemberia MgSO4 adalah reflek patella positif
 Diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir,
 Respirasi 16 x/ menit dan harus tersedia antidotnya yaitu calsium
gluconas 10% dalam ampul sedia 10cc
 Infus dextrose 5% dan ringer laktat
 Berikan obat anti hipertensi
 Injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari
 Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul IV lasix
 Segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam
B. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam
 Dengan ekstraksi wakum atau forceps
 Ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli
kandungan)
 Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri
 Pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi
 Kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam
24 jam postpartum.
C. Bila ada indikasi obstetric
 Dilakukan seksio sesarea
 Perhatikan bahwa : tidak terdapat koagulopati :
anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi
spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh
dokter kandungan)
D. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau
kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan
induksi dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500 ml dextrose 10
tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh
dilakukan oleh bidan)
 
Pengertian Eklamsia
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan
timbul akibat neurologik) dan/ atau koma
Eklamsi adalah penyakit
dimana sebelumnya akut
sudah dengan kejang
menunjukkan
dan koma
gejala- pada
gejala wanita hamil dan wanita
preeklamsi.
masa nifas disertai dengan hipertensi,
oedema dan protenuria.
Eklamsi lebih sering terjadi pada kehamilan
kembar, hydramnion, mola hydatidosa, dan
eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan
bulan ke-6.
Tanda & gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh
makin memburuknya preeklamsi dan
terjadinya gejala-gejala seperti :

Nyeri kepala di daerah frontal


Gangguan penglihatan,
Mual
Nyeri di episgastrium
Hiperrefleksia.
DIAGNOSIS EKLAMSI

1. Epilepsi
Dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum
hamil atau pada hamil muda dan tanda preeklamsi tidak
ada.
2. Kejang karena obat anastesi
Apabila obat anastesi lokal diinjeksikan kedalam vena,
dapat timbul kejang

3. Koma
Karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak,
meningitis, ensefalitis, dan lain-lain
Protap
Penanganan
Preeklamsi &
Eklamsi
Contoh Kasus &
Pendokumentasian
SOAP Eklampsias
Kasus
Ny. S (37 Tahun) yang beragama islam, dan berasal dari suku jawa datang pada tanggal 6 Mei 2016 jam
10.00 WIB diantar oleh suami dan keluarga, ke BPM, yang beralamat di Yogyakarta, ibu datang dengan kondisi
kejang, mata menonjol, terbuka tanpa melihat, tangan bergetar dan mengepal, seluruh otot-ototnya
berkontraksi dengan cepat, mulut membuka dan menutup dari mulut keluar ludah yang berbusa, suami
mengatakan ibu kejang sejak 2 menit yang lalu, sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala hebat,
pandangan kabur dan nyeri ulu hati, suami ny. S mengatakan istrinya, tidak mempunyai penyakit keturunan
seperti diabetes dan kejang, sebelum hamil istrinya tidak punya penyakit apa-apa dan saat hamil muda pun
istrinya tidak pernah mengalami kejang seperti ini, suami ny. S mengatakan istrinya hamil 8 bulan dengan hpht
24 september 2015 dengan taksiran persalinan 1 juni 2016 dan suami mengatakan ini kehamilan yang ke 3,
sudah memiliki 2 orang anak dan belum pernah keguguran. suami Ny. S mengaku istrinya sering mengatakan
bahwa janinnya sering bergerak dan saat janinnya bergerak tidak merasakan sakit. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan hasil keadaan umum : kejang, kesadaran : sopor TD : 160/140mmHg, Suhu : 38,5℃, Nadi : 110×/mnt,
respirasi : 40×/mnt. Di bagian wajah terlihat sianosis dan kaku, bagian mata : bola mata menonjol, oedema
pada kelopak mata, bagian telinga simetrtis, bagian hidung simetris, bagian mulut : mengeluarkan ludah
berbusa. Bagian leher kaku, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tymor tidak ada, jantung frekuensi cepat,
pemeriksaan payudara areola hitam kecoklat-coklatan, simetris, hiperpigmentasi, kolostrum (-), pada
ekstremitas tangan mengepal dan bergetar, pada kaki dan tangan oedema (+), pada pemeriksaan obstetri :
perut membesar dengan arah melebar, pembesaran vena (-), line nigra (+), strie alba (+) kelainan tidak ada,
saat palpasi TFU 27 cm, Leopold I : teraba bulat, lunak,dan tidak melenting (bokong), Leopold II : bagian kanan
teraba panjang keras seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas),
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold IV : konvergen, TBJ : (27-11) ×155 = 2480 gr.
Pemeriksaan auskultasi DJJ puntum maksimum 2 jari bawah pusat dengan frekuensi : 165×mnt. Pemeriksaan
laboratorium : pemeriksaan urine protein (+++), reduksi (-). Sedimen (-), HCG (+)
Soap
 Data Subyektif :
Identitas
Nama : Ny S
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Alamat : Yogyakarta
Keluhan Utama :
Ibu Ny. S datang dengan kondisi kejang, mata menonjol,
terbuka tanpa melihat, tangan bergetar dan mengepal,
seluruh otot-ototnya berkontraksi dengan cepat, mulut
membuka dan menutup dari mulut keluar ludah yang
berbusa, suami mengatakan ibu kejang sejak 2 menit yang
lalu, sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala
hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati.
 Riwayat Perkawinan :
Suami Ny. S mengatkan ini perkawinan yang pertama, Lama
pernikahan 6 Tahun
 Riwayat kehamilan ini :
Status Kehamilan : G3P2A0
HPHT : 24 september 2015
TP : 1 juni 2016
 Riwayat Obstetri Lalu :

No Kehamilan Persalinan Bayi/anak Nifas Ket


Anak Thn UK Penyulit Penolon Jenis Tempat Penyulit JK BB/PB Hidup/ Penyulit ASI  
ke lahir g Mati
1 Pertam 2010 Aterm Tidak Bidan N BPM Tidak Laki- 3000/ Hidup Tidak Ya  
a ada ada laki 49 ada
2 Kedua 2012 Aterm Tidak Bidan N BPM Tidak Pere 3000/ Hidup Tidak Ya  
ada ada mpu 50 ada
an
3 Hamil                          
ini
 Riwayat penyakit
Suami Ny.S mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun.

 Pola Kebiasaan sehari-hari


Suami Ny. S mengatakan tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi
garam.
  Data Obyektif
 Pemeriksaaan Umum :
K/U : Kejang
Kesadaran : Sopor
 TTV
TD : 160/140mmHg
Suhu : 38,5℃
Nadi : 110×/mnt
Respirasi : 40×/mnt
 Pemeriksaan Fisik :
Muka : Terlihat sianosis dan kaku dan bagian mata : bola
mata menonjol, oedema pada kelopak mata, bagian mulut :
mengeluarkan ludah berbusa.
Leher : Terlihat kaku, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,
tumor tidak ada
Dada : Jantung frekuensi cepat, pemeriksaan payudara areola hitam
kecoklat-coklatan, simetris, hiperpigmentasi, kolostrum (-)
Ekstremitas : Kondisi tangan mengepal dan bergetar, pada kaki dan
tangan oedema (+)
Obstetri : perut membesar dengan arah melebar, pembesaran vena (-),
line nigra (+), strie alba (+) kelainan tidak ada, saat palpasi TFU 27
cm,
Leopold I : teraba bulat, lunak,dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : bagian kanan teraba panjang keras seperti papan
(punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas), Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : konvergen,
TBJ : (27-11) ×155 = 2480 gr.
Pemeriksaan auskultasi DJJ puntum maksimum 2 jari bawah pusat
dengan frekuensi : 165×mnt.
 
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan urine protein (+++),
reduksi (-). Sedimen (-), HCG (+)
 Analisa
Diagnosa potensial : Ny. S G3P2A0 Hamil 32 minggu 1 hari dengan
eklampsi. Janin tunggal hidup intrauterine. Potensi
Masalah ibu : gangguan pernafasan, solusio plasenta, dan
perdarahan otak sedangkan potensial masalah
pada janin : hipoksia intrauterine.

 Tindakan segera :
1. Berikan obat antikonvulsan
2. Bebaskan jalan nafas, dengan memasang tong spatel pada mulut
ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.
3. Beri oksigen 4-6 liter/mnt
4. Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenburg
untuk mengurangi risiko aspirasi
5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam memberikan therapy
selanjutnya
 Penatalaksanaan :
 Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan ibu saat ini
bahwa keadaan umum : kejang, kesadaran : sopor, TD
160/140 mmHg, suhu : 38, 5℃, nadi : 110×mnt, respirasi :
40×mnt, Tapsiran berat janin (TBJ) : (27-11)×155 : 2480.
Pemeriksaan auskultasi DJJ : 165×mnt. Keluarga sudah
mengetahui hasil pemeriksaan.
 Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk
pemberian therapy selanjutnya. Kolaborasi telah dilakukan
dan dokter memberikan instruksi agar pasien diberi 4g 40
% MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-
lahan, diikuti 8 g IM dan sediakan kalsium glukonas 1 g
dalam 10 ml sebagai antidotum, pasang infus dekstran 5
% dengan tetesan 20 tetes/menit, pasien telah diberi
therapy oleh bidan sesuai dengan intruksi dari dokter
Sp.OG
 Memasang folley cateter untuk mengetahui diuresis dan untuk menentukan
protein dalam air kencing secara kuantitatif, folley cateter telah terpasang, dan
langsung dilakukan pemeriksaan protein dengan hasil (+++)
 Menganjurkan keluarga untuk membantu mengatur posisi ibu dengan kaki
sedikit lebih tinggi daripada kepala untuk mengeluarkan lendir yang
menghambat jalan nafas ibu dan selanjutnya posisikan miring kiri dan kanan
tiap jam untuk menghindari rasa pegal pada ibu, keluarga telah mengerti dan
mampu melaksanaannya.
 Memantau perkembangan yang adekuat dan ukur keseimbangan cairan,
cateresasi urine, observasi tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan DJJ
selama 30 menit, reflek setiap jam agar tidak terjadi kejang berulang sebelum
ibu sampai di tempat rujukan. Pemantauan telah dilakukan oleh bidan sebelum
melakukan rujukan
 Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu segera
di rujuk agar ibu dapat mendapatkan penanganan yang
lebih intensif, ibu dan keluarga mengerti dan menyatakan
siap untuk dirujuk
 Membuat informed consent untuk diisi oleh keluarga
sehingga tindakan yang akan dilakukan telah mendapat
persetujuan dari suami dan keluarga yaitu tindakan untuk
merujuk ke RS Sekar Wangi. Informed consent telah diisi
dan ditandatangani oleh suami
 Menyiapkan manajemen rujukan berupa BAKSOKU (B:
Bidan, bidan yang mengatarkan Ny. S ke rumah sakit , A :
alat-alat, alat-alat resusitasi berupa ambu bag, oksigen,
telah siap untuk di bawa, standar infus dan cairan infus
sudah terpasang dan siap untuk di bawa,
spigmomanometer, termometer, dan doppler
juga telah siap untuk dibawa agar kondisi ibu tetap terpantau
selama perjalanan menuju RS., K : kendaraan, kendaraan, yang
dipakai adalah ambulance, S : Surat, surat rujukan telah dibuat
dan sudah lengkap. O : obat, obat yang di bawa yaitu MgSO4,
Lignokain, dan kalsium glukonas, K : Keluarga, keluarga dan suami
sudah siap mengantarkan Ny. S ke RS, keluarga juga ikut
mempersiapkan membantu mengikat tubuh ibu dengan kain
panjang agar posisi ibu baik dan ibu tidak jatuh saat perjalanan
rujukan jika kejang berulang.,U : uang, uang sudah siap atas
pernyataan suami Ny S. Manajemen rujukan telah disiapkan.
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan pada Ny.
S yang telah diberikan dalam SOAP. Pendokumentasian telah
di lakukan
Thank You
Anyquastions??

Anda mungkin juga menyukai